3. BURLIYAN SUTENDI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerak bumi dan rigid mantel di bawahnya membuat litosfer, terdiri dari berbagai macam
mineral dan batuan termasuk juga minyak dan gas. Lebih dari 80% bahan baku yang
digunakan dalam segi ekonomi, masyarakat, dan lingkungan berasal dari mineral.
Penggunaan dalam proyek konstruksi besar seperti jalan, rel kereta api, bandara, terowongan,
lokasi bendungan, gedung bertingkat, pemukiman industru,dll. Sekitar 3800 mineral yang
terdapat di bumi, 40 mineral (25 mineral bukan logam dan 25 logam), disebabkan permintaan
mineral yang tinggi, maka semakin banyak eksplorasi yang dilakukan untuk mendapatka
mineral-mineral yang memiliki manfaan dalam kehidupan manusia.
Mineralogi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral, dalam bentuk
individu dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat
kimia, dan kegunaannya. Mineralogi adalah cabang dari ilmu geologi , karena mineral
sebagai pembentuk batuan dari kerak bumi. Mineral menurut Berry dan Mason adalah suatu
benda padat yang homogen dan terdapat dialam, terbentuk secara anorganik, dengan
tambahan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan terdapat unsur atom yang tersusun
sistematis. Mineralogi memiliki banyak cabang ilmu yang diklasifikasikan menjadi:
1. Kristalografi mempelajaru bentuk kristal, yang mana mineral tersebut berubah
mengkristal, serta struktur internalnya, hubungan, distribusi atom, ion, atau gugus
ionik dalam kisi kristal.
2. Mineralogi fisik adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik mineral, seperti
pembelahan kohesi, elastisitas, warna, kilau, guratan, kekerasan, dan kerapatan
3. Mineralogi optik mempelajari sifat optik mineral, termal, dan magnet, kelistrikan
konduktivitas, radioaktivitas, dan sebagainya.
4. Mineralogi kimia adalah ilmu yang mempelajari rumus kimia, persentase masing-
masing unsur dan sifat kimia mineral lainnya.
5. Klasifikasi mineral berdasarkan jenis logam/non logam (bijih besi dan kuarsa),
kimia (oksida, sulfida, arsenida, dan silikat).
7. berdasarkan sifat umum mereka, sebagian besar sifat kimia dan struktur. 7.
Mineralogi lingkungan menceritakan kondisi yang kompleks dan sangat berbeda
dari asal muasal mineral, mengeksplorasi kemungkinan bahaya yang terkait
dengan mineral elemen atau industri tertentu, jika ada, konsumsi optimal, daur
ulang, dan pembangunan berkelanjutan.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dimakalah ini, yaitu sebagai berikut:
D. Hipotesis
Menurut Danisworo, 1994 mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk
kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara
terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral
dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan
dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik
(anorganik). Maka pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli
geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian
umum untuk definisinya.
Kita bisa menarik kesimpulan bahwa mineralogi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang unsur-unsur mineral dalam kesatuan fisik, sifat kima dan juga
kegunaannya. Sedangkan mineral, yaitu suatu benda padat yang bersifat homogen
terdapat di alam dan terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada
batas-batas tertentu serta mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
BAB II
PEMBAHASAN
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik
dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-
sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. Minerologi
terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian
berlainan dan bahkan dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan
organik (anorganik). Maka pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli
geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum
untuk definisinya (Danisworo, 1994).
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan
bukan hasil suatu kehidupan.
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau suatu
pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun tidak termasuk
didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu definisi baru atau
definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan suatu ketentuan
umum bahwa mineral itu mempunyai sifat sebagai: bahan alam, mempunyai sifat fisis
dan kimia tetap dan berupa unsur tunggal atau senyawa.
Secara fase reaksi, proses pembentukan mineral atau kristalisasi dibagi menjadi:
Nucleation, yaitu pembentukan inti mineral di mana inti tersebut bisa berubah ukuran
menjadi besar di dalam proses pertumbuhan. Inti ini menjadi besar sebagai akibat dari
kumpulan material pokok mineral yang saling terikat.
Pertumbuhan dan Pembesaran, proses ini bisa terjadi jika berada pada kondisi yang
menguntungkan. Pertumbuhan sendiri dimulai dari bertambahnya lapisan secara bertahap,
secara perlahan pertumbuhan sampai mencapai kondisi yang stabil.
