Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral pembentuk batuan adalah mineral-mineral yang menyusun suatu
batuan dengan kata lain batuan yang terdiri dari berbagai macam mineral, dalam
proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya membeku,
tetapi mengalami pembekuan, tetapi mengalami penurunan temperature secara
perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan temperature ini disertai mulainya
pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan
temperaturenya. Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan
temperature telah disusun oleh bowen (seri reaksi bowen).
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbnetuk
dalam temperature sangat tinggi adalah olivin, akan tetapi jika magma tersebut
jenuh oleh SiO2 maka piroksen yang terbentuk pertama kali.
Mineral sebelah kanan mewakili oleh mineral kelompok plagioklas (mineral
felsik) anorthit adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi
dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti gabro dan basalt.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum kristalografi dan mineralogi pada kali ini adalah:
1. Untuk mengenal mineral-mineral pada deret bowen
2. Dapat menentukan pada atau mengidentifikasi mineral-mineral penyusun
batuan beku
3. Dapat mendeskripsikan sifat fisik dari mineral-mineral penyusun batuan
beku

Rock Forming Mineral 1


1.3 Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
1. Alat tulis
2. Lembar kerja sementara
3. kamera
b. Bahan
Adapun bahan yang digunkan pada praktikum kali ini adalah
1. Sample batuan beku

1.3 Prosedur Kerja


Adapaun prosedur kerja dalam praktikum kristalografi dan mineralogi
1. Diambil sample batuan beku yang telah disiapkan oleh asisten
laboratorium
2. Tentukan mineral-mineral penyusun sample batuan tersebut
3. Catat hasil pengamatan pada lembar kerja
4. Gambarkan sketsa mineral pada lembar kerja
5. Foto sample mineral yang telah dideskripsikan tersebut

Rock Forming Mineral 2


BAB II
DASAR TEORI
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.
Mineral dapat kita jumpai dimanamana disekitar kita, dapat berwujud sebagai
batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada
mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah
yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak.
Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila
kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan
diasumsikan sebagai bentukbentuk yang teratur yang dikenal sebagai “kristal”.
Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat
yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi
yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan
padat tersebut dinamakan kristalografi. (Djauhari, 2009).
Berdasarkan Reaksi Deret Bowen, pada deret sebelah kiri (olivin, piroksen,
amfibol, biotit) mewakili mineral-mineral hitam atau basa. Sedangkan deret sebelah
kanan (anortit, bitownit, labradorit, andesin, oligoklas, albit) mewakili mineral-
mineral asam. Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang tidak stabil,
sehingga dapat dengan mudah berubah menjadi mineral lain, terutama menjadi
mineral dibawahnya sesuai deret Bowen. Sedangkan mineral yang temperaturnya
rendah adalah mineral yang paling stabil, dalam gambar reaksi dereat Bowen adalah
mineral kuarsa.Mineral penyusun batuan dibagi menjadi tiga bagian (Graha, 1987),
yaitu:
1. Mineral utama adalah mineral-mineral utama penyusun kerak bumi, terutama
mineral golongan silikat. Mineral utama pembentuk batuan dibagi menjadi dua,
yaitu mineral mafic berupa mineral olivin, piroksen, amfibol, dan biotit dan
mineral felsic berupa mineral plagioklas, k-feldspar, muscovit, kuarsa dan
feldspatoid. Mineral-mineral tersebuat biasa ada di batuan beku, sedangkan di
batuan sedimen terdapat mineral lain seperti mineral kalsit dan gipsum.

