Anda di halaman 1dari 16

Genesa Mineral

Sebelum pengetahuan yang lebih lanjut, arti harafiah Genesa itu sendiri adalah asal
terbentuknya atau proses terbentuknya batuan/mineral,(Dalam ilmu Geomorfologi) misal
genesa emas berati asal terbentuknya emas. Mineral adalah zat padat anorganik yang
mempunyai komposisi kimia, struktur atom dengan tempat pembentukan dan penyerapan
cahaya yang berbeda. Jadi dapat kita simpulkan secara singkat Genesa Mineral adalah asal
terbentuknya mineral. Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek
keterdapatan, proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan,
dan faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai
pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat
fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model
eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda penambangan dan
pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan
endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau
proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).

KETERDAPATAN MINERAL BIJIH


Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik.Pengertian
bijih adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya secara
ekonomis, dan bijih dalam suatu endapan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu tingkat
terkonsentrasi (kandungan logam berharga pada endapan), letak serta ukuran (dimensi)
endapan tsb.
Untuk mencapai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen bahan
galian yang berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi sampai tingkat minimum
yang tertentu tergantung pada jenis bijih atau mineralnya.
Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih mineral, dan kadangkadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan merupakan heterogen (terbentuk dari
beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan homogen. Deret reaksi
Bowen (deret pembentukan mineral pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli, V.M.
Goldshmidt, dan H. Schneiderhohn.

Proses Pembentukan Endapan Mineral Primer


Pembentukan Mineral primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima
jenis endapan, yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik

Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang
berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya
2. Jarak endapan mineral dengan asal magma
a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku
3. Bagaimana cara pengendapan terjadi
a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada
dengan larutan pembawa bijih
4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan
5.Waktu terbentuknya endapan
a.
syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan
batuan
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan.

a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)


Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral
terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara
gravitational settling). Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit,
titamagnetit, dan petlandit Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :
1.
Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa
batuan. Contoh intan dan platina.
2.
Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang
terkonsentrasi di dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku),
tetapi telah terdorong keluar dari magma.

b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)


Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat
kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual
yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan
stockwork.

Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan
dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan
berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Lisilikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo),
unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia
(ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal).

c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)


Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontakmetamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma
yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi
dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang
terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit,
tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku
intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan
hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan
dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya
akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini
disebabkan oleh panas dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan
tadi. Oleh karena itu endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air.
Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur sedangkan
pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak
pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada
lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan
oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit
endapan jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali
berisi pirit atau bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis
ini (Singkep-Indonesia).

d. Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)


Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara
pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam
batuan.

2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsurunsur baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan
hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan
Hipothermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa
mineral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam
batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit
(CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena
(PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2),
Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineralmineral gangue antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat,
karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite
(Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida,
stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit
(CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu),
argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar
(HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral
ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit
(BaSO4), zeolit (Al-silikat).

e. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)


Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih
secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O), solfatar
(berbentuk gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk baron). Bentuk
(komposisi kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat,
air nitrat, dan air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase vulkanik
adalah : belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi (misalnya hematit,
Fe2O3). Sulfida masif volkanogenik berhubungan dengan vulkanisme bawah laut, sebagai
contoh endapan tembaga-timbal-seng Kuroko di Jepang, dan sebagian besar endapan
logam dasar di Kanada.

Proses Pembentukan Endapan Sedimenter

Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan
sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi, atau pelapukan
maupun dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti
lapisan (stratiform) atau berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan
sedimenter yang cukup terkenal karena proses mekanik seperti endapan timah letakan di
daerah Bangka-Belitung dan endapan emas placer di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan
Barat. Endapan sedimenter karena pelapukan kimiawi seperti endapan bauksit di Pulau
Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako Sulawesi Tengah/ Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan
sumber metal dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal dibagi dua yaitu
endapan supergen endapan yang metalnya berasal dari hasil rombakan batuan atau bijih
primer), serta endapan hipogen (endapan yang metalnya berasal dari aktivitas
magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan host-rock (dengan pengendapan batuan
sedimen) dibagi dua, yaitu endapan singenetik (endapan yang terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya batuan) serta endapan epigenetik (endapan mineral terbentuk setelah batuan
ada).
Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor yaitu :
sumber dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau sekunder),
erosi dari daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan (supergene), dari
biokimia akibat bakteri, organisme seperti endapan diatomae, batubara, dan minyak bumi,
serta dari magma dalam kerak bumi atau vulkanisme (hypogene).
1. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai

Hasil Pelapukan Permukaan dan Transportasi


Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan
mengalami transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan
material lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan
geokimia yang baru dinamakan dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis,
dispersi kimia mencoba mengenal secara kimia penyebab suatu dispersi.
Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia sekunder.
Dispersi geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam kerak bumi, meliputi
proses penempatan unsur-unsur selama pembentukan endapan bijih, tanpa memperhatikan
bagaimana tubuh bijih terbentuk. Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang
terjadi di permukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer
oleh proses yang biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan, transportasi,
dan pengendapan. Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion
dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Mobilitas unsur sangat mempengaruhi
dispersi. Unsur dengan mobilitas yang rendah cenderung berada dekat dengan tubuh
bijihnya, sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari tubuh
bijihnya. Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu lingkungan seperti
Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi sedangkan dalam kondisi basa
akan mempunyai mobilitas rendah.

Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan
lateritik. Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udara atau
air permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas air tanah. Akibat proses
oksidasi ini, beberapa mineral tertentu akan larut dan terbawa meresap ke bawah
permukaan tanah, kemudian terendapkan (pada zona reduksi). Bagian permukaan yang
tidak larut, akan jadi berongga, berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan
gossan. Contoh endapan ini adalah endapan nikel laterit.
2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan
dari residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar
butir dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt,
Au, kasiterit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.
Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi
menjadi :
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer.
Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), material mengalami
pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh endapan platina di Urals.
2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak
kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan
bergerak ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran
menurun, seperti di sebelah dalam meander, di kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe
ini adalah Sn di Bangka dan Belitung. Au-plaser di California.
3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang memukul
pantai dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah
ilmenit, magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.
4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan
kadang-kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini adalah Proterozoikum
Witwatersand, Afrika Selatan, merupakan daerah emas terbesar di dunia, produksinya
lebih 1/3 dunia. Emas dan uranium terjadi dalam beberapa lapisan konglomerat.
Mineralisasi menyebar sepanjang 250 km. Tambang terdalam di dunia sampai 3000
meter, ini dimungkinkan karena gradien geotermis disana sekitar 10 per 130 meter.
3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
a. Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat
oksidasi Fe dan umumnya dalam literatur disebut red beds. Kalau konsentrasi elemen
logam dekat permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi
memungkinkan terjadi konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian
(leaching/pelindian) meresap bersama air tanah yang kemudian mengisi antar butir

sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh penukaran kation antara Fe dan
mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral lempung itu sendiri.
b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat
yang umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi
dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai
contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam yang
berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe dan
Mn) seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di daratan atau
dari sistem hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang dominan
dan terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-silikat
tergantung perbedaanpotensial reduksi (Eh).
Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh larutan koloid
membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris
disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertumbuhan yang terus
menerus, oolit tersebut akan stabil di dasar laut dimana tertanam dalam material
lempungan karbonatan yang mengandung beberapa besi yang bagus. Di dasar laut
mungkin oolit tersebut reworked. Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan
sebagai contoh ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan.
Genesa/Genesis mineral dapat diartikan sebagai tempat atau lingkungan dimana suatu
mineral terbentuk. Ada 3 macam genesa mineral, yaitu:

Lingkungan magmatik
Lingkungan sedimen
Lingkungan metamorfik

A. Lingkungan Magmatik
Lingkungan ini mempunyai karakter yang sangat khas, yaitu memiliki tekanan dan
temperatur yang sangat tinggi, dan tentunya sangat berhubungan dengan aktivitas magma.
Berdasarkan keterjadiannya, lingkungan magmatik ini dibagi menjadi empat tipe,
yaitu Batuan beku, Pegmatit, Urat hidrotermal, dan Deposit mata air panas.
1. Batuan Beku
Tersusun atas mineral-mineral yang sederhana. Terdapat 7 kelompok mineral yang
terdapat pada batuan beku, yaitu : kelompok kuarsa, feldspar, feldspatoid, piroksen,
hornblende, biotit, dan olivin. Kisaran jumlah dari mineral-mineral penting yang terdapat

dalam batuan beku sangat lebar. Ada juga batuan beku yang mengandung hampir 100%
mineral yang sama, contohnya seperti Dunityang hampir seluruhnya tersusun atas mineral
olivine.
Berdasarkan warnanya, mineral batuan beku dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu Leucocratic (terang),Mesocratic (sedang), dan Melanocratic (gelap).Pengelompokka
n ini didasarkan pada kandungan dari mineral fero-magnesium. Semakin banyak
kandungan mineral tersebut, maka warna nya akan semakin gelap.
Lingkungan geologi tertentu akan memberikan pengaruh tertentu yang tercermin
terhadap ukuran butir mineralnya. Selain itu tekstur pada batuan beku juga mencerminkan
kondisi pembekuannya, urutan kristalisasi, komposisi, viskositas magma, kecepatan
pembekuan, dan pertumbuhan kristalnya.
Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil. Hal ini
disebabkan karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk membentuk kristal yang
sempurna. Biasanya terjadi di permukaan saat kontak langsung dengan air ataupun udara
saat magma keluar. Tekstur yang dihasilkan adalah afanitik (halus). Sedangkan,
pembekuan yang lambat akan menghasilkan membentuk kristal yang besar, karena masih
memiliki waktu yang cukup untuk membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini terjadi di
dalam perut bumi, dan menghasilkan batuan beku dengan tekstur faneritik(kasar).
Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi 4 jenis.
a. Batuan beku asam yang mengandung lebih dari 65% silika, ex: Granit.
b. Batuan beku menengah (intermediate) yang mengandung silika antara 53%-65%, ex:
Diorit, Syenit.
c. Batuan beku basa dengan kandungan silika antara 45%-53%, ex: Gabbro.
d. Batuan beku ultrabasa yang mengandung silika <45%, ex: Dunit, Peridotit.
2. Pegmatit dan Urat-Urat Hidrotermal
Pegmatit ini terbentuk dari cairan silikat sisa proses kristalisasi fraksional yang kaya
akan kandungan alkali, alumunium, mengandung air, dan zat volatil. Cairannya tidak
selalu berbentuk cair disebabkan karena konsentrasi volatil. Apabila mencukupi, tekanan
volatil akan menginjeksi cairan di sepanjang permukaan lemah pada batuan yang
merupakan bagian dari batuan beku intrusi yang sama, ataupun batuan lain yang sudah
terbentuk lebih awal.
Kebanyakan pegmatit yang dijumpai berasosiasi dengan batuan plutonik, umumnya
granit. Pegmatit granit terutama tersusun oleh kuarsa dan feldspar alkali, serta sejumlah
muskovit dan biotit. Dengan demikian, komposisinya mirip dengan granit, namun berbeda

dalam tekstur. Pegmatit bertekstur khusus, yaitu berbutir sangat kasar, dan berbentuk
tabular.
3. Deposit Hidrotermal
Merupakan pengembangan dari pegmatit. Ciri-cirinya adalah urat-urat yang
mengandung sulfida, yang mengisi rekahan pada batuan semula. Namun juga dapat berupa
suatu massa tak teratur, yang mengganti seluruh atau sebagian batuan. Proses hidrotermal
ini merupakan suatu proses yang penting dalam pembentukan mineral-mineral bijih.
Berdasarkan tingkat kedalaman dan suhunya, deposit hidrotermal dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu :

Deposit hidrotermal : suhu antara 300-500 derajat C, dan terbentuk di kedalaman


yang
sangat
dalam.
Dicirikan
oleh
mineral Molibdenit[MoS2],
Kasiterit [SnO2], Skhelit [CaWO4].
Deposit mesotermal : suhu antara 200-300 derajat C, dengan kedalaman yang
menengah. Mineral yang mecirikannya adalah mineral-mineral sulfida
seperti Pirit [FeS2], Galena[PbS]. Urat kuarsa mengandung emas yang merupakan
suatu deposit penting, mungkin adalah deposit mesotermal.
Deposit epitemal : terbentuk pada temperatur rendah, antara 50-200 derajat C.
Mineral
pencirinya
adalah Perak
native [Ag], Emas
native [Au], Silvanit [(Au,Ag)Te2].

4. Deposit Air Panas dan Fumarol


Deposit air panas merupakan hidrotermal yang sampai ke permukaan. Mineral yang
dijumpai adalah silika opal, sejumlah kecil sulfur, dan sulfida. Sedangkan, deposit
fumarol terdapat pada gunungapi yang masih aktif. Gas-gas panasnya mengendapkan
mineral-mineral seperti sulfur, dan khlorida, terutama Khlorida Amonium [NH3Cl]. Selain
itu, mungkin juga terdapat Magnetit [Fe3O4], Hematite[Fe2O3], dan Realgar [AsS].

B. Lingkungan Sedimen
Proses sedimentasi merupakan perpaduan dari interaksi atmosfer dan hidrosfer
terhadap lapisan kerak bumi. Dalam proses sedimentasi terdapat fase pelapukan, yang dapat
menyebabkan mineral berubah menjadi mineral-mineral baru yang bersifat lebih stabil
daripada sebelumnya.

Pada kebanyakan lingkungan pengendapan, proses yang berlangsung adalah oksidasi


karena terkena pengaruh dari atmosfer. Namun, di beberapa tempat ada yang tidak terkena
kontak atmosfer, sehingga proses yang berlangsung adalah reduksi.
Berdasarkan stabilitas mineralnya, lingkungan sedimen dibagi menjadi 6 klasifikasi:
1. Resistat
Merupakan endapan yang tersusun atas mineral yang tahan terhadap pelapukan,
sehingga tidak mengalami perubahan. Salah satu mineral yang dikenal paling tahan
terhadap pelapukan adalah Kuarsa [SiO2]. Kadar silika dalam sedimen-sedimen resistat
dapat mencapai 90%, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai sumber dalam
perindustrian.
Mineral-mineral lainnya yang tahan terhadap pelapukan adalah Zirkon [ZrSiO4],
Andalusit [Al2SiO5], Topaz [Al2SiO4(OH,F)2]. Endapan resistat disebut juga sebagai
placer deposit karena bernilai ekonomi.

2. Hidrolisat
Terbentuk dari mineral-mineral silikat yang mengalami proses dekomposisi kimia.
Mineral yang paling umum terdapat di endapan ini adalah mineral lempung, berupa
aluminosilikat hidrat yang bertekstur filosilikat dengan ukuran butir yang sangat halus.
Di daerah tropis, tempat dimana perbedaan basah dan kering sangat kontras, proses
pelapukan akan terjadi lebih baik, dan dapat menghasilkan endapan aluminosilikat yang
sangat bagus. Yaitu, dengan hilangnya kandungan silika, dan meninggalkan residu berupa
oksida alumunium hidrat, seperti Gibsit [Al(OH)3]. Residu ini dikenal dengan endapan
bauksit, merupakan endapan komersial yang menghasilkan bijih alumunium.

3. Oksidat
Merupakan endapan hidroksida feri, yang merupakan hasil oksidasi senyawa besi
dalam suatu larutan, dan mengendap. Contohnya adalah Gutit [HFeO2] yang memberikan
warna coklat, dan Hematit [Fe2O3] yang memberikan warna merah. Bila kedua mineral
ini terdapat dalam jumlah yang besar, maka dapat menjadi sangat bernilai karena bijih
besinya.
Mineral lainnya yang terdapat pada endapan oksidat adalah mangan. Contohnya
adalah Manganit [MnO(OH)], dan Psilomelane [(Ba,H2O)2Mn5O10], yang sebagian
besar tersusun atas MnO2.

4. Reduzat

Terbentuk karena proses reduksi, dikarenakan tempat terbentuknya yang terisolir dari
atmosfer, sehingga kekurangan oksigen. Endapan jenis ini jarang sekali dijumpai.
Di laut, biasanya endapan ini terdapat pada daerah palung. Dengan kondisi yang
tenang, pengendapan material-material organik, akan menyebabkan berkurangnya
oksigen, dan terbentuk H2S. Contoh mineral yang terbentuk adalah Pirit (pada keadaan
asam), dan Markasit (pada keadaan yang lebih asam).
Di darat, pengendapan dari bahan rombakan tumbuhan-tumbuhan akhirnya akan
berubah menjadi lapisan-lapisan batubara. Dengan keadaan reduksi yang tinggi,
memungkinkan terjadinya pengendapan karbonat fero berupa Siderit, yang dapat
digunakan menjadi deposit bijih besi.
Mineral lain yang terbentuk dalam suasana reduksi adalah Sulfur [Cu], yang biasanya
dijumpai berasosiasi dengan kubah garam dan minyak bumi.