Di alam keberadaan mineral ada berbagai macam. Secara umum mineral terbagi menjadi dua
yaitu mineral berjenis logam dan mineral non logam. Kedua jenis logam tersebut terbentuk
akibat adanya proses mineralisasi yang berasal dari kegiatan magmatis, mineral ekonomis
lain, serta proses alterasi yaitu mineral yang berasal dari suatu mineral dan telah ada karena
faktor tertentu. Proses pembentukan mineral baik secara alterasi maupun mineralisasi, tidak
terlepas dari beberapa faktor. Dampak dari faktor tersebut berbeda untuk setiap mineral.
Proses pembentukan mineral menurut M. Bateman dibagi menjadi beberapa proses sehingga
menghasilkan mineral tertentu. Proses pembentukan mineral tersebut antara lain:
1. Proses magmatis
Sesuai namanya, proses pembentukan mineral ini terjadi di dapur magma primer sehingga
mineral yang terbentuk akan bersifat ultra basa untuk kemudian mengalami pendinginan dan
pembekuan hingga membentuk mineral – mineral bijih dan silikat. Mineral tersebut pada
suhu tinggi yaitu sekitar lebih dari 600 derajat celcius sehingga berhasil mengubah stadium
liquido magmatis menjadi mineral berbentuk logam maupun non logam. Proses pembentukan
magmatis sendiri terbagi menjadi 2 macam, antara lain:
2. Early magmatis
yaitu sebuah endapan yang berasal dari proses magmatik secara langsung dan lebih
dikenal dengan sebutan orthomagmatik di mana pada proses ini terjadi pengkristalan magma
hingga mencapai 90%. Khusus mineral bijih, selalu berasosiasi dengan batuan beku plutonik
ultrabasa dan basa. Untuk bentuk endapan terbagi menjadi 3 cara yaitu dengan cara injeksi,
disseminated dan segregasi.
Late magmatis, mineral ini berasal dari kristal yang telah terbentuk dari batuan silikat dan
berasal dari sisa magma yang sangat kompleks serta memiliki corak dengan banyak variasi.
Sifat mineral dari late magmatis ini yaitu mobilitas tinggi. Di dalam late magmatis terdapat
istilah jebakan ore yang terbentuk setelah adanya batuan silikat yang menerobos serta
bereaksi dan perubahan tersebut disebut deuteric alteration. Jebakan ore late magmatic yang
bergabunga dengan batuan beku dasar menghasilkan berbagai macam proses differensiasi dan
masuk ke dalam beberapa golongan yaitu residual liquid injection, residual liquid
segregation, immiscible liquid injection, dan immiscible liquid segregation.
3. Proses Pegmatisme
Proses pembentukan mineral selanjutanya yaitu tahap pegmatisme. Pada proses ini larutan
sisa magma yang terdiri atas cairan dan gas mempunyai suhu sekitar 450oC – 600oC. Di
tahap ini juga terjadi kumpulan batuan berupa batuan granit.
4. Proses Pneumatolisis
Pada tahap ini, suhu mineral mulai menurun yaitu sekitar 450oC – 550oC dan selanjutnya
terjadi akumulasi gas sehingga menghasilkan jebakan pneumatolisis yang hanya
menghasilkan sisa magma dalam bentuk cair. Terdapat unsur volatile yang bergerak
menerobos batuan beku dan juga batuan yang ada di sekitarnya, hingga akhirnya tercipta
mineral karena adanya proses volatile maupun proses sublimasi dari batuan – batuan yang
telah diterobos. Hasil dari kedua proses tersebut berupa endapan mineral yang disebut
mineralpneumatolitis.
5. Proses Hidrotermal
Proses hidrotermal yaitu proses pembentukan mineral karena adanya pengaruh dari suhu
atau temperatur serta tekanan sangat rendah dan adanya larutan magma yang sudah terbentuk
sebelumnya. Bentuk – bentuk dari endapan mineral bisa ditemukan sebagai bagian dari
proses endapan hidrotermal yang disebut Cavity Filling. Cavity Filling sendiri merupakan
suatu proses mineralisasi dengan mengisi ruang bukan rongga yang terdapat di dalam batuan
dan terdiri atas mineral – mineral yang telah diendapkan dari larutan bukaan – bukaan batuan.
