Disusun oleh:
MUH. ICHSAN
D061201042
GOWA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
kualitas yang baik, hal ini tidak terlepas dari letak indonesia yang berada pada ring
of fire. Potensi ini penting di perhitungkan untuk waktu yang akan datang. Kegiatan
penambangan bahan galian atau mineral bijih yang dilakukan dapat menjadi sumber
devisa yang besar bagi negara. Tak heran setiap tahun penambangan mineral bijih
Untuk menjadi geologist yang bekerja diperusahaan tambang mineral bijih tentunya
pembentukannya dan lain sebagainya semua itu dipelajari dalam endapan mineral
mineral yang terbentuk dari proses alterasi hidrotermal yang bisa menjadi
agar peserta dapat mendeskripsikan batuan yang mengalami proses alterasi serta
1. Sampel mineral
2. HCL
6. Referensi
2.1 Mineral
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
Mineral dapat kita jumpai dimana sekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan,
tanah, atau pasir yang di endapkan pada dasar sungai. Bebrapa daripada mineral
tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang
besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral,
kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya,
demikian, kristal secara umum dapat di definisikan sebagai bahan padat yang
homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur (Djauhari
Noor, 2009).
akibat adanya interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan tersebut. Proses
secara mineralogi, kimia dan tekstur oleh akibat adanya interaksi larutan
hidrotermal dengan batuan samping (wall rock) yang dilaluinya pada kondisi fisika-
kimia tertentu.
Ada tiga hal yang menjadikan penyelidikan terhadap proses alterasi sangat
1. komposisi kimia dan struktur dari mineral-mineral yang terbentuk dari hasil
a. Chalcedonic texture
pada suhu rendah dan umumnya pada kedalaman yang diangkal di atas zona up flow
b. Saccharoidal texture
Dicirikan oleh kumpulan butiran massif yang berwarna putih susu atau
c. Comb texture
d. Zone texture
Kelompok dari lapisan atau Kristal, setiap Kristal memiliki zona yang
e. Colloform texture
f. Crustiform texture
terhadap dinding urat (vein) dan dipertegas oleh adanya perbedaan pada komposisi
h. Mold texture
i. Bladed texture
bentuk pipih.
antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi hidrotermal
tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah temperatur, tekanan,
jenis batuan asal, komposisi fuida (khususnya pH) dan lamanya reaksi (Browne,
1984). Proses alterasi hidrotermal yang tejadi akibat adanya reaksi antara batuan
dengan air jenis klorida yang berasal dari reservoir panas bumi yang terdapat
bersifat asam, yang terdapat pada kedalaman yang relatif dangkal dan elevasi
yang relative tinggi mengubah batuan asal menjadi mineral clay dan mineral-
biasanya adalah kaolin, alutlite, sulphur, residu silikadan gypsum. Proses ubahan :
oleh para ahli, antara lain Creassey (1956; 1966), Lowell dan Guilbert (1970), Rose
(1970), Meyer dan Hemley (1967) serta Thomson dan Thomson (1996). Lowell dan
Guilbert membagi tipe alterasi kedalam potasik (K-feldspar, biotit, serisit, klorit,
klorit) dan propilitik (klorit, epidot). Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004).
menjadi empat tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan filit. Lowell dan Guilbert
(1970, dalam Sutarto, 2004) membuat model alterasi - mineralisasi juga pada
endapan bijih porfir, menambahkan istilah zona filik untuk himpunan mineral
kuarsa, serisit, pirit, klorit, rutil, kalkopirit. Adapun macam macam tipe alterasi
antara lain :
Alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona
alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang
pada intrusi. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit (mika halus) dan
kuarsa sebagai mineral utama dengan mineral pirit yang melimpah serta sejumlah
anhidrit. Mineral bijih yang dijumpai berupa kalkopirit, tembaga dan native gold
merupakan dasar dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang
stabil menjadi rusak dan teralterasi menjadi serisit dengan penambahan unsur H+ ,
menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Zona ini tersusun oleh himpunan mineral
akibat influks air yang memiliki temperatur yang lebih rendah dan fluida asam-
netral, salinitas beragam, pada zona permeabel, dan pada batas dengan urat.
Kehadiran zona ini karena semakin intensnya kehadiran influks air meteorik yang
memiliki temperatur yang lebih rendah dan nilai pH yang lebih rendah. Pada tipe
Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetit. Pembentukkan biotit sekunder ini dapat
terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan
felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit,
dan titanit atau rutil kadang terbentuk. Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang
dekat batuan beku intrusif propfiri, fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi, dan
dengan karakter magmatik yang kuat. Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur
potasium pada proses metasomatis dan disertai dengan banyak atau sedikitnya
unsur kalsium dan sodium didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat.
Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk
terdiri atas pirit maupun kalkopirit dengan rasio yang relatif sama.
Sedangkan untuk sistem epitermal sulfidasi tinggi (fluida kaya asam sulfat),
2.5.5 Propilitik
illit/serisit, kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°C-300°C pada
terdapat empat kecenderungan 61 himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik,
zona alterasi seperti pada sistem porfir, tetapi menambahkan istilah inner propylitic
untuk zona pada bagian yang bertemperatur tinggi (>300°C), yang dicirikan oleh
tindih satu sama lain yang disebut dengan overprinting. Baik endapan epitermal
maupun tembaga porfiri memperlihatkan suatu zonasi alterasi yang berbeda satu
sama lainnya. Pada umumnya zonasi alterasi yang dijumpai pada endapan epitermal
akan memperlihatkan perubahan secara lateral dari tubuh batuan pembawa larutan
hidrotermal ataupun dari tubuh vein. Sedangkan untuk endapan tembaga porfiri,
zonasi alterasi akan membentuk seperti sebuah penampang yang menyerupai halo.
Penampang ideal zonasi alterasi pada endapan epitermal dan epitermal sulfida
Gambar 2.4 Diagram hubungan antara suhu pH dan jenis serta alterasi serta himpunan
mineral-mineral pencirinya (Corbett & Leach, 1996)
3.1 Metodologi
pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna mengetahui sejauh mana
Pada sampel dengan nomor urut 1 merupakan sampel yang tidak dapat di
deskripsi host rock-nya dikarenakan kesan dari batuan asalnya tidak dapat
pengamatan megaskopis.
Sampel ini dalam keadaan segar berwarna hijau dan oksidasinya berwarna
kuning kecoklatan. Jenis endapan dari sampel ini adalah endapan hidrotermal yang
ditandai dengan adanya proses alterasi yang terjadi pada sampel ini. Komposisi
mineral alterasinya meliputi malasit, azurit, dan mineral oksida. Zona alterasi pada
beraturan.
pada batuan yang terjadi akibat adanya aksi fluida panas yang berinteraksi dengan
batuan asal. Awalnya, larutan hidrotermal yang mengandung berbagai jenis ion
dan unsur kimia masuk ke dalam batuan melalui celah-celah dan rekahan-rekahan
mineral pada batuan asal, yang kemudian mengalami perubahan mineral yang lebih
rekristalisasi atau pengubahan bentuk kristal pada mineral yang terbentuk. Proses
Mineral penciri seperti malasit dan azurit sangat bermanfat pada eksplorasi
kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna kuning kecoklatan. Batuan ini yang
tidak dapat di deskripsi host rock-nya dikarenakan kesan dari batuan asalnya tidak
Sampel ini dalam keadaan segar berwarna abu-abu kehitaman dan warna
oksidasinya adalah kuning kecoklatan. Sampel ini tergolong dalam jenis endapan
adalah adularia, galena, mineral oksida, mineral silika dan pirit. Berdasarkan
kenampakan batuan dan mineral penciri maka dapat di interpretasikan sampel ini
mengalami alterasi pada zona potasik karena banyak mengandum mineral yang
dibentuk melalui proses alterasi hidrotermal atau perubahan mineral oleh larutan
air panas yang mengandung ion-ion logam seperti K, Na, Ca, dan Mg. Proses
pembentukan mineral alterasi pada zona potasik meliputi beberapa tahapan. Tahap
awal pembentukan mineral alterasi pada zona potasik dimulai dengan penetrasi
cairan hidrotermal panas ke dalam batuan. Larutan ini membawa ion-ion logam
magnetit. Setelah itu, proses alterasi hidrotermal terjadi pada batuan yang telah
dan mineral potassium lainnya. Dan akhirnya, mineral-mineral logam seperti emas
dan perak dapat diendapkan oleh larutan hidrotermal yang mengalir melalui celah-
celah batuan. Endapan mineral ini sering ditemukan di dekat zona potasik.
Secara umum, mineral alterasi pada zona potasik dapat membantu dalam
identifikasi adanya mineralisasi logam yang mengandung emas, tembaga, dan besi.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua zona potasik mengandung mineral-logam
Sampel dengan nomor urut 3 dengan nomor peraga BM-13 dalam keadaan
segar berwarna Putih Keabuan dan dalam keadaan lapuk berwarna kuning
kecoklatan. Batuan ini yang tidak dapat dideskripsi host rock-nya dikarenakan
kesan dari batuan asalnya tidak dapat teridentifikasi serta mineral primernya tidak
Sampel dengan nomor urut 3 dengan nomor peraga BM-13 dalam segar
Komposisi mineral primer pada batuan ini adalah mineral feldspar dan mineral
alterasi yang dapat di deskripsi secara megaskopis adalah mineral oksida dan
Zona argilik adalah zona yang terbentuk dari proses alterasi atau
zona argilik terjadi karena adanya interaksi antara air atau larutan yang kaya akan
antaranya. Tahapan pertama, terjadi ketika air atau larutan yang kaya akan ion
meresap ke dalam batuan dan membentuk mineral hidratasi. Mineral-mineral yang
terbentuk pada tahap ini adalah smektit, kaolinit, dan haloysit.Selanjutnya, terjadi
membentuk mineral baru. Mineral-mineral yang terbentuk pada tahap ini adalah
illit dan klorit. Dan yang terakhir terjadi ketika mineral-mineral yang terbentuk
mineral baru. Mineral-mineral yang terbentuk pada tahap ini adalah zeolit dan pirit.
signifikan terhadap sifat fisik dan kimia batuan. Mineral-mineral yang terbentuk
pada proses ini dapat menambah kekuatan batuan dan membuatnya lebih tahan
terhadap pengaruh lingkungan yang keras. Namun, pada saat yang sama, proses ini
juga dapat melemahkan struktur batuan dan membuatnya lebih rentan terhadap
Sampel dengan nomor urut 4 keadaan segar berwarna Kuning Kelabu dan
dalam keadaan lapuk berwarna coklat. Batuan ini yang tidak dapat di deskripsi host
rock-nya dikarenakan kesan dari batuan asalnya tidak dapat teridentifikasi serta
mineral primernya tidak dapat diamati dengan menggunakan pengamatan
megaskopis.
Sampel dengan nomor urut 4 memiliki warna segar kuning kelabu dan
oksidasi berwarna coklat. Batuan ini tergolong dalam jenis endapan hidrotermal.
Komposisi mineral alterasi pada batuan ini adalah kalkopirit, pirit dan mineral
oksida. Berdasarkan pengamatan mineral alterasi yang dijumpai pada sampel ini
hidrotermal. Proses ini terjadi ketika air panas yang kaya akan bahan kimia seperti
logam, gas, dan mineral terperangkap di dalam batuan yang sedang mengalami
metamorfosis. Ketika air panas tersebut mengalir melalui zona filik, ia akan
mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam batuan dan mengubah mineral asli
menjadi mineral yang baru. Proses ini disebut dengan alterasi hidrotermal atau
hidrotermal pada zona filik antara lain kuarsa, pirit dan kalkopirit. Mineral-mineral
ini terbentuk karena air panas yang kaya akan bahan kimia membawa unsur-unsur
mineral-mineral yang berharga seperti emas, perak, dan tembaga. Oleh karena itu,
zona filik sering dijadikan sebagai sasaran penambangan mineral bagi perusahaan
pertambangan.
Sampel dengan nomor urut 5 dengan nomor peraga A15 merupakan jenis
batuan metamorf dalam keadaan segar berwarna hijau kehitaman dan dalam
pada batuan yang terjadi akibat adanya aksi fluida panas yang berinteraksi dengan
batuan asal. Awalnya, larutan hidrotermal yang mengandung berbagai jenis ion
dan unsur kimia masuk ke dalam batuan melalui celah-celah dan rekahan-rekahan
mineral pada batuan asal, yang kemudian mengalami perubahan mineral yang lebih
rekristalisasi atau pengubahan bentuk kristal pada mineral yang terbentuk. Proses
kristalisasi mineral tersebut. Akhirnya, proses litifikasi pada batuan alterasi yang
seng, dan merkuri, sehingga dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari
aktivitas pertambangan.
Sampel dengan nomor urut 6 dalam keadaan segar berwarna putih dan
dalam keadaan lapuk berwarna putih kecoklatan. Batuan ini yang tidak dapat di
deskripsi host rock-nya dikarenakan kesan dari batuan asalnya tidak dapat
pengamatan megaskopis.
Sampel dengan nomor urut 6 memiliki warna segar putih dan oksidasinya
berwarna putih kecoklatan. Batuan ini tergolong dalam jenis endapan hidrotermal
deskripsi maka dapat diidentifikasi bahwa zona alterasinya adalah argilik yang
Zona argilik adalah zona yang terbentuk dari proses alterasi atau
zona argilik terjadi karena adanya interaksi antara air atau larutan yang kaya akan
ion dengan batuan yang mengandung mineral-mineral tertentu. Proses
antaranya. Tahapan pertama, terjadi ketika air atau larutan yang kaya akan ion
terbentuk pada tahap ini adalah smektit, kaolinit, dan haloysit.Selanjutnya, terjadi
membentuk mineral baru. Mineral-mineral yang terbentuk pada tahap ini adalah
illit dan klorit. Dan yang terakhir terjadi ketika mineral-mineral yang terbentuk
mineral baru. Mineral-mineral yang terbentuk pada tahap ini adalah zeolit dan pirit.
signifikan terhadap sifat fisik dan kimia batuan. Mineral-mineral yang terbentuk
pada proses ini dapat menambah kekuatan batuan dan membuatnya lebih tahan
terhadap pengaruh lingkungan yang keras. Namun, pada saat yang sama, proses ini
juga dapat melemahkan struktur batuan dan membuatnya lebih rentan terhadap
Pada sampel nomor urut 7 dengan nomor peraga M11 merupakan jenis
batuan sedimen dalam keadaan segar berwarna putih kemerahan dan dalam keadaan
lapuk berwarna coklat kemerahan. Batuan ini memiliki permeabilitas yang buruk,
porositas yang buruk, dengan kemas tertutup dan sortasi yang baik. Batuan ini tidak
memiliki ukuran butir dan memiliki struktur tidak berlapis. Komposisi mineral pada
batuan ini adalah kuarsa dan masa dasar. Nama batuan ini adalah Batugamping.
Sampel nomor urut 7 dengan nomor peraga M11 memiliki segar putih
kemerahan dan oksidasi berwarna coklat kemerahan dan tergolong dalam jenis
komposisi mineralnya karena adanya pengaruh panas dan tekanan yang tinggi
dalam kondisi lingkungan geologi yang khusus. Proses ini terjadi karena adanya
Proses pertama ini terjadi ketika magma menembus lapisan batuan di bawah
permukaan bumi. Karena adanya suhu yang sangat tinggi dari magma tersebut,
maka batuan di sekitarnya akan terkena panas yang cukup tinggi sehingga terjadi
hidrotermal atau magma yang masuk kedalamnya. Reaksi kimia ini akan mengubah
proses ini terjadi ketika fluida hidrotermal atau magma mengandung silika (SiO2)
yang cukup tinggi. Silika ini akan bereaksi dengan mineral-mineral pada batuan
asalnya dan membentuk mineral-mineral baru yang kaya akan silika seperti kuarsa
(SiO2).
signifikan. Beberapa mineral dapat berubah menjadi mineral baru yang lebih tahan
terhadap panas dan tekanan yang tinggi, seperti halnya mineral piroksen yang dapat
berubah menjadi mineral amfibol. Proses ini juga dapat menghasilkan mineral baru
yang kaya akan logam-logam seperti tembaga (Cu), emas (Au), dan seng (Zn).
Akhirnya, hasil dari proses alterasi silisifikasi dapat membentuk mineralisasi yang
emas dan perak pada suatu formasi batuan dapat menjadi indikator adanya deposit
Sampel dengan nomor urut 8 dengan nomor peraga PB1 memiliki warna
segar hijau kehitaman dan lapuk berwarna abu kehiataman. Batuan ini tidak dapat
di deskripsi dikarenakan telah terjadi proses alterasi secara intensif sehingga tidak
Sampel dengan nomor urut 8 dengan nomor peraga PB1 dengan warna segar
hijau kehitaman dan oksidasi berwarna abu kehitama. Batuan ini tergolong dalam
jenis endapan hidrotermal. Mineral alterasi yang dapat dideskripsi adalah pirit,
sphalerite dan silika. Zona alterasi pada batuan ini adalah zona filik.
hidrotermal. Proses ini terjadi ketika air panas yang kaya akan bahan kimia seperti
logam, gas, dan mineral terperangkap di dalam batuan yang sedang mengalami
metamorfosis. Ketika air panas tersebut mengalir melalui zona filik, ia akan
mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam batuan dan mengubah mineral asli
menjadi mineral yang baru.Mineral-mineral ini terbentuk karena air panas yang
kaya akan bahan kimia membawa unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
mineral baru.
mineral-mineral yang berharga seperti emas, perak, dan tembaga. Oleh karena itu,
zona filik sering dijadikan sebagai sasaran penambangan mineral bagi perusahaan
pertambangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Adapun wall rock yang dapat dideskripsi dari sampel yang dipraktikum
dikarenakan proses alterasi yang terjadi sangat intensif sehingga tidak dapat
3. Adapun zona alterasi yang dapat diidentifikasi adalah zona alterasi argilik,
5.2 Saran
pengetahuan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA