Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral, baik
dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya mempelajari
tentang sifat - sifat fisik, cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat - sifat kimia, dan
juga kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos. Logos yang berarti
ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti Mineralogi adalah Ilmu tentang
Mineral.

Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia yang
dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia
dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di
dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Selain itu kata mineral juga
mempunyai banyak arti, hal ini tergantung dari mana kita meninjaunya. Mineral
dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti
geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat
padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik
yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari
berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang
teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai
sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik
(Helmy, dkk, 1992 ).

I.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah :
- Sebagai hasil dari presentasi yang telah dilakukan
- Mengetahui bagaimana proses pembentukan mineral baik secara umum
maupun bagaimana tahapan-tahapannya

1|Mineralogi
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengetian Mineral Menurut Beberapa Ahli

Definisi mineral menurut beberapa ahli:


1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.
2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan
bukan hasil suatu kehidupan.

II.2 Proses Pembentukan Mineral Secara Umum

Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun


yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses
pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral
yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan
keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak
bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan
mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa
faktor yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur
kimia, aspek biologis dan fisika.

2|Mineralogi
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam
dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma,
dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari
proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu
faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak
terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk
setiap jenis pembentukan mineral.

II.3 Proses Pembentukan Mineral Terdiri dari Beberapa Proses

Menurut M. Bateman proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses
yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun
mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral, proses tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa,
lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral
silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis
mulai membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi
mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses
magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Early magmatis, yang terbagi atas:


 Disseminated, contohnya Intan
 Segregasi, contohnya Crhomite
 Injeksi, Contohnya Kiruna

3|Mineralogi
2. Late magmatis, yang terbagi atas:
 Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
 Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
 Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
 Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein

2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan
pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar
antara 600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan
umumnya Granit.

Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai
akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka
cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan
disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.

Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras
tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya,
sehingga pembekuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit
antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich
silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang
(Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby,
sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal).

3. Proses Pneumatolisis
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma
dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut

4|Mineralogi
kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih
tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap
panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding
yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit
(CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz,
aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn. Setelah temperatur mulai turun, antara
550 - 450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan
tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak
menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya,
kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun
karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya
sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.

4. Proses Hydrotermal
Sistem hidrotermal dapat didefenisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50°
sampai >500°C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervarisasi, di bawah permukaan bumi (Pirajno, 1992). Proses hidrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur
dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk
sebelumnya. Secara garis besar;
Endapan bijih hidrotermal terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal
yang melindi (leaching), menstranport, dan mengendapkan mineral-mineral
baru sebagai respon terhadap perubahan kondisi fisik maupun kimiawi
(Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang
dilewatinya (batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-
mineral primer menjadi mineral ubahan (alteration minerals. Semua
mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini disebut
sebagai endapan hidrotermal.

5|Mineralogi
Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi beberapa kelompok, yaitu :
a. Berhubungan dengan batuan beku
1. Porfiri : Cu, Au, Mo Contoh di Grasberg, Batu hijau
2. Skarn : Cu,Au,Fe Contoh Ertzberg complex
3. Greisen : Sn, W Contoh di P.Bangka
4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au,Cu, Ag,
Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro
5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar
b. Tidak berhubungan dengan batuan beku
1. lateral secretion (Missisippi valley type) : Au, Pb, Zn

Gambar 2.1 Diagram proses magmatisme-hidrotermal-vulkanisme, kaitannya


dengan mineralisasi bijih logam

6|Mineralogi
Endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
1. Endapan hipotermal, endapan hipotermal adalah proses pembentukan
mineral pada suhu tinggi (300°C- 500 0C) yang berada pada lingkungan
jauh dengan permukaan pada kedalaman kurang dari 4-6 km. prosesnya
hamper sama dengan epithermal dan endapan mesothermal. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi secara umum pada lingkungan ini, yang
mencirikan karakteristik dari proses mineralisasi, temasuk kondisi geologi
lokal (permeabilitas dan reaktivitas dari host-rocks) dan tekanan beserta
temperatur dari fluida hydrothermal (air pada temperatur 100°C dapat
tetap menjadi cairan dibawah tekanan yang tinggi tetapi ketika berada
lingkungan tekanan yang rendah dapat mendidih secara tiba-tiba bahkan
meledak secara explosive). Fluida hydrothermal mungkin dari residu
magma asli, tetapi umumnya terbentuk ketika airtanah terpanaskan oleh
tubuh batuan yang meleleh, contohnya sebuah sub-volcanic magma-
chamber.

