Anda di halaman 1dari 23

TUGAS 1 EKSPLORASI PERTAMBANGAN

TIPE ENDAPAN MINERAL, TEKNIK EKSPLORASI SERTA KLASIFIKASI


SUMBERDAYA DAN CADANGAN DI BERBAGAI NEGARA

Oleh:

Aceha Jazaul Aufa 03411640000057

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2020
1. Tipe endapan mineral

Tokoh penting mulai membangun konsep dan klasifikasi endapan mineral adalah
Waldemar Lindgren (1860-1939). Secara garis besar endapan mineral dibagi menjadi dua
macam yaitu:

1. Endapan oleh proses mekanik


2. Endapan oleh proses kimiawi

Pada awalnya endapan oleh proses kimiawi dibagi menjadi tiga yaitu endapan hipotermal yang
sangat dalam, bersuhu 300°-500°C dengan Tekanan sangat tinggi, mesotermal yang kedalaman
sedang, bersuhu 200°-300°C dengan tekanan tinggi dan epitermal yang dangkal bersuhu 50°-
200° C. Seiring dengan dengan berjalannya waktu, Graton (1933) mengusulkan istilah
teletermal dekat permukaan dan saluran bersuhu rendah tekanan rendah dan Buddington (1935)
mengusulkan istilah xenotermal yang dangkal bersuhu tinggi-rendah demgam tekanan sedang-
atmosfer.

Lingreng (1933) mengemukakan ciri-ciri umum endapan Hipotermal sebagai berikut.

Lingren juga mengemukakan ciri-ciri umum endapan Mesotermal adalah sebagai berikut.

Dan untuk ciri-ciri endapan epitermal adalah sebagai berikut.


Kemudian diperlengkap oleh gagasan Graton dan Evans (1933) menambanghkan ciri-ciri
endapann teletermal sebagai berikut.

Niggli (1929) mengemukakan pendapatnya bahwa konsep pengelompokan mineral,


menggabungkan konsep stadia magmatisme dengan jenis-jenis komoditi logamnya. Kelompok
pertama adalah endapan endapan yang terkait dengan batuan plutonik yang kemudian dibagi
menjadi Kelompok Orthomagmatik, KelompokPneumatolitik-Pegmatik, dan kelompok
Hidrotermal. Kelompok Othomagmaticdibagia Kelompok Intan-Platinum-kromium dan
Kelompok Titanium-besi-nikeltembaga.Kelompok Pneumatolitik dibagi menjadi Logam
berat-alkanine earthsfosforus-titanium, kelompok Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-
molibdenum-tungsten,dan Kelompok Tourmalin-kuarsa. Demikian halnya dengan Kelompok
lain sepertihidrotermal dan volkanik, akan dibagi lagi menjadi kelompok komoditi logam
(Tabel Setelah banyak dilakukan eksplorasi dan eksploitasi endapan mineral di banyaktempat
di dunia, diketahui ada banyak jenis komoditi logam seperti emas yang didapatkan pada
beberapa kelompok. Sehingga penggolongan ini menjadi kurang relevan lagi.

Pengertian Pneumatolitik yang disampaikan Niggli (1929) adalah stadia magmatisme yang
didominasi oleh fase gas, sedangkan hidrotermal didominasi oleh fase cair. Pada klasifikasi ini
telah muncul istilah hidrotermal, yang dibagi menjadi empat golongan komoditi logam. Niggli
(1929) tidak membagi hidrotemla menjadi hipotermal, mesotermal, dan epitermal. Pada
kenyataannya sulit dibedakan kenampakan hasil ubahan atau endapan mineral yang disebabkan
oleh proses pneumatolitik dengan hidrotermal. Belakangan, para ahli geologi banyak
menggunakan istilah fluida hidrotermal (hydrothermal fluid) untuk mewakili baik fase gas
pneumatolitik maupun fase cair hidrotermal.
Stantan (1972) mengemukakan gagasannya bahwa dia telah membuat klasifikasi
endapan bijih didasarkan pada asosiasi batuan sampingnya (host rock), baik beku, sedimen
maupun metamorf. Seperti di bawah ini
1. Bijih pada batuan beku
• Bijih berasosiasi dengan mafik dan ultramafik
• Bijih berasosiasi dengan felsik
2. Bijih yang berafiliasi batuan sedimen
• Konsentrasi bijih besi
• Konsentrasi bijih mangan
• Strata-bound
3. Stratiform sulpide yang berasosiasi dengan volkanik laut
4. Bijih berasosiasi dengan urat
5. Bijih berasosiasi dengan batuan metamorf