Rock Forming Mineral 3


2. Mineral sekunder adalah mineralmineral yang terbentuk dari mineral utama
pembentuk batuan yang mengalami pelapukan, sirkulasi air atau larutan, dan
metamorfosa. Contoh mineral sekunder adalah kelompok mineral plagioklas dan
K-feldspar bila berubah akan menjadi mineral karbonat, serisit, mineral lempung
dan lain-lain.
3. Mineral tambahan atau aksesori adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh
kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit sekali, umumnya kurang
dari 5%. Kehadiran mineral aksesoris tidak mempengaruhi penamaan suatu
batuan. Contoh mineral aksesoris adalah mineral zirkon, magnetit, hematit, pirit,
dan lain sebagainya.(Aditio dkk, 2018)
Pada deret Bowen, deret kontinyu menggambarkan pembentukan mineral yang
terbentuk secara berurutan, karena berubahnya temperatur magma secara konsisten.
Deret kontinyu mewakili pembentukan feldspar plagioklas yang dimulai dari
anorthite yang merupakan mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang
tinggi yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) kemudian plagioklas akan
bereaksi dengan sisa larutan magma bersamaan dengan turunnya suhu berlanjut
reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang
mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan
tercapai pada suhu sekitar 900oC. Saat magma mendingin dan Ca (kalcium)
kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-
Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hampir 100%
natrium terbentuk sehingga terbentuk plagioklas yang kaya natrium. Demikian
seterusnya reaksi ini berlangsung sampai semua kalcium dan sodium habis
bereaksi. Karena mineral awal bereaksi secara terus – menerus maka plagioklas
terus ikut bereaksi hingga akhirnya habis. Dalam penelitian ini, mineral yang
terbentuk pada deret ini yaitu anorthite dan bytownite.
Pada deret diskontinyu menggambarkan pembentukan mineral yang terbentuk
secara tidak berurutan, tergantung dari komposisi kimia dan temperatur magma
yaitu olivin, piroksen, amfibol, dan biotit. Pada deret diskontinyu mewakili formasi
mineral ferro-magnesium silikat dimana satu mineral berubah menjadi mineral
lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa
larutan magma. Pembentukan ini diawali dari mineral olivin yang merupakan satu-

Rock Forming Mineral 4


satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Apabila olivin dilanjutkan
bereaksi dengan larutan sisa magma maka akan membentuk piroksen pada suhu
sekitar 11000C, dimana pada penelitian ini terdapat Pigeonite dan Diopside yang
termasuk dalam kelompok Klinopiroksen. Jika suhu menurun lagi sekitar 9000C
maka akan terbentuk Amfibol. Deret diskontinyu akan berakhir jika biotit telah
mengkristal yaitu pada suhu 600oC. Hal ini terjadi karena semua ferrum dan
magnesium dalam larutan magma telah habis dipergunakan untuk membentuk
mineral. Bila pendinginan yang terjadi terlalu cepat maka mineral yang telah ada
tidak akan bereaksi seluruhnya dengan sisa magma sehingga akan terbentuk rim
yang tersusun dari mineral yang terbentuk setelahnya (Wahyuni dkk. 2018).

Rock Forming Mineral 5


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Sebagaimana yang terlampir

3.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan akan melakukan pengamatan terhadap
mineral penyusun sample batuan beku dan kemudian mendeskripsikan mineral
tersebut. Dimana masing masing mineral tersebut memiliki karakteristik tersendiri
adapun hasil pendeskripsian tersebut dapat dijelaskan bahwa pada sample batuan
pertama dideskripsikan terdapat berbagai mineral yang terkandung, nama batu
sample pertama ini adalah batu gamping yang mempunyai komposisi mineral
orthoklas, feldsfar, kuarsa dan plagioklas
Batu gamping adalah batuan sedimen yang unsur utamanya tersusun oleh
kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit, di indonesia, batu gamping
sering disebut juga dengan istilah batu kapur, sedangkan istilah luarnya biasa
disebut dengan “limestone” batu gamping paling sering terbentuk diperairan laut
dangkal. Batu gamping kebanyakan merupakan batuan sedimen organik yang
terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga dan pecahan-pecahan sisa
organisme.
Deskripsi pada mineral orthoklas, warna terlihat adalah coklat muda, sistem
kristalnya adalah monoklin atau membulu, memiliki kilap kaca dengan kekerasan
5,5 menurut skala mohs yang di praktekan dengan alat yang telah dibawa pada saat
praktikum, goresnya putih, dengan belahan dan pecahan yang baik dan uneven,
tenacitynya adalah melleable dan berat jenis yang dicari pada literatur didapatkan
2,55 kg/m3 dengan kemagnetannya adalah transparant mineral memiliki sifat khas
sama keras dengan baja, mineral ini bernama orthoklas dengan rumus kimia
KAISi3O4 yang memiliki kegunaan sebagai bahan industri porselen, mineral ini
terbentuk dari proses kristalisasi magma.
Pada sample berikutnya adalah granodiorit, terdapat mineral-mineral yang
menyususn batuan beku tersebut salah satunya hornblenda, biotit, kuarsa dan
plagioklas

