Anda di halaman 1dari 11

A.

JUDUL
MASSA JENIS MINERAL

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenali jenis-jenis mineral berdasarkan
karakteristik yang dimiliki
2. Mahasiswa dapat memahami definisi massa jenis
3. Mahasiswa mampu membedakan antara massa jenis dan berat
4. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan suatu mineral ke dalam skala Mohs dan
kekerasan relative
5. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi mineral menurut Dana
6. Mahasiswa mampu mengukur massa jenis mineral menggunakan timbangan analitik
digital
7. Mahasiswa dapat menghitung massa jenis mineral dengan rumus massa jenis
8. Mahasiswa dapat membandingkan hasil perhitungan massa jenis antar mineral
9. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri mineral
10. Mahasiswa dapat mengetahui proses terbentuknya mineral

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
1. Mineral tourmaline 1. Lembar instrument
2. Mineral aragonite 2. Kertas HVS F4
3. Mineral amethyst 3. Kertas cover warna merah muda
4. Gelas ukur 4. Air
5. Timbangan analisis digital 5. Penjepit kertas
6. Pulpen biru
7. Laptop
8. Handphone
D. DASAR TEORI
1. Pengertian Mineral
Secara definisi, mineral dapat diartikan sebagai suatu benda padat homogen
yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada
batas tertentu, dan mempunyai atom yang tersusun teratur. Terdapat beberapa definisi
mineral menurut para ahli. Menurut A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 mineral
adalah suatu zat atau bahan yang homogen yang mempunyai komposisi kimia tertentu
atau dalam batas- batas dan memiliki sifat tetap dibentuk di alam dan bukan hasil
suatu kehidupan. Selain itu, D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 mengungkapkan
mineral merupakan bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dan dibentuk oleh peristiwa anorganik. Sedangkan L.G.
Berry dan B. Mason, 1959 berpendapat mineral ialah benda padat homogenyang
terbentuk secara anorganik, yang memiliki komposisi kimia pada batasan terentu, dan
tersusun oleh atom-atom yang teratur. Lebih lagi, Murwanto Helmy memberikan
definisi dari mineral merupakan zat organic yang tersusun dalam suatu pola yang
teratur dan memiliki sifat-sifat yang teratur pula. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa mineral adalah suatu benda padat yang bersifat homogen,
dibentuk oleh peristiwa anorganik, dan tersusun dalam suatu pola yang teratur.

2. Ciri dan Proses Terbentuknya Mineral


a. Ciri-ciri Mineral
1) Mineral Bersifat Alami
Suatu materi dapat dikatakan mineral hanya jika terbentuk dari proses
alam. Jika ada mineral yang terbuat dari tangan manusia pada suatu
labolatorium maka tidak dapat dikatakan materi tersebut adalah mineral.
2) Mineral Bersifat Anorganik
Mineral-mineral yang ada di bumi terbentuk dari proses anorganik yang
tidak dapat dibentuk oleh agen-agen organisme biotik. Material anorganik
dalam pembentukan mineral memerlukan proses yang sangat lama dan
berbeda dari proses pembentukan materi yang bersifat organik
3) Mineral Adalah Padatan
Wujud materi seperti cair dan gas tidak dapat disebut sebagai mineral.
Mineral harus berwujud padat yang memiliki volume, bentuknya jelas, dan
berstruktur kaku.
4) Komposisi Kimia yang Jelas
Dapat dipastikan bahwa setiap mineral yang ada memiliki kombinasi atom
tersendiri dengan komposisi yang berbeda. Terdapat mineral yang hanya
memiliki satu jenis elemen di dalamnya seperti emas, perak, dan berlian.
5) Struktur Kristal
Kristal yang mengandung susunan atom atau ion yang berulang terbentuk
oleh mineral. Pada umumnya, kristal mengambil satu dari enam bentuk
umum. Bentuk yang mendominasi adalah bentuk kubik dan tetrahedral.

b. Proses Terbentuknya Mineral


1) Proses Magmatis
Magma primer menjadi tempat proses pembentukan mineral sehingga
mineral yang terbentuk bersifat ultra basa. Mineral tersebut terletak dalam
suhu yang sangat panas, yaitu lebih dari 600 derajat celcius sehingga
mengubah stadium liquido magmatis dan terbentuklah logam maupun non
logam.
2) Proses Pegmatisme
Dalam tahap proses pegmatisme terjadi pengumpulan batu granit. Selain
itu, larutan sisa magma yang terdiri atas cairan dan gas mempunyai suhu
sekitar 450 derajat celcius – 600 derajat celcius.
3) Proses Pneumatolisis
Pada proses pneumatolisis mineral mengalami penurunan suhu yang cukup
drastis hingga 550 derajat celcius. Setelah itu, terdapat akumulasi gas
sehingga menyebabkan jebakan pneumatolisis yang hanya menghasilkan sisa
magma dalam bentuk cair.
4) Proses Hidrotermal
Pada proses ini, mineral dipengaruhi oleh temperature dan tekanan sangat
rendah serta adanya larutan magma yang sudah terbentuk sebelumnya.
Terdapat Cavity Filling yang merupakan bagian dari proses endapan
hidrotermal yang termasuk bentuk-bentuk endapan mineral.
5) Proses Replacement
Proses pembentukan endapan-endapan yang berasal dari mineral
epigenetik dan didominasi dengan pembentukan endapan hipotermal ini
disebut juga proses metasomatic replacement.
6) Proses Sedimenter
Dalam proses sedimenter dihasilkan endapan yang berasal dari proses
pengendapan beberapa mineral dan telah mengalami pelapukan batuan pada
proses sebelumnya.
7) Proses Evaporasi
Proses evaporasi dalam pembentukan mineral terjadi di daerah yang kering
dan panas sehingga sering terjadi penguapan. Namun, mineral yang terlarut di
dalam air akan tetap tinggal saat penguapan terjadi.
8) Konsentrasi Residu Mekanik
Pada tahap ini terdapat endapan residual yang merupakan hasil dari proses
pelapukan dan pengendapan terjadi di tempat yang sama.
9) Proses Oksidasi dan Supergen Enrichment
Pelapukan akan terjadi dalam proses ini yang disebabkan baik udara
maupun rembesan air pada mineral bijih yang berada di dekat permukaan
bumi.
10) Proses Metamorfisme
Dalam proses metamorfisme batuan metamorf terbentuk yang berasal dari
mineral batuan beku, mineral metamorf dan mineral batuan sedimen. Di
proses metamorfisme ini terjadi perubahan dari suatu mineral menjadi mineral
baru.

3. Klasifikasi Mineral Menurut Dana


Dalam proses pengklasifikasian mineral, sistematika yang sering digunakan
adalah klasifikasi menurut Dana yang didasari pada kemiripan komposisi kimia dan
struktur kristal. Terdapat sembilan kelompok mineral yang dibagi oleh Dana:
a. Kelompok Unsur Murni
Unsur murni atau native element merupakan kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Pada umumnya sifat
mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh mineral dari kelompok unsur murni, yaitu emas (Au), perak (Ag), dan
Platina (Pt).
b. Kelompok Sulfida
Keompok sulfida dikenal juga dengan sebutan sulfosalt yang terbentuk dari
gabungan antara unsur tertentu dengan belerang. Unsur logam atau metal adalah
unsur utama pada umumnya. Contoh mineral dari kelompok sulfida, yaitu Galena
(PbS), Kalkosit (Cu2S), dan Pirit (FeS2).
c. Kelompok Oksida
Mineral oksida ialah mineral yang terbentuk dari gabungan unsur tertentu
dengan gugus anionoksida. Pda umumnya mineral ini lebih keras dibandingkan
mineral lainnya kecuali silikat. Contoh mineral dari kelompok oksida, yaitu
Kalium Nitrat (KNO3), Hematit (Fe2O3), dan Zincite (ZnO).
d. Kelompok Hidrosikda
Mineral hidroksida terbentuk akibat penggabungan atau persenyawaan unsur-
unsur tertentu dengan hidroksida. Contoh mineral dari kelompok hidrosikda, yaitu
Bauksit [FeO(OH)], Manganite [MnO(OH)], dan Brusit [Mg(OH)2).
e. Kelompok Halida
Kelompok ini diidentifikasi oleh adanya dominasi dari ion
halogenelektronegatif, seperti F-, CI-, Br-, dan lain-lain. Contoh mineral dari
kempok halide, yaitu Halit (NaCI), Silvit (KCI), dan Fluorit (CaF2).
f. Kelompok Karbonat
Karbonat tercipta pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Carbonat juga tercipta pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang
membentuk gua. Contoh mineral dari kempok karbonat, yaitu niter (NaN03),
nitrat (NO3), dan juga Borat (BO3).
g. Kelompok Sulfat
Mineral sulfat merupakan gabungan logam dengan anion sufat tersesut.
Biasanya pembentukan mineral sulfat terjadi pada daerah evaporitik atau yang
tinggi kadar airnya, kemudian secara perlahan menguap sehingga formasi sulfat
dan halida berinteraksi. Contoh mineral dari kelompok sulfat, yaitu Barite
(BaSO4), Celestite (SrSO4), dan Anhydrite (CaSO4).
h. Kelompok Phosphat
Pada umumnya memiliki kilap kaca atau lemak dan dicirikan oleh adanya
gugus PO43-. Contoh mineral dari kelompok phosphate, yaitu vanadine, vivianite,
dan apatit.
i. Kelompok Silikat
Kelompok silikat menyumbang 90% dari mineral pembentuk batuan. Silikat
merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku,
maupun matuan malihan metamorf. Contoh mineral dari kelompok silikat, yaitu
Quartz, Olivin, dan Mica Biotit.