Proses pembentukan bijih logam secara umum dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu
proses magmatik, hidrotermal, metamorfik dan proses permukaan.

a. Proses Magmatik
Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada fase awal
diferensiasi magma, bersamaan dengan pembentukan mineral olivine, piroksen, Ca-Plagioklas.
Semua mineral bijih yang terbentuk pada fase ini disebut sebagai endapan magmatik. Beberapa
proses pada fase magmatisme diantaranya meliputi:
a. Proses kristalisasi (diseminasi), intan (C ) pada kimberlit
b. Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit (Cr), magnetit
(Fe), platinum (Pt)
c. Liquid immiscibility : : Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida
d. Pegmatik : Fe, Sn

Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses magmatik, sampai sekarang
belum menunjukksan nilai ekonomi yang signifikan. Konsentrasi bijih besi (Fe) atau nikel (Ni)
lebih disebabkasn oleh proses pelapukan, baik kimiawi maupun fisik, membentuk endapan
residusal atau placer.
b. Proses hidrotermal
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50° sampai >500°C),
secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang bervarisasi, di bawah permukaan
bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan
fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding
menjadi tidak stabil, dan cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk
himpunan mineral yang sesuasi dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi
(ubahan) hidrotermal. Endapan bijih hidrotermal terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal
yang melindi (leaching), menstranport, dan mengendapkan mineral-mineral baru sebagai
respon terhadap perubahan kondisi fisik maupun kimiawi (Pirajno, 1992).

Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding), akan
menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan (alteration minerals.
Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini disebut sebagai
endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi beberapa kelompak, yaitu:
a. Berhubungan dengan batuan beku
1. Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau
2. Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex
3. Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka
4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au,
Cu, Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro
5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar
b. Tidak berhubungan dengan batuan beku
5. Lateral secretion (Missisippi valley type) : Au,Pb,Zn
C. Proses metamorfisme-hidrotermal
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan mengalami
rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada bagian kontaknya.
Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang berasal dari aktifitas magma
tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan metasomatosa kontak sangat terkait dengan proses-
proses di atas. Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping
terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam proses ini
berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut terlibat. Fluida yang
mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara tubuh pluton dan sesar-sesar
disekitar pluton dengan batuan disekitarnya. Walaupun sebagian besar skarn ditemukan pada
batuan karbonat, tetapi juga dapat terbentuk pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir
maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah material gangue
kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfide terutama yang telah me-
replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat. Klasifikasi skarn pada umumnya banyak
mempertimbangkan tipe batuan dan asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian
endo-skarn dan exoskarn mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang
terkait. Endoskarn adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan
exoskarn adalah skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada kenyataannya
sebagian besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
d.Proses-proses di permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif di
permukaan, yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah dikenal secara
luas, bahwa endapan (sedimen} permukaan dibagi menjadi endapan alohton (allochthonous)
dan endapan autohton (autochthonous). Endapan alohton merupakan endapan yang ditransport
dari tempat lain (dari luar lingkungan pengendapan), sedangkan endapan autohton adalah
endapan yang terbentuk secara insitu. Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara
ekonomi sering disebut sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait
dengan bijih biasa dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau
evaporasi. Sedangkan pengkayaan supergen (supergen enrichment) walaupun tidak terbentuk
di dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan proses-proses di permukaan.
Endapan Konsentrasi MekaniK (Placer Deposite) Proses pembentukan endapan ini terdiri
dua tahap, yaitu :
1. Pembebasan daripada mineral-mineral stabil dari matrixnya,
2. Proses konsentrasi,
Untuk bisa terbentuknya konsentrasi mekanik, mineral-mineral harus memilki 3 macam sifat
fisik, yaitu :
1. mempunyai berat jenis yang tinggi,
2. harus resistan, tahan terhadap proses pelapukan,
3. keras dan tahan terhadap tumbukan serta gesekan selama diangkut.
Mekanisme proses konsentrasi sangat tergantung pada berat jenis, ukuran, dan bentuk
fragment-fragment, untuk itu perlu dipahami ada 3 macam prinsip yaitu:
1. dalam air,
2. kecepatan pengendapan,
3. bentuk butiran.
Contoh logam Ni

Contoh logam Cu
2. Teknik ekplorasi serta klasifikasi sumberdaya alam dan cadangan mineral

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) amandemen 1-SNI 13-5014-1998, ICS


73.020 tentang “Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara”, tahap eksplorasi
dilaksanakan melalui empat tahap yaitu survei tinjau, prospeksi, ekslporasi pendahuluan dan
ekplorasi inci.

