Sebelum pengetahuan yang lebih lanjut, arti harafiah Genesa itu sendiri adalah asal
terbentuknya atau proses terbentuknya batuan/mineral,(Dalam ilmu Geomorfologi) misal
genesa emas berati asal terbentuknya emas. Mineral adalah zat padat anorganik yang
mempunyai komposisi kimia, struktur atom dengan tempat pembentukan dan penyerapan
cahaya yang berbeda. Jadi dapat kita simpulkan secara singkat Genesa Mineral adalah asal
terbentuknya mineral. Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek
keterdapatan, proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan,
dan faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai
pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat
fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model
eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda penambangan dan
pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan
endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau
proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang
berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya
2. Jarak endapan mineral dengan asal magma
a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku
3. Bagaimana cara pengendapan terjadi
a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada
dengan larutan pembawa bijih
4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan
5.Waktu terbentuknya endapan
a.
syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan
batuan
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan
dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan
berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Lisilikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo),
unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia
(ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal).
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsurunsur baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan
hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan
Hipothermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa
mineral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam
batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit
(CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena
(PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2),
Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineralmineral gangue antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat,
karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite
(Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida,
stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit
(CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu),
argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar
(HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral
ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit
(BaSO4), zeolit (Al-silikat).
Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan
sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi, atau pelapukan
maupun dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti
lapisan (stratiform) atau berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan
sedimenter yang cukup terkenal karena proses mekanik seperti endapan timah letakan di
daerah Bangka-Belitung dan endapan emas placer di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan
Barat. Endapan sedimenter karena pelapukan kimiawi seperti endapan bauksit di Pulau
Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako Sulawesi Tengah/ Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan
sumber metal dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal dibagi dua yaitu
endapan supergen endapan yang metalnya berasal dari hasil rombakan batuan atau bijih
primer), serta endapan hipogen (endapan yang metalnya berasal dari aktivitas
magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan host-rock (dengan pengendapan batuan
sedimen) dibagi dua, yaitu endapan singenetik (endapan yang terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya batuan) serta endapan epigenetik (endapan mineral terbentuk setelah batuan
ada).
Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor yaitu :
sumber dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau sekunder),
erosi dari daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan (supergene), dari
biokimia akibat bakteri, organisme seperti endapan diatomae, batubara, dan minyak bumi,
serta dari magma dalam kerak bumi atau vulkanisme (hypogene).
1. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai
Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan
lateritik. Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udara atau
air permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas air tanah. Akibat proses
oksidasi ini, beberapa mineral tertentu akan larut dan terbawa meresap ke bawah
permukaan tanah, kemudian terendapkan (pada zona reduksi). Bagian permukaan yang
tidak larut, akan jadi berongga, berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan
gossan. Contoh endapan ini adalah endapan nikel laterit.
2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan
dari residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar
butir dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt,
Au, kasiterit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.
Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi
menjadi :
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer.
Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), material mengalami
pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh endapan platina di Urals.
2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak
kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan
bergerak ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran
menurun, seperti di sebelah dalam meander, di kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe
ini adalah Sn di Bangka dan Belitung. Au-plaser di California.
3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang memukul
pantai dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah
ilmenit, magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.
4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan
kadang-kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini adalah Proterozoikum
Witwatersand, Afrika Selatan, merupakan daerah emas terbesar di dunia, produksinya
lebih 1/3 dunia. Emas dan uranium terjadi dalam beberapa lapisan konglomerat.
Mineralisasi menyebar sepanjang 250 km. Tambang terdalam di dunia sampai 3000
meter, ini dimungkinkan karena gradien geotermis disana sekitar 10 per 130 meter.
3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
a. Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat
oksidasi Fe dan umumnya dalam literatur disebut red beds. Kalau konsentrasi elemen
logam dekat permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi
memungkinkan terjadi konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian
(leaching/pelindian) meresap bersama air tanah yang kemudian mengisi antar butir
sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh penukaran kation antara Fe dan
mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral lempung itu sendiri.
b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat
yang umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi
dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai
contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam yang
berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe dan
Mn) seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di daratan atau
dari sistem hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang dominan
dan terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-silikat
tergantung perbedaanpotensial reduksi (Eh).
Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh larutan koloid
membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris
disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertumbuhan yang terus
menerus, oolit tersebut akan stabil di dasar laut dimana tertanam dalam material
lempungan karbonatan yang mengandung beberapa besi yang bagus. Di dasar laut
mungkin oolit tersebut reworked. Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan
sebagai contoh ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan.
