Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TUGAS MATA KULIAH KIMIA MINERAL

SIFAT FISIK MINERAL BERDASARKAN WARNA

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

Farhan Maulana (24030120140155)


Firdaus Shofwan (24030120130069)
Syaira Adelia Putri (24030120140115)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022

I
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................II
BAB 1......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................4
1.4. Manfaat......................................................................................................4
BAB 2......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1. Pengertian Mineral........................................................................................6
2.2. Proses Pembentukan Mineral........................................................................6
2.3. Sifat Fisik Mineral.........................................................................................7
2.4. Warna............................................................................................................7
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Warna Mineral..........................8
BAB 3..............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

II
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mineral banyak dijumpai di alam, di lingkungan tempat tinggal kita dan
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mineral tersebut dapat
dijumpai sebagai penyusun lantai, keramik, tembok, slot dan gerendel pintu,
rak dan almari besi, bahan dasar sepatu dan alas kaki lainnya, kendaraan dan
mesin-mesin yang dapat membantu aktivitas manusia, peralatan makan dan
memasak, perhiasan, televisi, kacamata, alat tulis dan lain-lain. Di alam,
mineral dijumpai menyusun tanah dan batuan, tanah dan batuan menyusun
kulit bumi. Namun, mineral dapat saja dijumpai dalam bentuk padat dan cair
(massa plastis dalam magma). Mineral dapat terbentuk di berbagai kondisi,
berbagai mekanisme dan berbagai lingkungan dan kedalaman. Setiap mineral
tersusun atas kumpulan kristal-kristal yang sejenis, dan kristal tersusun atas
unsur-unsur kimia yang terikat dalam susunan dan komposisi yang sama. Jadi,
mineral adalah bagian terpenting dari bumi, merupakan variabel utama dalam
kesetimbangan alam; serta berperan penting dalam menunjang kehidupan
manusia. Dengan kata lain, tanpa mineral tidak akan kita jumpai batu, dan
akibatnya tidak akan kita jumpai bumi. Karenanya, tanpa mineral tidak aka
nada kehidupan di bumi.

Secara umum, mineral dapat didefinisikan sebagai bahan padat, anorganik,


yang terbentuk secara alamiah di alam, kristalin (yaitu yang secara kimia
homogen dengan bentuk geometri tetap, sebagai gambaran dari susunan atom
yang teratur, dibatasi oleh bidang banyak (polyhedron), jumlah dan kedudukan
bidang-bidang kristalnya tertentu dan teratur).

Setiap jenis mineral terbentuk, terdapat dan dapat berasosasi dengan


mineral lain yang ditentukan dari susunan, rumus bangun dan komposisi
kimianya. Telah diketahui bahwa mineral dapat terbentuk dalam lima sistem

3
atau mekanisme kristalisasi yaitu sistem magmatik, sistem air permukaan dan
bawah permukaan, sistem hidrotermal, sistem pegmatik dan sistem.
Masing-masing sistem kristalisasi tersebut menentukan sifat-sifatnya, meliputi
sifat fisik, sifat kimia dan sifat optis mineral. Sifat mineral digunakan untuk
mengidentifikasi nama mineral. Sifat fisik dapat diaplikasikan untuk
identifikasi mineral di lapangan dan utamanya untuk identifikasi mineral
berukuran makro. Sifat kimia mineral menentukan komposisi kimianya. Sifat
optis mineral digunakan untuk mengidentifikasi mineral yang berukuran
mikro. Pada makalah ini akan dibahas mengenai sifat fisik mineral
berdasarkan warna yang dipengaruhi oleh beberapa factor beserta contoh-
contohnya.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa itu Mineral?
b. Bagaimana proses pembentukan mineral?
c. Apa saja sifat fisik mineral?
d. Bagaimana sifat fisik mineral berdasarkan warnanya?
e. Factor apa saja yang mempengaruhi pembentukan warna mineral?
f. Apa itu transparansi (Transparency)?
g. Apa itu fluorescent ?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian Mineral
b. Mengetahui proses pembentukan mineral
c. Mengetahui sifat fisik mineral
d. Mengetahui sifat fisik mineral berdasarkan warnanya
e. Mengetahui Factor yang mempengaruhi pembentukan warna mineral
f. Mengetahui pengertian transparansi (Transparency)
g. Mengetahui penegrtian Fluorescent

