Anda di halaman 1dari 105

MODUL

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI I

MINERALOGI

A. NOMOR PRAKTIKUM : I

B. TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Praktikan dapat mengidentifikasi beberapa jenis mineral dengan pendekatan Sifat-sifat
fisiknya;
2. Praktikan dapat mengenali mineral-mineral sebagai materi penyusun batuan.

C. PEMBAHASAN :
Pengertian mineral secara umum adalah padatan homogen alami, terbentuk secara
anorganik, dengan komposisi kimia tertentu dan mempunyai susunan atom tertentu juga.
Mineral juga dapat didefinisikan sebagai :
1. Mineral dalam pengertian geologi adalah suatu bahan yang terbentuk secara alamiah
berupa padatan kristalin yang inorganik (Monroe & Wicander, 1997)
2. Mineral tersusun oleh sejumlah atom yang membentuk kerangka 3 dimensi tertentu dan
memiliki sejumlah keteraturan yang berpengaruh terhadap perawakan mineral.
3. Kristalinitas terkait dengan keteraturan dalam sususnan atom dan kalu tidak teratur
disebut amorphous.
Berdasarkan pengertian di atas, maka kristalisasi mineral berhubungan dengan
pendingin magma.
Proses pembentukan mineral terjadi secara perlahan-lahan mengikuti perubahan
tekanan (P) dan temperatur (T) di alam. Mineral yang terbentuk dapat berasal dari
1. Pendinginan magma untuk mineral-mineral pembentuk batuan beku
2. Prestipasi kimiawi atau biokimiawi untuk mineral pembentuk btuan sedimen
3. Metamorfosis yang mengubah mineral yang sudah terbentuk terlebih dahulu supaya
stabil pada kondisi lingkungan yang baru (perubahan P dan T).
Magma yang naik ke permukaan bumi akan mengalami penurunan T dan P. Kondisi
ini menyebabkan lingkungan pembentukan mineral berubah menjadi dangkal hingga

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 1


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

muncul ke permukaan. Implikasi perubahan tersebut adalah terbentuk deret mineral untuk
lebih jelas dipelajari pada deret reaksi Bowen (Bowen reactions series.
Deret mineral akan memperlihatkan variasi komposisi pembentuk mineral secara kimiawi.
Komposisinya sangat erat hubungannya dengan asal magmanya
Presipitasi kimiawi terutama berkaitan dengan evaporasi air laut, ataupun presitipasi
pada kondisi jenuh CaCO3 berupa mud carbonate yang mengikat partikel seperti mineral,
cangkang binatang, atau pecahan kerang. Mineral utamanya adalah kelompok mineral karbonat
seperti anhydrite, calcite, dolomite, dll.
Metamorfosis adalah proses yang mengubah mineral menjadi mineral baru. Mineral
yang terbentuk dapat menjadi mineral baru, atau justru masih mineral lama namun memiliki
sifat fisik yang lebih keras dari kondisi sebelumnya. Misalkan Andalusite terubah menjadi
kyanite, quartz terubah menjadi quartz (pada kondisi baru), dan calcite (batuan sedimen)
menjadi calcite (pada kondisi baru).

1. Deret Reaksi Bowen (DRB)


DRB adalah suatu skematik proses yang menjelaskan hubungan antara penurunan
temperatur dan pembentukan mineral. Mineral yang terbentuk dibagi atas dasar cara
terbentuknya, apakah secara menerus (continue) atau tidak menerus (discontinue). Dari
deret tidak menerus muncul mineral olivine, pyroxene, amphibole, dan biotite.
Sementara pada deret menerus terbentuk kelompok mineral plagioclase (anorthite,
bytownite, labradorite, andesine, oligoclase, albite). Kedua deret di atas terbentuk
bersamaan. Kemunculan setiap mineral sangat bergantung pada kondisi pembentukannya,
yakni asal magma dan derajat temperatur pendinginan. Selanjutnya disusul oleh mineral K-
fledspar, muscovite, dan quartz (Gambar 1.)

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 2


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 1. Seri Reaksi Bowen


2. Sifat-Sifat Mineral
Mineral dapat menunjukkan sejumlah sifat baik secara fisik, kimiawi dan optis.
Namun saat ini diberikan pengenalan singkat tentang mineral dari aspek fisiknya. Sifat-sifat
tersebut terdiri dari :
a. Warna (Color)
Warna yang terlihat dipengaruhi oleh datangnya sinar yang mengenai
permukaan. Sinar yang datang sebagian dipantulkan (refleksi) dan sebagian lagi akan
diserap (absorbsi) oleh mineral.
Suatu mineral dapat menunjukkan warna mineral bervariasi. Hal ini
dikarenakan perbedaan komposisi kimia atau pengotoran pada mineral. Warna mineral
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Warna Idiokromatik : Warna asli mineral atau apabila warna mineral selalu tetap,
pada umumnya dijumpai pada mineral yang tidak tembus cahaya (opaque) atau
berkilap logam. Misalnya sulfur bewarna kuning, magnetite bewarna hitam, pyrite
bewarna kuning loyang.
2) Warna Allokromatik : warna akibat pengotoran atau apabila warna mineral tidak
tetap tergantung pada mineral pengotornya, pada umumnya dijumpai pada mineral
yang tembus cahaya (transparan/translucent) atau kilap non logam Misalnya halite
yang dapat bewarna abu-abu, kuning, cokelat gelap, merah muda, biru, dll. , atau

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 3


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

quartz yang aslinya tidak bewarna dapat berubah warna menjadi violet, merah
muda, coklat kehitaman, dll
b. Perawakan Kristal (Crystal Habits)
Mineral memiliki bentuk kristal yang bervariasi. Karenanya sering dijumpai
berbagai sistem kristal. Namun, untuk mendapatkan mineral yang memiliki bidang
kristal yang sempurna sangat jarang. Pada proses di alam seringkali terjadi gangguan
yang menghambat pertumbuhan kristal. Karena itu bidang-bidang kristal tidak jelass
sehingga kesulitan untuk mengkategorikan ke dalam sistem kristalografinya. Oleh
karena itu mineral dikenali dari perawakan kristal, yakni bentuk khas dari mineral.
Pengenalan perawakan kristal dapat menentukan penamaan jenis mineral.
Menurut Richard Pearl (1975), perawakan kristal dibagi memjadi :
1) Elongated Habit ( Meniang / Berserabut )
a) Meniang (Columnar); bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang.
Misal : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite.
b) Menyerat (Fibrous); bentuk kristal yang menyerupai serat – serat.
Misal : Asbestos, Tremolit, Gypsum, Silimanite.
c) Menjarum (Acicular); bentuk kristal yang menyerupai jarum – jarum.
Misal : Natrolite, Glaucophane.
d) Menjaring (Reticulate); bentuk kristal kecil dan panjang menyerupai jaring.
Misal : Rulite, Cerussite.
e) Membenang (Filliform); bentuk kristal kecil – kecil menyerupai benang.
Misal : Silver.
f) Merabut (Capillery); bentuk kristal kecil – kecil menyerupai rambut.
Misal : Cuprite, Bysolite.
g) Mondok (Stout,Stubby, Equant); bentuk kristal pendek dan gemuk, sering terdapat pada
kristal – kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya. Misal : Zircon.
h) Membintang (Stellated); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.
Misal : Pirofilit.
i) Menjari (Radiated); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari – jari. Misal :
Markasit.
2) Flattenad Habit (Lembaran Tipis)

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 4


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

a) Membilah (Bladed); bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu
dengan perbandingan antara lebar dan tebal sangat jauh.
Misal : Kyanite, Kalaverit.
b) Memapan (Tabular); bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan,dimana
perbandingan lebar dan tebal tidak terlalu jauh.
Misal : Barite, Hypersthene.
c) Membata (Blocky); bentuk kristal yang tebal menyerupai bentuk bata, dengan
perbandingan lebar dan tebal hampir sama.
Misal : Calcite, Microcline.
d) Mendaun (Foliated); bentuk kristal pipih melapis (lamellar) dengan perlapisan yang
mudah dikupas / dipisahkan.
Misal : Mika, Chlorite.
e) Memencar (Divergent); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas yang
terbuka.
Misal : Aragonite, Millerite
f) Membulu (Plumose); bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Misal :
Mika.

3) Rounded Habit (Membutir)


a) Mendada (Mamillary); bentuk kristal bulat – bulat menyerupai buah dada (breast
like). Misal : Opal, Malachite, Hemimorphite.
b) Membulat (Colloform); bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat –
bulat. Misal : Bismuth, Smalite, Cobaltite, Glauconite, Geothite, Franklinite.
c) Membulat jari (Colloform Radial); bentuk kristal yang membulat dengan struktur
dalam memencar menyerupai bentuk jari. Misal : Pyrolorhyte.
d) Membutir (Granular); kelompok kristal kecil membentuk butiran. Misal : Olivine,
Anhydrite,Chromite, Sodalite,Alunite, Niceolite, Cinabar, Cryolite.
e) Memisolit (Pisolitic); kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Misal : Pisolitic, Gibbsite.
f) Stalaktit (Stalactic); bentuk kristal membulat dengan litologi batuan gamping. Misal
: Geothite.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 5


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

g) Mengginjal (Reniform); bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal. Misal :


Hematite.

c. Kilap (Luster)
Suatu mineral dapat terkena sinar cahayanya akan memberikan kilap mineral. Dapat
juga diartikan sebagai kesan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya yang dikenakan
padanya, atau intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan kristal Intensitas kilap
tergantun dari indeks bias mineral. Nilai indeks bias yang tinggi maka akan semakin besar
jumlah-jumlah cahaya yang dipantulkan. Ada tiga kilap yang umum.
1) Kilap Metalik atau Logam (Metalic Luster)
Kilap ini memiliki indeks bias sama dengan 3 atau lebih.
Contoh : Galena, Native metal sulphide, dan Pyrite
2) Kilap Sub-Metalik (Sub-Metalic Luster)
Biasanya kilap ini memiliki indeks bias antara 2,6 s.d 3
Contoh : Cuprite (n=2,85), Cinnabar (n=2,90), Hematite (n=3,00) dan Alabandite
(n=2,70)
3) Kilap Bukan Logam (Non-Metalic Luster)
Umumnya mineral dengan warna terang dan dapat dibiaskan. Indeks biass biasanya
kurang dari 2,5. Untuk kilap ini banyak jenisnya, yakni sbb.:
a) Kilap kaca (Vitreous Luster)
Kilap ini ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas. Misal quartz, sulphates, garnet,
leucite, corundum.
b) Kilap Intan (Addamanite Luster)
Kilap yang sangat cemerlang. Misal diamond, caassssiterite, sulphur,
sphalerite, zircoon, rutile.
c) Kilap Lemak (Greasy Luster)
Kilap seperti lemak. Misalnya, nepheline yang sudah teralterasi, dan halte yang
sudah teroksidasi
d) Kilap Lilin
Kilap seperti lilin. Misal serpentine, dan carargyite.
e) Kilap Sutra (Silky Luster)

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 6


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Kilap menyerupai sutra biasanya dijumpai pada mineral yang beriorentasi


pararel atau berserabut. Misal asbestos, selenite (variasi dari gypsum),
hematite, dan serpentine
f) Kilap Mutiara (Pearly Luster)
Kilap yang timbul oleh mineral transparan yang bentuknya melembar-lembar
dan menyerupai mutiara. Misal talc, mica dan gypsum.
g) Kilap Tanah (Earthy Luster)
Kilap menyerupai tanah. Bila kena cahaya biasanya tidak dipantulkan. Sering
disebut juga kilap buram (Dull Luster). Misal kaoline, diatomea,
monmorilonite, pyrolusite, chalk

d. Kekerasan (hardness)
Beberapa mineral dikenali dari kekerasan dari minerralnya. Kekerasan (hardness)
yang dimaksud adalah kemampuan mineral terhadap abrasivitas. Adapun urutan mineral-
mineral berikut menandakan tingkat kekerasan dari mineral tersebut (Tabel 1)
Penentuan kekerasan mineral secara relatif daapat ditentukan secara sederhana.
Beberapa penddekatan misalnya adalah sebagai berikut:
a) Kuku jari manusia H = 2,5
b) Kawat tembaga H=3
c) Pecahan kaca H = 4,5
d) Pisau baja H = 5,5
e) Kikir baja H = 6,5
f) Lempeng baja H=7
Cara peggunaan alat di atas sebenarnya meupakan pendekatan untuk menentukan
kekerasan suatu mineral. Misal, suatu miineral tidak dapat digores oleh kuku jari manusia,
namun tergores oleh kawat tembaga, maka interprestasinya adalah mineral tersebut
memiliki kekerasan antara 2,5 dan 3.
Tabel 1. Skala kekerasan menurut Freedrich Mohs
Skala Mineral Rumus kimia
1. Talk (Mg3Si4) 10(OH)2
2. Gypsum CaSO4.2H2O
3. Calcite CaCO3

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 7


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

4. Flourite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclase K(AISi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz AI2SiO4(FOH)2
9. Corundum AI2O3
10. Diamond C

e. Gores (Streak)
Warna dari serbuk mineral adalah gores. Minerral yang digoreskan pada lempeng
porselin kasar akan meninggalkan warna goresan. Warna gores dapat sebagai penentu
mineral tertentu.
Mineral dengan warna terang cenderung punya warna gores putih atau tidak
bewarna. Contohnya adalah quartz, gypsum dan calcite.
Mineral dengan warna gelap atau mineral non-logam memberikan warna yang lebih
terang dari warna aslinya. Misal leucite bewarna abu-abu mempunyai gores putih. Dolomite
bewarna kuninng – merah jambu mempunyai gores putih
Namun ada juga gores suatu mineral yang lebih gelap dari warna aslinya. Misal
Pyrite berwarna kuning yang mempunyai gores warna hitam. Copper berwarna merah
tembaga mempunyai gores hitam. Hematite berwarna abu-abu kehitaman mempunyai gores
merah.
Walaupun begitu juga ada warna gores mineral yang sama dengan warna aslinya.
Misal, Cinnabar mempunyai warna asli dan gores merah. Magnetite yang warna asli dan
gores hitam. Lazurite mempunyai warna asli dan gores biru.
Sebagai perhatian, mineral yang dapat digores biasanya memiliki kekerasan kurang
dari 6. Namun, gores pada mineral yang lebis keras dapat ditentukan dengan cara
menumbuknya menjadi bubuk halus/tepung.

f. Belahan (Cleavage)
Mineral mengalami tekanan sehingga retak yang permukaannya mengikuti struktur
kristalnya. Retakan demikian disebut sebagai belahan. Jenis belahan ada lima.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 8


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

1) Belahan sempurna (Perfect Cleavege), mineral mudah membelah melalui bidang yang
rata dan sukar membelah kecuali melalui bidangnya. Misal calcite, muscovite, galena
dan halite.
2) Belahan baik (Good Cleavage), mineral mudah mengalami pecah melalui bidang belah
ataupun memotong bidang belah. Misal feldspar, augite, hyperstene.
3) Belahan jelas (Distinct), bidang belah terlihat jelas namun sukar membelah. Misal
staurolite, scapolite, hornblende, anglesite, feldspar, dan scheelite.
4) Belahan tidak jelas (Undistinct), mineral menunjukkan bidang belahan yang masih
nampak jelas, tapi kemungkinan membentuk belahan dan pecahan sama besar. Misal
beryl, platinum, corundum, gold, magnetite.
5) Belahan tidak sempurna (Imperfect), tidak jelas permukaan bidang belahan, n kalau
pecah akan melalui bidang yang tidak rata. Misal apatite, cassiterite, native sulphur.