4. Pengertian Massa Jenis Mineral


Massa jenis dapat diartikan suatu benda yang dapat dihitung dengan cara
membagi massa benda tersebut dengan volumenya. Massa jenis mengukur seberapa
padat massa suatu zat atau benda. Massa jenis memberikan gambaran seberapa
banyak tempat yang digunakan suatu benda atau zat dalam kaitannya dengan jumlah
materi dalam benda atau zat tersebut. Dalam sistem CGS, satuan massa jenis adalah
g/cm3.

5. Rumus Massa Jenis Mineral

Keterangan:
Ρ = massa jenis atau kerapatan (kg /m^3)
m = massa benda (kg)
v = volume benda (m^3)

6. Skala Mosh
Skala mosh merupakan skla ordinal murni yang umum dipergunakan untuk
mengukur kekerasan suatu mineral. Skala ini menunjukan tingkat resistensi suatu
mineral terhadap batuan.
Tabel Skala Mosh

Skal Mineral Keterangan


a
1. Talk Sangat lunak, disebut juga batu sabun
2. Gipsum Mudah tergores oleh kuku jari
3. Kalsit Hanya tergores oleh kuku jari jika searang bidang
belahnya
4. Fluorit Tidak tergores oleh kuku jari
5. Apatit Sama kerasnya dengan gigi
6. Feldspar Sama kerasnya dengan baja, cocok dijadikan
sebagai batu mulia
7. Kuarsa Dapat menggores baja dan kaca
8. Topaz Dapat menggores kuarsa dan memotong kaca
dengan mudah
9. Korundum Dapat menggores topaz, namun mudah tergores
oleh intan
10. Intan Mineral terkeras yang diketahui, hanya dapat
digores oleh intan
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan praktikum Geologi
Dasar
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum
3. Mahasiswa mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh asisten praktikum
4. Mahasiswa mengklasifikasikan jenis mineral ke dalam klasifikasi menurut Dana yang
akan diukur massa jenisnya
5. Mahasiswa mengkategorikan mineral yang diukur ke dalam skala mohs
6. Mahasiswa mengkategorikan mineral yang diukur ke dalam skala relatif
7. Mahasiswa menghitung massa mineral menggunakan timbangan analisis digital
8. Mahasiswa menghitung volume mineral menggunakan gelas ukur yang telah diisi air
9. Mahasiswa megukur massa jenis mineral menggunakan rumus massa jenis mineral
10. Mahasiswa mencatat hasil pengukuran massa jenis mineral pada lembar instrument
11. Mahasiswa merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum massa jenis
mineral
12. Mahasiswa menyebutkan alat dan bahan yang diperlukan saat praktikum
13. Mahasiswa memberikan definisi mineral, ciri-ciri, dan proses terbentuknya mineral
14. Mahasiswa menjabarkan klasifikasi mineral menurut Dana
15. Mahasiswa memberikan pengertian massa jenis mineral, rumus massa jenis mineral,
dan skala mosh
16. Mahasiswa membuat kesimpulan praktikum dari dasar teori dan pembahasan
17. Mahasiswa menulis daftar pustaka yang berisi website, jurnal, dan buku yang
dijadikan refrensi dalam penulisan laporan praktikum
18. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum massa jenis mineral kepada asisten
praktikum tepat waktu
F. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
(Terlampir pada lembar instrument).
G. KESIMPULAN
Secara definisi, mineral dapat diartikan sebagai suatu benda padat homogen yang
terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas
tertentu, dan mempunyai atom yang tersusun teratur. Ciri-ciri dari mineral diantaranya
bersifat alami, bersifat anorganik, berwujud padat, dan memiliki komposisi kimia yang
jelas. Dalam mengukur massa jenis mineral dapat dihitung dengan membagi massa
dengan volume. Selain itu, dalam kajian mineral juga diperkenalkan skla mohs untuk
mengukur kekerasan suatu mineral. Skala ini menunjukan tingkat resistensi suatu mineral
terhadap batuan.
Dalam pengukuran massa jenis mineral, mahasiswa diberi hak untuk mengukur tiga
mineral yang berbeda, yaitu turmalin, aragonit, dan ametis. Nama-nama mineral tersebut
dikelompokkan menurut klasifikasi Dana. Mineral turmalin termasuk ke dalam kelompok
silikat, mineral aragonit termasuk ke dalam kelompok karbonat, dan mineral ametis
masuk ke dalam kelompok silikat. Kemudian, tiap mineral tersebut dikelompokkan
menurut skala kekerasannya menggunakan skala mohs dan skala relatif. Mineral
tourmalin skala mohs nya yaitu 7 dengan skala relatif 7-7,5. Mineral aragonit skala mohs
nya yaitu 4 dengan skala relatif 3,5-4. Sedangkan mineral ametis memiliki skala mohs
dengan angka 7 dan skala relatif nya di angka 6-8. Setelah melakukan pengklasifikasian,
mahasiswa mulai mengukur massa jenis mineral. Pertama, mahasiswa mengukur massa
dari setiap mineral menggunakan timbangan analitik digital. Diperoleh data massa
turmalin sebesar 2,69 g; aragonit sebesar 38,43 g; dan ametis sebesar 128 g. Kedua,
mahasiswa mengukur volume mineral dengan bantuan gelas ukur yang telah diisi air.
Jumlah angka kenaikan air saat mineral dimasukkan ke dalam gelas ukur merupakan
jumlah volumenya. Diperoleh data volume turmalin adalah 1 ml, aragonit sebesar 10 ml,
dan ametis sebesar 50 ml. Setelah mencari tahu masssa dan volume dari masing-masing
mineral, maka mahasiswa mulai menghitung massa jenis mineralnya. Rumus dari massa
jenis adalah massa dibagi dengan volume. Setelah melalui proses penghitungan
didapatkan massa jenis mineral turmalin sebesar 2,69 g/ml; massa jenis mineral aragonit
sebesar 3,843 g/ml; dan massa jenis mineral ametis sebesar 2,56 g/ml.
DAFTAR PUSTAKA

Al Hakim, A Y. (2019). Mineralogi. Bandung: ITB Press.


Anonim. “Pengertian Mineral Menurut Para Ahli”. http://dilihatya.com/. (Diakses pada 3
Oktober 2022 pada 09.15).
Issriza, D P. (2013). Jurnal massa jenis zat padat bentuk tak kontinu.
https://www.academia.edu/. 3(2), 3-4.
Kusmiyarti, T B. (2016). AGROGEOLOGI DAN LINGKUNGAN.
https://simdos.unud.ac.id/. 3(2), 5-8.
Lestari, Ika. (2019). “10 Proses Pembentukan Mineral Yang Perlu Diketahui”.
https://ilmugeografi.com/. (Diakses pada 2 Oktober 2022 pada 23.00).
Mulyaningsih, Sri. (2018). Kristalografi & Mineralogi. Yogyakarta: AKPRIND PRESS.
Nanda Bagus Prawira dan Abdul Rouf. (2018). Perancangan Alat Ukur Massa Jenis Zat
Cair Menggunakan Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik. Indonesian Journal of
Electronics and Instrumentation Systems (IJEIS). 3(1), 42-47.
Novita, Cicik. (2021). “Pengertian Mineral: Sifat Fisik & Perannya dalam Pembentukan
Batu”. https://tirto.id/. (Diakses pada 3 Oktober 2022 pada 09.00).
Sukandarrumidi. (2018). Buku Geologi Mineral Logam. Sleman: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai