Anda di halaman 1dari 9

A.

JUDUL
MASSA JENIS MINERAL
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenali jenis-jenis mineral berdasarkan
karakteristik yang dimiliki.
2. Mahasiswa dapat mengukur massa jenis mineral.
3. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi dan pengukuran dengan cara dan
rumus yang ada.
4. Mahasiswa mampu bertanggung jawab terhadap hasil pengukuran dan
pengamatannya.
5. Mahasiswa mampu mengimplementasikan materi yang didapatnya untuk
kemudian digunakan dalam jangka panjang.
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT

1. Purple fluorite 8. Rose quartz


2. Amethyst 9. Pyrite
3. Tourmaline 10. Citrine
4. Aragonite 11. Gelas ukur
5. Quartz 12. Timbangan analisis digital
6. Obsidian 13. Air
7. Green fluorite

BAHAN
1. Lembar instrument
2. Kertas cover
3. Kertas print foto
D. DASAR TEORI
1. Pengertian mineral
Menurut Bates dan Jackson (1990), mineral adalah materi penyusun bumi
yang merupakan unsur atau senyawa anorganik, terbentuk secara alami, mempunyai
sifat dan komposisi kimia tertentu, mempunyai sifat fisik tertentu, mempunyai
struktur dalam yang teratur dan berbentuk Kristal.
Menurut A.W.R. Potter dan H.Robinson (1977), mineral adalah suatu
bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas-
batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu
kehidupan.
Menurut D.G.A Whitten dan J.R.V Brooks (1972), mineral dalah suatu
bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu,
dibentuk oleh proses alam anorganik.
Secara umum, mineral adalah suatu zat padat yang tersusun dari senyawa
kimia yang dibentuk secara alami oleh peristiwa-peristiwa anorganik, yang memiliki
penempatan atom secara beraturan dan memiliki sifat kimia dan fisika tertentu.
2. Ciri dan proses terbentuknya mineral
a. Ciri-ciri mineral
1) Mineral bersifat alami, meskipun beberapa produk di labolatorium
mirip seperti mineral, namun tidak semuanya berwujud mineral sejati.
Zat yang disebut dengan mineraloid mungkin terlihat sebagai mineral
tetapi bukan karena mereka memenuhi persyaratan untuk itu.
2) Mineral bersifat anorganik, mineral tidak termasuk golongan senyawa
anorganik apapun. Hampir semua mineral berasal dari proses
anorganik atau kegiatan yang tidak dilakukan oleh makhluk hidup.
3) Mineral adalah padatan, mineral tidak bisa berupa cair atau gas.
Mereka hanya ada sebagai benda padat. Strukturnya yang kaku
menandakan partikel yang ada di dalamnya tidak bergerak.
4) Komposisi kimia yang jelas, setiap mineral memiliki kobinasi atomnya
sendiri yang tidak dapat ditemukan di mineral lain.
5) Struktur Kristal, mineral berbentuk Kristal yang mengandung susunan
atom atau ion yang berulang. Setiap bagian berulang dari Kristal adalah
sel satuan yang mengambil bentuk yang berbeda tergantung pada
ukuran ion atau atom dan bagaimana hal itu menarik partikel lain.
b. Proses terbentuknya mineral
1) Proses magmatis, proses ini terjadi di dapur magma primer sampai-
sampai mineral yang terbentuk mempunyai sifat ultra basa untuk lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan sampai membentuk mineral-
mineral biji dan silikat.
2) Proses pegmatisme, pada proses ini larutan magma yang terdiri atas
cairan dan gas memiliki suhu 450 derajat celcius hingga 600 derajat
celcius. Pada proses ini membentuk kelompok batuan yaitu batuan
granit.
3) Proses pneumatolisis, pada proses ini suhu mulai menurun yakni
sekitar 450 hingga 550 derajat celcius dan selanjutnya terjadi
akumulasi gas hingga menghasilkan jebakan pneumatolisis serta
menyisakan magma cair yang mengandung unsur volatile. Unsur
volatile tersebut kemudian menerobos batuan disekitarnya dan
terbentuklah endapan mineral yang disebut mineralpneumatolisis.
4) Proses hidrotermal, proses pembentukan mineral yang terjadi akibat
adanya pengaruh suhu, temperature, dan tekanan yang sangat rendah
bersama dengan larutan magma yang telah terbentuk sebelumya.
5) Proses replacement, proses pembentukan mineral epigenetic yang
didominasi oleh proses penggantian. Unsur-unsur sulfida membentuk
dan mengontrol mineral biji pada endapan metasomatik.
6) Proses sedimenter, proses ini menghasilkan endapan yang berasal dari
proses pengendapan beberapa mineral dan telah melalui pelapukan
batuan sebelumya hingga akhirnya terkumpul dan tersedimentasi di
suatu tempat.
7) Proses evaporasi, proses pembentukan mineral yang sering disebut
dengan proses pemanasan terjadi di lingkungan yang kering dan panas,
dimana sering terjadi penguapan air dan mengandung banyak mineral
terlarut.
8) Konsentarsi residu mekanik, proses ini meninggalkan endapan residual
yang dihasilkan dari pelapukan dan pengendapan yang terjadi pada
lokasi yang sama.
9) Proses oksidasi dan supergen enrichment, pengaruh udara dan air akan
membuat mineral di dekat permukaan bumi lapuk, membentuk padatan
porus atau gossam. Setelah mineral oksida sekunder limonit terkumpul
di zona oksidasi, pelarutan garam dan asam sulfat terjadi di zona
sulfidasi atau area di bawah air tanah, di mana mineral sekunder juga
terbentuk.
10) Proses metamorfisme, Pembentukan batuan metamorf dari mineral
batuan sedimen, mineral batuan beku, dan mineral metamorf. Dalam
proses ini, mineral dapat berubah menjadi mineral baru atau dihasilkan
mineral yang sama dengan karakteristik yang berbeda sesuai dengan
kondisi lingkungan.
3. Klasifikasi mineral menurut dana
a. Kelompok native element (unsur murni), yaitu kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas
ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembenuk utamanya.
b. Kelompok sulfida, terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur.
Pada umumya unsur utamanya adalah logam (metal). Pembentukan mineral ini
biasanya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur
yang tinggi.
c. Kelompok oksida dan hidroksida, terbentuk dari kombinasi unsur tertentu dengan
gugus anion oksida (O2) dan gugus hidroksil hidoksida (OH).
d. Kelompok halida, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogeneelektronegatif,
seperti F, Cl, Br. Pada umumnya memiliki BJ yang rendah (<5).
e. Kelompok karbonat, terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai
plankton juga terbentuk pada daerah evaporitic dan daerah karst yang membentuk
gua, stalagtit, dan stalagmite. Kelompok ini merupakan susunan utama dalam
membentuk batuan sedimen.
f. Kelompok sulfat, kombinasi antara logam dengan anion sulfat. Sulfat biasanya
terjadi pada daerah penguapan yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lhan
menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
g. Kelompo phosphate, dicirikan oleh adanya gugus PO43, dan pada umumnya
memiliki kilap kaca atau lemak.
h. Kelompok silikat, silikat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari
mineral yang dikenali. Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari
kelompok ini, yang merupakan persenyawaan anatara silicon dan oksigen dengan
beberapa unsur metal.
4. Pengertian massa jenis mineral
Massa jenis mineral merupakan pengukuran massa tiap satuan volume mineral.
Semakin tinggi volume mineralnya, maka semakin besar pula massa jenis mineralnya.
5. Rumus massa jenis mineral