g. Pecahan
Mineral dapat mengalami retak atau pecah, namun pecahannya tidak beraturan.
Terdapat enam pecahan.
a. Pecahan Conchoidal yaitu pecahan yang menyerupai pecahan botol atau mengulit
bawang. Misal quartz, cerrusite, zircon, obsidian.
b. Pecahan Hackly (Runcing) yaitu seperti pecahan besi runcing-runcing tajam kasar tak
beraturan atau seperti bergerigi. Misal gold, silver, platinum, cooper.
c. Even (Datar/Rata) yaitu pecahan dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
bidang pecahan masih mendekati bidang datar. Misal muscovite, biotite, talc.
d. Uneven yaitu pecahan yang menunjukkan bidang pecahan kasar dan tidak beraturan.
Kebanyakan mineral memiliki pecahan ini. Misal calcite, rutile, marcasite, rhodonite,
chromite, pyrolusite, geothite,dan orthoclase.
e. Pecahan Splintery (Berserat/Fibrous) yaitu pecahan yang hancur kecil-kecil dan tajam
menyerupai benang atau berserabut. Misal fluorite, anhydrite, antigorite, dan serpentine.
f. Pecahan Earthy yaitu pecahan mineral yang hancur seperti butir-butir tanah. Misal
kaoline, biotite, muscovite, dan talc.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 9


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

h. Ketahanan (Tenacity)
Merupakan tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Dalam hal ini
terdiri dari 6 yaitu,
a. Brittle (Rapuh) adalah mineral yang mudah hancur. Misal calcite dan quartz.
b. Elastic (Lentur) adalah mineral mudah dibentuk, namun dapat kembali ke bentuk semula.
Misal muscovite dan hematite tipis.
c. Flexible yaitu mineral yang dapat dibentuk, namun ke bentuk semu tidak dapat semula.
Misal talc dan gypsum.
d. Malleable (dapat ditempa) yaitu mineral yang dapat dibelah menjadi lembaran-lembaran.
Misal gold dan silver.
e. Sectile (Dapat Diiris) yaitu mineral yang dapat dipotong dengan pisau. Misal gypsum
dan cerargyrute.
f. Ductile (Dapat Dipintal) yaitu dapat dibentuk menjadi tipis. Misal olivine dan copper.

i. Berat Jenis (Spesific gravity)


Berat jenis menunjukkan densitas suatu mineral. Nilainya dapat ditentukan secara
sederhana

Dimana
SG = Berat Jenis
W1 = Berat butir mineral saat ditimbang
W2 = Berat gelas ukur yang diisi air
W3 = W2 ditambah berat mineral yang dimasukkan kedalamnya

j. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifaat mineral terhadap gaya tarik magnet, ini dapat dibagi
menjadi 3 :
1) Ferromagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang sangat kuat. Misal magnetite dan
pyrhotite
2) Paramagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang cukup kuat. Misal pyrite
3) Diamagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang lemah. Misal kuarsa, gypsum, dll

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 10


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

k. Sifat Tembus cahaya (Transmitted light)


Sifat mineral dalam menyerap cahaya juga merupakan salah satu sifat fisik yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi mineral. Sifat ini dibagi menjadi 3 sifat utama,
yaitu :
1) Opaque : merupakan sifat mineral yang tidak tembus cahaya, misal galena
2) Translucent : dimana cahaya yang melaluinya sebagian diserap dan sebagian
dipantulkan. Misal muscovite
3) Transparent : Sifat mineral yang dapat meluluskan cahaya. Misal kalsit.

l. Rasa dan Bau


Rasa (taste) hanya dipunyai oleh beberapa mineral tertentu, misalnya
1) Astringet adalah rasa yang dimiliki oleh sejenis logam
2) Sweetist astringet adalah rasa seperti tawas
3) Saline adalah rasa yang dimiliki garam
4) Alkaline adalah rasa sperti soda
5) Bitter adalah rasa garam pahit
6) Cooling adalah rasa sendawa (asam nitrat)
7) Sour adalah rasa seperti belerang
Bau (odor) kadang kala hadir ketika mineral dipanaskan atau diberikan penambahan
asam sehingga bau mineral akan mencirikan mineral tertentu, misalnya :
1) Alliaceous adalah bau seperti bawang, yakni proses pereaksian dari arsenopyrite, dan
dimiliki pula olah senyawa arsenite karena proses pemanasan
2) Horse radish adalah bau dari lobak kuda yang menjadi busuk, misal biji selenite yang
dipanasi
3) Sulphourous adalah bau dari reaksi pyrite atau pemansan mineral yang mengandung
sulfida
4) Bituminous adalah seperti bau aspal (bitumen)
5) Fetid adalah bau dari asal sulfida atau seperti telur busuk
6) Argillaceous adalah bau lempung basah seperti serpentine dan pyrargillate dipanasi.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 11


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

m. Reaksi dengan Asam


Sejumlah mineral akan bereaksi ketika diberi tetesan HCl. Calcite yang ditetesi HCl
akan bereaksi mengeluarkan gelembung-gelembung dari gas CO2. Sedangkan pada mineral
sulfida akan terbentuk gelembung dari gas H2S.

3. Mineral Pembentuk Batuan


Mineral memiliki kehadiran penting di dalam batuan. Kumpulan mineral pada
batuan beku, batuan sedimen kristalin dan batuan metamorf menentukan komposisi dari
jenis batuannya.
a. Mineral pada Batuan Beku
Mineral pembentuk batuan beku dengan mudah dikenali secara sederhana dari
warna relatifnya. Mineral dapat memiliki kecenderungan berwarna gelap (mafic
minerals) dan berwarna terang (felsic minerals). Mineral gelap contohnya antara lain :
olivine, pyroxene, amphibole, dan micca. Sedangkan contoh untuk mineral terang adalah
quartz, feldspar, dan feldspatoid. Mineral diatas adalah mineral utama. Artinya,
kehadirannya dalam batuan sangat menentukan penamaan jenis batuan. Perhatikan pula
deret reaksi Bowen diatas yang dapat digunakan untuk menentukan asosiasi mineral
pembentuk jenis batuan beku tertentu. Misal, kehadiran mineral olivine akan dominan
pada peridotitte, sedikit pada basalt, namun tidak di jumpai pada granite.
b. Mineral pada Batuan Sedimen
Mineral pembentuk batuan sedimen dapat berasal dari mineral rombakan dari
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Selain mineral rombakan, maka
mineral pembentuk batuan sedimen dapat berasal dari presipitasi kimiawi secara
langsung.
Adapun contoh mineral-mineral rombakan sebagai pembentuk batuan sedimen
yaitu : quartz, micca, feldspar (asal batuan beku); calcite, dolomite, anhydrite (asal
batuan sedimen) dan garnet (asal pecahan dari batuan metamorf). Namun pada batuan
sedimen, dapat pula satu jenis mineral (mono-mineral) mendominasi batuan karena
langsung dari presipitasi kimiawi. Misalnya calcite yang mendominasi pada limestone
(batu gamping). Contoh lain adalah dolomite yang dominan pada dolostone.
c. Mineral pada Batuan Metamorf

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 12


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Mineral yang membentuk batuan metamorf adalah mineral asal batuan batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang terubah karena proses metamorfosis.
Proses metamorfisme mengubah mineral menjadi kondisi berikut, yaitu pertama,
terbentuk mineral baru, dan/atau kedua, membentuk mineral yang sama namun memiliki
sifat yang berbeda karena menyesuaikan kondisi lingkungan yang baru.
Sebagai contoh perubahan pada kondisi pertama yaitu mineral Olivine terubah
menjadi asbestos, dan mineral hornblende membentuk serpentine. Sedangkan, perubahan
pada kondisi kedua yaitu mineral calcite, dan quartz tetap menjadi quartz.
Setidaknya terdapat lima kelompok mineral yang membentuk ketiga jenis batuan, yaitu
mineral ferromagnesian sillicates, Non-ferromagnesian silicates, carbonates, sulfates, dan
halides. Kelila kelompok mineral tersebut dijelaskan komposisi yang membangunnya dan
kemungkinan keterdapatannya pada jenis batuan tertentu (Tabel 2).
Tabel 2. Mineral utama dalam batuan
NO MINERAL KOMPOSISI KEJADIAN
UTAMA
1 Ferromagnesian
Sillicates : (Mg,Fe)2SiO4 Batuan Beku
Olivine

Pyroxene group Ca,Mg,Fe, Al silicate Batuan Beku dan


Augite (sangat umum) Metamorf

Amphibole group Hydrous Na, Ca, Mg, Fe, Batuan Beku dan
Hornblende (sangat Al silicate Metamorf
umum)
Hydrous K, Mg, Fe Semua Jenis
silicate Batuan
Biotite

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 13


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

2 NonFerromagnesian
Sillicates :
Quartz SiO2 Semua Jenis
batuan
Pottasium feldspar group KalSi3O8 Semua Jenis
Orthoclase, microline Variasi dari CaAl2SiO8- batuan
NaAlSi3O3 Semua Jenis
batuan
Plagioclase feldspar group Hydrous K, Al silicates Semua Jenis
batuan
Muscovite Bervariasi Tanah dan batuan
Clay mineral group sedimen

3 Carbonates :
Calcite CaCO3 Batuan sedimen
Dolomite CaMg(CO3)2 Batuan sedimen
4 Sulfates :
Anhydrite CaSO4 Batuan sedimen
Gypsum CaMg(CO3)2 Batuan sedimen
5 Halides :
Halite NaCl Batuan Sedimen

4. Klasifikasi Mineral
Atas dasar elemen atau senyawa yang hadir dalam mineral dapat diklasifikasi menjadi :
a. Native Elements
Kelompok mineral ini mengandung satu jenis unsur kimia dan merupakan
kelompok paling jarang dijumpai dalam mineral. Karena kelengkapannya maka native
elemen sebagian merupakan mineral berharga. Kelompok ini dicirikan dengan sifat
dalam pada umumnya meleable dan ductile dan mempunyai BJ yang cukup tinggi (6-
22). Kelompok ini dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Metal (logam)

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 14


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Emas (Au), Perak (Ag), native copper (Cu), dan platina (Pt) yang kesemuanya
mempunyai sistem kristal isometrik.
2. Semi logam
Arsenik (As) dan bismuth (Bi) yang keduanya mempunyai sistem kristal
heksagonal.
3. Non logam
Belerang (S), Intan (C), Graphite (C)
b. Kelompok Sulfida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus anion (S2-), yaitu merupakan kombinasi
antara logam atau semi logam dengan belerang (S), biasanya terbentuk pada urat batuan
dan hasil dari larutan hidrotemal. Biasanya berwarna cerah.
Contoh : Kalkosit (CU2S), Galena (PbS), Kalkopirit (CuFeS2), Pyrite (Fes2), Markasit
(FeS2), Arsenopyrite (FeAsS), Bornite or peacock ore (Cu5FeS4 (B4)
c. Kelompok Oksida dan Hidroksida
Kelompok oksida merupakan kombinasi antara oksigen dengan satu macam atau lebih,
yaitu dicirikan oleh gugus anion (O2-). Berdasarkan perbandingan antara logam
dengan oksigen (X dan O), maka kelompok oksida dapat dikelompokkan menjadi oksida
sederhana dan oksida kompleks.
Contoh :
Tipe X2O dan XO : kuprit (Cu2O)
Tipe X2O (grup hematit) : korundum (Al2O3, S)
Tipe XO2 (grup rutil) : pirolusit (MnO2)
Tipe XY2O4 : Magnetit (Fe3O4)
Kelompok hidroksida dicirikan oleh adanya gugus hidroksil (OH-), atau molekul
H2O yang membuat daya ikatannya secara struktur lebih lemah dari oksida. Contoh :
magnetite (MnO(OH), geothite-limonite (Fe2O3.H2O), Es (H2O), Diaspore (AlO(OH)),
Manganite (MnO(OH)), limonit (FeO(OH).nH2O), Bauksit (Al(OH).nH2O).
d. Kelompok Halida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif. Seperti
: Cl-, Br-, F-, I-, dan Di-. Pada umumnya mempunyai BJ yang rendah (<5). Contoh : Halite
(Nacl), fluorite (CaS2).
e. Kelompok Karbonat

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 15


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Kelompok ini dicirikan dengan adanya gugus anion yang kompleks, yaitu CO32-.
Hadirnya ion H+ akan menyebabkan mineral-mineral menjadi tidak stabil dan akan
memutuskan ikatannya untuk membentuk air dan CO2. Reaksinya disebut Fizz Test dengan
asam (HCl) yang paling banyak digunakan dalam identifikasi karbonat. Contoh : Kalsit
(CaCO3), aragonit (CaCO3) dan dolomit CaMg(CO3)2.
f. Kelompok Sulfat
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus anion SO42- dan pada umumnya
mempunyai kilap non logam (kaca, lemak atau sutra) dan terbentuk melalui larutan. Contoh
: Gypsum (CaSO4.2H2O), Anhydrite (CaSO4), Barite (BaSO4), Celestit (SrSO4), Angelsit
(PbSO4).
g. Kelompok Phospat
Kelompok ini dicirikan oleh danya gugus PO43- dan pada umumnya mempunyai
kilap kaca atau lemak. Contoh : apatite (CaF(PO4)3, vanadine (Pb5Cl(PO4)3, Monazit
((Ca,La,Di)PO4), Turquois (Al2(OH)3PO4.H2O), Lazulit (MgAl2(OH)2(PO4)2).
h. Kelompok ini meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang dikenal 40% dari mineral yang
umum dijumpai pada batuan. Mineralnya mengandung ikatan antara unsur Si dengan unsur
O. Bentuk struktur ikatannya yang bermacam-macam digunakan sebagai dasar
pengelompokkan. Silikat merupakan gugus molekul yang mengandung SiO4 tetrahedral.
Mineral dari kelompok silikat biasanya banyak digunakan sebagai dasar klasifikasi dan
penamaan batuan, terutama batuan beku (lihat Reaction Bowen’s Series)
Contoh :
• Kuarsa (SiO2) dan varietasnya : amethyst, carnelian, krisopras, bloodstone, agate, onyx,
flint, chert, jasper, dll.
• Mika (muscovite = Kal2(OH)2AlSi3O10)).
• Mineral lempung (kaolin dan bentonit).
• Plagioklas ((Na,Ca)AlSi3O8)).
• Ortoklas (KalSi3O8)
• Amphibolit (hornblende = (Ca2(Mg,Fe)4Al(OH)2(AlSi7O22)).
• Olivin, Piroksen (augit), Garnet

5. Beberapa istilah dalam mineralogi

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 16


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

a. Mineraloid adalah zat atau benda padat bersifat alamiah dan terbenuk melalui proses
anorganik, tetapi bersifat amorf, tidak mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tertentu,
serta tidak mempunyai warna yang tertentu pula, contoh : obsidian dan opal
b. Pseudomorf adalah kristal yang mengalami perubahan komposisi kimianya, tetapi
bentuk kristalnya tetap.
c. Isomorf adalah mineral yang mempunyai bentuk/sistem kristal (sifat fisik) sama, tetapi
komposisi kimianyo berbeda. Contoh : pyrite (FeS2) dengan galena (PbS) yang
mempunyai sistemkristal isometrik, kalsit (CaCO3) dengan dolomit (CaMg(CO3)2) yang
mempunyai sistem kristal trigonal.
d. Polymorf / allotropi adalah mineral yang mempunya komposisi kimia (sifat kimia)
sama, tetapi bentuk / sistem kristalnya (sifat fisik) berbeda, contoh : lihat tabel dibawah
ini.
Tabel 3. Contoh Polymorf / allotropi
No. Unsur/Senyawa Nama Mineral Sistem Kristal
1. C Graphite Hexagonal
Intan Isometrik
2. CaCO3 Kalsit Hexagonal
Aragonit Orthorombik
3. FeS2 Pyrite Isometrik
Marcasite Orthorombik

6. Maseral
Jika mineral merupakan benda padat anorganik, maka berbeda dengan maseral yaitu
termasuk benda atau zat organik. Mineral dalam batuan sedimen anorganik dapat dipandang
setara dengan maseral, bedanya ialah maseral menunjukkan modifikasi struktur dan susunan
kimia yang bertahap selama proses pembentukan batu bara. Dalam petrografi batubara,
maseral dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok (group) yang didasarkan pada bentuk
morfologi, ukuran, relief, struktur dalam, komposisi kimia warna pantul, intensitas refleksi
dan tingkat pembatubaraannya (dalam “Coal Petrology” oleh Stach dkk, 1982), yaitu :
a. Kelompok Vitrinite