Genesa/Genesis mineral dapat diartikan sebagai tempat atau lingkungan dimana suatu
mineral terbentuk. Ada 3 macam genesa mineral, yaitu:
Lingkungan magmatik
Lingkungan sedimen
Lingkungan metamorfik
A. Lingkungan Magmatik
Lingkungan ini mempunyai karakter yang sangat khas, yaitu memiliki tekanan dan
temperatur yang sangat tinggi, dan tentunya sangat berhubungan dengan aktivitas magma.
Berdasarkan keterjadiannya, lingkungan magmatik ini dibagi menjadi empat tipe,
yaitu Batuan beku, Pegmatit, Urat hidrotermal, dan Deposit mata air panas.
1. Batuan Beku
Tersusun atas mineral-mineral yang sederhana. Terdapat 7 kelompok mineral yang
terdapat pada batuan beku, yaitu : kelompok kuarsa, feldspar, feldspatoid, piroksen,
hornblende, biotit, dan olivin. Kisaran jumlah dari mineral-mineral penting yang terdapat
dalam batuan beku sangat lebar. Ada juga batuan beku yang mengandung hampir 100%
mineral yang sama, contohnya seperti Dunityang hampir seluruhnya tersusun atas mineral
olivine.
Berdasarkan warnanya, mineral batuan beku dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu Leucocratic (terang),Mesocratic (sedang), dan Melanocratic (gelap).Pengelompokka
n ini didasarkan pada kandungan dari mineral fero-magnesium. Semakin banyak
kandungan mineral tersebut, maka warna nya akan semakin gelap.
Lingkungan geologi tertentu akan memberikan pengaruh tertentu yang tercermin
terhadap ukuran butir mineralnya. Selain itu tekstur pada batuan beku juga mencerminkan
kondisi pembekuannya, urutan kristalisasi, komposisi, viskositas magma, kecepatan
pembekuan, dan pertumbuhan kristalnya.
Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil. Hal ini
disebabkan karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk membentuk kristal yang
sempurna. Biasanya terjadi di permukaan saat kontak langsung dengan air ataupun udara
saat magma keluar. Tekstur yang dihasilkan adalah afanitik (halus). Sedangkan,
pembekuan yang lambat akan menghasilkan membentuk kristal yang besar, karena masih
memiliki waktu yang cukup untuk membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini terjadi di
dalam perut bumi, dan menghasilkan batuan beku dengan tekstur faneritik(kasar).
Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi 4 jenis.
a. Batuan beku asam yang mengandung lebih dari 65% silika, ex: Granit.
b. Batuan beku menengah (intermediate) yang mengandung silika antara 53%-65%, ex:
Diorit, Syenit.
c. Batuan beku basa dengan kandungan silika antara 45%-53%, ex: Gabbro.
d. Batuan beku ultrabasa yang mengandung silika <45%, ex: Dunit, Peridotit.
2. Pegmatit dan Urat-Urat Hidrotermal
Pegmatit ini terbentuk dari cairan silikat sisa proses kristalisasi fraksional yang kaya
akan kandungan alkali, alumunium, mengandung air, dan zat volatil. Cairannya tidak
selalu berbentuk cair disebabkan karena konsentrasi volatil. Apabila mencukupi, tekanan
volatil akan menginjeksi cairan di sepanjang permukaan lemah pada batuan yang
merupakan bagian dari batuan beku intrusi yang sama, ataupun batuan lain yang sudah
terbentuk lebih awal.
Kebanyakan pegmatit yang dijumpai berasosiasi dengan batuan plutonik, umumnya
granit. Pegmatit granit terutama tersusun oleh kuarsa dan feldspar alkali, serta sejumlah
muskovit dan biotit. Dengan demikian, komposisinya mirip dengan granit, namun berbeda
dalam tekstur. Pegmatit bertekstur khusus, yaitu berbutir sangat kasar, dan berbentuk
tabular.
3. Deposit Hidrotermal
Merupakan pengembangan dari pegmatit. Ciri-cirinya adalah urat-urat yang
mengandung sulfida, yang mengisi rekahan pada batuan semula. Namun juga dapat berupa
suatu massa tak teratur, yang mengganti seluruh atau sebagian batuan. Proses hidrotermal
ini merupakan suatu proses yang penting dalam pembentukan mineral-mineral bijih.
Berdasarkan tingkat kedalaman dan suhunya, deposit hidrotermal dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu :
B. Lingkungan Sedimen
Proses sedimentasi merupakan perpaduan dari interaksi atmosfer dan hidrosfer
terhadap lapisan kerak bumi. Dalam proses sedimentasi terdapat fase pelapukan, yang dapat
menyebabkan mineral berubah menjadi mineral-mineral baru yang bersifat lebih stabil
daripada sebelumnya.
2. Hidrolisat
Terbentuk dari mineral-mineral silikat yang mengalami proses dekomposisi kimia.