6. Proses Replacement
Proses ini juga disebut sebagai proses metasomatic replacement yaitu proses pembentukan
endapan – endapan (Baca: Ciri – Ciri Tanah Endapan)yang berasal dari mineral epigenetik
yang didominasi dengan pembentukan endapan hipotermal dan mesotermal di mana proses
ini penting di dalam kelompok epitermal. Pada endapan metasomatik terdapat mineral bijih
yang telah terbentuk dan dikontrol oleh unsur – unsur sulfida serta didominasi oleh formasi
unsur – unsur endapan mineral.
7. Proses Sedimenter
Proses ini menghasilkan endapan yang berasal dari proses pengendapan beberapa mineral
dan telah mengalami pelapukan batuan sebelumnya. Hingga akhirnya terkumpul dan
tersedimentasi di suatu tempat.
8. Proses Evaporasi
Proses evaporasi merupakan suatu proses dari pembentukan mineral yang terdapat di
daerah kering dan juga panas hingga tidak heran jika di daerah ini proses penguapan sering
terjadi. Akibatnya mineral yang terlarut di dalam air akan tetap tinggal saat penguapan
sedang terjadi.
Pada tahap ini terdapat endapan residual yang merupakan hasil dari proses pelapukan dan
pengendapan terjadi di tempat yang sama. Sehingga dapat dikatakan jika endapan tersebut
tidak mengalami perpindahan menggunakan media seperti air atau angin. Proses
pelapukannya sendiri bisa terjadi secara kimia dan juga fisika.
Mineral bijih yang berada di dekat permukaan bumi, akan mengalami pelapukan dan itu
disebabkan oleh udara ataupun rembesan dari air. Akibatnya muncullah pelapukan hingga
pelarutan dari batuan di mana batuan tersebut membentuk padatan yang masif berubah
menjadi porus disebut dengan gossam. Terdapat mineral primer yang mengalami oksidasi
sampai dengan batas muka air tanah atau zona oksidasi. Di zona oksidasi terjadi akumulasi
mineral oksida sekunder limonit yang mempunyai ciri khusus. Selanjutnya terjadi pelarutan
garam dan asam sulfat di zona sulfidasi atau daerah di bawah air tanah, di daerah ini juga
terbentuk mineral sekunder (Baca: Perbedaan Mineral Primer Dengan Mineral Sekunder).
Pada proses ini terbentuk batuan metamorf yang berasal dari mineral batuan beku, mineral
metamorf dan mineral batuan sedimen. Di proses metamorfisme ini terjadi perubahan dari
suatu mineral menjadi mineral baru atau menghasilkan mineral yang sama akan tetapi
mempunyai sifat berbeda sebab menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang baru.
Contoh perubahan mineral lama menjadi mineral baru yaitu mineral homblende menjadi
mineral serpentine, sedangkan perubahan mineral lama menjadi mineral sama dengan sifat
berbeda yaitu mineral calcite menjadi mineral calcite kembali namun dengan sifat yang
berbeda.
Kegunaan Tembaga
Tembaga merupakan unsur kimia yang memiliki simbol cu (cuprum) dan paling
banyak digunakan untuk industri apa pun, lantaran sifatnya yang tahan terhadap panas
dan listrik, elastis, lunak, serta tahan korosi. Umumnya selain digunakan tanpa bahan
campuran lain, tembaga juga dapat dikombinasikan dengan kuningan, timah,
aluminium, maupun silikon.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai tembaga dipakai untuk pembangunan
rumah, bangunan, maupun jalan. Akan tetapi, nyatanya tembaga juga dapat berfungsi
untuk kabel listrik yang dicampur dengan kuningan, pipa saluran air, komponen
rakitan, atau bahkan untuk barang-barang elektronik serta kendaraan baik roda dua
maupun roda empat.
Kegunaan Emas
Emas yang memiliki simbol AU atau Latin Aurum merupakan mineral yang termasuk
dalam golongan logam transisi. Emas pun memiliki sifat sebagai penghantar panas
dan listrik yang baik, maka tidak heran jika emas pun dijadikan campuran dalam
pembuatan komponen elektronik agar mampu bekerja maksimal dalam
menghantarkan arus listrik. Selain itu, Anda mungkin sering menjumpai emas dalam
toko perhiasan baik berupa barang jadi seperti kalung, cincin, gelang, anting-anting
ataupun bentuk batangan logam mulia. Selain itu, emas juga dimanfaatkan sebagai
jaminan oleh Bank Sentral dalam mencetak mata uang baru agar tidak terjadi inflasi.
Emas pun dimanfaatkan dalam bidang kesehatan dalam pembuatan gigi emas, serta
untuk industri lainnya.
Kegunaan Perak
Perak memiliki simbol Ag dan bernama latin Argentum. Perak dikenal sebagai bahan
dalam pembuatan medali untuk suatu acara perlombaan atau ajang penghargaan. Sifat
perak yang berupa antiseptik, antiinflamasi, dan antimikroba, menjadikan perak
bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Di antaranya dapat dijadikan
bahan campuran dalam pembuatan krim maupun lotion yang dapat membantu
membersihkan jerawat ataupun mencerahkan kulit. Perak juga terdapat dalam
deodoran lantaran mengandung biocide yang dapat berfungsi untuk membunuh
bakteri.Kegunaan mineral hasil pertambangan satu ini juga dapat dijumpai dalam
pembuatan perhiasan, selain emas. Bahkan Anda pun sering menggunakannya untuk
peralatan makan sehari-hari ataupun peralatan rumah tangga lainnya.
Kegunaan Batubara
Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan batubara yang biasa dipakai untuk
bahan bakar serta dapat diolah menjadi energi listrik. Akan tetapi, batubara juga
memiliki manfaat lain yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya:
D. Klasifikasi Mineralogi
Berdasarkan sifat-sifat kimianya, mineral menurut BERZELIUS, dapat digolongkan
menjadi 8, yaitu :
I. Native Elements
II. Sulfides dan Sulfosalts
III. Halides
IV. Oxides dan Hydroides
V. Carbonates, Nitrates dan Borates
VI. Sulfates, Chromates, Molybdates dan Tungstates
VII. Phospates, Arsenates dan Vanadates
VIII. Silicates
III. HALIDES
Adalah persenyawaan kimiawi dimana unsur-unsur logam bersenyawa dengan unsur-
unsur Halogen (Chlorine, Bromine, Flourine dan Iodine)
Umumnya ditemui dalam sejumlah Lingkungan Geologi. Beberapa diantaranya
ditemui dalam sequen evaporite, seperti Halite (NaCl), hal ini merupakan alterasi dari
Lapisan-lapisan batuan sedimen yang mengandung evaporite seperti Gypsum, Halite
dan Batuan Potash (batuan berkalium-Karbonat) dalam sebuah sequen yang sempurna
antara lapisan dengan batuan-batuan seperti Marl dan Limestone.
Halides yang lainnya seperti Flourite terbentuk lapisan-lapisan hidrothermal.
Golongan Halides bersifat sangat lunak (Kekerasannya antara 2 – 4,5), mempunyai
sumbu simetri kristal yang berbentuk kubik, Berat Jenis cenderung rendah.
Contoh mineral-mineral golongan Halides antara lain Sylvite (KCl), Cryolite
(Na3AlF6), Atacamite [Cu2ClC(OH)5].
VIII. SILICATES
Adalah persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan salah satu dari Si – O
tetrahedra (SiO4)-4 tunggal atau berantai.
Silicates adalah golongan mineral yang paling besar dan sangat berlimpah-limpah
keberadaannya, dalam hal ini silicat adalah unsur pokok penyusun batuan beku dan
batuan metamorf.
Mineral-mineral silicates cenderung bersifat : keras, berwarna transparant (jernih dan
tembus cahaya) hingga translucent (tembus cahaya) dan mempunyai Berat Jenis rata-
rata sama.
Pada umumnya dalam semua struktur silicat, silicon berada diantara 4 atom oksigen
(kecuali yang terbentuk pada tekanan yang ekstrim).
Dari strukturnya (sudut bangunnya) siliact dibagi menjadi 6 kelas, yaitu :
1. Nesosilicate
- Mempunyai (SiO4)-4 tetrahedra yang benar-benar terpisah (tetra hedra silikon-
oksigen benar-benar terpisah), komposisi berupa SiO4.