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 17


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Vitrinite berasal dari tumbuhtumbuhan yang mengandung serat kayu (woody tissue)
seperti batang, akar, dahan dan serat daun, umumnya merupakan bahan pembentuk utama
batubara (>50%), melalui pengamatan mikroskop refleksi, kelompok ini berwarna coklat
kemerahan hingga gelap, tergantung dari tingkat ubahan maseralnya. Kelompok Vitrinit
dibagi menjadi 3 sub grup maseral, yaitu Telovitrinit, Detrovitrinit, dan Gelovitrinit.
1) Sub grup Telovitrinit memiliki 4 macam maseral batubara, yaitu :
a) Tekstinite,
b) Tekto-ulminite,
c) Eu-ulminite, dan
d) Telocolinite.
2) Kemudian sub grup Detrovitrinit memiliki 3 macam maseral batubara, antara lain :
a) Attrinite,
b) Densinite, dan
c) Desmocolinite.
3) Sub grup Gelovitrinit juga memiliki 3 macam maseral batubara, antara lain :
a) Corpogelinite,
b) Porigelinite, dan
c) Eugelinite.

b. Kelompok Liptinite / Eksinite


Liptinite berasal dari organ-organ tumbuhan (algae, spora, kotak spora, kulit
luar(cuticula), getah tumbuhan (resine) dan serbuk sari (pollen). Dibawah mikroskop
menunjukkan pantulan berwarna abu-abu hingga gelap, mempunyai refleksivitas rendah
dan flourensis tinggi.
Kelompok Liptinit memiliki beberapa macam maseral batubara, antara lain :
1) Sporinite
2) Cutinite
3) Resinite
4) Liptodetrinite
5) Alginite
6) Suberinite
7) Flourinite

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 18


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

8) Eksudanite
9) Bituminite

c. Kelompok Inertinite
Inertinite berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar (charcoal) dan sebagian lagi
diperkirakan berasal dari maseral lain yang telah mengalami proses oksidasi atau proses
dekarboksilasi yang disebabkan oleh jamur atau bakteri (proses biokimia). Kelompok
ini berwarna kuning muda, putih sampai kekuningan bila diamati dengan mikroskop
sinar pantul, karakteristik lainnya adalah reflektansi dan reliefnya tinggi dibanding
maseral yang lain.
Kelompok Inertinite memiliki 3 sub grup maseral batubara, yaitu Telo-
inertinite,Detroinertinite, dan Gelo-inertinite. Sub grup Telo-inertinite memiliki 3
maseral batubara, antara lain :
1) Fusinite
2) Semi Fusinite
3) Seklerotinite

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 19


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI II
BATUAN BEKU

A. Nomor Praktikum : 3

B. Tujuan Praktikum:
Adapun tujuan dari praktikum mengenai materi batuan beku adalah sebagai berikut:
1) Praktikan dapat mengenali ciri-ciri batuan beku dan membedakannya dengan jenis
batuan lainnya, seperti batuan sedimen atau piroklastik dan batuan metamorf.
2) Praktikan dapat memahami hubungan tekstur batuan beku dengan kemungkinan genesa
pada batuan beku.
3) Praktikan dapat memberikan penamaan pada jenis batuan (determinasi batuan beku).

C. Pembahasan
Batuan adalah segala macam material padat yang menyusun kulit bumi atau kerak
bumi, baik yang telah padu maupun lepas. Jenis batuan dikelompokkan menjadi tiga jenis,
yaitu batuan beku (igneous rocks), batuan sedimen (sedimentary rocks), dan batuan
metamorf (metamorphic rocks).
1. Proses Pembentukan Batuan
Setiap batuan (igneous rocks, sedimentary rocks, metamorphic rocks) pasti
mengalami proses pembentukan batuan. Pada proses pembentukan batuan tersebut,
terdapat kesinambungan yang sangat erat seperti dijelaskan pada daur pembentukan
batuan (Gambar 3.1). Bermula dari magma sebagai larutan pijar yang mengandung
Silikon (Si), Oksigen (O2), Aluminium (Al), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K),
Besi (Fe), dan Magnesium (Mg) akan mengalami pendinginan dan kristalisasi
membentuk mineral yang menyusun batuan beku.
Batuan beku dan termasuk dua jenis batuan lain yakni batuan sedimen dan
batuan metamorf yang telah terbentuk terlebih dahulu (pre-existing rocks) mengalami
pelapukan kimiawi dan fisik sehingga pecahan batuan mudah untuk dierosi dan
ditransportasi terutama oleh media air dan kemudian mengendap sebagai sedimen di

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 20


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

suatu cekungan. Sedimen kemudian mengalami diagenesis, yakni proses simultan yang
antara lain melibatkan proses kompaksi dan sementasi sehingga menjadikan
sedimen menjadi kompak membentuk batuan sedimen.
Batuan sedimen bersama batuan beku dan batuan metamorf dapat mengalami
perubahan yang berasal dari faktor lingkungan sehingga terjadi penambahan tekanan dan
temperature akibat proses metamorphosis membentuk batuan metamorf. Selanjutnya,
penambahan panas terutama pada daerah subduksi, dimana lempeng samudra menyusup di
bawah lempeng benua menyebabkan batuan mengalami peleburan (melting).

Gambar 3.1 Daur Batuan


2. Batuan Beku
Pengertian batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan mengeras dengan atau tanpa proses kristalisasi baik di bawah atau di atas
permukaan bumi. Secara ringkas, batuan beku tebentuk dari pendinginan magma. Magma
yang berada di dalam bumi dapat mengalami pergerakan naik yang disebut intrusi magma
(magma intrusion). Batuan yang terbentuk sebelumnya baik batuan beku, sedimen atau
metamorf dapat diterobos oleh intruisi magma. Perubahan lingkungan yang menyebabkan
magma mulai mendingin di bawah permukaan. Batuan yang terbentuk pada kondisi ini

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 21


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

disebut sebagai batuan beku pluton (plutonic rocks) atau sering disebut juga sebagai batuan
beku intrusif.
Magma yang menerobos dapat mencapai permukaan. Manifestasi dari capaian
magma mencapai permukaan ditujukan sebagai aktivitas gunungapi (volcanic activity).
Magma lelehan yang mengalir keluar dari kepundan disebut sebagai lava. Lava yang
mendingin membentuk batuan beku ekstrusif.
Intrusi batuan beku merupakan massa batuan yang terbentuk ketika magma mengalami
pendinginan di bawah permukaan bumi. Intrusi biasanya diklasifikasikan berdasarkan ukuran,
bentuk dan hubungannya dengan batuan yang lebih tua yang mengelilinginya. Tubuh intrusi
batuan beku yang penting adalah batholiths, stocks, dikes, sills dan laccoliths (Gambar 3.2).

Gambar 3.2 Tubuh Intrusi Batuan Beku

Batholits adalah massa batuan kristalin berukuran butir kasar, umumnya berkomposisi
granitic dan merupakan tubuh batuan terbesar di kerak bumi. Contoh, Idaho batholit tersingkap
seluas ~ 41.000 km2.
Stocks adalah tubuh intrusi dengan daerah singkapan yang kurang dari 10 km2.
Umumnya berkomposisi granitic dengan tekstur porphyritic dengan massa dasar berbutir halus.
Kebanyakan terdapat deposit perak, emas timah, zinc dan tembaga diendapkan pada rekahan
dan membentuk veins yang meluas dari stock hingga batuan disekitarnya.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 22


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Dikes adalah bektuk aktivitas batuan beku yang sempit dan tabular. Dike terbentuk
ketika magma masuk kedalam rekahan disekitar batuan samping kemudian mendingin. Lebar
dikes dapat sekitar beberapa centimeter hingga ratusan meter. Dike terbesar diketahui di
Zimbabwe dengan panjang 600 km dan lebar rata-rata 10 km.
Sill adalah bentuk tabular yang parallel dan concordant terhadap perlapisan. Magma
yang naik selalu mengikuti daerah yang kurang resisten.jika jalur yang di lewatinya seperti
bidang perlapisan,maka magma akan menerobos diantara lapisan. Sill dapat terlihat seperti
aliran lava yang tertimbun yang berada dalam sekuen batuan sedimen. Bagaimanapun sill
merupakan intrusi sehingga berbeda dengan lava yang tertimbun oleh sedimen diatasnya.
Perhatian harus difokuskan pada daerah kontak untuk mendapatkan bukti-bukti
intrusi,seperti ditemukannya alterasi dan rekristalisasi pada batuan disekitarnya dan bukti
inclusion berupa block atau potongan batuan samping.
Laccoliths adalah bentuk lensa dengan bagian dasar datar dan bagian atas yang
mengkurva. Biasanya bertekstur porfiritik (porphyritic texture).

3. Klasifikasi Batuan Beku


Batuan beku terbentuk sesuai dengan komposisi magmanya. Komposisi magma
menentukan komposisi batuan. Selain itu kecepatan pendinginan magma sangat
berpengaruh terhadap tekstur batuan. Pendinginan magma menyebabkan kristalisasi dari
berbagai mineral yang sesuai dengan kondisinya. Urutan kristalisasi membentuk mineral
pada deret menerus dan tidak menerus pada deret reaksi Bowen.
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur dan komposisinya , (Gambar
3.3). Variasi komposisi dapat dilihat perubahannya secara horizontal, sedangkan variasi
tekstur dapat dilihat perubahannya secara vertikal.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 23


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 3.3 Klasifikasi batuan beku yang umum digunakan didasarkan pada komposisi
(Hamblin & Christiansen, 1995)
Penamaan batuan tertera pada table tersebut seperti rhyolite, andesite, dan basalt
untuk jenis batuan dan genesanya berkaitan dengan magma ekstrusif.
Sedangkan batuan granite, diorite, gabbro dan peridotite adalah berkaitan dengan magma
intrusif.
Temperatur pada saat kristalisasi menentukan terbentuknya jenis mineral dan assosiasi
mineralnya. Kristalisasi memunculkan mineral yang tertentu sesuai dengan kondisi komposisi
asal magma. Pada magma basa terbentuk mineral-mineral yang cendrung berwarna gelap.
Sedangkan pada magma asam cendrung membentuk mineral-mineral berwarna terang
(Gambar 3.4).

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 24


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 3.4 Temperatur kristal terhadap pembentukan mineral


Kecepatan pendinginan dapat mempengaruhi kristalisasi terutama pada pertumbuhan
Kristal (crystal growth). Pendinginan yang perlahan di bawah permukaan bumi cendrung
memberikan kesempatan untuk terbentuknya Kristal dengan ukuran yang relatif kasar. Kondisi
ini memberikan membentuk tekstur faneritik (phaneritic texture).
Pada pendinginan yang berlangsung cepat tidak punya cukup waktu untuk kristal
tumbuh sehingga terbentuk kristal yang relatif halus. Ini terutama pada aktivitas magma
ekstrusif. Kondisi yang demikian membentuk tekstur afanitik (aphanitic texture). Pada
aktivitas magma yang ekplosif ke permukaan, sering kali tidak cukup waktu untuk membentuk
kristal sehingga yang terbentuk adalah gelas (glass).
Pendinginan magma dapat pula mengalami pendinginan perlahan yang kemudian
berubah mengalami pendinginan cepat. Magma yang semula perlahan-lahan membentuk
kristal yang relatif kasar, kemudian tiba-tiba dilingkungi oleh kristal halus atau bahkan gelas
kalau pendinginan sangat cepat. Kondisi ini akan memberikan gambaran percampuran antara
ukuran kristal kasan dan ukuran kristal halus dan atau gelas. Kondisi yang demikian
membentuk tekstur porfiritik (porphyritic texture).
Selain itu magma yang eksplosif menyebabkan semburan ke udara sehingga terjadi
pendinginan magma yang membentuk pecahan batuan (volcanic bomb dan block) hingga
abu vulkanik. Akumulasi dari jenis material ini membentuk tuff. Pada umumnya, tuff
menunjukkan perlapisan seperti batuan sedimen, walaupun secara komposisi adalah batuan
beku.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 25


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

D. Latihan Soal dan Tugas


Pembelajaran di laboratorium, penyelesaian soal dan tugas mandiri yang dikerjakan
dirumah memberikan pengetahuan dan melatih praktikan agar mampu mendeskripsikan
batuan beku hingga penamaanya. Sehingga kompetensi kognitif, psikomotorik dan afektif
dapat dicapai.

1. Soal
a. Sebutkan pengertian batuan beku menurut bahasa sendiri dan apa kegunaan batuan
beku?
b. Jelaskan secara singkat bagaimana pembentukan suatu batuan beku?
c. Sebutkan ciri-ciri batuan beku yang membedakannya dengan batuan lain?
d. Bagaimana cara mendeterminasikan batuan beku?
e. Apa hubungan tekstur batuan beku dengan kemungkinan genesa pada batuan beku
tersebut?

2. Tugas
a. Tugas di Laboratorium
1) Praktikan diminta mengidentifikasikan jenis batuan beku dan berlatih
memberikan penamaan batuan atas contoh-contoh batuan beku dengan
pendekatan tekstur dan komposisi batuan secara mengaskopis.
2) Praktikan melakukan deskripsi 5 contoh batuan beku yang berbeda
menggunakan Lembar Deskripsi Batuan Beku.
3) Praktikan meminta paraf asisten sebagai bukti telah selesai mendeskripsikan
batuan beku.

b. Tugas Mingguan
Rekapitulasikan semua hasil deskripsi tersebut. Kemudian lengkapi tugas
dengan menuliskan jawaban dari soal yang telah tersedia. Format penulisan tugas
mingguan:
a. Kertas A4, 80 gsm.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 26


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

b. Format penulisan dengan cara membuat kop laporan geologi dasar margin (batas
tepi) tulisan sebelah kiri: 4 cm ; kanan: 3 cm ; atas: 4 cm ; dan bawah: 3 cm dan
penulisan menggunakan tinta pena berwarna biru.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 27


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

DETERMINASI
BATUAN BEKU (IGNEOUS ROCKS)

GAMBAR SKETSA BATU _______________________

1. No. :
2. Warna :
3. Struktur Batuan :
4. Tekstur Batuan :
a. Derajat Kristalisasi :
b. Granularitas :
c. Bentuk Kristal :
d. Keseragaman Kristal :
5. Nama Batu :
6. Genesa Batu :

Catatan :

Asisten

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 28


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI III
BATUAN SEDIMEN DAN PIROKLASTIK

A. Nomor Praktikum : 04

B. Tujuan Praktikum :

1. Praktikan dapat meengenali ciri-ciri batuan sedimen dan batuan piroklastik, sehingga
mampu membedakannya dengan jenis batuan lainnya, seperti batuan beku dan batuan
metamorf.
2. Praktikan dapat membedakan jenis batan sedimen dan batuan piroklastik berdasarkan
teksturnya sehingga dapat menggelompokkannya berdasarkan klasifikasinya.
3. Praktikan diharapkan memahami klasifikasi batuan sedimen dan batuan piroklastik,
sehingga mampu dalam memberikan penamaan pada batuan sedimen dan piroklastik
yang ditemui secara megaskopis.

C. Pembahasan :
Pada bab ini akan dibahas mengenai dua jenis batuan, yaitu batuan sedimen dan batuan
piroklasitk. Batuan sedimen dan batuan piroklastik memiliki perbedaan berdasarkan asal
material pendukung batuan. Batuan sedimen berasal dari material rombakan yang
tersedimentasi, sedangkan batuan piroklastik erat kaitannya dengan aktivitas vulkanik
(vulkanisme) tertuama jatuhan piroklastik (pyroclastic falls) dan aliran piroklastik
(pyroclatics flows).