1.4. Manfaat
a. Dapat mengetahui pengertian Mineral
b. Dapat mengetahui proses pembentukan mineral

4
c. Dapat mengetahui sifat fisik mineral
d. Dapat mengetahui sifat fisik mineral berdasarkan warnanya
e. Dapat mengetahui Faktor yang mempengaruhi pembentukan warna
mineral
f. Dapat mengetahui pengertian transparansi (Transparency)
g. Dapat mengetahui pengertian Fluorescent

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Mineral

Mineral dapat didefinisikan sebagai benda atau bahan alam yang sebagian
besar menghablur (kristal) ada dalam kerak bumi yang mempunyai susunan
kimia tertentu dan bersifat homogen. Sebagian besar dari mineral ini terdapat
dalam keadaan padat, juga dalam keadaan cair seperti minyak bumi dan gas
seperti gas bumi. Adapula dalam keadaan amorf, artinya tidak mempunyai
susunan tetap dan kristal tersendiri.

2.2. Proses Pembentukan Mineral


 Penguapan dari larutan
Penguapan adalah proses perubahan cairan menjadi padatan ketika suhu
bertambah. Adapun jenis larutan yang dapat menguap dan membentuk
mineral antara lain: air permukaan, air tanah, dan larutan hidrotermal
 Penyubliman gas
Sublimasi adalah perubahan dari gas menjadi padatan ketika suhu
berkurang. Proses ini terjadi ketika gas-gas volkanik keluar ke
permukaan bumi atau gas-gas dari larutan terpisah dibawah permukaan
bumi.
 Kristalisasi
Kristalisasi adalah perubahan bentuk dari cairan menjadi padatan saat
temperatur menurun. Kristalisasi terjadi pada aliran lava di permukaan
yang membentuk mineral vulkanik atau pada magma di bawah
permukaan yang membentuk mineral plutonik.
 Pertumbuhan Fasa Padat
Merupakan tumbuhnya kristal-kristal mineral baru sebagai penggati

6
mineral yangtelah ada sebelumnya. Proses ini umumnya terjadi saat
proses metamorfisme
 Reaksi Padat-Cair atau Padat-Gas
Terjadi ketika suatu mineral kontak dengan suatu cairan atau gas, maka
atom-atom mineral tersebut akan bereaksi dengan atom pembentuk
cairan atau gas tersebut kemudian membentuk ikatan dan menghasilkan
suatu mineral baru. Proses ini umumnya terjadi pada berbagai proses
pembentukan mineral, proses pelapukan, pembentukan urat, serta proses
metamorfisme.

2.3. Sifat Fisik Mineral

Sifat fisik mineral adalah kenampakan fisik mineral yang dapat diamati
tanpa menggunakan bantuan alat. Sifat fisik mineral meliputi warna, cerat,
perawakan, bentuk, kilap, kekerasan dan berat jenis. Sifat fisik mineral
mencerminkan pertumbuhan mineral, sifat-sifatnya dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan geologi di mana mineral tersebut terbentuk (pada kondisi oksidasi
atau reduksi), asosiasi mineral tersebut dengan mineral yang menyertainya,
dan mekanisme pembentukannya.