5. Presipitat
Endapan ini berhubungan dengan berbagai aktivitas organisme yang mensekresi
gamping, maka dari itu tempat yang paling baik bagi pengendapan jenis ini (karbonatan)
adalah di bawah laut.
Bentuk kalsium karbonat yang paling stabil adalahKalsit, namun dapat juga
terbentuk Aragonit. Araganit dapat berubah menjadi kalsit, ataupun tetap menjadi
aragonit, hal itu dapat terjadi apabila strukturnya berubah menjadi lebih stabil, karena
kandungan ion-ion asing. Selain itu, kalsit dan aragonit dapat diendapkan di lingkungan
terestrial, seperti di dalam gua batugamping, yang di sekelilingnya terdapat mata air yang
jenuh akan kandungan CaCO3.
Salah satu presipitat laut yang jarang ditemukan, namun sangat bernilai dari segi
ekonomi adalah Fosforit yang digunakan sebagai sumber pupuk fosfat.Seperti yang kita
ketahui, air laut di bagian dasar samudera sangat jenuh oleh fosfat kalsium, dan karena
terjadi perubahan pada kondisi fisik-kimianya, walaupun hanya sedikit akan menyebabkan
fosforit terpresipitasi. Bila sedimentasi dari bahan-bahan lainnya lebih sedikit, maka akan
terbentuk lapisan fosforit yang lebih murni.

6. Evaporit
Proses penting dalam pembentukan sedimen evaporit adalah penguapan. Endapan ini
mempunyai fungsi khusus, yaitu untuk menginterpretasi sejarah geologi daerah itu,
sebagai indikator untuk keadaan yang kering. Berdasarkan asal mula pengendapannya,
sedimen evaporit dibagi menjadi 2, yaitu:

Endapan evaporit marin terbentuk di laut yang disebabkan oleh air laut yang
menguap. Apabila air laut menguap pada keadaan yang alami, maka yang pertama kali
akan mengendap adalah kalsium karbonat, diikuti oleh dolomit. Dengan berlanjutnya
evaporasi, terendapkanlah kalsium sulfat, yang dapat berupa gipsum, yang bergantung
kepada temperatur dan salinitas air laut, dan pada giliran berikutnya akan terbentuk halit.
Kebanyakan endapan evaporit terdiri atas kalsium karbonat, namun pada keadaan tertentu
dapat juga terendapkan garam kalsium dan magnesium.
Endapan evaporit non marin relatif jarang ditemui, atau sangat terbatas, baik dalam
penyebarannya maupun besarnya, tetapi sangat penting dalam arti ekonomi, karena
endapan ini menghasilkan senyawa Boron [B] dan Yodium[I]. Endapan ini terbentuk di
darat karena menguapnya suatu danau garam. Disamping kedua senyawa tadi, terkandung
pula nitrat-nitrat, sejumlah garam kalsium, bromida, dan gipsum.

C. Lingkungan Metamorfik
Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan
ekstrem yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun tetap terjadi pada
fase padat. Faktor lain yang sangat penting dalam metamorfisme adalah aksi dari cairan
kemikalia aktif, karena cairan tersebut dapat merangsang terjadinya reaksi melalui larutan
dan pengendapan kembali. Jika terjadi perubahan material batuan yang disebabkan oleh
cairan ini, maka prosesnya disebut dengan metasomatisme.
1. Tipe-Tipe Metamorfisme & Batuan Metamorf
Terdapat
2
tipe
metamorfisme,
yaitu
metamorfisme
termal,
dan
regional. Metamorfisme termal adalah tipe metamorfisme adalah tipe yang berkembang di
sekitar tubuh batuan plutonik. Pada tipe ini, temperatur metamorfisme ditentukan oleh
jauh dekatnya dengan intrusi magma. Batuan khas dari metamorfisme ini adalah
batutanduk (hornfels). Batu ini mempunyai butir yang halus, dan terkadang mengandung
mineral yang mempunyai kristal yang besar. Berdasarkan komposisi mineralnya,
batutanduk terbagi menjadi batutanduk biotit, piroksen, dan silikat gamping.
Metamorfisme regional adalah jenis metamorfisme yang berkembang pada suatu
daerah yang sangat luas, sekitar 1.500 km persegi. Batuan khas dari metamorfisme ini
adalah Gneiss, yang merupakan batuan yang berfoliasi kasar, yang berupa suaru lapisan
yang kontras dengan tebal 1-10mm, dan biasanya berseling di antara mineral terang dan
gelap. Sedangkan Sekis adalah batuan foliasi halus dengan laminasi yang berkembang
baik, sehingga, jika batuan itu pecah, maka akan terpecah pada bidang laminasi tersebut.