C.1.Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dalam suatu siklus sedimentasi
(pelapukan-transportasi-sedimentasi-diagenesa). Hal tersebut berarti batuan sedimen
terbentuk dari material yang lepas dan bahan terlaruthasil proses mekanis dan kimia dari
batuan sebelumnya, dari cangkang binatang, dan sisa-sisa tumbuhan. Proses yang terlihat
mencakup penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan transportasi

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 29


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

kemudian memasuki proses kompaksi, sementasi dan litifikasi. Beberapa faktor yang
mengontrol tebentuknya batuan sedimen antara lain Litologi Batuan (Batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf), stabilitas mineral-mineral yang ada, dan kecepatan erosi.
C.1.1 Mineral-Mineral Utama Pembentuk Batuan Sedimen
1. Mineral Autigenic:
➢ Terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan
➢ Contoh: Gipsum, kalsit, anhidrit, oksida besi, halit glaukonit
2. Mineral Allogenik
➢ Terbantuk diluar daerah sedimentasi
➢ Telah mengalami transportasi dan kemudian diemdapkan di daerah sedimentasi
➢ Harus tahan pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama transportasi
sampai pengendapan.
C.1.2 Tekstur Batuan Sedimen
Batuan sedimen memiliki tekstur klastik dan kristalin (non-klastik). Tekstur klastik
merupakan tekstur utama di dalam batuan sedimen. Kenampakan tekstural batuan sedimen
meliputi ukuran butir (grain size), bentuk butir (grain shape), pemilahan (sorting),
kebundaran (roundness) dan hubungan antar butiran (intergrain relationship).
• Besar Butir
Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang
dipakai adalah “Skala Wenthworth”. Besar ukuran butir ditentukan oleh beberapa faktor
diantaranya Jenis Pelapukan, macam transportasi, waktu/jarak transportasi. (Kimia dan
Mekanis)
TABEL IV.1
SKALA WENWORTH
Ukuran butir (mm) Nama Butiran Nama batuan

> 256 Boulder / block (bongkah) Breksi (Angular Class)

64 – 256 Cobble (kerakal) Konglomerat (Rounded


Class)
4 – 64 Pebble

2–4 Granule (kerikil)

1–2 Very Coarse Sand

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 30


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

0,5 - 1 Coarse Sand

0,25 – 0,5 Medium Sand Batupasir (Sandstone)

0,125 – 0,25 Fine Sand

0,0625 – 0,125 Very Fine Sand

0,0039 – 0,0625 Silt (lanau) Batulanau (Siltstone)

< 0,0039 Clay (lempung) Shale, Mudstone, Claystone

• Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan
semakin baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam.
Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang
seragam maupun yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam,
dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan
kemas terbuka.

Gambar 4.1 Pemilahan ukuran butir di dalam batuan sedimen.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 31


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

• Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan
pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu
(Gambar 4.2):
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule (kerikil, f ³ 2 mm). Bentuk butir
itu dapat disebutkan seperti halnya gambar di bawah.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 32


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 4.2 Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l),
menengah (i) dan pendek (s) menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk
disk); B = equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod).
• Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi (Gambar 3.3). Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5. Membundar (membulat (rounded), dan
6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Gambar 4.3 kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen


(Pettijohn, dkk., 1987).

• Hubungan Antar Butir (Kemas)


1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan
atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported).
Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka
disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam
atau lebih maka disebut polymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 33


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 4.4 memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk


pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau
arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan
matriks.

Gambar 4.4 Batuan sedimen berkemas butir:


paking, kontak dan orientasi butir serta hubungan antara butir matrik.
C.1.3 Struktur Sedimen
1. Struktur di dalam batuan (features within strata) :
a. Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm disebut struktur
laminasi.
b. Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination).
c. Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 34


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

ü Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus.


ü Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar.
2. Struktur permukaan (surface features) :
a. Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)
b. Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals)
c. Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)
d. Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
e. Gumuk pasir (dunes, antidunes)
3. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)
a. Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)
b. Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)
c. Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)
d. Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)

C.1.4 Klasifiksi Batuan Sedimen


Pettijohn (1975), O’Dunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar teksturnya
menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan sedimen non-klastika.
➢ Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah ada.
Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi
(pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi
(beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada.
Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika)
sehingga bertekstur klastika.
➢ Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan
suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan
batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara
keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya
CaO + CO2 ® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang
atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 35


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat


penurunan daratan menjadi laut.
Berdasar komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika (bertekstur klastika)
dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Batuan sedimen silisiklastika, adalah batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun
utamanya adalah kuarsa dan felspar.
2. Batuan sedimen klastika gunungapi adalah batuan sedimen dengan material penyusun
utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi (kaca, kristal dan atau litik).
3. Batuan sedimen klastika karbonat, atau batugamping klastika adalah batuan sedimen
klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah material karbonat (kalsit).

C.1.5 Komposisi Mineral Batuan Sedimen


1. Fragmen : Bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa pecahan-
pecahan batuan, mineral, cangkang-cangkang fsil atau zat organik lainnya.
2. Matriks : Bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan terletak
diantara fragmen sebagai massa dasar. Matriks dapat berupa batuan, mineral, maupun
fosil.
3. Semen : semen merupakan zat perekat pada batuan sedimen, semen mengisi rongga-
rongga antar butir antara fragmen dan matriks.
Ada beberapa jenis semen pada batuan sedimen, berdasarkan kandungannya semen
tersebut dibagi atas:
• Semen karbonat
• Semen Silikat
• Semen Oksida
NB: Untuk mengetahui jenis semen pada batuan sedimen dapat dilakukan dengan uji
HCL.

C.2 Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal dari
pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik. Menurut william
(1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api, dengan material asal yang

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 36


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

berbeda, dimana material penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum


mengalami transportasi (rewarking) oleh air atau es.

C.2.1 Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Piroklastik


• Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral
penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya
sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk
batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
• Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir mineral
yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental.
Pengamatan tekstur meliputi :
1. Glassy
Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut
ialah glass.
2. Fragmental
Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut
ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.
• Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan
dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering
ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan endapan dari
fragmen-fragmen letusan gunung api.
• Derajat Kristalisai
Derajat kristalisasi mineral terdiri atas :
a. Holokristalin

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 37


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Tekstur batuan yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral


yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi
berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral -
mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna.
b. Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral
membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan
proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan
terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang.
c. Hipohyalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral
membentuk gelas dan sebagiannya membentuk Kristal. Namun massa dasarnya
cenderung lebih dominan massa gelas.
d. Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya
berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma
berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan terjadinya
pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang sempurna.

C.2.2 Klasifikasi Batuan Piroklastik


Berikut aadalah beberapa model dari klasifikasi batuan piroklastik:
TABEL IV.2
KLASIFIKASI FRAGMEN, SEDIMEN, DAN BATUAN PIROKLASTIK
(AFTER SCHMID, 1981)

Fragment Size Pyroclastic Fragment Pyroclastic Sediment Pyroclastic Rocks


(mm)
>64 Bomb, Block Bomb tephra Agglomerate Pyroclastic
Block tephra Breccia
2-64 Lapillus Lapilli tephra Lapilli stone
0.032-2 Coarse Ash Grain Coarse ash Coarse tuff
<0.032 Fine Ash Grain Fine ash Fine tuff

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 38


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

NB: Istilah sedimen untuk batuan piroklastik adalah sinonim dengan tephra

Material piroklastik dalam batuan berdasarkan persentasenya menentukan dalam


penamaan batuan. Karenanya material piroklastik dapat bercampur dengan sedimen
siliklastika. Berdasarkan hal tersebut batuan dari aktivitas vulkanik diklasifikasikan menjadi
batuan piroklastik,batuan tufaan dan batuan sedimen vulkanik (Tabel IV.2)

TABEL IV.3
KLASIFIKASI BATUAN VULKANISTIK MENGANDUNG
LEBIH DARI 10% VOLCANIC DEBRIS (SCHMID, 1981)

Average Fragment Pyroclastic Rocks Tuffites Volcanic Sedimentary


Size (mm) Rocks
>64 Agglomerate
pyroclastic breccia Tuffaceous- Volcaniclastic-
2-64 Lapilli stone conglomerate conglomerate
0.032 - 2 Coarse tuff Tuffaceous – Volcaniclastic-sandstone
sandstone
<0.032 Fine tuff Tuffaceous- Volcaniclastic-mudstone
mudstone
Amount of 100 – 75 % 75 – 25 % 25 – 0 %
Pyroclastic Mineral

Glass Ash (<2 mm) Lapilli (2-64 mm)

Tuff Lapilli stone

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 39


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

LapilliTuff

30 30

Vitric Lapill Tuff Breccia

tuff
70 Pyroclasctic 70
Breccia of

Lithc Crystal Aglomeratte

tuff tuff

Rock Fragment Crystals Blocks and Boms (>64 mm)


(a) (b)

Gambar 4.5 Klasifikasi Batuan Piroklastik: a) batuan berdasarkan tipe material;


b) batuan berdasarkan ukuran material

Klasifikasi Batuan Piroklastik berdasarkan genesanya:


1. Aliran Piroklastik (Pyroclastic Flow)
• Endapan dapat meluncur melalui lereng bukit, dapat mencapai kecepatan 300
m/s
• Abu (ash) terkonsolidasi menjadi ash-flow tuff
2. Jatuhan Piroklastik (Pyroclastic Fall)
• Terjadi akibat letusan gunungapi yang eksplosif
• Ketebalan endapan piroklastik jatuhan relatif seragam dengan pemilahan yang
baik, akibat proses fraksinasi oleh angin saat pengendapannya.
3. Piroklastik Surge
• Terjadi akibat dari suatu letusan gunungapi, yang temudian teralirkan
(mekanisme gabungan antara jatuhan piroklastik dan aliran piroklastik).
• Berasosiasi dengan erupsi preatomagmatik dan preatik, aliran piroklastik dan
jatuhan piroklastik.
• Endapan ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu base surge, graund surge dan ash
clound surge.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 40


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

(a) (b)
Gambar 4.6 Klasifikasi Batuan Piroklastik berdasarkan genesa:
a) Pyroclastic Flow; b) Pyroclastic Fall

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 41


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI IV
BATUAN METAMORF

D. Nomor Praktikum : -

E. Tujuan Praktikum :

4. Praktikan dapat membedakan antara batuan metamorf dengan batuan lainnya, seperti
batuan sedimen , batuan piroklastik dan batuan beku.
5. Praktikan dapat menentukan jenis batuan metamorf, hingga penamaan batuannya

F. Pembahasan :

Metamorf (metamorphic rocks) berasal dari kata meta yang bermakna perubahan,
sedangkan kata morpho bermakna bentuk. Dengan demikian, metamorphosis adalah proses
yang mengubah bentuk mineral asal baik itu dari batuan beku, sedimen ataupun piroklastik
menjadi mineral yang stabil pada kondisi baru.

Jadi, defenisi dari batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan
asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan
(P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan berlangsung di bawah
permukaan.

5.1 Metamorfisme

Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan atau
temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan
antar butiran/kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh
karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika
tergantung pada jenis batuan asalnya.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 42


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Agen atau media menyebabkan terjadinya proses metamorfisme adalah panas,


tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan perubahan yang terjadi pada batuan meliputi tekstur
dan komposisi mineral.
Metamorfisme menyebabkan perubahan secara tekstural, mineralogy atau keduanya
yang terjadi diantara dua kondisi. Pertama adalah kondisi diagenesis-weathering (pada batas
bagian bawah), dan kedua pada kondisi melting (pada batas bagian atas). Pada perubahan
tekstur dapat terjadi tanpa disertai dengan perubahan komposisi mineral, yaitu tejadi kataklastis
dan rekristalisasi.
Kataklastis adalah proses penghancuran butiran batuan, biasanya pada zona sesar.
Sedangkan rekristalisasi adalah proses pengorganisasian kembali pola Kristal (chrystal lattice)
dan hubungan antar butiran melalui perpindahan ion dan deformasi pola tanpa disertai
penghancuran.
Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan mengalami perubahan
yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan terbentuk, sehingga batuan menjadi tidak
stabil. Untuk mendapatkan kestabilannya kembali pada kondisi yang baru maka batuan
mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada kondisi tekanan dan temperatur tekanan
dan temperatur yang beberapa kilometer di bawah permukaan bumi

5.2 Jenis Metamorfisme


a. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma, proses yang berperan
adalah panas larutan aktif.
b. Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang dangkal (misalnya
zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada panas yang timbul. Seringkali hanya
terbentuk bahan yang sifatnya hancuran, kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.
c. Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan temperatur.
Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan tektonis, misalnya pada
jalur “pembentukan pegunungan” dan “zona tunjaman” dsb.

5.3 Tekstur batuan metamorf


Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar butiran mineral
1. Tekstur batuan metamorf foliated
a. Gneiss

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 43


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Lapisan permukaannya kasar dan tidak mempunyai batas yang jelas. Terlihat berlapis-
lapis karena susunan mineralnya searah atau karena barisantar mineral gelap dan
mineral terang berurutan, terdapat pada batuan orthometamorf.
b. Schist
Lapisan permukaannya halus, pararel dan mempunyai bidang batas yang jelas.
Biasanya ditandai dengan adanya mineral mika, kuarsa dan chlorite. Terdapat pada
batuan orthometamorf dan parametamorf.
c. Filitik
Lapisan permukaannya kasar, pararel dan jelas batasnya tetapi tidak begitu kompak.
Terdapat pada batuan metamorf.
d. Slaty
Lapisan permukaanya sangat halus, rapat dan pararel. Kristalnya sangat halu tetapi
batuannya sangat kompak.

2. Tekstur batuan metamorf Unfoliated


a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk. Homeoblastik dibagi atas tiga, yakni :
“Lepidoblastik”, mineral-mineral pipih dan sejajar
“Nematoblastik”, bentuk menjarum dan sejajar
“Granoblastik”, berbentuk butir

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 44


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik. Heteroblastik terbagi atas


tiga, yakni : Porfiroblastik, Grano-lepidoblastik dan Grano-nemtaoblastik.

5.4 Struktur batuan metamorf


Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah “foliasi”, yaitu hubungan
tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran. Kadang-kadang foliasi menunjukkan
orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal (bila berasal dari batuan sedimen),
akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada sama sekali hubungan dengan sifat perlapisan
batuan sedimen. Foliasi juga mencerminkan derajat metamorfisme.

5.4.1 Batuan Berfoliasi (Foliated Rocks)


Merupakan struktur pada batuan metamorf yang ditunjukkan dengan adanya penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan tersebut , struktur ini meliputi :
a. Gneissic : perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputusputus,
dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan granoblastik.
b. Schistosity : perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari selangseling
tekstur lepodoblastik dan granoblastik.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 45


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

c. Phyllitic : perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur


lepidoblastik.
d. Slaty : merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas.

5.4.2 Batuan Tidak Berfoliasi (Nonfoliated Rocks)


Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyususn batuan
metamorf.
a. Hornfelsik
Dicirikan dengan adanya butiran-butiran yang seragam, terbentuk pada bagian
dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya merupakan
rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi tetapi batuan halus dan padat.
b. Milonitik
Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran terhadap batuan asal
yang mengalami metamorfosa dynamo, batuan berbutir halus dan liniasinya
ditunjukkan dengan adanya orientasi mineral yang berbentuk rentikuler yang
terkadang masih meyimpan lensa batuan asalnya.
c. Kataklastik
Sruktu ini hampir sama dengan milonitik hanya saja butirannya lebih kasar.
d. Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya relative lebih kasar dan
strukturnya mendekati struktur tipe philit.
e. Flaser
Struktur ini mirip dengan kataklastik dimana struktur batuan asal berbentuk
lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Augen
Seperti struktur flaser, hanya saja lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar
dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Granulose

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 46


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai


ukuran yang tidak sama besar.
h. Liniasi
Struktur ditandai dengan adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti
jarum.