Gambar 2.2 (A) Bedded facies : sphalerit dan galena interlaminasi dengan pirit, hidrotermal karbonat, dan carbonaceus chert.
(B) : Urat Kompleks : Pyrite, Sphalerite, Galena, dan Ferroan Carbonaceous. (C) : Dystal hidrotermal sediments. (D) : breksi
yang terisikan oleh Sphalerite, dan calcopyrite. (E) : Urat Sphalerite pada Silicified Shale (F)

7|Mineralogi
ciri-ciri endapan hipotermal adalah :
 Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
 Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan
intrusi dengan kedalaman yang besar.
 Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite,
Galena dan Spalerite serta oksida besi.
 Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W
dan Z.

2. Endapan mesotermal, Endapan mineral mesothermal merupakan


endapan mineral yang terbentuk pada temperature dan tekanan menengah.
Bijih endapan mineral ini terbentuk pada suhu sekitar 200-300˚C dengan
kedalaman sekitar 1200-3600m dibawah permukaan bumi. Pada dasarnya
pembentukannya tidak jauh berbeda dengan pembentukan endapan
mineral epitermal dan hipotermal, yang membedakan hanya suhu dan
tekanan pada saat pembentukannya. Magma mengalami diferensiasi
seiring penurunan suhu secara bertahap, mineral yang pertama kali
terbentuk adalah mineral yang terbentuk secara pegmatitic yang sarat akan
unsur logam, selanjutnya pada tingkat diatasnya kandungan unsur logam
mulai berkurang seiring pembentukan mineral secara pneumolitik,
sehingga tahapan pembentukan mineral yang selanjutnya adalah melalui
proses hidrotermal akibat kandungan unsur mineral logam yang sudah
mulai berkurang. Dalam proses pembentukan endapan mineral
hidrotermal ini diawali dengan endapan mineral hypothermal pada suhu
sekitar 300-500˚C dengan tekanan yang masih sangat tinggi, kemudian
terbentuk endapan mineral mesothermal pada suhu 200-300˚C pada
tekanan moderat, dan yang terakhir adalah endapan mineral epitermal
pada suhu sekitar 150-200˚C dengan tekanan rendah dekat dengan
permukaan. Semakin mendekati permukaan, maka mineral-mineral yang

8|Mineralogi
terbentuk cenderung kepada mineral yang bersifat acid(asam) seiring
berkurangnya kandungan unsur logam sehingga kandungan silikanya
secara otomatis akan mendominasi.
A. Macam Endapan Mineral Mesothermal, Endapan mineral mesothermal terdiri
dari beberapa beberapa mineral logam yang beberapa diantaranya adalah
timbal, seng, perak, dan emas. Mineral-mineral logam tersebut dapat
terendapkan bersama dengan mineral-mineral lain seperti kuarsa, pirit, dan
juga mineral karbonat. Zona altrasi yang luas mengeliilingi endapan mineral
mesothermal tersebut. Produk dari altrasi itu antara lain, sericite, kuarsa,
kalsit, pirit, dolomit, piroklas, klorit , dan mineral lempung. Ortoklas sekunder
dan mineral lempung dijumpai pada endapan tembaga yang tersebar dalam
zona tersebut. Beberapa mineral tersebut seperti klorit dan lempung lebih
memiliki karakteristik seperti endapan epithermal, akan tetapi biasanya
endapan tersebut terdapat pada bagian luar dari endapan mesothermal.
 Berikut merupakan ciri-ciri umum dari endapan mesothermal:
1. Pada endapan ini tekanan temperaturnya medium(300o -
200oC),
2. Karena bertemperaturnya medium maka proses pengendapan
hanya mengisi cela-cela (cavity filling) pada batuan yang
dibentuk oleh tekanan dan juga kadang-kadang mengalami
replacement karena temperature yang masih medium.
3. Asosiasi mineral yang ada berupah berupah sulfide Ag, As,
Au, Sb dan oksida (Sn) yang berasosiasi dengan batuan beku
asam yang didekat permukaan bumi oleh karena itu, mineral
Au, Cu dapat dijumapi pada mineral kuarsa dan kalsit pada
batuan beku asam dan batuan sedimen.

Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-


mineral yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan

9|Mineralogi
barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti
pirit (FeS2), kuarsa(SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida
hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Sedangkan alterasi yang ditimbulkan untuk tipe endapan
mesothermal khususnya pada dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini.

Batuan dinding Hasil Alterasi

batuan gamping silisifikasi


serpih, lava selisifikasi, mineral-mineral lempung
batuan beku asam sebagian besar serisit, kwarsa, beberapa
batuan beku basa mineral lempung
serpentin, epidot dan klorit

Tabel 2.1 Alterasi-alterasi yang terjadi pada tipe endapan Mesothermal

Paragenesis dari endapan mesothermal dan mineral gangue antara lain stanite (Sn,
Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu 3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit
(Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit
(CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Lindgren (1933) menyatakan bahwa endapan mesothermal tidak mengandung
mineral garnet, topas, piroksen, amphibole, dan tourmaline yang merupakan mineral
dengan suhu pembentukan yang tergolong tinggi. sedangkan endapan mesothermal
juga tidak mengandung zeolite yang proses pembentukannya pada suhu yang
tergolong rendah.

10 | M i n e r a l o g i
Endapan mineral mesothermal berhubungan erat dengan batuan beku secara spasial
ataupun secara genetic (genesa), sedangkan dalam hal lain, tidak ada asosiasi genetic
yang bisa dijabarkan.
B. Lokasi Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal, Lokasi Pembentukan
dari Endapan Mineral Mesothermal adalah pada Urat-urat polimetalik pada
batuan yang berumur paleozoikum bawah, dengan contoh batuan yang telah
diketahui dari Pembrokeshire, melewati Wales tengah ke Snowdonia dan pada
Anglesey. Secara khusus, urat-urat polimetalik terdapat pada patahan,
rekahan-rekahan batuan dan zona patahan. Proses mineralisasi dimungkinkan
terdapat pada struktur, atau berkembang dengan pola minim (jarang). Gerakan
perulangan dan proses aktivitas mineralisasi adalah hal yang khusus. Dip-dip
sangat dimungkinkan untuk berubah-ubah dan dip-dip curam merupakan hal
yang lazim pada batuan-batuan yang berkompeten (contoh batupasir, dolerite
sills) dan dip-dip yang kurang curam terdapat pada batuan-batuan yang tidak
berkompeten (contoh serpih, batulempung). Wallrock biasanya teralterasi,
dengan kenampakkan yang agak memudar. Di dalam Urat-urat polimetalik
terkandung tembaga, timbal, seng, perak, dan emas (sangat ekonomis),
arsenic, dan logam putih, selalu didapatkan sufida langka, arsenide atau
telluride,. Material – material ini terbentuk dari sejumlah proses, yang berada
di Wales, Ketika sekuen sedimen tebal dan batuan vulkanik terkubur sangat
dalam, hal ini digunakan untuk penambahan tekanan dan suhu, menghasilkan
produk dalam metamorfisme tingkat rendah. Jumlah kebebasan air yang
signifikan ini berasal dari mineral yang terhidrasi, seperti lanau, sebagai
rekristalisasinya. Unsur yang mengandung air ini lalu pindah sebagai fluida
hidrotermal sepanjang jalan yang dapat dilewati air pada batuan, seperti
patahan dan zona rekahan, dimana mineral-mineral terdepositkan. Beberapa
sampel terbaik yang berasal dari Welsh, sama seperti urat-urat yang berada di
sabuk emas Dolgellau, diisi oleh batuan sedimen berumur tengah sampai atas
kambrian, dan intrusi, dan terbentuk lebih dahulu dari deformasi Caledonian

11 | M i n e r a l o g i
yang terangkat menjadi cekungan Welsh pada masa Devonian. Urat-urat
tersebut mengisi rekahan patahan dengan panjang strike hingga beberapa
kilometer dan khususnya terungkap menyerupai struktur pita sebagai contoh
ilustrasi diatas.
Reaksi metamorfisme menyebabkan pengisian air berskala luas pada batuan yang
terkubur sangat dalam, dipercaya telah mengalami proses mekanisme yang memicu
fluida hidrotermal.
 ciri-cirinya endapan mesotermal adalah :
 Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada
endapan hipotermal.
 Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat
dengan permukaan bumi.
 Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering
mengalami proses penggantian antara lain berupa “crustification”
dan “banding”.
 Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan
Oksida Sn.
 Proses pengayaan sering terjadi.