2. Mineralogi Batuan Metamorf

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor utama yang mengontrol derajat
metamorfisme adalah temperatur. Namun, batas antara temperatur setiap derajat
metamorfisme tidak dapat diketahui secara pasti.
Dalam prakteknya, derajat metamorfisme dapat diketahui dengan mineraloginya.
Yaitu dengan melihat mineral yang hilang dan muncul secara bersamaan. Contohnya,
Biotit adalah mineral yang paling umum di batuan metamorf, namun tidak ditemukan di
metamorf yang berderajat rendah, dan digantikan dengan Muskovit dan Khlorit.
Dalam batuan metamorf berderajat rendah, mineral plagioklas muncul sebagai albit,
yang akan bertambah kandungan kalsiumnya seiring dengan meningkatnya derajat
metamorfisme. Mineral lain seperi kuarsa dapat ditemukan hampir di semua derajat
metamorfisme, sehingga tidak bisa dijadikan indikator dari derajat metamorfisme

Klasifikasi dan Golongan Mineral


1. Native Element (Unsur Murni)
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan
hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak
mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam
(tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih,
atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi
seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri dari dua bagian
umum.
Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga.
Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth, graphite dan
sulfur.
Sistem kristal pada native element dapat dibahgi menjadi tiga berdasarkan sifat
mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka sistem kristalnya
adalah isometrik. Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem
kristalnya adalah hexagonal. Dan jika unsur mineral tersebut non-logam, sistem kristalnya
dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnya
isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis
dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
Dalam grup native element ini juga termasuk natural alloys, seperti electrum,
phosphides, silicides, nitrides dan carbides.

2. Mineral Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya unsure
utamanya adalah logam (metal).

Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api
yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempattempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut
berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya.
Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur
sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan
yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan
oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineralmineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat
logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pyrite (FeS3), Chalcocite
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS) dan proustite (Ag3AsS3). Dan termasuk juga
didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.

3. Mineral Oksida dan Hidroksida


Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi
unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida (OH atau H).
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen
dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida
umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat
kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan,
timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah es (H2O),
korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi pembentukannya
dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral
hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh
mineral hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).

4. Mineral Carbonat (CO3)


Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO3 dikenal sebagai mineral
kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.
Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat
juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves),

stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga
Borat (BO3).
Carbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam atau semilogam dengan
anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut (CO3, NO3, dan BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite
(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan
borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).

5. Mineral Sulfat (SO4)


Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam dengan
anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik
(penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap sehingga
formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan
sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan
anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite (calcium
sulfate), Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrated
calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate,
sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

6. Mineral Silicate (Si, O)


Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena
jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral
silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari kerak
Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan
beku maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

DAFTAR PUSTAKA
http://pillowlava.com/2012/01/01/genesa-mineral/ (Diakses 4 Mei 2013 20.05 WIB)
http://bosstambang.com/Geology/genesa-minerals.html (Diakses 4 Mei 2013 20.48 WIB)
http://artikelbiboer.com/2009/11/genesa-mineral.html (Diakses 5 Mei 2013 17.30 WIB)
http://hadiwijayatambang.com/2011/03/genesa-mineral.html (Diakses 5 Mei 2013 18.03
WIB)
http://mineralogibatuan.edu.com/2011/10/genesa-mineral.html (Diakses 5 Mei 2013 18.23
WIB)
Graha,Doddy Setia. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung:Nova
Pendowo,B. 1985. Mengenal Batuan Beku, PPPG. Bandung
Kostov,I. 1968. Mineralogy. Oliver and Boyd
Ernst,W.G. 1969. Earth Material. Prentice Hall Inc.

Anda mungkin juga menyukai