5.5 Beberapa batuan metamorf yang penting


a. Berfoliasi
Batu sabak (Slate)
Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokan mineral. Jenis mineral
seringkali tidak dapat dikenal secara megakopis, terdiri dari mineral lempung, serisit, kompak
dan keras.
Sekis (Schist)
Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan tekstur yang
sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang menyeret, dan mengandung
mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot. Sekis menunjukkan derajat metamorfosa
yang lebih tinggi dari filit, dicirikan adanya mineral-mineral lain disamping mika.
Filit (Phyllite)
Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup besar untuk
dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic, berkilap sutera pecahan-
pecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain, seperti turmalin dan garnet.
Gneis (Gneiss)
Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai sifat
“bended” (“gneissic”). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan kepada batuan beku
seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan jalur-jalur yang tersendiri dari
mineral-mineral yang pipih atau merabut (menyerat) seperti chlorit, mika, granit, hornblende,
kyanit, staurolit, sillimanit.
Amfibolit

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 47


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil metamorfisme
regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau hitam dan mengandung mineral
epidot, (piroksen), biotit dan garnet.

b. Tak berfoliasi
Kwarsit
Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa, umumnya
terjadi pada metamorfisme regional.
Marmer/pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada batugamping.
Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena metamorfosa kontak atau regional.
Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (Regional/thermal), berasal dari batuan sedimen yang
kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih dikenal dengan nama batu bara.
Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses hidrotermal)
dengan batuan beku ultrabasa.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 48


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI V
GEOLOGI STRUKTUR

A. No. Praktikum :

B. Tujuan Praktikum :
Adapun tujuan dari mempelajari geologi struktur adalah antara lain:
1. Memberi pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar deformasi batuan.
2. Memberi pemahaman mengenai jenis-jenis dan mekanisme pembentukan struktur
geologi dan tektonik yang terlibat dalam deformasi batuan.
3. Memperkenalkan konsep tektonik lempeng sebagai mekanisme utama asal dari
sumber gaya deformasi pada batuan.
4. Mampu menafsirkan arah gaya dari deformasi batuan pada peta topografi dan
singkapan batuan.

C. Pembahasan :
1. Pendahuluan
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan
adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di
dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari
tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses
pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih
ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan
(fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari
satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai
suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi
seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi
maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 49


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk arsitektur
susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah
mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar. Dalam
ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti sinklin dan antiklin.
Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta lipatan rebah
(recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan normal (normal fault),
patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik (trustfault). Proses yang menyebabkan
batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang bekerja pada batuan batuan
tersebut. Pertanyaannya adalah dari mana gaya tersebut berasal ? Sebagaimana kita ketahui
bahwa dalam teori “Tektonik Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari
lempeng-lempeng yang saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-
lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen), saling
menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan (transform). Pergerakan lempeng-
lempeng inilah yang merupakan sumber asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak
bumi. Berbicara mengenai gaya yang bekerja pada batuan, maka mau tidak mau akan
berhubungan dengan ilmu mekanika batuan, yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat
fisik batuan yang terkena oleh suatu gaya.

2. Apa yang dipelajari dalam geologi struktur?


a) Kajian mengenai gaya yang bekerja pada batuan, termasuk asal-usulnya, geometri
dan kinetiknya.
b) Memahami proses-proses geologi dan mekanisme pembentukan struktur geologi
seperti kekar, retakan, sesar dan lipatan. Semua struktur ini terbentuk sebagai respon
atas gaya yang bekerja pada batuan sebagai akibat dari pergerakan dan interaksi
lempeng/kerak bumi.

3. Apa pentingnya kita mempelajari geologi struktur ?


a) Memahami bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk dan hal ini
dapat membantu untuk mengetahui sejarah yang pernah terjadi pada batuan tersebut.
Selain dari pada itu, dengan mempelajari geologi struktur, kita dapat mengetahui
proses kejadian jebakan sumberdaya geologi seperti air, minyakbumi, gas dan mineral

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 50


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

lainnya.
b) Dengan mengetahui jenis struktur yang ada pada batuan maka kita dapat
mengetahui kondisi batuan tersebut, apakah batuan tersebut telah terkena gaya yang
sangat kuat atau tidak? dan apakah gaya yang bekerja pada batuan masih aktif atau tidak
?.
c) Dengan mengetahui kekuatan gaya yang telah terjadi pada batuan maka kita
dapat meramal kekuatan atau ketahanan batuan itu apabila batuan tersebut terkena
getaran yang berasal dari gempa bumi.
d) Dengan mengetahui jenis struktur yang ada, seperti lipatan atau sesar, kita dapat
mengetahui keadaan bentuk muka bumi dengan lebih baik. Dan hal ini akan membantu
kita untuk mengetahui kesesuaian atau kestabilan sesuatu kawasan terhadap daya
dukung lahan untuk konstruksi bangunan atau kestabilan wilayah terhadap bencana
longsoran, dan sebagainya.

4. Apakah ada hubungan antara geologi struktur dengan bidang ilmu lainnya ?
a) Bidang ilmu fisika, kimia dan matematik mempunyai hubungan yang sangat penting
dengan geologi struktur, terutama untuk mengetahui dan memahami
mekanisme dan memperkirakan arah gaya yang bekerja pada suatu batuan.
b) Saat ini program komputer telah banyak dipakai dalam menentukan dan menafsirkan
arah gaya yang bekerja pada suatu batuan.

5. Apakah ada hubungan antara geologi struktur dengan bidang geologi lainnya?
a) Untuk mengkaji struktur geologi dan tektonik tanpa pengetahuan tentang
stratigrafi, sedimentologi dan paleontologi akan menjadi sulit. Ketiga pengetahuan
tersebut dapat membantu untuk menjelaskan kedudukan asal suatu susunan batuan.
Tafsiran urutan susunan batuan akan lebih mudah dijelaskan melalui bidang
pengetahuan tersebut diatas.
b) Pengetahuan tentang petrologi dan geokimia dapat membantu dalam menjelaskan asal
usul struktur geologi, sedangkan pengetahuan geomorfologi penting untuk mengetahui
aktivitas struktur geologi, khususnya aktivitas yang resen.
c) Geofsika, oseonografi dan geologi bawah tanah dapat membantu dalam menelaah
struktur bawah tanah dan struktur dasar laut. Dengan kata lain, geologi struktur

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 51


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

sangat erat kaitannya dengan ilmu-ilmu geologi lainnya.

6. Bagaimana cara mempelajarinya?


a) Untuk mempelajari geologi struktur dibutuhkan pengetahuan 3 dimensi seperti dalam
bidang arsitektur serta menggunakan peta topografi, gambar foto dan citra satelit
atau radar, dan data geofisika.
b) Melalui pengamatan dan observasi lapangan yaitu dengan melihat sendiri
singkapan singkapan batuan yang telah terdeformasi, seperti terlipat atau tersesarkan,
bagaimana bentuk deformasinya dan seberapa kuat deformasinya, yaitu dengan cara
mengukuran unsur-unsur struktur geologinya langsung di lapangan.
c) Dengan cara mengaitkan hubungan antara unsur struktur geologi mikro dengan
unsur struktur geologi yang lebih besar di lapangan (meso atau makro). Setiap unsur
struktur geologi mikro akan memiliki hubungan dengan unsur struktur meso maupun
makronya.

7. Prinsip Dasar Mekanika Batuan


Mengenal dan menafsirkan tentang asal-usul dan mekanisme pembentukan suatu struktur
geologi akan menjadi lebih mudah apabila kita memahami prinsip prinsip dasar mekanika
batuan, yaitu tentang konsep gaya, tegasan (stress/compressive), tarikan (strength) dan
faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi karakter suatu materi/bahan.
a) Gaya (Force)
1) Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan
suatubenda.
2) Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (seperti gaya gravitasi
dan elektromagnetik) atau bekerja hanya pada bagian tertentu dari suatu benda
(misalnya gaya-gaya yang bekerja di sepanjang suatu sesar di permukaan bumi).
3) Gaya gravitasi merupakan gaya utama yang bekerja terhadap semua obyek/materi
yang ada di sekeliling kita.
4) Besaran (magnitud) suatu gaya gravitasi adalah berbanding lurus dengan jumlah
materi yang ada, akan tetapi magnitud gaya di permukaan tidak tergantung pada
luas kawasan yang terlibat.
5) Satu gaya dapat diurai menjadi 2 komponen gaya yang bekerja dengan arah

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 52


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

tertentu, seperti gambar 7.1 "parallelogram", dimana diagonalnya mewakili jumlah


gaya tersebut.
6) Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat dibagi menjadi 2 komponen yaitu: satu
tegak lurus dengan bidang permukaan dan satu lagi searah dengan permukaan.
7) Pada kondisi 3-dimensi, setiap komponen gaya dapat dibagi lagi menjadi dua
komponen membentuk sudut tegak lurus antara satu dengan lainnya. Setiap gaya,
dapat dipisahkan menjadi tiga komponen gaya, yaitu komponen gaya X, Y dan Z.

b. Tekanan Litostatik
1) Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal sebagai
tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu benda yang berada
di dalam air adalah berbanding lurus dengan berat volume air yang bergerak ke atas
atau volume air yang dipindahkannya.
2) Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam air, maka batuan
yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang sama seperti benda yang
berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh lebih besar ketimbang benda yang ada di
dalam air, dan hal ini disebabkan karena batuan yang berada di dalam bumi mendapat
tekanan yang sangat besar yang dikenal dengan tekanan litostatik. Tekanan
litostatik ini menekan kesegala arah dan akan meningkat ke arah dalam bumi.

c. Tegasan
1) Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu benda.
Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada batuan
sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
2) Tegasan dapat didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada luasan suatu
permukaan benda dibagi dengan luas permukaan benda tersebut: Tegasan (P)= Daya (F)
/ luas (A).
3) Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen
tegasan prinsipal atau tegasan utama, yaitu terdiri daripada 3 komponen, yaitu: σP, σQ
dan σR.
4) Tegasan pembeda adalah perbedaan antara tegasan maksimal (σ P) dan tegasan
minimal (σR). Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui kekuatan batuan maka

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 53


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

retakan/rekahan akan terjadi pada batuan tersebut.


5) Kekuatan suatu batuan sangat tergantung pada besarnya tegasan yang diperlukan
untuk menghasilkan retakan/rekahan.

d. Mekanisma Sesar
1) Pengenalan
a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah
retakan. Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif, dan kepentingannya juga relatif.
b) Sesar mempunyai bentuk dan dimensi yang bervariasi. Ukuran dimensi sesar
mungkin dapat mencapai ratusan kilometer panjangnya (sesar Semangko) atau
hanya beberapa sentimeter saja. Arah singkapan suatu sesar dapat lurus atau berliku-
liku.
c) Sesar boleh hadir sebagai sempadan yang tajam, atau sebagai suatu zona, dengan
ketebalan beberapa milimeter hingga beberapa kilometer.

2) Anatomi Sesar
a) Arah pergerakan yang terjadi disepanjang permukaan suatu sesar dikenal sebagai
bidang sesar. Apabila bidang sesarnya tidak tegak, maka batuan yang terletak di atasnya
dikenali sebagai dinding gantung (hanging wall), sedangkan bagian bawahnya dikenal
dengan dinding kaki (footwall).
b) Ada dua jenis gelinciran sesar, satu komponen tegak (dip-slip) dan satu
komponen mendatar (strike-slip). Kombinasi kedua-dua gelinciran dikenal sebagai
gelinciran oblik (oblique slip).
c) Pada permukaan bidang sesar terdapat gores-garis sesar (slicken-side) yang dicirikan
oleh permukaan yang licin, pertumbuhan mineral dan tangga-tangga kecil. Arah
pergerakan sesar dapat ditentukan dari arah gores garisnya.
d) Menurut Anderson (1942) ada tiga kategori utama sesar, yaitu sesar normal atau
sesar turun (normal fault), sesar sungkup/sesar naik (thrust fault) dan sesar mendatar
(wrench fault atau strike-slip fault).
e) Sesar mendatar, berdasarkan gerak relatifnya terdapat sesar mendatar dekstral atau
sinistral. Sedangkan sesar transform adalah sesar mendatar yang terjadi antara
dua lempeng yang saling berpapasan.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 54


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

f) Terdapat juga sesar jenis en echelon, sesar radial, sesar membulat dan sesar sepanjang
perlapisan.

3) Kriteria Pensesaran
a) Sesar yang aktif ditunjukkan oleh rayapan akibat gempa bumi dan pecahan dalam tanah.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 55


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

b) Yang tidak aktif dapat dilihat dari peralihan pada kedudukan lapisan, perulangan
lapisan, perubahan secara tiba-tiba suatu jenis batuan, kehadiran milonitisasi atau
breksiasi, kehadiran struktur seretan (drag-fault), bidang sesar (fault-plane).
4) Jenis Jenis Struktur Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya
gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); (2).
Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu:
a) Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan
oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain
(mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat
dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang
bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah
sebagai berikut:
1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang
membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint
umumnya bersifat tertutup.
2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah
gaya utama,
Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan
arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 56


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Kekar Gerus (Shear Joint) Kekar Tensional


(Tensional Joint)

4.2 Lipatan (Folds)


Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.
Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan
Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan
antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
1). Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
2). Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
3). Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus
atau tidaknya
sumbu utama.
4). Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 57


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

5). Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar


6). Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar
7). Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.

Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan,


seperti Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat
seretan suatu sesar.

4.3 Patahan/Sesar (Faults)


Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya
disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan
indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang
sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air panas;
e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur
minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.

Berdasarkan pergeserannya, struktur sesar dalam geologi dikenal ada 3 jenis (gambar 7.6),
yaitu:
1). Sesar Mendatar (Strike slip faults) ; 2). Sesar Naik (Thrust faults) ; 3). Sesar
Turun (Normal
faults).

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 58


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 7.5 Gambar atas adalah blok diagram dari Sesar Naik
(Reverse fault), Sesar
Mendatar (Striike slip
fault), Sesar Normal (Dip-slip fault dan Oblique-
slip fault).
1. Sesar Mendatar (Strike-slip Fault) adalah sesar yang pergerakannya sejajar,
blok bagian
kiri relatif bergeser kearah yang berlawanan dengan blok
bagian kanannya. Berdasarkan
arah pergerakan sesarnya, sesar mendatar dapat dibagi
menjadi 2 (dua) jenis sesar, yaitu:

(a). Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar menganan) Sesar Mendatar Dextral

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 59


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

adalah
sesar yang arah pergerakannya searah dengan arah
perputaran jarum jam.
(b). Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar mengiri). Sesar Mendatar
Sinistral adalah
sesar yang arah pergeserannya berlawanan arah
dengan arah perputaran jarum jam.
Pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar dengan permukaan sesar atau
pergeseran sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip/oblique). Sedangkan
bidang sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut dengan bidang
horisontal.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 60


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Lipatan Antiklin (Anticline folds) Lipatan Sinklin


(Syncline folds)

Lipatan Rebah (Recumbent folds) Lipatan Chevron


(Chevron folds)

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 61


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Lipatan Disharmonic Lipatan Seretan


(Drag folds)

Anticlinoria Lipatan, Lengseran,


Patahan

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 62


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 7.6 Berbagai bentuk perlipatan

2. Sesar Naik (Thrust Fault) adalah sesar dimana salah satu blok batuan
bergeser ke arah
atas dan blok bagian lainnya bergeser ke arah bawah
disepanjang bidang sesarnya. Pada
umumnya bidang sesar naik mempunyai kemiringan lebih
kecil dari 450.
3. Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang terjadi karena pergeseran
blok batuan
akibat pengaruh gaya gravitasi. Secara umum, sesar
normal terjadi sebagai akibat dari
hilangnya pengaruh gaya sehingga batuan menuju ke
posisi seimbang (isostasi). Sesar
normal dapat terjadi dari kekar tension, release maupun
kekar gerus.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 63


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Sesar Naik Sesar Naik

Sesar Mendatar Sesar


Mendatar

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 64


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Sesar Normal Sesar


Normal

Gambar 7.8 Kenampakan sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal di lapangan

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 65


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

RINGKASAN

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.
Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu
benda atau suatu kondisi yang terjadi pada batuan sebagai respon dari gaya-
gaya yang berasal dari luar.
Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah
pergerakan suatu benda.
Kekar adalah retakan/rekahan yang terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut. Dalam geologi struktur dikenal 3 (tiga) jenis kekar,
yaitu kekar gerus (shear fracture), kekar tarik (gash fracture) dan kekar release.