2.4. Warna

Mineral dapat mimiliki warna yang tetap dan warna yang berubah-ubah.
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama   pada
mineral disebut Idiochromatic. Contohnya Sulfur berwarna kuning,
Magnetite berwarna hitam dan Pyrite berwarna kuning loyang. Warna
mineral akibat adanya campuran atau pengotoran dengan unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya disebut
Allochromatic. Contohnya Halite , warna dapat berubah-ubah abu-abu,
kuning, coklat gelap, merah muda, biru bervariasi. Kemudian ada Kwarsa
yang tak berwarna, tetapi karena ada campuran atau pengotoran, warna
berubah menjadi violet (amethyst), merah muda, coklat-hitam.

7
Idiochromatic
(Sulfur berwarna kuning)

Allochromatic
(Halit yang memiliki warna berubah-ubah)

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Warna Mineral

2.5.1. Bahan Penyusun

Warna mineral berbeda-beda tergantung dengan bahan


penyusunnya. Setiap bahan penyusun mineral memiliki warna spesifik
yang menandakan ciri khas zat penyusunnya.

No. Warna Bahan Penyusun Gambar

1. Putih Kaolinit (Al2O3. 2SiO2 )


Gypsum (CaSO4. 2 H2O)

8
Kaolinit (Al2O3. 2SiO2 )

2. Kuning Belerang (S)


Auripigment (As2S3)

Auripigment (As2S3)

3. Hijau Malachit dan Serpentin

Serpentin

4. Biru Beryl

Beryl

5. Hitam Magnetit (Fe3O4), Augite

9
Augite

6. Tak Berwarna Quartz dan Muscovit

Quartz

2.5.2. Adanya Zat Pengotor

Sebagai contoh adalah mineral kuarsa dan apatit. Mineral-mineral tersebut


pada dasarnya memiliki warna dasar putih. Namun, karena adanya pengotoran
pada saat kristalisasi maupun setelah kristalisasinya, oleh unsur yang lain,
maka warnanya bervariasi. Jenis unsur sebagai pengotor mineral, menentukan
warna barunya. Apatit dicirikan oleh tidak berwarna dan transparant. Ketika
apatit tersebut mengalami pengotoran oleh sulfur, maka warnanya menjadi
kuning transparat, sedangkan jika pengotornya Fe maka berwarna pink sampai
kemerahan transparant, dan jika terkotori oleh Cl menjadi berwarna kehijauan
transparant.

Apatite jika mengalami pengotoran Sulfur

10
Apatite jika mengalami pengotoran Fe

Apatite jika mengalami pengotoran Cl

Kuarsa juga tidak berwarna dan transparant. Saat kuarsa mengalami


pengotoran Fe, warnanya menjadi hitam translucent sampai opak, saat terkotori
oleh Cu warnanya menjadi biru, dan seterusnya.

Kuarsa mengalami pengotoran Fe

11
Kuarsa mengalami pengotoran Cu

2.5.3. Lingkungan Pembentukan

Kalsedon adalah mineral silikat dengan komposisi SiO2 merupakan salah


satu anggota dari kelompok kuarsa. Kalsedon dicirikan oleh warna coklat
susu sampai coklat, tersusun atas campuran kriptokristalin kuarsa dan
moganit kristal kuarsa yang sangat halus. Hal itu yang menyebabkan kalsedon
ini memiliki diafanitas translucent. Rhodokrosit (MnCO3) adalah salah satu
anggota mineral karbonat yang berwarna merah. Warna merah tersebut
dibentuk oleh kondisi lingkungan geologi selama proses kristalisasinya, yaitu
pada lingkungan hidrotermal temperatur rendah. Mineral-mineral hasil dari
kristalisasi sistem pegmatik biasanya memiliki warna yang tidak sama dengan
warna dasarnya. Ortoklas pegmatik berwarna pink tidak tembus cahaya,
sedangkan ortoklas dari sistem magmatik berwarna putih dengan kilap kaca
tembus cahaya. Proses pegmatitisasi mineral adalah meleburnya sebagaian
mineral atau sebagian unsur dalam mineral karena adanya penambahan suhu
dan tekanan. Hal itu biasanya berhubungan dengan proses intrusi dan atau
pelelehan batuan sebagaian. Dengan demikian, mineral yang sebagaian
tubuhnya meleleh tersebut, larutan hasil lelehanya akan kontak dengan tubuh
mineral atau massa batuan yang lain, sehingga terjadi kontaminasi. Warna
kontaminan tersebut yang selanjutnya merubah warna dasar mineral.