1. Survei Tinjau (Reconnaissance)

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batu bara yang paling awal dengan tujuan
mengindentifikasi daerah–daerah yang secara geologis mengandung endapan batu bara yang
berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi
geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi
regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan
pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1:100.000

2. Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan batu bara yang
akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di
antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang
stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling),
pencontohan, dan analisis. Metode eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika,
dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.

3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga-dimensi
endapan batu bara yang meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur,
kuantitas dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala
minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi
geologinya, penampangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan
pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi dimulai dapat dilakukan.

4. Eksplorasi Rincian (Detailed Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta model tiga-
dimensi endapan batu bara secara lebih rinci.
Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal
1:2.000, pemboran dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi
geologinya, penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian geohidrologi dan geoteknik.
Pada tahap ini perlu dilakukan penyelidikan pendahuluan pada batu bara, batuan, air dan
lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan dengan
rencana kegiatan penambangan yang diajukan.

Kemudian, menurut SNI-13-47261998 tentang “Klasifikasi Sumberdaya Mineral Dan


Cadangan” klasififikasi sumberdaya mineral dan cadangan berdasarkan 2 kriteria, yaitu:

1. Tingkat Keyakinan Geologi

Tingkat keyakinan geologi dibagi menjadi 4 yaitu: Suvai tinjau, prospeksi, ekplorasi umum
dan ekplorasi rinci.

2. Pengkajian Layak Tambang


a. Pengkajian layak tambang berdasarkan fakto penambangan, pengolahan, ekonomi,
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan peraturan pemerintah.
b. Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumberdaya mineral akan berubah
menjadi cadangan atau tidak.
c. Berdasarkan pengkajian ini, bagian sumberdaya mineral yang layak tambang berubah
statusnya menjadi cadangan sedangkan yang belum layak tambang tetap menjadi
sumberdaya mineral.

Pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan pada tahapan Exsplorasi adalah :


 Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 5000 sampai 1 : 1000

 Pengambilan contoh dan analisis contoh

 Penyelidikan geofisika, yaitu penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk
dapat mengetahui struktur bawah permukaan sefrta geometri cebakan mineral. Pada
survey ini dilakukan pengukuran topografi, IP, Geomangit, Geolistrik.

 Pemboran Inti

Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekoomis, dan tepat sasaran, maka
diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi
sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.

Prinsip-prinsip konsep dasar eksplorasi tersebut antara lain:

 Target eksplorasi

 Jenis bahan galian (spesifikasi kulitas

 Pencarian model-model geologi yang sesuai

 Pemodelan eksplorasi

 Mengunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi

 Menentukan midel geologi local berdasarkan keadaan lapangan, dan mendeskripsikan


petunjuk-petunjuk geologi yang akan di mamfaatkan.

 Penentuan metode –metode eksploarasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan


petunjuk geologi yang diperlukan.

 Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenehui kaidah-kaidah


dasar dan perancangan (desain) yaitu :

 Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harussesuai dengan keadaan geologi
endapan yang dicari.

 Efesien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi yaitu dengan biaya serendah-
rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesarnya-besarnya.

 Cost-benifical ; hasil yang diperoleh dapat digunakan (bankable)


Metode Eksplorasi

Metode dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :

1. Metoda langsung, terdiri dari :

a. Metoda langsung di permukaan

b. Metoda langsung di bawah permukaan

2. Metoda tidak langsung, terdiri dari :

a. Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed
rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.

b. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara
magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara
seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara
yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan
karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.

1. Metode langsung

Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat


dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan,
terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis,
pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang
dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan.
Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan
eksplorasi (tahap awal s/d detail).

A. Metoda Langsung Permukaan

Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :

a. Penyelidikan singkapan (out crop)

Singkapan segar umumnya dijumpai pada :

1. Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi
pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi
yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar
2. Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang
umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut
gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke
permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan
antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya
singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.

b. Tracing Float (penjejakan)

Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari


penghancuran singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang
biasanya dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah
dengan arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian
kita mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang
sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai,
tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan
maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang terletak
jauh dibawah over burden.

c. Tracing dengan Panning (mendulang)

Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral
yang dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus
dan memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan
lanjutan yaitu trencing atau test pitting.

Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan
cara trenching atau test pitting.

- Trenching (pembuatan parit)

Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang
tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat
hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan ekonomis.
Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini
dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.

- Test Pitting (pembuatan sumur uji)

Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan
test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat bahwa
pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan maka hal
ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang hendak kita
buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada
waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang kita buat.
Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan, kita harus
dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini
juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman sumur
uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas
beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.