Mineral yang paling umum terdapat di endapan ini adalah mineral lempung, berupa
aluminosilikat hidrat yang bertekstur filosilikat dengan ukuran butir yang sangat halus.
Di daerah tropis, tempat dimana perbedaan basah dan kering sangat kontras, proses
pelapukan akan terjadi lebih baik, dan dapat menghasilkan endapan aluminosilikat yang
sangat bagus. Yaitu, dengan hilangnya kandungan silika, dan meninggalkan residu berupa
oksida alumunium hidrat, seperti Gibsit [Al(OH)3]. Residu ini dikenal dengan endapan
bauksit, merupakan endapan komersial yang menghasilkan bijih alumunium.
3. Oksidat
Merupakan endapan hidroksida feri, yang merupakan hasil oksidasi senyawa besi
dalam suatu larutan, dan mengendap. Contohnya adalah Gutit [HFeO2] yang memberikan
warna coklat, dan Hematit [Fe2O3] yang memberikan warna merah. Bila kedua mineral
ini terdapat dalam jumlah yang besar, maka dapat menjadi sangat bernilai karena bijih
besinya.
Mineral lainnya yang terdapat pada endapan oksidat adalah mangan. Contohnya
adalah Manganit [MnO(OH)], dan Psilomelane [(Ba,H2O)2Mn5O10], yang sebagian
besar tersusun atas MnO2.
4. Reduzat
Terbentuk karena proses reduksi, dikarenakan tempat terbentuknya yang terisolir dari
atmosfer, sehingga kekurangan oksigen. Endapan jenis ini jarang sekali dijumpai.
Di laut, biasanya endapan ini terdapat pada daerah palung. Dengan kondisi yang
tenang, pengendapan material-material organik, akan menyebabkan berkurangnya
oksigen, dan terbentuk H2S. Contoh mineral yang terbentuk adalah Pirit (pada keadaan
asam), dan Markasit (pada keadaan yang lebih asam).
Di darat, pengendapan dari bahan rombakan tumbuhan-tumbuhan akhirnya akan
berubah menjadi lapisan-lapisan batubara. Dengan keadaan reduksi yang tinggi,
memungkinkan terjadinya pengendapan karbonat fero berupa Siderit, yang dapat
digunakan menjadi deposit bijih besi.
Mineral lain yang terbentuk dalam suasana reduksi adalah Sulfur [Cu], yang biasanya
dijumpai berasosiasi dengan kubah garam dan minyak bumi.
5. Presipitat
Endapan ini berhubungan dengan berbagai aktivitas organisme yang mensekresi
gamping, maka dari itu tempat yang paling baik bagi pengendapan jenis ini (karbonatan)
adalah di bawah laut.
Bentuk kalsium karbonat yang paling stabil adalahKalsit, namun dapat juga
terbentuk Aragonit. Araganit dapat berubah menjadi kalsit, ataupun tetap menjadi
aragonit, hal itu dapat terjadi apabila strukturnya berubah menjadi lebih stabil, karena
kandungan ion-ion asing. Selain itu, kalsit dan aragonit dapat diendapkan di lingkungan
terestrial, seperti di dalam gua batugamping, yang di sekelilingnya terdapat mata air yang
jenuh akan kandungan CaCO3.
Salah satu presipitat laut yang jarang ditemukan, namun sangat bernilai dari segi
ekonomi adalah Fosforit yang digunakan sebagai sumber pupuk fosfat.Seperti yang kita
ketahui, air laut di bagian dasar samudera sangat jenuh oleh fosfat kalsium, dan karena
terjadi perubahan pada kondisi fisik-kimianya, walaupun hanya sedikit akan menyebabkan
fosforit terpresipitasi. Bila sedimentasi dari bahan-bahan lainnya lebih sedikit, maka akan
terbentuk lapisan fosforit yang lebih murni.
6. Evaporit
Proses penting dalam pembentukan sedimen evaporit adalah penguapan. Endapan ini
mempunyai fungsi khusus, yaitu untuk menginterpretasi sejarah geologi daerah itu,
sebagai indikator untuk keadaan yang kering. Berdasarkan asal mula pengendapannya,
sedimen evaporit dibagi menjadi 2, yaitu:
Endapan evaporit marin terbentuk di laut yang disebabkan oleh air laut yang
menguap. Apabila air laut menguap pada keadaan yang alami, maka yang pertama kali
akan mengendap adalah kalsium karbonat, diikuti oleh dolomit. Dengan berlanjutnya
evaporasi, terendapkanlah kalsium sulfat, yang dapat berupa gipsum, yang bergantung
kepada temperatur dan salinitas air laut, dan pada giliran berikutnya akan terbentuk halit.