4. Endapan epitermal, endapan epitermal merupakan endapan


yang terbentuk di dekat permukaan, dengan kondisi
temperature yang rendah

ciri-cirinya sebagai berikut :


 Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
 Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
 Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
 Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).

12 | M i n e r a l o g i
 Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
 Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral
“gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.

Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan


hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi
berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas
mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang
berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs,
Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse),Solution cavity
filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer fillings.
 metamorfisme-hidrotermal
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan
mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement),
pada bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan
fluida yang berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak
dan metasomatosa kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping
terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn.
Dalam proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta
meteorik ikut terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan
terakumulasi antara tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan
batuan disekitarnya. Walaupun sebagian besar skarn ditemukan pada batuan
karbonat, tetapi juga dapat terbentuk pada jenis batuan lainnya, seperti serpih,
batupasir maupun batuan beku.
a) Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b) Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au

13 | M i n e r a l o g i
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah
material gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan
sulfida terutama yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan
karbonat. Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe
batuan dan asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-
skarn dan exoskarn mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan
batugamping yang terkait. Endoskarn adalah proses skarnifikasi yang terjadi
pada batuan beku, sedangkan exoskarn adalah skarnifikasi pada batugampiong
sekitar batuan beku. Pada kenyataannya sebagian besar bijih skarn hadir
sebagai exo-skarn.
5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)
Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic
yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal
dan sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan
metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini
dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi
unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses
dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan
yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau
lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan
bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion
secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang
dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan
merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan
Disseminated.
6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
7. Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.

14 | M i n e r a l o g i
8. Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri atas : Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite
dan lain-lain. Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai,
alluvial dan eolian.
9. Metamorfisme, suatu rangkaian dari proses-proses yang menghasilkan
perubahan tersktrural. Metamorfisme ini merupakan proses reaksi reaktalisasi
di dalam kerak bumi pada kedalaman antara (3-20 km) yang pada
keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa
melalui fase cair sehingga terbantuk struktur dan mineral yang baru akibat
dari pengaruh temperature dan suhu. Proses metamorfisme Terbagi atas
endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.

II.4 Pembentukan Mineral Dalam Magma yang telah disusun Oleh Reaksi
Bowen series
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh
Bowen (seri reaksi Bowen).

Gambar 2.3. Bowen Series (Ibrahim, 2012)

15 | M i n e r a l o g i
Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan kristalisasi suatu mineral sesuai
dengan penurunan suhu (bagian kiri) dan perbedaan kandungan magma (bagian
kanan), dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal dari magma induk yang
bersifat basa.
Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua cabang; kontinyu dan diskontinyu.
 Continuous branch (deret kontinyu)
Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret kontinyu,
mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya. Dari
bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu, kemudian seiring
penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma yang
pada akhirnya membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya
reaksi ini berlangsung hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan.
Karena mineral awal terus ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali
ditemukan plagioklas kaya kalsium di alam bebas. Bila pendinginan terjadi
terlalu cepat, akan terbentuk zooning pada plagioklas (plagioklas kaya
kalsium dikelilingi plagioklas kaya sodium).

 Discontinuous branch (deret diskontinyu)


Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates. Dalam deret
diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu
tertentu dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma.
Bowen menemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terbentuk olivin, yang
jika diteruskan akan bereaksi kemudian dengan sisa larutan magma,
membentuk pyroxene. Jika pendinginan dilanjutkan, akan dikonversi ke
pyroxene, dan kemudian biotite (sesuai skema). Deret ini berakhir ketika
biotite telah mengkristal, yang berarti semua besi dan magnesium dalam
larutan magma telah habis dipergunakan untuk membentuk mineral. Bila
pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada tidak sempat

16 | M i n e r a l o g i
bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk rim (selubung) yang
tersusun oleh mineral yang terbentuk setelahnya.

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar (Orthoklas), ke Muscovit dan terakhir Kwarsa, maka mineral kwarsa
merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral mafik atau
mineral felsik. Sehingga dengan memperhatikan reaksi Bowen, kita
memperoleh berbagai kemungkinan himpunan mineral utama didalam batuan
beku diantaranya:
1. Kelompok batuan Ultrabasa dan Basa, mineralnya antara lain: Olivin ,
Olivin – Plagioklas, Piroksen, Olivine – Piroksen, Olivin – Plagioklas
– Piroksen, Piroksen – Plagioklas
2. Kelompok batuan Intermediet, mineralnya antara lain: Piroksen –
Horblende – Plagioklas, Hornblende – Plagioklas, Hornblende –
Plagioklas – Biotit – Kwarsa
3. Kelompok batuan Asam, mineralnya antara lain: Hornblende –
Plagioklas – Biotit – Orthoklas, Hornblende – Plagioklas – Biotit –
Muscovit, Muscovit – Biotit – Orthoklas

II.5 Contoh-Contoh Mineral dan proses terbentuknya

1. Olivine
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsure besi (Fe)
dan Magnesium (Mg) . Mineral Olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas,
terbentuk pada temperature yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada
batuan basalt dan ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari
mineral olivine dikenal dengan batuan Dunite.

17 | M i n e r a l o g i
Gambar 2.4. Olivine (Noor, 2009)

2. Pyroxene

Pyroxene akan terbentuk jika suhu dinaikkan sisa magma dari hasil
pemebntukan olivine akan membentuk mineral pyroxene, pyroxene
merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki hubungan
erat dalam struktur Kristal. Dalam batuan beku piroksin adalah Augote calico
rendah atau piogionite, sedangkan dalam batuan plutonik, piroksin adalah
Augite.

\
Gambar 2.5 Augite (Scribd, 2011)

18 | M i n e r a l o g i
3. Pirit

Pirit dapat terbentuk sebagai hasil reduksi sulfur primer oleh ristal dan air
tanah yang mengandung ion besi. Bentuk pirit hasil reduksi ini biasanya
framboidal dengan sumber sulfur yang tereduksi kemungkinan terdapat dalam
material yang terendapkan bersama batubara. Terbentuknya pirit ristalr sangat
berhubungan dengan frekuensi cleat / rekahan karena kation-kation yang
terlarut (dalam hal ini ion Fe) akan terbawa ke dalam batubara oleh aliran air
tanah melalui cleat tersebut dan selanjutnya bereaksi dengan sulfur yang telah
tereduksi untuk kemudian membentuk pirit (Demchuk T.D, dalam
International Journal of Coal Geology, 1992).

Pembentukan pirit ristalr sangat dipengaruhi oleh keterdapatan sulfur primer


yang telah tereduksi, ion besi dan tempat yang cocok bagi pembentukannya

Gambar 2.6 Pirit (Scribd, 2011)

4. Amphibole

19 | M i n e r a l o g i
Kelompok Mineral silikat yang terbentuk ristal atau Kristal yang menyerupai
jarum. Mineral ini mengandung besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca),
dan Aluminium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O 2), mineral ini dapat dijumpai
pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf

Gambar 2.7 Amphibole (Noor, 2009)


5. Kalsit
Endapan kalsit merupakan hasil retrukturisasi batugamping yang mengkristal
setelah mengalami proses pelarutan. Umumnya terjadi pada batugamping
atau marmer dalam masa kristalin yang berlapis dan berupa stalaktit dan
stalakmit. Batuan ini terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku
yang terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan ristalre
yangtinggi. Hampir dari semua jejak jejak asli batuan (termasuk kandungan
fosil) danbentuk struktur lapisan (seperti layering dan ripple marks)
menjadi hilang akibatdari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan
rekristalisasi. Pada batuan initerbentuk goresan yang tersusun dari
mineralseperti hornblende yang tidakterdapat pada batuan sedimen. Pada
gneiss, kurang dari 50% dari mineralmineral menjadi mempunyai bentuk
penjajaran yang tipis dan terlipat padalapisan-lapisan.Manfaat batuan
Digunakan untuk membuat patung, nisana.

20 | M i n e r a l o g i
Kalsit yang berkomposisi kimia CaCO3 dapat ditemukan dalam keadaan
murni dan tidak, tergantung kepada kandungan mineral pengotornya. Mineral
pengotor ini terbentuk karena adanya subtitusi rista Ca oleh rista logam seperti
Mg, Fe, Mn. Dalam prosentase tertentumineral pengotor kalsit akan
membentuk mineral kapur lain seperti dolomit, ankerit dan kutnakorit.

Gambar 2.8 Kalsit (Scribd, 2011)


6. Biotite
Jika pendinginan dilanjutkan setelah terbentuknya pyroxene, maka akan
terbentuk biotite (sesuai skema bown series), Mineral ini berbentuk pipih dan
terdiri dari

Gambar 2.9 Biotite (Noor, 2009)

21 | M i n e r a l o g i
7. Plagioclas
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena
mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral
yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada
batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu
menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral
yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar
pada batuan asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya
komposisiPlagioklas ini merupakan deret : “Solid Solution” yang merupakan
reaksi ristal, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi
setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis
Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Juga “Calcic Plagioklas”, sedangkan
Albit adalah Plagioklas kaya Na ( “Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas” ).

Proses pembentukan mineral Plagioklas berdasarkan Bowen Reaction Series


terletak pada deret continuous. Deret ini mewakili pembentukan feldspar
plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar,
CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam
pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar,
CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C.
Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh
pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar
6000 oC feldspar dengan rista 100% natrium terbentuk. Kemudian terdapatnya
pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa mineral ini terletak pada awal
pembentukan karena pada awal pembentukan ini mineral belum mempunyai
resistensi yang tinggi sehingga mudah terbentuk pecahan dan mineral ini
terdapat pada batuan beku basa hal ini dikarenakan mineral ini terbentuk lebih
dulu (semakin keatas sifatnya semakin basa dan semakin kebawah semakin
asam)

22 | M i n e r a l o g i
Gambar 2.10 Plagioclas (Scribd, 2011)

8. Kuarsa
Proses pembentukan mineral yaitu melalui pembekuan magma yang bersifat
asam, setelah proses magmatisme dan memasuki fase pegmatisme dan
pnumatolisis pada proses hidrotermal yang bersuhu rendah (berkisar 2000 –
o
4000 C). Awalnya magma mengintrusi batuan dipermukaan dan
menghasilkan gejala-gejala intrusi sehingga terbentuklah mineral-mineral
yang bersifat holokristalin dan asam. Kemudian seiring dengan penurunan
suhu karena penyerapan panas oleh batuan yang dilaluinya serta penurunan
tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari dapur magma dan pengaruh
gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu pembentukan ristal kuarsa,
selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa dengan kondisi tertentu sehingga
membentuk tekstur yang tertentu pula. Mineral ini dijumpai pada batuan beku
asam seperti granit, granodiorit, tonalit, ryolit. Pada batuan sedimen klastik
sebagai detrital material, pada batuan metamorf yaitu phylit, kuarzit granulit
dan eklogit.

23 | M i n e r a l o g i
Di dalam geode berongga yang didapatkan di daerah batuan piroklastik
didapatkan pula kuarsa kristal dengan struktur bergerigi.

Gambar 2.11 Kuarsa (Scribd, 2011)

24 | M i n e r a l o g i
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
 Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-
logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh
aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga
dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral
yang telah ada karena suatu factor
 Ada beberapa proses pembentukan mineral, seperti :
1. Proses Magmatis
2. Proses Pegmatisme
3. Proses Pneumatolisis
4. Proses Hidrotermal
5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)
6. Proses Sedimenter
7. Proses Evaporasi
8. Konsentrasi Residu dan Mekanik
9. Metamorfisme
 Proses pembentukan mineral dipengaruhi oleh suhu dan tekanan
III.2 Saran
III.2.1 Saran Umum

Saran umum dari makalah ini adalah:

- Perlulah menggunakan EYD yang benar dalam membuat suatu karya tulis
seperti makalah

III.2.2 Saran Khusus

Saran khusus dari makalah ini adalah:

- Perlulah referensi yang terperinci tentang proses pembentukan mineral

25 | M i n e r a l o g i
26 | M i n e r a l o g i

Anda mungkin juga menyukai