Rock Forming Mineral 6


Granodiorit berkomposisi felsik hingga intermedet, granodiorit adalah
batuan beku intrusif dengan tekstur faneritik yang mirip dengan granit, namun
mengandung lebih banyak plagioklas feldsfar dari pada orthiklas feldsfar menurut
diagram QAPF, granodiorit memiliki volume kuarsa lebih besar dari 20% dan 65%
feldsfar nya merupakan plagioklas. Mika pada granodiorit dapat hadir dalam bentuk
kristal-kristal hexagonal, dan hornblenda dapat hadir dalam bentuk kristal-kristal
seperti jarum, sejumlah kecil mineral-mineral oksida seperti magnetit, ilmenit, dan
ulvasiponel dapat hadir begitu juga mineral-mineral sulfida.
Pada mineral hornblenda, warna yang terlihat adalah hitam, sistem kristalnya
adalah mnonoklin atau tabular, memiliki kilap kaca dengan kekerasan 5-6 menurut
skala mohs yang telah di praktekan dengan alat yang telah dibawa pada saat
praktikum, goresnya hitam, dengan belahan dan pecahan yang sempurna dan
uneven, tenacitinya adalah brittle dan berat jenis yang dicari pada literature
didapatkan 2,9-3,4 kg/m3 dengan kemagnetannya adalah diamagnetik, derajat
ketransparanannya adalah transparant mineral, memiliki sifat khas sama keras
dengan baja, mineral ini bernama hornblenda denga rumus kimia Ca2(Mg,Fe)5
(Al,Si)8O22 yang memiliki kegunaan sebagai bahan industri, mineral ini terbentuk
oleh proses pembentukan magma/berasosiasi dengan piroksen dan biotit
Pada sampel berikutnya adalah granit, terdapat mineral-mineral yang
menyusun batuan beku tersebut salah satunya biotit, kuarsa, orthoklas, plagioklas,
feldspar dan hornblende.
Batuan granit adalah salah satu jenis batuan beku yang memiliki warna cerah,
butirannya kasar, tersusun dari mineral dominan berupa kuarsa dan feldspar, serta
sedikit mineral mika dan amfibol. Granit didefinisikan sebagai batuan beku yang di
dalamnya terkandung mineral kuarsa sebesar 10 – 50 persen dari kandungan total
mineral felseik, serta mineral alkali feldspar. Batuan granit diketahui mempunyai
kualitas yang lebih baik dari batuan lain seperti pasir dan marmer. Sifat asam dari
batuan granit membuat batuan ini tahan terhadap hujan asam sehingga banyak
dimanfaatkan dibidang konstruksi bangunan.
Pada sampel berikutnya adalah metamorf foliasi, terdapat mineral-mineral
yang menyusun batuan beku tersebut salah satunya biotit, kuarsa, plagioklas dan
pirit, batuan foliasi dalah hubungan tekstur yang memperlihatkan orientasi

Rock Forming Mineral 7


kesejajaran, kadang-kadang foliasi menunjukan orientasi yang hampir sama dengan
perlapisan batuan asal (bila berasal dari batuan sedimen), akan tetapi orientasi
mineral tersebut tidak ada sama sekali hubungan dengan sifat pelapisan batuan
sedimen, foliasi juga mencerminkan derajat metamorfisme.
Foliasi di geologi mengacu pada pelapisan berulang dibatuan metamorf. Setiap
lapisan dapat setipis selembar kertas hingga setebal satu meter, kata foliasi berasal
dari bahasa latin folium yang berarti daun dan mengacu pada sturktur planar
berlembar. Foliasi disebabkan oleh gaya geser (tekanan yang mendorong bagian-
bagian berbeda dari batuan dari berbagai arah), atau tekanan diferensial. Lapisan-
lapisan tersebut berbentuk sejajar dengan arah gaya geser, atau tegak lurus arah
tekanan terbesar.
Pada mineral pirit, warna yang terlihat adalah kuning keemasan, sistem
kristalnya adalah isometrik atau columnar, memiliki kilap logam dengan kekerasan
7 menurut skala mohs yang telah dipraktekan dengan alat yang telah dibawa pada
saat praktikum, goresnya putih, dengan belahan dan pecahan yang tidak sempurna
dan even tanacutynya adalah brittle dan berat jenis yang dicari pada litarature di
dapatkan 4,95-5,10 kg/m3 dengan kemagnetannya adalah paramagnetik, derajat
ketransparanannya adalah opaque mineral, memiliki sifat khas tidak larut dalam air,
mineral ini bernama pirit dengan rumus kimia FeS2 yang memiliki kegunaan
sebagai batu cincin, mineral ini terbentuk dari proses hidrothermal dan diendapkan
sekitar mata air atau berasosiasi dengan batuan sedimen disekitarnya.
Itulah beberapa dari mineral-mineral pembentukan batuan baik itu batuan
beku, batuan sedimen, batuan piroklastik maupun batuan metamorf yang dapat
dideskipsikan langsung dan juga melihat literature yang sudah ada.

Rock Forming Mineral 8


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah
1. Dapat mengetahui mineral kontinyu dan diskontinyu pada deret bowen
2. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan praktikan menjadi tahu tentang
bebagai jenis contoh mineral yang menyusun suatu batuan
3. Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan praktikan telah
dapat mendeskripsikan beberapa sample yang ada, dimana hasil
pendeskripsian tersebut berdasarkan dari sifat-sifat yang ditapakanoleh
mineral tersebut, sifat fisik tersebut diantaranyawarna mineral, sistem
kristal, dan perawakannya, kilap, kekerasan, gores, belahan, pecahan,
tenacity, berat jenis, kemagnetan, derajat ketransparanan, sifat khas,
kegunaan, dan ganesha atau asosiasi mineral tersebut.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah agar
praktikum yang akan dilaksanakan tepat waktu dan tempat supaya lebih disesuaikan
sesuaikan sehingga dapat menjalani kegiatan dengan baik

Rock Forming Mineral 9


DAFTAR PUSTAKA

Aditio, M. J, Hutabarat , A, Didit, H ., C .Widiatmoko. 2018. “Persebaran Sedimen


Permukaan Dasar Laut Dan Mineral Logam Di Perairan Saumlaki Dan
Sekitarnya, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku”.Jurnal
Ilmiah. Vol.2 No.1
Djauhari, N.2009. Pengantar Geologi Edisi Pertama. Bogor. Universitas Pakuan
Wahyuni T,. Dr. Muh. A,. D, Tahir,” Identifikasi Pola Penyebaran Tipe Alterasi
Di Daerah Aliran Sungai (Das) Jeneberang Bagian Hulu Dengan
Menggunakan Metode Xrd (X – Ray Difraction”. Jurnal Ilmiah. Vol.2. No.1

Rock Forming Mineral 10


Rock Forming Mineral 11
Rock Forming Mineral 12

Anda mungkin juga menyukai