(Kalsedon)
Mineral Silikat pada Lingkungan Hidrotemal Suhu Tinggi

12
(Rhodokrosit)
Mineral Karbonat pada Lingkungan Hidrotermal Suhu Rendah

2.6. Transparansi (Tranparency)

Jumlah cahaya yang dapat dilewatkan melalui mineral menentukan


transparansinya. Cahaya mampu melewati mineral transparan; mineral
tembus cahaya sebagian membiarkan cahaya melewatinya; dan mineral
buram tidak membiarkan cahaya masuk. Jenis mineral dapat menunjukkan
lebih dari satu tingkat transparansi, dan, pada kenyataannya, sebagian besar
mineral transparan juga muncul dalam bentuk tembus cahaya. Cacat, inklusi,
dan kotoran menurunkan transparansi mineral. Banyak mineral
menunjukkan beberapa bentuk yang benar-benar transparan dan bentuk lain
yang benar-benar buram. Mineral tersebut diberi label di bagian transparansi
panduan ini sebagai transparan hingga buram. Sejumlah mineral mungkin
tampak buram, tetapi ketika dipegang pada sumber cahaya tampaknya
membiarkan sejumlah kecil cahaya melewati sudut-sudutnya. Spesimen
dengan karakteristik seperti itu dikatakan transparan dalam serpihan atau
bagian tipis. Semua mineral dengan kilau logam tidak tembus cahaya.
Sebagian besar mineral dengan kilau submetalik tembus cahaya dalam
serpihan tipis.

2.7. Mineral yang Berpendar (Fluorescent)


Fluoresensi dalam mineral dapat terjadi ketika panjang gelombang cahaya
tertentu, seperti sinar ultraviolet (UV), berkas elektron atau sinar-x

13
diarahkan ke mineral tersebut. Cahaya ini menyebabkan elektron dalam
mineral untuk sementara melompat ke orbit yang lebih tinggi dalam struktur
atom. Begitu elektron kembali ke orbit sebelumnya, sejumlah kecil energi
dilepaskan dalam bentuk panjang gelombang cahaya yang berbeda dari apa
yang disinari ke dalamnya. Hal ini akan menghasilkan perubahan warna
yang terlihat dari mineral tersebut. Dari seluruh mineral yang ada, hanya
sekitar 10-15% mineral yang memiliki fluoresensi yang dapat dilihat oleh
manusia, mineral ini harus mengandung 'aktivator' (kation logam) dalam
konsentrasi tertentu. Aktivator logam yang berbeda akan menghasilkan
warna yang berbeda.

Cahaya Normal

Terkena Sinar UV

14
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Mineral adalah benda atau bahan alam yang sebagian besar menghablur
yang terletak dalam kerak bumi yang mempunyai susunan kimia tertentu dan
bersifat homogen yang dapat berupa zat padat, cair, maupun gas. Mineral
terbentuk melalui serangkaian proses yang cukup panjang, antara lain
penguapan dari larutan, penyubliman gas, kristalisasi, pertumbuhan fasa
padat, dan reaksi padat-cair atau padat-gas. Mineral memiliki banyak sifat
fisik, diantaranya warna, transparansi, dan berpendar yang dimana mineral
satu dengan lainnya memiliki karakteristiknya tersendiri. Warna pada mineral
yang berbeda-beda dipengaruhi oleh bahan penyusunnya, pengotor di
dalamnya, dan lingkungan pembentukannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mulyaningsih, Sri. (2018). Kristalografi dan Mineralogi Edisi 1. Yogyakarta :


Akprind Press

16

Anda mungkin juga menyukai