Lipatan adalah suatu deformasi batuan yang berbentuk gelombang


sinusoidal yang disebabkan oleh gaya yang bekerja pada batuan akan tetapi
tidak melampaui batas elastisitas batuannya. Lipatan dapat dibagi menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu sinklin, antiklin, dan rebah (recumbent fold).
Patahan (sesar) adalah pergeseran sebagian masa batuan dari kedudukan
semula yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada batuan. Terdapat 3
(tiga) jenis patahan, yaitu patahan naik, patahan mendatar, dan patahan
turun/normal.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 66


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI VI
PENGENALAN KOMPAS

A. No. Praktikum :

B. Tujuan Praktikum :
Adapun tujuan dari mempelajari kompas adalah antara lain:
1. Praktikan dapat menjelaskan macam-macam arah mata angin sebagai orientasi geologi
2. Praktikan dapat mengukur kedudukan strike, dip angle dan dip direction
3. Praktikan dapat menggunakan kompas untuk menentukan arah, azimuth, serta bearing

C. Materi Praktikum :
Pengenalan kompas diperlukan untuk memahami cara melakukan pengukuran struktur
geologi, terutama untuk mendapatkan data struktur bidang. Oleh karena itu diperlukan
pemahaman arah mata angin, metoda pengenalan dan metoda pengukuran suatu stuktur.
a) Arah Mata Angin
Pengenalan terhadap kompas geologi perlu didahului dengan pemahaman arah mata
angin. Hal ini penting untuk memahami orientasi kedudukan struktur geologi. Dimana
dikenal 4 arah mata angin utama yaitu utara(north), selatan(south), timur(east),
barat(west), adapaun empat arah mata angin tersebut dapat dibagi menjadi lebih detil

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 67


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

(gambar 1).

b) Observasi Singkapan
Orientasi struktur geologi memerlukan observasi terhadap singkapan batuan. Pada
struktur bidang, perhatikan bidang miring yang mungkin dapat berupa bidang sesar,
bidang kekar, dan bidang perlapisan batuan. Data struktur yang diperlukan adalah
strike, dip direction dan dip angle.

Selain itu dengan kesepakatan, maka penetuan orientasi struktur bidang menggunakan
kaidah tangan kanan (right hand rule). Pengamatan dilakuakn seksama dengan
memperhatikan arah kemiringan bidang. Posisikan arah kemiringan bidang sama
dengan posisi kita menghadap struktur tersebut. Dengan demikian, arah kita
menghadap arah dari strike. Cara lain dapat ditempuh dengan menggunakan kaidah
lainnya yaitu kaidah tangan kiri dengan cara, dimana tiga jari ditekuk, untuk jari
kelingking, jari manis dan jari tengah di tekuk atau ditutup, namun jari telunjuk dan ibu
jari dibiarkan tetap terbuka. Tunjuk ibu jari sesuai dengan arah kemiringan, sehingga
diketahui arah dari strikenya.

c) Elemen Kompas
Kompas brunton adalah salah satu jenis kompas dengan merek dagang brunton.
Kompas ini digunakan oleh ahli geologi terutama untuk pemetaan geologi.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 68


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Keistimewaan kompas ini adalah tersedianya klinometer dan pembidik untuk mendapat
data yang akurat. Penggunaannya pun mudah karena dapat digunakan untuk
menentukan arah azimuth dengan pembidikan setinggi pinggang ataupun selevel
dengan mata.
Kompas brunton memiliki 3 bagian utama yaitu, kotak(box), lengan pembidik(sighting
arm) dan penutup lengan(lid) serta penutup. Pada bagian lain terdiri dari jarum magnet
yang berfungsi sebagai penentu arah bidikan, level atau biasa disebut nivo ataupun mata
sapi (bull’ s eye level) yang digunakan sebagai penentu posisi sudut horizontal pada
kompas, level klinometer dan skala untuk menentukan sudut vertical, mekanisme
redaman untuk lebih efisien menstabilkan jarum, lift pin untuk mengunci posisi jarum,
sekrup kuningan untuk menentukan sudut deklinasi, axial line berfungsi sebagai
indikator kesejajaran kompas dengan sasaran yang dibidik, graduated circle berfungsi
sebagai lingkaran pembagi derajat, Hinge yang berbentuk sendi pada kompas agar
kompas dapat dilipat, peep sight merupakan lubang untuk membidik objek dalam
pengukuran azimuth dan lain sebagainya.

d) Prosedur Pengukuran Bidang

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 69


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

1. Pengukuran Strike
• Arahkan lengan pembidik kompas kearah azimuth, dimana arah kompas
parallel dengan arah jurus dan bagian sisi east kompas menempel pada
bidang miring tersebut.
• Atur posisi kompas hingga horizontal dengan cara memasukkan
gelembung pada bagian tengah dari nivo mata sapi
• Setelah didapat posisi horizontal, tekan pin pengunci dan buat garis pada
bidang miring tersebut sebagai garis strike
• Baca nilai azimuth yang ditunjuk oleh jarum magnet sehingga diperoleh
data strike
• Lalu catat data strike dengan notasi yang tepat.
2. Pengukuran Dip Angle
• Perhatikan garis yang dibuat pada bidang miring, ketika mengukur stike-
line
• Letakkan kompas brunton pada posisi tegak lurus terhadap garis tersebut
dengan menempelkan sisi west dari kompas.
• Gerakkan penggverak klinometer yang berada dibawah kompas tersebut
sampai gelembung tepat berada di bagian tengah level nivo tabung
• Catat dengan melanjutkan data strike
3. Pengukuran Dip Direction
• Perhatikan garis yang dibuat ketika mengukur strike

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 70


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

• Tempelkan bagian sisi belakang kompas sehingga lengan penunjuk


menunjuk azimuth. Pada posisi ini antara garis strike dan lengan
pembidik adalah tegak lurus
• Baca posisi jarum magnet dengan menentukannya pada kuadran NE,
NW, SE atau SW.
• Catat data tersebut melanjutkan data strike dan dip angle.

e) Penulisan Notasi
Penulisan notasi dapat ditempuh dengan 2 cara, yaitu sistem azimuth dan sistem bearing
atau kuadran. Sistem azimuth mengacu pada ketentuan sudut bukaan terhadap arah
utara geografis adalah 0-360 derajat yang berputar searah jarum jam. Sedangkan, sistem
kuadran mengacu pada ketentuan sudut 0-90 derajat dan dengan mengikuti kuadran
mata angin.

Penggunaan sistem azimuth sangat dibutuhkan dalam penulisan eksplorasi dan


pertambangan Indonesia, sedangkan sistem kuadran pada umumnya berguna untuk
pengukuran oleh ahli geologi.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 71


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI VII
PETA TOPOGRAFI DAN INTERPRETASINYA

A. Nomor Praktikum : 8

B. Tujuan Praktikum :

1. Praktikan mengenali elemen-elemen yang terdapat pada peta topografi;


2. Praktikan wajib memahami tentang morfologi yang digambarkan secara 2D sebagai
peta kontur;
3. Praktikan dapat membaca morfologi berdasarkan sifat-sifat kontur;
4. Praktikan memiliki kemampuan menentukan skala penggambaran dari peta topografi;
5. Praktikan memiliki kemampuan membuat penampang topografi;
6. Praktikan memiliki kemampuan melakukan analisa peta topografi.

C. Pembahasan :

1. Peta Topografi.
Roman muka bumi merupakan ekspresi morfologi akibat bentukan gaya endogen
dan eksogen. Ekspresi morfologi di alam diungkapkan dalam gambaran peta. Peta
sebagai gambaran miniatur 2D (2 dimensi) adalah ekspresi morfologi permukaan bumi
yang dilihat dari atas. Gambaran morfologi itu digambarkan pada peta topografi
(Gambar 8.1)

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 72


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 8.1 Morfologi di lapangan yang dituangkan dalam peta


Peta topografi adalah gambaran elevasi (ketinggian) bentang alam dengan datum
permukaan air laut sebagai elevasi 0 (nol) meter. Gambaran elevasi ini diekspresikan
dalam garis elevasi atau dikenal sebagai garis kontur (contour lines). Peta ini digunakan
secara luas untuk berbagai aplikasi, misal untuk perencanaan tata ruang dan wilayah,
kemiliteran, eksplorasi, dan lainnya.

Elemen pada peta yang penting terdiri dari relief, drainase (pengaliran), budi daya
manusia, skala, oruentasi peta, judul peta, dan nomor lembar peta, dan legenda.
a. Relief
Relief adalah bentuk ketidakteraturan vertikal di permukaan bumi dalam ukuran
kecil sampai besar, misal bukit (hill), lembah (valley), pegunungan (mountain),
punggungan (ridge), gawir (scrap), dan lainnya.
b. Drainase
Drainase adalah pengaliran di permukaan bumi yang memperlihatkan pola
tertentu. Pengaliran di permukaan bumi dijumpai seperti sungai, rawa, danau, dan
laut. Pada beberapa sungai menunjukkan pola yang menunjukkan keseragaman
yang dikontrol oleh jenis batuan dasar, stratigrafi dan struktur geologi pada daerah
yang dilalui suatu sungai.
c. Budi Daya Manusia (culture)
Budi daya manusia adalah segala bentuk budi daya manusia, seperti
perkampungan, jalan, sawah/perkebunan, dan lainnya.
d. Skala
Skala adalah perbandingan antarajawak horizontal sebenarnya dengan jarak di
peta. Skala dapat dinyatakan dalam tiga hal, yaitu skala fraksi, skala verbal dan
skala grafis (Gambar 8.2).

Meters

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 73


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 8.2 Contoh skala grafis


1) Skala Grafis, dinyatakan dengan perbandingan jarak horizontal sesungguhnya
dengan jarak dalam peta yang ditunjukkan dengan garis. Kelebihan skala ini
tidak terpengaruh oleh pembesaran dan pengecilan peta.
2) Skala Fraksi, dinyatakan dengan perbandingan. Contoh, skala 1 : 50.000
artinya 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm (500 meter = 0,5 km) di lapangan.
Kelemahan skala ini adalah jika peta mengalami pembesaran atau pengecilan,
sehingga skala tidak lagi sesuai.
3) Skala Verbal, dinyatakan dengan ukuran panjang. Contoh, skala 1 cm = 10
km; atau 1 cm = 5 km, dll. Skala ini secara esensial sama dengan skala fraksi

e. Orientasi peta
Orientasi peta menunjukkan arah dari peta. Arah menunjukkan ke utara dikenal
dua, yaitu arah utara magnetic (MN) dan arah utara sebenarnya (TN). Arah MN
ditunjukkan oleh jarum magnet. Sedangkan, arah TM adalah arah utara geografis
atau sesuai dengan sumbu bumi. Sudut yang dibentuk antara TN dan MN disebut
sebagai deklinasi (Gambar 8.3).

Sudut Sudut
Deklinasi Deklinasi

Gambar 8.3 Sudut deklinasi di antara arah MN dan arah TN

f. Judul peta dan Nomor lembar peta


Judul peta menunjukkan nama daerah yang ada di dalam peta tersebut,
sedangkan nomor lembar peta adalah nomor dari peta berdasarkan sistem
pembagian peta yang disebut sebagai “quadrangle”.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 74


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

g. Legenda
Suatu peta menggunakan banyak simbol atau tanda untuk mewakili berbagai
keadaan di lapangan. Penjelasan atas simbol atau tanda yang digunakan adalah
tercakup dalam legenda. Legenda umumnya diletakkan di tepi peta bagian bawah.
2. Sifat-Sifat Kontur
Morfologi pada peta topografi digambarkan dengan garis-garis kontur. Garis
kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang terletak pada ketinggian yang
sama dengan datum elevasi dari permukaan air laut. Beberapa sifat dari garis kontur
adalah sebagai berikut :
1) Garis kontur merupakan garis yang tertutup;
2) Nilai dari suatu garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut rata-rata dengan
nilai 0 meter;
3) Garis kontur tidak bercabang;
4) Garis kontur tidak bertemu dengan garis kontur lainnya yang berbeda elevasinya;
5) Garis kontur yang rapat menunjukkan morfologi lereng yang curam, sebaliknya
garis kontur yang renggang menunjukkan morfologi lereng yang landai;
6) Garis kontur tidak saling berpotongan satu dengan lainnya, kecuali pada lereng
yang menggantung atau over hanging cliff;
7) Garis kontur digambarkan membelok/menajam ke arah hulu bila memotong suatu
lembah sungai;
8) Garis kontur yang bergerigi menunjukkan suatu lembah yang tertutup atau
cekungan (bentuk depresi);
9) Garis kontur dengan harga setengah digambarkan dengan kontur terputus- putus,
dimana biasa ditemukan pada bagian puncak bukit.

Berkaitan dengan sifat-sifat kontur di atas, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1) Jarak vertikal antara garis kontur dengan garis kontur lainnya secara berurutan
disebut sebagai interval kontur, misal jarak vertikal 25 meter digambarkan satu
garis kontur pada interval tersebut;
2) Garis kontur yang dicetak tebal dari garis-garis kontur lainnya disebut indeks
kontur. Garis kontur ini merupakan kelipatan nilai kontur dari beberapa garis

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 75


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

kontur biasa, misal indeks kontur 100, 200, 300 yang menunjukkan kelipatan dari
nilai garis kontur.
3) Kedetilan suatu peta topografi ditentukan oleh skala penggambaran, dimana
interval kontur (IK) ditentukan dengan rumus: IK = (1/2000 x skala peta). Misal
penggambaran peta dengan skala 1:50.000, maka IK-nya adalah 25.

3. Pembuatan Peta Topografi


Peta Topografi menggambarkan unsur-unsur penting, seperti bukit, lembah dan
alur sungai. Unsur tersebut menunjukkan relief morfologi yang memperlihatkan tinggi
dan rendahnya bentang alam terhadap datum (permukaan air laut). Ketinggian
ditentukan berdasarkan pengukuran menggunakan alat survey pengukuran ketinggian,
seperti teodolit, water pass, kompas, GPS, dan lain-lain.
Penggambaran kontur ditentukan berdasarkan intrapolasi dan ekstrapolasi terhadap
data pengukuran ketinggian. Kedua metode tersebut digunakan untuk menentukan nilai
ketinggian yang sesuai dengan interval konturnya. Nilai-nilai dengan ketinggian yang
sama dihubungkan sehingga diperoleh nilai garis kontur dengan nilai ketinggian
tersebut.

4. Penampang Topografi
Penampang topografi adalah profil dari permukaan bumi sepanjang garis
penampang (section line). Penampang dibuat dengan memproyeksi bidang vertikal dari
titik-titik potong kontur (ketinggian) dari garis potong. Pembuatan penampang
sebaiknya menggunakan skala horizontal dan vertikal yang sama.
Perhatikan istilah-istilah berikut:
1) Garis topografi (topographic line)
Garis ini adalah perpotongan antara permukaan bumi dengan suatu bidang vertikal.
2) Garis dasar (base line)
Garis dasar di bawah garis ekspresi morfologi dengan nilai 0 meter (sering
digunakan) sebagai ketinggian permukaan laut.
3) Garis batas tepi (end line)

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 76


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Garis ini tegak lurus terhadap garis dasar yang mendasari sisa kiri dan kanan
penampang. Nilai garis batas tepi menunjukkan ketinggian sesuai dengan interval
kontur.

Penampang topografi dikonstruksi dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:


1) Perhatikan elemen peta topografi, terutama garis kontur yang dipotong oleh garis
topografi untuk membuat profil;
2) Ambil kertas yang digunakan untuk menandai nilai ketinggian pada titik
perpotongan baik berupa kontur, sungai, jalan, dll., sepanjang garis profil;
3) Pindahkan nilai ketinggian tersebut pada garis dasar;
4) Titik-titik yang diplot pada garis dasar kemudian diproyeksikan ke atas (vertikal)
mengikuti nilai ketinggian dengan mengacu pada nilai garis batas tepi
menggunakan skala normal, dimana H : V = 1 : 1;
5) Hubungkan titik-titik tersebut sehingga diperoleh penampang topografi.

