MATERI I
MINERALOGI
A. NOMOR PRAKTIKUM : I
B. TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Praktikan dapat mengidentifikasi beberapa jenis mineral dengan pendekatan Sifat-sifat
fisiknya;
2. Praktikan dapat mengenali mineral-mineral sebagai materi penyusun batuan.
C. PEMBAHASAN :
Pengertian mineral secara umum adalah padatan homogen alami, terbentuk secara
anorganik, dengan komposisi kimia tertentu dan mempunyai susunan atom tertentu juga.
Mineral juga dapat didefinisikan sebagai :
1. Mineral dalam pengertian geologi adalah suatu bahan yang terbentuk secara alamiah
berupa padatan kristalin yang inorganik (Monroe & Wicander, 1997)
2. Mineral tersusun oleh sejumlah atom yang membentuk kerangka 3 dimensi tertentu dan
memiliki sejumlah keteraturan yang berpengaruh terhadap perawakan mineral.
3. Kristalinitas terkait dengan keteraturan dalam sususnan atom dan kalu tidak teratur
disebut amorphous.
Berdasarkan pengertian di atas, maka kristalisasi mineral berhubungan dengan
pendingin magma.
Proses pembentukan mineral terjadi secara perlahan-lahan mengikuti perubahan
tekanan (P) dan temperatur (T) di alam. Mineral yang terbentuk dapat berasal dari
1. Pendinginan magma untuk mineral-mineral pembentuk batuan beku
2. Prestipasi kimiawi atau biokimiawi untuk mineral pembentuk btuan sedimen
3. Metamorfosis yang mengubah mineral yang sudah terbentuk terlebih dahulu supaya
stabil pada kondisi lingkungan yang baru (perubahan P dan T).
Magma yang naik ke permukaan bumi akan mengalami penurunan T dan P. Kondisi
ini menyebabkan lingkungan pembentukan mineral berubah menjadi dangkal hingga
muncul ke permukaan. Implikasi perubahan tersebut adalah terbentuk deret mineral untuk
lebih jelas dipelajari pada deret reaksi Bowen (Bowen reactions series.
Deret mineral akan memperlihatkan variasi komposisi pembentuk mineral secara kimiawi.
Komposisinya sangat erat hubungannya dengan asal magmanya
Presipitasi kimiawi terutama berkaitan dengan evaporasi air laut, ataupun presitipasi
pada kondisi jenuh CaCO3 berupa mud carbonate yang mengikat partikel seperti mineral,
cangkang binatang, atau pecahan kerang. Mineral utamanya adalah kelompok mineral karbonat
seperti anhydrite, calcite, dolomite, dll.
Metamorfosis adalah proses yang mengubah mineral menjadi mineral baru. Mineral
yang terbentuk dapat menjadi mineral baru, atau justru masih mineral lama namun memiliki
sifat fisik yang lebih keras dari kondisi sebelumnya. Misalkan Andalusite terubah menjadi
kyanite, quartz terubah menjadi quartz (pada kondisi baru), dan calcite (batuan sedimen)
menjadi calcite (pada kondisi baru).
quartz yang aslinya tidak bewarna dapat berubah warna menjadi violet, merah
muda, coklat kehitaman, dll
b. Perawakan Kristal (Crystal Habits)
Mineral memiliki bentuk kristal yang bervariasi. Karenanya sering dijumpai
berbagai sistem kristal. Namun, untuk mendapatkan mineral yang memiliki bidang
kristal yang sempurna sangat jarang. Pada proses di alam seringkali terjadi gangguan
yang menghambat pertumbuhan kristal. Karena itu bidang-bidang kristal tidak jelass
sehingga kesulitan untuk mengkategorikan ke dalam sistem kristalografinya. Oleh
karena itu mineral dikenali dari perawakan kristal, yakni bentuk khas dari mineral.
Pengenalan perawakan kristal dapat menentukan penamaan jenis mineral.
Menurut Richard Pearl (1975), perawakan kristal dibagi memjadi :
1) Elongated Habit ( Meniang / Berserabut )
a) Meniang (Columnar); bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang.
Misal : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite.
b) Menyerat (Fibrous); bentuk kristal yang menyerupai serat – serat.
Misal : Asbestos, Tremolit, Gypsum, Silimanite.
c) Menjarum (Acicular); bentuk kristal yang menyerupai jarum – jarum.
Misal : Natrolite, Glaucophane.
d) Menjaring (Reticulate); bentuk kristal kecil dan panjang menyerupai jaring.
Misal : Rulite, Cerussite.
e) Membenang (Filliform); bentuk kristal kecil – kecil menyerupai benang.
Misal : Silver.
f) Merabut (Capillery); bentuk kristal kecil – kecil menyerupai rambut.
Misal : Cuprite, Bysolite.
g) Mondok (Stout,Stubby, Equant); bentuk kristal pendek dan gemuk, sering terdapat pada
kristal – kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya. Misal : Zircon.
h) Membintang (Stellated); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.
Misal : Pirofilit.
i) Menjari (Radiated); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari – jari. Misal :
Markasit.
2) Flattenad Habit (Lembaran Tipis)
a) Membilah (Bladed); bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu
dengan perbandingan antara lebar dan tebal sangat jauh.
Misal : Kyanite, Kalaverit.
b) Memapan (Tabular); bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan,dimana
perbandingan lebar dan tebal tidak terlalu jauh.
Misal : Barite, Hypersthene.
c) Membata (Blocky); bentuk kristal yang tebal menyerupai bentuk bata, dengan
perbandingan lebar dan tebal hampir sama.
Misal : Calcite, Microcline.
d) Mendaun (Foliated); bentuk kristal pipih melapis (lamellar) dengan perlapisan yang
mudah dikupas / dipisahkan.
Misal : Mika, Chlorite.
e) Memencar (Divergent); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas yang
terbuka.
Misal : Aragonite, Millerite
f) Membulu (Plumose); bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Misal :
Mika.
c. Kilap (Luster)
Suatu mineral dapat terkena sinar cahayanya akan memberikan kilap mineral. Dapat
juga diartikan sebagai kesan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya yang dikenakan
padanya, atau intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan kristal Intensitas kilap
tergantun dari indeks bias mineral. Nilai indeks bias yang tinggi maka akan semakin besar
jumlah-jumlah cahaya yang dipantulkan. Ada tiga kilap yang umum.
1) Kilap Metalik atau Logam (Metalic Luster)
Kilap ini memiliki indeks bias sama dengan 3 atau lebih.
Contoh : Galena, Native metal sulphide, dan Pyrite
2) Kilap Sub-Metalik (Sub-Metalic Luster)
Biasanya kilap ini memiliki indeks bias antara 2,6 s.d 3
Contoh : Cuprite (n=2,85), Cinnabar (n=2,90), Hematite (n=3,00) dan Alabandite
(n=2,70)
3) Kilap Bukan Logam (Non-Metalic Luster)
Umumnya mineral dengan warna terang dan dapat dibiaskan. Indeks biass biasanya
kurang dari 2,5. Untuk kilap ini banyak jenisnya, yakni sbb.:
a) Kilap kaca (Vitreous Luster)
Kilap ini ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas. Misal quartz, sulphates, garnet,
leucite, corundum.
b) Kilap Intan (Addamanite Luster)
Kilap yang sangat cemerlang. Misal diamond, caassssiterite, sulphur,
sphalerite, zircoon, rutile.
c) Kilap Lemak (Greasy Luster)
Kilap seperti lemak. Misalnya, nepheline yang sudah teralterasi, dan halte yang
sudah teroksidasi
d) Kilap Lilin
Kilap seperti lilin. Misal serpentine, dan carargyite.
e) Kilap Sutra (Silky Luster)
d. Kekerasan (hardness)
Beberapa mineral dikenali dari kekerasan dari minerralnya. Kekerasan (hardness)
yang dimaksud adalah kemampuan mineral terhadap abrasivitas. Adapun urutan mineral-
mineral berikut menandakan tingkat kekerasan dari mineral tersebut (Tabel 1)
Penentuan kekerasan mineral secara relatif daapat ditentukan secara sederhana.
Beberapa penddekatan misalnya adalah sebagai berikut:
a) Kuku jari manusia H = 2,5
b) Kawat tembaga H=3
c) Pecahan kaca H = 4,5
d) Pisau baja H = 5,5
e) Kikir baja H = 6,5
f) Lempeng baja H=7
Cara peggunaan alat di atas sebenarnya meupakan pendekatan untuk menentukan
kekerasan suatu mineral. Misal, suatu miineral tidak dapat digores oleh kuku jari manusia,
namun tergores oleh kawat tembaga, maka interprestasinya adalah mineral tersebut
memiliki kekerasan antara 2,5 dan 3.
Tabel 1. Skala kekerasan menurut Freedrich Mohs
Skala Mineral Rumus kimia
1. Talk (Mg3Si4) 10(OH)2
2. Gypsum CaSO4.2H2O
3. Calcite CaCO3
4. Flourite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclase K(AISi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz AI2SiO4(FOH)2
9. Corundum AI2O3
10. Diamond C
e. Gores (Streak)
Warna dari serbuk mineral adalah gores. Minerral yang digoreskan pada lempeng
porselin kasar akan meninggalkan warna goresan. Warna gores dapat sebagai penentu
mineral tertentu.
Mineral dengan warna terang cenderung punya warna gores putih atau tidak
bewarna. Contohnya adalah quartz, gypsum dan calcite.
Mineral dengan warna gelap atau mineral non-logam memberikan warna yang lebih
terang dari warna aslinya. Misal leucite bewarna abu-abu mempunyai gores putih. Dolomite
bewarna kuninng – merah jambu mempunyai gores putih
Namun ada juga gores suatu mineral yang lebih gelap dari warna aslinya. Misal
Pyrite berwarna kuning yang mempunyai gores warna hitam. Copper berwarna merah
tembaga mempunyai gores hitam. Hematite berwarna abu-abu kehitaman mempunyai gores
merah.
Walaupun begitu juga ada warna gores mineral yang sama dengan warna aslinya.
Misal, Cinnabar mempunyai warna asli dan gores merah. Magnetite yang warna asli dan
gores hitam. Lazurite mempunyai warna asli dan gores biru.
Sebagai perhatian, mineral yang dapat digores biasanya memiliki kekerasan kurang
dari 6. Namun, gores pada mineral yang lebis keras dapat ditentukan dengan cara
menumbuknya menjadi bubuk halus/tepung.
f. Belahan (Cleavage)
Mineral mengalami tekanan sehingga retak yang permukaannya mengikuti struktur
kristalnya. Retakan demikian disebut sebagai belahan. Jenis belahan ada lima.
1) Belahan sempurna (Perfect Cleavege), mineral mudah membelah melalui bidang yang
rata dan sukar membelah kecuali melalui bidangnya. Misal calcite, muscovite, galena
dan halite.
2) Belahan baik (Good Cleavage), mineral mudah mengalami pecah melalui bidang belah
ataupun memotong bidang belah. Misal feldspar, augite, hyperstene.
3) Belahan jelas (Distinct), bidang belah terlihat jelas namun sukar membelah. Misal
staurolite, scapolite, hornblende, anglesite, feldspar, dan scheelite.
4) Belahan tidak jelas (Undistinct), mineral menunjukkan bidang belahan yang masih
nampak jelas, tapi kemungkinan membentuk belahan dan pecahan sama besar. Misal
beryl, platinum, corundum, gold, magnetite.
5) Belahan tidak sempurna (Imperfect), tidak jelas permukaan bidang belahan, n kalau
pecah akan melalui bidang yang tidak rata. Misal apatite, cassiterite, native sulphur.
g. Pecahan
Mineral dapat mengalami retak atau pecah, namun pecahannya tidak beraturan.
Terdapat enam pecahan.
a. Pecahan Conchoidal yaitu pecahan yang menyerupai pecahan botol atau mengulit
bawang. Misal quartz, cerrusite, zircon, obsidian.
b. Pecahan Hackly (Runcing) yaitu seperti pecahan besi runcing-runcing tajam kasar tak
beraturan atau seperti bergerigi. Misal gold, silver, platinum, cooper.
c. Even (Datar/Rata) yaitu pecahan dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
bidang pecahan masih mendekati bidang datar. Misal muscovite, biotite, talc.
d. Uneven yaitu pecahan yang menunjukkan bidang pecahan kasar dan tidak beraturan.
Kebanyakan mineral memiliki pecahan ini. Misal calcite, rutile, marcasite, rhodonite,
chromite, pyrolusite, geothite,dan orthoclase.
e. Pecahan Splintery (Berserat/Fibrous) yaitu pecahan yang hancur kecil-kecil dan tajam
menyerupai benang atau berserabut. Misal fluorite, anhydrite, antigorite, dan serpentine.
f. Pecahan Earthy yaitu pecahan mineral yang hancur seperti butir-butir tanah. Misal
kaoline, biotite, muscovite, dan talc.
h. Ketahanan (Tenacity)
Merupakan tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Dalam hal ini
terdiri dari 6 yaitu,
a. Brittle (Rapuh) adalah mineral yang mudah hancur. Misal calcite dan quartz.
b. Elastic (Lentur) adalah mineral mudah dibentuk, namun dapat kembali ke bentuk semula.
Misal muscovite dan hematite tipis.
c. Flexible yaitu mineral yang dapat dibentuk, namun ke bentuk semu tidak dapat semula.
Misal talc dan gypsum.
d. Malleable (dapat ditempa) yaitu mineral yang dapat dibelah menjadi lembaran-lembaran.
Misal gold dan silver.
e. Sectile (Dapat Diiris) yaitu mineral yang dapat dipotong dengan pisau. Misal gypsum
dan cerargyrute.
f. Ductile (Dapat Dipintal) yaitu dapat dibentuk menjadi tipis. Misal olivine dan copper.
Dimana
SG = Berat Jenis
W1 = Berat butir mineral saat ditimbang
W2 = Berat gelas ukur yang diisi air
W3 = W2 ditambah berat mineral yang dimasukkan kedalamnya
j. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifaat mineral terhadap gaya tarik magnet, ini dapat dibagi
menjadi 3 :
1) Ferromagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang sangat kuat. Misal magnetite dan
pyrhotite
2) Paramagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang cukup kuat. Misal pyrite
3) Diamagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang lemah. Misal kuarsa, gypsum, dll
Mineral yang membentuk batuan metamorf adalah mineral asal batuan batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang terubah karena proses metamorfosis.
Proses metamorfisme mengubah mineral menjadi kondisi berikut, yaitu pertama,
terbentuk mineral baru, dan/atau kedua, membentuk mineral yang sama namun memiliki
sifat yang berbeda karena menyesuaikan kondisi lingkungan yang baru.
Sebagai contoh perubahan pada kondisi pertama yaitu mineral Olivine terubah
menjadi asbestos, dan mineral hornblende membentuk serpentine. Sedangkan, perubahan
pada kondisi kedua yaitu mineral calcite, dan quartz tetap menjadi quartz.
Setidaknya terdapat lima kelompok mineral yang membentuk ketiga jenis batuan, yaitu
mineral ferromagnesian sillicates, Non-ferromagnesian silicates, carbonates, sulfates, dan
halides. Kelila kelompok mineral tersebut dijelaskan komposisi yang membangunnya dan
kemungkinan keterdapatannya pada jenis batuan tertentu (Tabel 2).