Kebanyakan endapan evaporit terdiri atas kalsium karbonat, namun pada keadaan tertentu
dapat juga terendapkan garam kalsium dan magnesium.
Endapan evaporit non marin relatif jarang ditemui, atau sangat terbatas, baik dalam
penyebarannya maupun besarnya, tetapi sangat penting dalam arti ekonomi, karena
endapan ini menghasilkan senyawa Boron [B] dan Yodium[I]. Endapan ini terbentuk di
darat karena menguapnya suatu danau garam. Disamping kedua senyawa tadi, terkandung
pula nitrat-nitrat, sejumlah garam kalsium, bromida, dan gipsum.
C. Lingkungan Metamorfik
Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan
ekstrem yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun tetap terjadi pada
fase padat. Faktor lain yang sangat penting dalam metamorfisme adalah aksi dari cairan
kemikalia aktif, karena cairan tersebut dapat merangsang terjadinya reaksi melalui larutan
dan pengendapan kembali. Jika terjadi perubahan material batuan yang disebabkan oleh
cairan ini, maka prosesnya disebut dengan metasomatisme.
1. Tipe-Tipe Metamorfisme & Batuan Metamorf
Terdapat
2
tipe
metamorfisme,
yaitu
metamorfisme
termal,
dan
regional. Metamorfisme termal adalah tipe metamorfisme adalah tipe yang berkembang di
sekitar tubuh batuan plutonik. Pada tipe ini, temperatur metamorfisme ditentukan oleh
jauh dekatnya dengan intrusi magma. Batuan khas dari metamorfisme ini adalah
batutanduk (hornfels). Batu ini mempunyai butir yang halus, dan terkadang mengandung
mineral yang mempunyai kristal yang besar. Berdasarkan komposisi mineralnya,
batutanduk terbagi menjadi batutanduk biotit, piroksen, dan silikat gamping.
Metamorfisme regional adalah jenis metamorfisme yang berkembang pada suatu
daerah yang sangat luas, sekitar 1.500 km persegi. Batuan khas dari metamorfisme ini
adalah Gneiss, yang merupakan batuan yang berfoliasi kasar, yang berupa suaru lapisan
yang kontras dengan tebal 1-10mm, dan biasanya berseling di antara mineral terang dan
gelap. Sedangkan Sekis adalah batuan foliasi halus dengan laminasi yang berkembang
baik, sehingga, jika batuan itu pecah, maka akan terpecah pada bidang laminasi tersebut.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor utama yang mengontrol derajat
metamorfisme adalah temperatur. Namun, batas antara temperatur setiap derajat
metamorfisme tidak dapat diketahui secara pasti.
Dalam prakteknya, derajat metamorfisme dapat diketahui dengan mineraloginya.
Yaitu dengan melihat mineral yang hilang dan muncul secara bersamaan. Contohnya,
Biotit adalah mineral yang paling umum di batuan metamorf, namun tidak ditemukan di
metamorf yang berderajat rendah, dan digantikan dengan Muskovit dan Khlorit.
Dalam batuan metamorf berderajat rendah, mineral plagioklas muncul sebagai albit,
yang akan bertambah kandungan kalsiumnya seiring dengan meningkatnya derajat
metamorfisme. Mineral lain seperi kuarsa dapat ditemukan hampir di semua derajat
metamorfisme, sehingga tidak bisa dijadikan indikator dari derajat metamorfisme
2. Mineral Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya unsure
utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api
yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempattempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut
berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya.
Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur
sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan
yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan
oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineralmineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat
logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pyrite (FeS3), Chalcocite
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS) dan proustite (Ag3AsS3). Dan termasuk juga
didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.
stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga
Borat (BO3).
Carbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam atau semilogam dengan
anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut (CO3, NO3, dan BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite
(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan
borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
DAFTAR PUSTAKA
http://pillowlava.com/2012/01/01/genesa-mineral/ (Diakses 4 Mei 2013 20.05 WIB)
http://bosstambang.com/Geology/genesa-minerals.html (Diakses 4 Mei 2013 20.48 WIB)
http://artikelbiboer.com/2009/11/genesa-mineral.html (Diakses 5 Mei 2013 17.30 WIB)
http://hadiwijayatambang.com/2011/03/genesa-mineral.html (Diakses 5 Mei 2013 18.03
WIB)
http://mineralogibatuan.edu.com/2011/10/genesa-mineral.html (Diakses 5 Mei 2013 18.23
WIB)
Graha,Doddy Setia. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung:Nova
Pendowo,B. 1985. Mengenal Batuan Beku, PPPG. Bandung
Kostov,I. 1968. Mineralogy. Oliver and Boyd
Ernst,W.G. 1969. Earth Material. Prentice Hall Inc.