Gambar 8.4 Langkah-langkah dalam pembuatan penampang topografi.

5. Pola Drainase

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 77


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Pola drainase dapat digunakan untuk mendeterminasi tipe batuan. Enam pola
drainase antara lain pola drainase Dentritic, Trellis, Rectangular, Parallel, Radial, dan
Annular (Gambar 8.5).

Gambar 8.5 Pola drainase


1) Drainase Dendritic atau Branching
Mempunyai pola seperti ranting pohon dimana anak sungai menggabung pada
sungai utama dengan sudut yang tajam, dengan jumlah percabangan yang besar
untuk jenis drainase di daerah batuan kristalin yang impermeabel seperti gneiss dan
berkembang di daerah yang didasari oleh material yang homogen.
2) Drainase Trellis
Mempunyai anak-anak sungai yang pendek sejajar, pola ini lebih menunjukkan
struktur dari pada jenis batuannya sendiri. Umumnya pola pengaliran Trellis
berkembang pada lapisan miring (dipping), dimana hadirnya retakan pada batuan
sedimen merupakan daerah yang baik untuk akuifer (Selby, 1985).
3) Drainase Rectangular
Arah anak sungai dan hubungan dengan sungai utama dikontrol oleh joint
(kekar-kekar), fracture dan bidang foliasi, pola pengalliran Rectangular juga
berkembang pada lapisan miring (dipping) serta terdapat pada batuan metamorf.
4) Drainase Parallel
Terbentuk pada permukaan yang mempunyai kemiringan yang seragam. Sudut
anak sungai dengan sungai utama hampir sama, sungai utama umumnya dikontrol
oleh sesar atau rekahan-rekahan.
5) Drainase Radial

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 78


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Aliran sungai-sungai menyebar dari puncak yang lebih tinggi. Umumnya


terdapat pada puncak gunung atau bukit-bukit dan berkembang pada batuan berlapis
(folded rocks).
6) Drainase Annular
Pola pengaliran Annular ini sangat berkembang pada daerah vulkanik atau
intrusi dengan aliran yang mengikuti zona rekahan yang mengandung air.

6. Analisa Peta Topografi


Analisa peta topografi dilakukan untuk melakukan kerja lapangan pendahuluan
sebelum pergi ke lapangan. Keadaan topografi dicerminkan oleh kontrol geologi, yakni
batuan dan struktur geologi. Analisa peta topografi dapat didasarkan atas interpretasi
pola dan sifat kontur; dan interpretasi pola pengaliran.
1) Interpretasi berdasarkan pola dan sifat kontur
Anaisis ini perlu mengetahui bentuk morfologi, seperti jajaran perbukitan,
adanya offset morfologi, bentuk lembah, dan lain-lain. Bentuk morfologi tersebut
digunakan untuk interpretasi, misal kehadiran endapan aluvial sungai atau batuan
lunak seperti batulempung, napal dan sebagainya. Sedangkan perbukitan yang
bergelombang pada umumnya ditempati oleh batuan yang berselang-seling,
misalnya batupasir dan batulempung, atau breksi.

2) Interpretasi berdasarkan pola pengaliran


Analisis dengan pendekatan ini memberikan detil kemungkinan morfologi,
jenis batuan dan struktur geologi yang mengontrol perkembangan pola sungai.
Dengan demikian, pengenalan terhadap pola pengaliran dapat menganalisa dan
menginterpretasi kondisi geologi pendahuluan, sebelum melakukan kerja
pemetaan lapangan.

Arahan dalam membaca peta topografi, maka terlebih dahulu memahami elemen pada
peta sebagai berikut:
1) Isi peta dan tempat yang digambarkan melalui judul atau lokasi;
2) Lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur;
3) Arah, melalui petunjuk arah (orientasi).
4) Jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta;

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 79


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

5) Ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis


kontur;
6) Kemiringan lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur yang
berdekatan;
7) Sumber daya alam, melalui keterangan (legenda);
8) Kenampakan alam, misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai, jaringan
lalu lintas, persebaran kota. Kenampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-
simbol peta dan keterangan peta.

Arahan untuk analisa/interpretasi peta topografi adalah sebagai berikut:


1) Peta yang banyak gunung/pegunungan dan lembah/sungai, menunjukkan bahwa
daerah itu berelief kasar;
2) Alur-alur yang lurus, menunjukkan bahwa daerah itu tinggi dan miring, jika alur
sungai berbelok-belok (berbentuk meander), menunjukkan daerah itu relatif datar;
3) Pola (bentuk) pemukiman penduduk yang memusat dan melingkar, menunjukkan
daerah itu kering (sulit air), tetapi di tempat-tempat tertentu terdapat sumber-
sumber air.
D. Soal Latihan dan Tugas

1. Soal Latihan
a. Apa yang dimaksud dengan peta topografi ?
b. Sebutkan kegunaan peta topografi di pertambangan ?
c. Sebutkan perbedaan antara skala grafis, skala verbal, dan skala fraksi ?
d. Sebutkan minimal 5 sifat garis kontur ?
e. Sebutkan lagnkah-langkah dalam pembuatan penampang topografi ?

2. Tugas di Laboratorium
a. Praktikan diminta menentukan skala yang digunakan untuk penggambaran Peta
Hahatonka serta membuatkan penampang topografinya;
b. Praktikan diminta mengeblat (menjiplak) kontur dari Peta Hahatonka untuk setiap
indeks kontur pada kertas kalkir (ukuran A4) menggunakan pensil 2B;
c. Praktikan berlatih mendeskripsi morfologi dari Peta Hahatonka berdasarkan
pembacaan sifat-sifat kontur;

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 80


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

d. Praktikan meminta paraf asisten sebagai bukti telah selesai berlatih mengeblat
indeks kontur dan mendeskripsi morfologi dari peta Hahatonka.

3. Tugas Mingguan
a. Penyalinan ulang atas pekerjaan laboratorium dengan menggambar indeks kontur
menggunakan “drawing pen” pada kertas kalkir yang diberi alas kertas HVS agar
mudah membacanya;
b. Penggambaran setap indeks kontur harus dilengkapi dengan nilai ketinggiannya;
c. Menyalin ulang dan/atau mengembangkan tulisan hasil deskripsi morfologi;
d. Penulisan Tugas Mingguan
1) Penggambaran pada kertas kalkir;
2) Penulisan pada Kertas A4, 80 gram;
3) Format penulisan dengan margin (batas tepi) tulisan sebelah kiri: 3 cm; kanan:
2,5 cm; atas: 3 cm; dan bawah: 2,5 cm. Penulisan menggunakan tinta warna
biru.

PETA HAHATONKA

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 81


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 82


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI VIII
Pengenalan GPS (Global Positioning System)
dan Aplikasinya pada Software Surfer 10
A. Nomor Praktikum :9
B. Tujuan Praktikum : Mengenali GPS dan aplikasinya pada software Surfer 10
C. Pembahasan :
I. GPS
1. Pengenalan GPS
GPS (Global Position System) adalah sistem untuk menentukan posisi di
permukaan bumi dengan bantuan sinkronisasi sinyal satelit. Sistem ini
menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi.
Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk
menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu.
GPS merupakan suatu jaringan satelit yang secara terus menerus
memancarkan sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah. Alat penerima
GPS secara pasif menerima sinyal ini, dengan syarat bahwa pandangan ke langit
tidak boleh terhalang, sehingga biasanya alat ini hanya bekerja di ruang terbuka.
Satelit GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan memancarkan data
yang menunjukkan lokasi dan waktu pada saat itu. Operasi dari seluruh satelit GPS
yang ada disinkronisasi sehingga memancarkan sinyal yang sama. Alat penerima
GPS akan bekerja jika ia menerima sinyal dari sedikitnya 4 buah satelit GPS,
sehingga posisinya dalam tiga dimensi bisa dihitung.
GPS adalah suatu sistem yang dapat membantu kita mengetahui posisi
koordinat dimana kita berada. Sedangkan untuk menerima sinyal yang dipancarkan
oleh GPS, kita membutuhkan suatu alat yang dapat membaca sinyal tersebut. Yang
biasa kita sebut sebagai GPS adalah sebenarnya merupakan alat penerima. Karena
alat ini dapat memberikan nilai koordinat dimana ia digunakan maka keberadaan
GPS merupakan terobosan besar dalam Sistem Informasi Geografis (SIG).

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 83


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

GPS dalam istilah formalnya adalah NAVSTAR GPS, singkatan dari


Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning Sistem. GPS terdiri
atas 3 segmen utama, yaitu segmen angkasa yang terdiri atas satelit GPS, segmen
sistem kontrol yang terdiri atas stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit dan
segmen pemakai yang terdiri atas pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan
pengolah sinyal dan data GPS. Dalam penerapannya sinyal-sinyal yang diterima
oleh GPS kemudian diubah menjadi informasi tentang posisi (koordinat dan
ketinggian). Dalam hal ini data yang diperoleh oleh receiver masih mengandung
unsur-unsur kesalahan antara lain kesalahan ephemeris (orbit), bias ionosfir, bias
troposfir, efek multipath, cycle slips dan noise.
Saat ini banyak pula pendaki gunung yang memanfaatkan alat navigasi
sistem GPS. Sistem ini dikembangkan dengan bantuan satelit militer Amerika
Serikat yang digunakan untuk kebutuhan komersial. Sebenarnya alat ini digunakan
untuk navigasi udara, tetapi dalam perkembangannya atau kenyataannya saat ini,
juga bisa digunakan untuk navigasi darat dan laut. Secara garis besarnya bentuk alat
ini kurang lebih sebesar kalkulator. Pengoperasian alat ini dibantu oleh minimal 3
buah satelit pengamat.

2. Kegunaan GPS
a. Militer
GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau
mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa mengetahui
mana teman mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun menetukan
pergerakan pasukan.
b. Navigasi
GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa
jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu nivigasi, dengan
menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu pengendara,
sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Sistem Informasi Geografis

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 84


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan


dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai
referensi pengukuran.

d. Sistem pelacakan kendaraan


Kegunaan lain GPS adalah sebagai pelacak kendaraan, dengan bamtuan GPS
pemilik kendaraan/pengelola armada bisa mengetahui ada dimana saja
kendaraannya/aset bergeraknya berada saat ini.
e. Pemantau gempa
Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk memantau
pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun. Pemantauan
pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan terjadinya gempa, baik
pergerakan vulkanik ataupun tektonik.

II. Pengenalan Aplikasi Surfer


1. Pengenalan Surfer
Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta
kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat lunak
ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titik-titik
segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan
horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar
pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horisontal ini
memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang
berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan
rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari proses gridding ini
adalah file grid yang tersimpan pada file .grd.

2. Pengaplikasian data pada SURFER


a. Persiapan Data
Data yang perlu dipersiapkan dalam hal ini adalah data koordinat (x,y) dan
data ketinggian (z). Dalam tutorial ini saya mencontohkan menggunakan data
(x,y,z) Gunung Tambora yang saya simpan pada aplikasi MS Excel.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 85


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

b. Proses Gridding
Proses ini akan menghasilkan file (.grd) yang nantinya akan dimasukkan
dalam worksheet window aplikasi Surfer. Tahapannya adalah sebagai berikut:
Buka data (x,y,z) menggunakan aplikasi MS Excel, dan kemudian save
data tersebut.
Buka aplikasi Surfer 10.
Klik menu Grid | Data, sehingga akan muncul kotak dialog “Open Data”.
Pilih file yang berisikan data (x,y,z) yang disimpan sebelumnya, lalu
klik “Open” hingga muncul kotak dialog “Grid Data“.
Penjelasan :
(1) Disini kita dapat merubah kolom mana saja yang mewakili data (x,y,z) yang
nantinya akan ditampilkan berupa grid pada aplikasi Surfer. Disini juga
berarti bahwa sebetulnya kita tidak harus mengurut data (x,y,z) saat
pemasukan data awal berupa koordinat dan data ketinggian di Excel pada
proses sebelumnya. Sebagai contoh, kita memberi judul kolom A (ID),
kolom B (x CoordUTM), kolom C (y CoordUTM), kolom D
(Kedalaman_Air_Tnh), kolom E (Ketinggian). Maka kita dapat merubah
urutan kolomnya sebagai berikut:
(2) Pada kotak dialog “Filter Data” kita dapat menyesuaikan nilai toleransi
jarak antara absis (x) dan ordinat (y). Ini diperlukan untuk menghindari
adanya data yang saling berhimpitan.
(3) Klik “View Data” Jika ingin melihat file data sementara hasil proses
gridding.
(4) Kita dapat melihat informasi data statistik dengan cara klik “Statistics”.
Tunggu beberapa saat hingga proses selesai/ muncul “Data Statistics
Report”, (silahkan simpan data tersebut—dapat disimpan dalam dua pilihan
tipe data yaitu RTF dan TXT).
(5) Pada “Gridding Method” terdapat banyak pilihan metode yang dapat dipilih
seperti Kriging, Polynomial Regression, Nearest Neighbor, Local
Polynomial, dan lain sebagainya.
(6) Klik “Advanced Options” untuk memenyesuaikan pola dan arah
Anisotropy saat proses griding dilakukan.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 86


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

(7) Klik “Cross Validate…” guna menyesuaikan taksiran pendekatan relative


antar titik berdasarkan metode gridding yang telah dipilih sebelumnya.
(8) Disini kita dapat menentukan dimana file hasil gridding akan disimpan.
(9) Pada “Grid Line Geometry” kita dapat mengisi batas minimum, batas
maksimum serta jarak grid (untuk mengisi ini, perhatikan nilai minimum
dan maksimum dari data masukan).
Jika semua pengaturan telah selesai dilakukan, maka proses selanjutnya
adalah mengeksekusi proses grid data tersebut. Selanjutnya klik OK. Tunggu
hingga proses gridding selesai yang ditandai dengan munculnya “Gridding
Report”.
Lalu klik Contour Map
Pilih Open, and then:
Pilih menu Map dan Pilih Surface,
Dan pilih data yang andi pilih tadi dan pilih Open.
Lalu anda aktifkan kedua peta kontur diatas dan pilih menu Map dan Overlay
Map:

D. Latihan Soal dan Tugas


1. Soal Latihan
a. Apa yang dimaksud dengan GPS?
b. Sebutkan fungsi dan kegunaan GPS pada kegiatan eksplorasi pertambangan?
c. Apa kegunaan Software Surfer 10 ?
d. Jelaskan secara umum dan singkat, bagaimana cara kita mengoperasikan Software
Surfer 10 apabila data koordinat telah tersedia?

2. Tugas di Laboratorium
a. Praktikan diminta untuk dapat menggunakan dan mengoperasikan GPS (Merk
Garmin) dengan baik dan benar.
b. Praktikan diminta untuk mencari titik – titik koordinat didaerah sekitar halaman
kampus Universitas Sriwijaya dengan menggunakan GPS (Merk Garmin).
c. Praktikan diminta untuk mengolah data koordinat tersebut menggunakan Software
Surfer 10 menjadi sebuah peta kontur sederhana.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 87


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

3. Tugas Mingguan
a. Pengerjaan kembali tugas laboratorium dirumah dengan menggunakan format kertas
kerja yang telah disediakan oleh asisten sebelumnya.
b. Praktikan diminta untuk mengambil data koordinat disuatu tempat dan membuat
peta kontur sederhana dari data koordinat yang telah didapatkan.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 88


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI IX
PENGENALAN CITRA SATELIT

A. Nomor Praktikum : 10

B. Tujuan Praktikum :
Mata acara pengenalan citra terutama ditekankan pada citra foto bukan pengenalan citra non
foto (satelit). Oleh karenanya, tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Praktikan memahami teknik survei penginderaan jauh.
2. Praktikan belajar melakukan analisa foto udara dengan alat bantu stereoskop.

C. Pembahasan :
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau foto udara dan citra
non foto (non-photographyc image). Citra foto sering disebut sebagai foto udara (aerial
photograph), sedangkan citra non foto diklasifikasikan berdasar spectrum yang digunakan
berkaitan dengan gelombang mikro, termal dan / atau wahana yang digunakan (Satelit).