Tabel 2. Mineral utama dalam batuan
NO MINERAL KOMPOSISI KEJADIAN
UTAMA
1 Ferromagnesian
Sillicates : (Mg,Fe)2SiO4 Batuan Beku
Olivine
Amphibole group Hydrous Na, Ca, Mg, Fe, Batuan Beku dan
Hornblende (sangat Al silicate Metamorf
umum)
Hydrous K, Mg, Fe Semua Jenis
silicate Batuan
Biotite
2 NonFerromagnesian
Sillicates :
Quartz SiO2 Semua Jenis
batuan
Pottasium feldspar group KalSi3O8 Semua Jenis
Orthoclase, microline Variasi dari CaAl2SiO8- batuan
NaAlSi3O3 Semua Jenis
batuan
Plagioclase feldspar group Hydrous K, Al silicates Semua Jenis
batuan
Muscovite Bervariasi Tanah dan batuan
Clay mineral group sedimen
3 Carbonates :
Calcite CaCO3 Batuan sedimen
Dolomite CaMg(CO3)2 Batuan sedimen
4 Sulfates :
Anhydrite CaSO4 Batuan sedimen
Gypsum CaMg(CO3)2 Batuan sedimen
5 Halides :
Halite NaCl Batuan Sedimen
4. Klasifikasi Mineral
Atas dasar elemen atau senyawa yang hadir dalam mineral dapat diklasifikasi menjadi :
a. Native Elements
Kelompok mineral ini mengandung satu jenis unsur kimia dan merupakan
kelompok paling jarang dijumpai dalam mineral. Karena kelengkapannya maka native
elemen sebagian merupakan mineral berharga. Kelompok ini dicirikan dengan sifat
dalam pada umumnya meleable dan ductile dan mempunyai BJ yang cukup tinggi (6-
22). Kelompok ini dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Metal (logam)
Emas (Au), Perak (Ag), native copper (Cu), dan platina (Pt) yang kesemuanya
mempunyai sistem kristal isometrik.
2. Semi logam
Arsenik (As) dan bismuth (Bi) yang keduanya mempunyai sistem kristal
heksagonal.
3. Non logam
Belerang (S), Intan (C), Graphite (C)
b. Kelompok Sulfida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus anion (S2-), yaitu merupakan kombinasi
antara logam atau semi logam dengan belerang (S), biasanya terbentuk pada urat batuan
dan hasil dari larutan hidrotemal. Biasanya berwarna cerah.
Contoh : Kalkosit (CU2S), Galena (PbS), Kalkopirit (CuFeS2), Pyrite (Fes2), Markasit
(FeS2), Arsenopyrite (FeAsS), Bornite or peacock ore (Cu5FeS4 (B4)
c. Kelompok Oksida dan Hidroksida
Kelompok oksida merupakan kombinasi antara oksigen dengan satu macam atau lebih,
yaitu dicirikan oleh gugus anion (O2-). Berdasarkan perbandingan antara logam
dengan oksigen (X dan O), maka kelompok oksida dapat dikelompokkan menjadi oksida
sederhana dan oksida kompleks.
Contoh :
Tipe X2O dan XO : kuprit (Cu2O)
Tipe X2O (grup hematit) : korundum (Al2O3, S)
Tipe XO2 (grup rutil) : pirolusit (MnO2)
Tipe XY2O4 : Magnetit (Fe3O4)
Kelompok hidroksida dicirikan oleh adanya gugus hidroksil (OH-), atau molekul
H2O yang membuat daya ikatannya secara struktur lebih lemah dari oksida. Contoh :
magnetite (MnO(OH), geothite-limonite (Fe2O3.H2O), Es (H2O), Diaspore (AlO(OH)),
Manganite (MnO(OH)), limonit (FeO(OH).nH2O), Bauksit (Al(OH).nH2O).
d. Kelompok Halida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif. Seperti
: Cl-, Br-, F-, I-, dan Di-. Pada umumnya mempunyai BJ yang rendah (<5). Contoh : Halite
(Nacl), fluorite (CaS2).
e. Kelompok Karbonat
Kelompok ini dicirikan dengan adanya gugus anion yang kompleks, yaitu CO32-.