B. Metoda Langsung Bawah Permukaan

Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di permukaan
atau pada eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik, karena pada
eksplorasi langsung permukaan, kedalaman maksimum yang dapat dicapai + 30 meter.
Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dapat dilakukan apabila keadaan permukaan
memungkinkan untuk diadakan eksplorasi bawah permukaan, sebab apabila permukaan tidak
memungkinkan, misalnya permukaan itu tergenang air atau tertutup bongkah batu yang tidak
stabil, maka hal ini akan memberikan resiko yang besar jika dilakukan eksplorasi permukaan.

Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan misalnya,
pekerjaan harus berlangsung tetap didalam badan bijih, hal ini untuk memudahkan diadakan
pengamatan dan proses sampling pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerah-daerah yang
memiliki singkapan yang baik, karena dengan singkapan yang baik dapat memudahkan kita
untuk menentukan strike atau dipnya, yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan
adalah masalah biaya, dimana dalam pekerjaan eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar,
hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dana yang terbuang percuma jika nantinya
eksplorasi yang dilakukan hasilnya mengecewakan.
Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel, Shaft, Drift,
Winse dan lain-lain.

 Tunnel = suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus
kedua kaki bukit.
 Shaft = suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan
permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan serta alat-alat
kebutuhan tambang, ventilasi dan penirisan.
 Drift = suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan bijih yang
arahnya sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan bijihnya (dalam
pengeboran).
 Winze = lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari “level” ke arah “level”
yang dibawahnya.

Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti. Pengeboran sumur
minyak yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada tahun 1959 dengan menggunakan bor
(RIG) permanen (tidak dapat dipindah-pindah) dan pada pengeborannya menggunakan sistem
perkusif (tumbuk), pada pengeboran ini kedalaman maximum yang dapat dicapai adalah 60 ft
(+ 20 m) dengan bor lurus (vertical drilling).

Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan menara bor
yang dapat dipindah-pindah (portablering) dan dilakukan dengan beberapa cara pengeboran
yaitu dengan cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat dilakukan di
darat maupun di laut (on shore atau off shore). Pemboran tidak terbatas pada pemboran decara
vertikal saja tetapi dapat dilakukan secara miring (kemiringan dapat mencapai 90o), apabila
saat pengeboran kita menemukan batuan yang keras dan susah ditembus oleh mata bor, maka
dengan teknologi sekarang, pipa yang berada jauh di dalam tanah dapat dirubah arahnya
(dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras tersebut.

Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk mengambil contoh (sampling)
untuk diamati, pengeboran juga bisa bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air
tanah, minyak bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan (pada
kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan sampling kita dapat
membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta ini kita dapat mengetahui susunan
batuan dan ketebalan cadangan dan akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan secara
keseluruhan.
2. Metode tidak langsung
A. Metoda tidak langsung cara geofisika

Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan lokasi akumulasi
bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran fisik batuan bawah permukaan bumi.
Metoda yang dapat dilakukan eksplorasi geofisika diantaranya :

a. Metoda Gravitasi

Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah
satu benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul
digantung dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya
mengalami gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di
tempat yang gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih besar. Dengan demikian dapat
diperkirakan bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-
macam lokasi dari suatu daerah penyelidikan.

Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu
suatu alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar “torsion balance”,
maupun bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan yang kecil dalam gravitasi
bumi di berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh
besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari batuan.
Jadi kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur tertentu,
seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar, meskipun
tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya anomali gravitasi.

b. Metoda Magnetik

Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu barang
magnet raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan
bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti bumi. Setiap
batang magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik permukaan bumi
medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan
intensitas.

Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang intensitas
dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki
intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang
mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga
dengan segera dapat diketahui.

Metoda eksplorasi dengan magnetik sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi
sebagai berikut :

- Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai

- Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan

- Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral
ikutan

- Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam jumlah
cukup

- Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.

c. Metoda Seismik

Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak
dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan dibuat
dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan
kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan
getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat
penerima getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara
teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu
ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan
rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi
struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan yang
berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima gelombang yang
dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.

Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :

1. Jenis batuan

2. Derajat pelapukan
3. Derajat pergerakan

4. Tekanan

5. Porositas (kadar air)

6. Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)

H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih besar
(dibandingkan) :

1. Batuan beku basa : batuan beku asam

2. Batuan beku : batuan sedimen

3. Sedimen terkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi

4. Sedimen unkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi

5. Soil basah : soil kering

6. B. sedimen karbonat : batupasir

7. Batuan utuh : batuan terkekarkan

8. Batuan segar : batuan lapuk

9. Batuan berat : batuan ringan

10. Batuan berumur tua : batuan berumur muda

d. Metoda Geolistrik

Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang
dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan
sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari ujung
ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.

Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem
empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk
memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C,
dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena arus tadi,
elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential electode” disingkat P. ada beberapa
cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah
cara Wenner dan cara Shlumberger.

Jenis-jenis metode geolistrik yaitu :

1. Metode Tahanan Jenis

Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat tahanan jenis
listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip dasar metode resistivitas yaitu mengirimkan
arus ke bawah permukaan, dan mengukur kembali potensial yang diterima di permukaan.
Faktor geometri diturunkan dari beda potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN
yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus AB.Besarnya resistansi R dapat
diperkirakan berdasarkan besarnya potensial sumber dan besarnya arus yg mengalir. Besaran
resistansi tersebut tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jenis material karena masih
bergantung ukuran atau geometri-nya. Untuk itu digunakan besaran resistivitas yang
merupakan resistansi yang telah dinormalisasi terhadap geometri. Ketika melakukan
eksplorasi, perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik
tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap
perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri.

2. Metode Polarisasi Terimbas (Induced Polarization)

Metode polarisasi terimbas (Induced Polarization) adalah salah satu metode geofisika yang
mendeteksi terjadinya polarisasi listrik yang terjadi di bawah permukaan akibat adanya arus
induktif yang menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral logam. Parameter
yang diukur adalah nilai dari chargeability, yaitu nilai dari perbandingan antara peluruhan
potensial sekunder terhadap waktu. Konfigurasi pengukurannya sama dengan metoda tahanan
Jenis.Metode ini umumnya digunakan untuk penelitian eksplorasi air tanah, geoteknik,
ekplorasi mineral, studi lingkungan, dan arkeologi. Peralatan metoda Polarisasi Terimbas yang
dimiliki oleh Pusat Survei Geologi, adalah sebagai berikut : IPR-12 Receiver dengan TSQ-3
Transmitter Merk Scintrex.

3. Metode Potensial Diri

Metoda potensial diri pada dasarnya merupakan metoda yang menggunakan sifat tegangan
alami suatu massa (endapan) di alam. Hanya saja perlu diingat bahwa anomali yang diberikan
oleh metoda potensial diri ini tidak dapat langsung dapat dikatakan sebagai badan bijih tanpa
ada pemastian dari metoda lain atau pemastian dari kegiatan geologi lapangan. Karena
pengukuran dalam metoda potensial diri diperoleh langsung dari hubungan elektrik dengan
bawah permukaan, maka metoda ini tidak baik digunakan pada lapisan-lapisan yang
mempunyai sifat pengantar listrik yang tidak baik (isolator), seperti batuan kristalin yang
kering.

Ada dua macam teknik pengukuran Metode Potensial Diri yaitu:

1) Cara yang pertama, salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu lagi bergerak pada
lintasannya.

2) Cara yang kedua, kedua elektroda bergerak bersamaan secara simultan, misalnya dengan
interval 50 m.

B. Metoda tidak langsung cara geokimia

Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada batuan,
tanah, stream, air atau gas. Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi
unsur-unsur yang kontras terhadap lingkungannya atau background geokimia.

Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada zona
mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara satu titik atau
batuan dengan titik lainnya. Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk
menentukan perbedaan mendasar (anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel
yang kita cari. Proses untuk membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.

C. Gabungan keduanya

Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung.

Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota serta apa-
apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :

a. Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli

1. Geologist

2. Geophysist

3. Exploration Geologist

4. Geochemist

5. Operator Alat, dll


b. Rencana biaya

c. Pemilahan waktu yang tepat

d. Penyiapan peralatan atau perbekalan

- Peta dasar

- Alat surveying, ukur atau GPS

- Alat kerja :

1. Palu 5. Alat geofisika

2. Kompas 6. Alat sampling

3. Meteran 7. Altimeter

4. Kantong sampel 8. Alat bor dll

- Alat tulis

- Alat komunikasi

- Keperluan sehari-hari

- Obat-obatan atau P3K

e. Sesampai di lapangan :

1. Membuat base camp (perkemahan)

2. Mencek peralatan atau perbekalan

3. Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan langkah-langkah lebih


lanjut

4. Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan


sebenatnya (bila perlu)
DAFTAR PUSTAKA

1. Hatosuwarno. Sutarto. 2017. “Panduan Kuliah dan Praktikum Endapan Mineral”.


Yogyakarta.
2. SNI 13-5014-1998, ICS 73.020 tentang “Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Batubara”.
3. SNI-13-47261998 tentang “Klasifikasi Sumberdaya Mineral Dan Cadangan”

Anda mungkin juga menyukai