A. Citra Foto
Foto udara sebagai salah satu jenis citra yang direkam melalui survei udara dengan
pemotretan menggunakan pesawat pada suatu daerah tertentu berdasarkan aturan
fotogrametris tertentu (Gambar 11.1). Pada foto udara biasanya adalah pemotretan
tegak (vertikal), yaitu pemotretan objek dengan sumbu kamera udara yang sejajar dengan
arah gravitasi (Wolf, 1974).

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 89


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 11.1 Contoh lembar citra foto udara

Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh data dan
informasi tentang suatu obyek serta keadaan di sekitarnya melalui suatu proses pencatatan,
pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Perekaman foto udara
juga memiliki skala. Pengertian detilnya adalah melakukan perbandingan jarak pada foto
udara dengan jarak di permukaan bumi. Rumus yang digunakan adalah S = f/H, dimana
keterangan S yaitu skala, f yaitu panjang fokus lensa/kamera, dan H adalah tinggi terbang.

Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera.
Klasifikasi citra foto dapat dibedakan atas beberapa hal, yaitu:
1. Spektrum Elektromagnetik.
Citra foto dapat dibedakan atas:
a) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet
dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya tidak banyak informasi
yang dapat disadap, tetapi untuk beberapa objek dari foto ini mudah pengenalannya
karena kontrasnya yang besar. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi tumpahan

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 90


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

minyak di laut, membedakan atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, dan
batuan kapur.

b) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari
saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer). Cirinya banyak obyek
yang tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka
terhadap obyek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter.
Baik untuk survey vegetasi karena daun hijau tergambar dengan kontras.
c) Foto pankromatik yaitu foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai
dari warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata
manusia. Cirinya pada warna obyek sama dengan kesamaan mata manusia. Baik untuk
mendeteksi pencemaran air, kerusakan banjir, penyebaran air tanah dan air
permukaan.
d) Foto infra merah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9-1,2
mikrometer yang dibuat secara khusus. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun,
sehingga rona pada foto infra merah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat
jaringannya. Baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman termasuk tanaman yang
sehat atau yang sakit.
e) Foto infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan
sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. Dalam foto
ini obyek tidak segelap dengan film infra merah sebenarnya, sehingga dapat
dibedakan dengan air.

2. Sumbu Kamera
Sumbu kamera dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi,
yaitu:
a) Foto foto tegak (ortho photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera
tegak lurus terhadap permukaan bumi.
b) Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan
sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini
umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi bila sudut condongnya masih

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 91


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

berkisar antara 1 - 4 derajat, maka foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai
foto tegak. Foto condong masih dibedakan lagi menjadi:
i. Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak
tergambar pada foto.
ii. Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada foto tampak
cakrawalanya.

Penginderaan jauh menggunakan foto udara memanfaatkan teknik stereoskopis untuk


mendapatkan informasi turunan dari serangkaian data foto udara, seperti ketinggian, jarak,
volume dan lain-lain. Alat yang mampu menghasilkan pandangan stereoskopispada foto
udara bertampalan yaitu stereoskop (Gambar 12.2).
Penggunaan stereoskop pada foto udara memberikan pandangan gambar tiga dimensi
yang dapat diukur ketinggian atau kedalaman obyek tersebut. Pandangan tiga dimensi
muncul karena perpaduan dua gambar dengan sudut pandang yang berbeda. Dua mata
pengamat mendapatkan informasi dari gambar yang berada dibawahnya. Foto udara dapat
rnemberikan pandangan tiga dimensi dalam proses pengamatan stereoskopis harus
memenuhi syarat berikut:
1. Foto udara tersebut memiliki tampalan.
2. Gambar dari foto udara tersebut memiliki sudut pengambilan yang berbeda dalam satu
jalur terbang yang sama.
3. Foto yang diamati hendaklah memiliki skala yang sama.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 92


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Gambar 11.2 Stereoskop cermin

Analisa citra foto udara adalah pengenalan dan interpretasi obyek, sebanding dengan
interpretasi peta topografi. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara ditentukan oleh
kondisi sebagai berikut:
1. Banyak berlatih dalam melakukan interpretasi foto udara.
2. Kemampuan mengenali objek.
3. Mempunyai foto udara dengan kualitas baik.

Langkah-langkah dalam interpretasi foto udara yaitu:


1. Menyiapkan citra penginderaan jauh (citra foto udara).
2. Mengamati karakteristik citra tersebut dalam merekam obyek muka bumi dengan
menggunakan stereoskop.
3. Mengenali obyek bentang budaya dan obyek bentang alam (pengamatan obyek sama
dengan menganalisa peta topografi).
4. Produk interpretasi disajikan dalam kertas/plastik transparan.
5. Berikan deskripsri atas hasil interpretasi foto udara.

lnterpretasi foto udara dilakukan secara konvensional memerlukan stereoskop dan


paralaks bar. Delapan unsur yang perlu diperhatikan dalam melakukan interpretasi foto
udara adalah sebagai berikut:
1. Rona atau warna
Gambaran tingkat kegelapan atau kecerahan atas tingkat kecerahan obyek yang terekam
pada foto udara. Rona dinyatakan dalam cerah, kelabu, kelabu gelap, dan gelap.
2. Bentuk
Variabel yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Dinyatakan dalam
bentuk bulat, empat segi panjang, segitiga, dan sebagainya.
3. Ukuran

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 93


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Atribut obyek pada foto udara yang antara lain berupa jarak, luas, kemiringan, isi dan
tinggi obyek.
4. Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada foto udara, atau pengulangan rona kelompok obyek yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan tingkatan
kasar, sedang, dan halus.
5. Pola
Pola atau susunan keruangan memberikan ciri bagi obyek bentukan manusia dan bagi
beberapa obyek alamiah lainnya. Pola dinyatakan sebagai kompak, teratur, tidak teratur,
atau agak teratur (campuran).
6. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang ada di daerah yang gelap.
Bayangan merupakan kunci interpretasi bagi beberapa obyek yang justru lebih mudah
dikenali dan lebih nampak dari bayangan, misalnya untuk jenis vegetasi.
7. Situs
Situs bukan merupakan ciri obyek, melainkan dalam kaitan dengan lingkungan
sekitarnya, dimana lebih berfokus pada letak obyek terhadap lingkungan sekitarnya.
Misalnya situs pohon kopi terletak di tanah yang kering karena tanaman kopi
memerlukan pengaturan air yang baik.
8. Asosiasi
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Contohnya stasiun kereta
api berasosiasi dengan rel kereta api dan deretan gerbong kereta api.

B. Citra Non Foto


Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera. Citra non
foto dibedakan atas:
1. Spektrum elektromagnetik
Citra non foto dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum elektromagnetik dibedakan
atas:
a) Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah
thermal. Penginderaan pada spektrum ini berdasarkan atas beda suhu obyek dan daya
pancarnya pada citra tercerrnin dengan beda rona atau beda warnanya.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 94


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

b) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif yaitu
dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan
sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
2. Sensor
Citra non foto berdasarkan sensornya dapat dibagi menjadi:
a) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
b) Citra multispektral, yakni cerita yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya
sempit, yang terdiri dari: Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera
yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non
fotografik.
c) Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum tampak
maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.
3. Wahana
Citra non foto dapat dibagi atas dasar wahana yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
a) Citra dirgantara (Airbone image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang
beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra lnfra Merah Thermal, Citra Radar dan
Citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.
b) Citra Satelit (Satellite/Spaceborne lmage), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau
angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya, yakni: Citra satelit untuk
penginderaan planet. Contoh: Citra Satelit Viking (AS), Citra Satelit Venera (Rusia).
c) Citra Satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra Meteor (Rusia).
d) Citra Satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra Landsat (AS), Citra
Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).
e) Citra Satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Citra Seasat (AS), Citra MOS (Jepang).

D. Latihan soal dan Tugas :


Pembelajaran di laboratorium dan tugas mingguan yang dikerjakan di rumah memberikan
pengetahuan dan berlatih melakukan interpretasi menggunakan Citra Foto Udara, sehingga
tercapai kompetensi kognitif, psikomotorik dan afektif bagi setiap praktikan.
1) Tugas di Laboratorium
a) Praktikan berlatih mengenali lembar foto udara dan stereoskop.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 95


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

b) Praktikan berlatih melakukan deskripsi/interpretasi foto udara.


c) Praktikan meminta paraf asisten sebagai bukti telah selesai berlatih mengenali foto
udara.
2) Tugas Mingguan
Praktikan bertugas menyalin kembali hasil interpretasi foto udara dengan mengetiknya
disertai lampiran hasil pengenalan obyek bentang alam yang diamati.

Format Penulisan Tugas Mingguan:


a) Kertas A4, 80 gram.
b) Forrnat pengetikan dengan margin (batas tepi) tulisan sebelah kiri: 3,5 cm; kanan: 2,5
cm; atas: 3 cm; dan bawah: 2,5 cm. Penulisan menggunakan font arial dengan ukuran
11.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 96


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

MATERI X
PENGENALAN PETA GEOLOGI &
INTERPRETASINYA

G. Nomor Praktikum : 11

H. Tujuan Praktikum :

6. Praktikan dapat mengenali elemen-elemen penting yang tertera pada peta geologi;
7. Praktikan dapat membaca peta geologi mencakup sebaran batuan, kontrol struktur
geologi, dan sejarah geologinya;
8. Praktikan dapat mengimplementasikan peta geologi dengan dunia pertambangan.

I. Pembahasan :

Peta geologi adalah salah satu jenis peta tematik yang dibangun oleh kemampuan
interpretatif dari seorang geolog terhadap fenomena geologi yang direkamnya. Peta geologi
dapat memberikan informasi umum kondisi geologi suatu daerah yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, seperti penataan ruang dan wilayah, zonasi daerah bencana
geologi, potensi sumber daya mineral dan energi, dan lainnya.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 97


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

GAMBAR 10.1
INFORMASI GEOLOGI DIGAMBARKAN SEBAGAI PETA & PENAMPANG GEOLOGI

Komponen utama dalam peta geologi adalah simbol, warna, dan notasi atau label yang
bermakna menjelaskan elemen geologi yang direkam di dalam peta. Dengan demikian,
kemampuan obeservasi dan interpretasi terhadap data geologi adalah kunci dalam
penggambaran peta geologi.
Peta topografi mendasari pembuatan peta geologi. Indeks kontur tergambar pada peta
geologi untuk mempelihatkan ekspresi morfologi. Pada peta geologi memberikan informasi
jenis batuan, struktur geologi, dan lainnya menggunakan simbol, warna, dan pola.

GAMBAR 10.
INDEKS KONTUR MEMBERIKAN INFORMASI MORFOLOGI SUATU DAERAH DI
DALAM PETA GEOLOGI

Pembacaan peta geologi didasarkan atas simbol, warna, dan notasi atau label yang
mewakili unsur geologi di lapangan (data survei). Oleh karena itu, pembacaan harus
didasarkan oleh pengetahuan dasar untuk mengerti ragam batuan dan jenis struktur geologi
yang digambar dalam dua dimensi (2D) dalam bentuk.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 98


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Pola garis pada peta geologi bermakna banyak sekali. Garis dapat menandakan kontak
antara lapisan batuan, kekar, sesar, kedudukan lapisan batuan.

GAMBAR 10.
SIMBOL, WARNA, DAN NOTASI (LABEL) PADA PETA GEOLOGI

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 99


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

Hal terpenting untuk memahami batuan adalah memperhatikan bentuk kontak antar
satuan batuan. Tipikal batuan beku, batuan metamorf, dan batuan piroklastik tidak
menunjukkan pola tertentu. Biasanya menunjukkan pola tidak beraturan. Berbeda dengan
batuan sedimen yang menunjukkan pola beraturan.
Pola kontak batuan sedimen dikontrol oleh struktur lipatan, sehingga kontak antar
lapisan batuan dapat menunjukkan pola paralel atau mengkurva. Struktur lipatan tegak
(upright folds), maka kontak antar batuan sedimen memberikan pola perlapisan yang
paralel. Struktur lipatan menunjam (plunging folds) membentuk pola perlapisan yang
mengkurva (bentuk lekungan).
Untuk memudahkan memahami secara ruang, maka ragam batuan dan kedudukan
struktur menjadi kunci dalam pembacan peta geologi. Pada daerah dengan kedudukan lapisn
batuan yang miring, maka ekspresi pada peta (permukaan bumi) adalah pola kontak antar
satuan batuan yang paralel.
Pembacaan peta geologi perlu memperhatikan juga morfologinya. Pola sebaran batuan
akan terpengaruh bentuk morfologi terutama pada peta skala detil. Pada daerah lembah
dapat membuat pola lengkung karena kedudukan lapisan batuan yang searah dengan
kemiringan lereng.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 100


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

GAMBAR 10.
POLA PENYEBARAN BATUAN

Pola perlapisan batuan dapat menunjukkan kelompok batuan yang berbeda waktu
pengendapannya. Satu seri pengendapan sedimen dapat terganggu karena deformasi
tektonik, sehingga batuan itu terangkat dan tererosi. Sedimentasi menyebabkan hadirnya
seri pengendapan berikutnya yang menutupi seri pengendapan sebelumnya. Kadangkala
membentuk kontak yang menunjukkan ketidakselarasan menyudut (angular unconformity)
di antara kedua seri pengendapan tersebut.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 101


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

GAMBAR 10.
ANGULAR CONFORMITY YANG TERJADI PADA SERI PENGENDAPAN SEDIMEN

Pola ketidakselarasan itu merupakan bentuk permukaan erosi pada seri batuan
sebelumnya. Adapun jenis batuan yang menutupnya dapat batuan atau endapan kuarter
seperti endapan sungai atau batuan piroklastik.
Pembacaan petageologi dapat dibantu dengan memperhatikan penampang geologinya.
Pola strukstur geologi dan hubungan tua-muda dari ragam batuan dapet dengan mudah
dipahami. Pembacaan pada penampang geologi perlu memperhatikan aspek morfologi
permukaan, kontak lapisan batuan berdasarkan data permukaan, dan rekontruksi struktur
geologi.

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 102


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

GAMBAR 10.
PENAMPANG GEOLOGI

Pembacaan peta geologi untuk memahami sejarah geologi dengan mudah dapat
dipahami dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Kenali jenis dan pola batuannya, temukan pada legenda peta;
2) Perhatikan struktur geologinya;
3) Perhatikan gambaran vertikal peta geologi melalui penampang geologi;
4) Pahami hubungan poin 1, 2, dan 3 di atas untuk memahami urutan proses
pembentukan satuan batuan (tua-muda) dan proses geologi, seperti proses tektonik,
vulkanisme, dan intrusi.
5) Tuliskan sejarah geologi.

J. Soal Latihan Dan Tugas


Pembelajaran di laboratorium atau soal latihan dan tugas mandiri yang dikerjakan di
rumah memberikan pengetahuan dan melatih praktikan agar mampu mengenali elemen
peta geologi dan menjelaskan sejarah geologinya, sehingga tercapai kompetensi kognitif,
psikomotorik, dan afektif bagi setiap praktikan.
a. Soal Latihan
i. Praktikan diminta belatih membaca peta geologi yang dibagikan;
ii. Praktikan belajar menentukan dan mendeskripsikan:
✓ Morfologi

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 103


Teknik Pertambangan
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Universitas Sriwijaya

✓ Ragam batuan (jenis atau formai batuan)


✓ Jenis struktur geologi (sesar dan lipatan)
✓ Umur pembentukan batuan dan kejadian geologi seperti pengangkatan, intrusi,
letusan gunung api, dan seterusnya.
c) Praktikan menuliskan sejarah geologi dari lembar peta tersebut.
2) Tugas Mingguan
a) Praktikan membaca peta geologi lainnya untuk dapat mengerti kondisi geologi pada
peta tersebut (lakukan empat hal seperti pada butir b pada tugas laboratorium);
b) Praktikan menuliskan sejarah geologi dari daerah tersebut (sesuai dengan peta yang
dibacanya).

LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 104

Anda mungkin juga menyukai