Keterangan :
P = massa jenis atau kerapatan (kg/m3)
m = massa benda (kg)
v = volume benda (m3)
6. Skala mosh
Salah satu cara paling penting untuk mengidentifikasi speismen mineral adalah
dengan melakukan uji kekerasan mohs (mohs hardness test). Skala mohs adalah
sebuah skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kekerasan suatu
mineral.
E. LANGKAH KERJA
a) Mahasiswa dan asisten praktikum mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan selama praktikum.
b) Mahasiswa dan asisten praktikum memulai kegiatan praktikum dengan
pengenalan alat terlebih dahulu.
c) Mahasiswa mengenali dan mengamati alat praktikum dengan seksama.
d) Mahasiswa menggambar dan mengidentifikasi setiap alat praktikum pada lembar
instrument.
e) Mahasiswa melakukan dokumentasi pada setiap alat praktikum untuk melengkapi
pengisian lembar instrument.
f) Mahasiswa mengumpulkan lembar instrument kepada asisten praktikum.
g) Mahasiswa menyiapkan dan mengumpulkan materi untuk laporan praktikum.
h) Mahasiswa mengerjakan laporan praktikum sesuai dengan yang diperintahkan.
i) Mahasiswa melakukan koreksi pada setiap laporan yang telah dikerjakannya yang
kemudian akan diserahkan kepada asisten praktikum.
j) Mahasiswa menyerahkan laporan praktikum kepada asisten praktikum.
k) Mahasiswa mendapat nilai dari hasil laporan praktikum dan mempersiapkan diri
untuk praktikum selanjutnya.
F. PEMBAHASAN
1. Hasil pengamatan
(terlampir pada lembar instrument)
G. KESIMPULAN
Secara umum, mineral adalah suatu zat padat yang tersusun dari senyawa kimia
yang dibentuk secara alami oleh peristiwa-peristiwa anorganik, yang memiliki
penempatan atom secara beraturan dan memiliki sifat kimia dan fisika tertentu dengan
berbagai macam proses, diantaranya yaitu proses magmatis, proses pegmatisme, proses
pneumatolisis, proses hidrotermal, proses replacement, proses sedimenter, proses
evaporasi, konsentrasi residu mekanik, Proses oksidasi dan supergen enrichment, dan
proses metamorfisme. Massa jenis mineral merupakan pengukuran massa tiap satuan
volume mineral. Semakin tinggi volume mineralnya, maka semakin besar pula massa
jenis mineralnya. Skala mohs adalah sebuah skala pengukuran yang digunakan untuk
mengukur tingkat kekerasan suatu mineral.
Obsidian merupakan jenis mineral batuan beku luar yang memiliki tingkat
kekerasan skala mohs 5 hingga 5,5 dan kekerasan relatif 5,5 dengan berat 13,44 gr, dan
volume 3 ml dengan hasil penghitungan massa jenis yaitu 4,48 gr/ml. Green fluorite
memiliki tingkat kekerasan skala mohs 4 dan kekerasan relatif 6,5 hingga 7 dengan berat
18,57 gr dan volume 3 ml dengan hasil penghitungan massa jenis yaitu 6,19 gr/ml. Citrine
merupakan jenis mineral oksida yang memiliki tingkat kekerasan mohs 7 dan kekerasan
relatif 5,5 hingga 7 dengan berat 87,57 gr dan volume 35 ml dengan hasil penghitungan
massa jenis yaitu 2,502 gr/ml. Pyrite merupakan jenis mineral sulfide yang memiliki
kekerasan skala mohs 6 hingga 6,5dan kekerasan relatif 5,5 dengan berat 78,92 dan
volume 20 ml dengan hasil penghitungan massa jenis yaitu 3,946. Quartz merupakan jenis
mineral batuan beku yang memiliki tingkat kekerasan skala mohs 7 dan kekerasan relatif
5,5 dengan berat 10,37gr dan volume 2 ml dengan hasil penghitungan massa jenis 5,185
gr/ml. Semua massa jenis dihitung dengan rumus massa jenis=berat massa/volume.
Dalam mencari volume suatu mineral dibutuhkan gelas ukur yang diisi air sebanyak 60 ml
(hingga batu tenggelam dalam air).
DAFTAR PUSTAKA

Hikari, Irfan. 2014. Klasifkasi Mineral Berdasarkan Pada Kemiripan Kompoisi Kimia
Dan Struktur Kristal. https://pdfcoffee.com/klasifikasi-mineral-pdf-
free.html Diakses pada 30 September 2023 pukul 11.04 WIB
Nursyamsi, Dedi. Dkk. 2005. Sifat-Sifat Kimia dan Mineralogy Tanah Serta
Kaitannya Dengan Kebutuhan Pupuk Untuk Padi (Oryza Sativa), Jagung
(Zea Mays), dan Kedelai (Glycine Max). Jurnal Agronomi Indonesia,
vol.3. Hal : 40-47
Palangan, Abraham & Suharini, Erni. 2014. Geomorfologi Gaya, Proses dan
Bentuklahan. Yogyakarta. Ombak
Putri, S.M. 2016. Proses Pembentukan Mineral.
https://prezi.com/lpmtoatksccw/proses-pembentukan-mineral/ Diakses
pada 30 September 2023 pukul 10.29 WIB
S.U. Soetoto. 2013. Geologi Dasar. Yogyakarta : Penerbit Ombak
Setiawan, Parta. 2023. Pengertian dan 10 Macam Mineral Terlengkap.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-mineral/ Diakses pada 29
September 2023 pukul 20.05 WIB

Anda mungkin juga menyukai