- Mineral khasnya Forsterit (Mg2SiO4), mineral lainnya seperti :
Olivine [(Mg,Fe)2SiO4], Zircon (ZrSiO4), Sillimanite (Al2SiO5).
2. Sorosilicate
- Mempunyai 2 tetrahedra yang dihubungkan oleh 1 atom oksigen yang
merupakan milik bersama (dipakai bersama-sama), komposisi berupa Si2O7.
- Mineral khasnya Akermonite (Ca2MgSi2O7), mineral lainnya seperti :
Heminorphite [Zn4Si2O7(OH)2.H2O], Zoisite [Ca2Al3(Si3O12)OH]
3. Cyclocilicate
- Mempunyai tetrahedra yang saling berhubungkan membentuk struktur
lingkaran tertutup dengan komposisi berupa SinO3n.
- Bila mempunyai lingkaran 3 tetrahedra, misalnya mineral Benitoite
(BaTiSi3O9), Bila mempunyai 6 mineral 3 tetrahedra, mineral Beryl
(Be3Al2Si6O18).
Mineral lainnya seperti Cordierite [Mg2Al4Si5O18], Ferroxinite
[Ca2FeAl2Bsi4O15(OH)], Manganaxinite [Ca2MnAl2BSi4O15(OH)].
4. Inosilicate
- Mempunyai tetrahedra yang saling berhubungkan membentuk struktur rantai
tunggal/ganda dan saling terikat oleh unsur logam.
- Rantai Tunggal mempunyai komposisi Si : O = 1 : 3, misalnya terlihat pada
mineral-mineral Piroksin Group seperti Diopside (CaMgSi2O6), Hornblende
[CaFeSi2O6], Jadeite [Na(Al,Fe+3)Si2O6].
- Rantai Ganda, dimana 2 rantai tunggal paralel yang posisi tetrahedranya
berselang-seling/terikat menyilang dengan perbandigan komposisi Si : O = 4 : 11
dicirikan oleh mineral-mineral Amphibole group [(Ca,Na)(Mg,Fe)]Silicat-OH, seperti
Tremolite [Ca2Mg5Si8O22(OH)2, Actinolite [Ca2(Mg,Fe)5Si8O22(OH)2],
Hornblende [(Na,K,Ca)3(Mg,Mn)5Si8O22(OH)2].
Mineral lainnya seperti Wollastonite [CaSiO3], Rhodonite [(Mn, Fe, Mg)SiO3],
Neptunite [Na2Kli(Fe,Mn)2Ti2Si8O24].
5. Phylosilicate
- Mempunyai lapisan yang terbentuk oleh pemakaian secara bersama-sama oleh
3 ion oksigen dari tiap-tiap tetrahedra yang berbatasan disekitarnya sehingga
membentuk lapisan datar yang luas dengan perbandingan komposisi Si : O = 2 : 5.
- Dicirikan dengan kelompok mineral Mica [K(Mg,Fe)Al-Silicat OH, seperti
Muscovite [KAl2(AlSi3)O10(OH)2], Biotite [K(Mg,Fe)3(Al,Fe)Si3O10(OH,F)2],
Phlogophite [K(Mg,Fe)3(Al,Si)3O10(F,OH)2], Lepidolite
[K(Li,Al)3(Si,Al)4O10(F,OH)2].
Mineral lainnya seperti Vermicullite [(Mg,Fe,Al)3(Al,Si)4O10(OH)2.4H2O],
Kaolinite [Al2Si2O5(OH)4], Serpentinite [(Mg,Fe)3Si2O5(OH)4]
6. Tectosilicate
- Mempunyai kerangka silicate yang mana setiap atom tetrahedra silicon/SiO4
memakai bersama-sama semua (ke-empat) pojok-pojoknya dengan atom tetrahedra
silicon lainnya yang berdekatan sehingga membentuk jaringan 3 dimensi dengan
perbandingan komposisi Si : O = 1 : 2.
- Dicirikan dengan beberapa bentuk silica seperti Kwarsa (SiO2), Tridimite
(SiO2), Kristobalite (SiO2) à mempunyai susunan 3 dimensi tersebut.
Mineral khas lainnya seperti Feldspar group :
Orthoclase (KAlSi3O8), Sanidine (KAlSi3O8), Microcline (KAl2Si3O8), Albite
(NaAlSi3O8), Oligoclase [(Na,Ca)AlSi3O8].