Hadirnya ion H+ akan menyebabkan mineral-mineral menjadi tidak stabil dan akan
memutuskan ikatannya untuk membentuk air dan CO2. Reaksinya disebut Fizz Test dengan
asam (HCl) yang paling banyak digunakan dalam identifikasi karbonat. Contoh : Kalsit
(CaCO3), aragonit (CaCO3) dan dolomit CaMg(CO3)2.
f. Kelompok Sulfat
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus anion SO42- dan pada umumnya
mempunyai kilap non logam (kaca, lemak atau sutra) dan terbentuk melalui larutan. Contoh
: Gypsum (CaSO4.2H2O), Anhydrite (CaSO4), Barite (BaSO4), Celestit (SrSO4), Angelsit
(PbSO4).
g. Kelompok Phospat
Kelompok ini dicirikan oleh danya gugus PO43- dan pada umumnya mempunyai
kilap kaca atau lemak. Contoh : apatite (CaF(PO4)3, vanadine (Pb5Cl(PO4)3, Monazit
((Ca,La,Di)PO4), Turquois (Al2(OH)3PO4.H2O), Lazulit (MgAl2(OH)2(PO4)2).
h. Kelompok ini meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang dikenal 40% dari mineral yang
umum dijumpai pada batuan. Mineralnya mengandung ikatan antara unsur Si dengan unsur
O. Bentuk struktur ikatannya yang bermacam-macam digunakan sebagai dasar
pengelompokkan. Silikat merupakan gugus molekul yang mengandung SiO4 tetrahedral.
Mineral dari kelompok silikat biasanya banyak digunakan sebagai dasar klasifikasi dan
penamaan batuan, terutama batuan beku (lihat Reaction Bowen’s Series)
Contoh :
• Kuarsa (SiO2) dan varietasnya : amethyst, carnelian, krisopras, bloodstone, agate, onyx,
flint, chert, jasper, dll.
• Mika (muscovite = Kal2(OH)2AlSi3O10)).
• Mineral lempung (kaolin dan bentonit).
• Plagioklas ((Na,Ca)AlSi3O8)).
• Ortoklas (KalSi3O8)
• Amphibolit (hornblende = (Ca2(Mg,Fe)4Al(OH)2(AlSi7O22)).
• Olivin, Piroksen (augit), Garnet
a. Mineraloid adalah zat atau benda padat bersifat alamiah dan terbenuk melalui proses
anorganik, tetapi bersifat amorf, tidak mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tertentu,
serta tidak mempunyai warna yang tertentu pula, contoh : obsidian dan opal
b. Pseudomorf adalah kristal yang mengalami perubahan komposisi kimianya, tetapi
bentuk kristalnya tetap.
c. Isomorf adalah mineral yang mempunyai bentuk/sistem kristal (sifat fisik) sama, tetapi
komposisi kimianyo berbeda. Contoh : pyrite (FeS2) dengan galena (PbS) yang
mempunyai sistemkristal isometrik, kalsit (CaCO3) dengan dolomit (CaMg(CO3)2) yang
mempunyai sistem kristal trigonal.
d. Polymorf / allotropi adalah mineral yang mempunya komposisi kimia (sifat kimia)
sama, tetapi bentuk / sistem kristalnya (sifat fisik) berbeda, contoh : lihat tabel dibawah
ini.
Tabel 3. Contoh Polymorf / allotropi
No. Unsur/Senyawa Nama Mineral Sistem Kristal
1. C Graphite Hexagonal
Intan Isometrik
2. CaCO3 Kalsit Hexagonal
Aragonit Orthorombik
3. FeS2 Pyrite Isometrik
Marcasite Orthorombik
6. Maseral
Jika mineral merupakan benda padat anorganik, maka berbeda dengan maseral yaitu
termasuk benda atau zat organik. Mineral dalam batuan sedimen anorganik dapat dipandang
setara dengan maseral, bedanya ialah maseral menunjukkan modifikasi struktur dan susunan
kimia yang bertahap selama proses pembentukan batu bara. Dalam petrografi batubara,
maseral dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok (group) yang didasarkan pada bentuk
morfologi, ukuran, relief, struktur dalam, komposisi kimia warna pantul, intensitas refleksi
dan tingkat pembatubaraannya (dalam “Coal Petrology” oleh Stach dkk, 1982), yaitu :
a. Kelompok Vitrinite
Vitrinite berasal dari tumbuhtumbuhan yang mengandung serat kayu (woody tissue)
seperti batang, akar, dahan dan serat daun, umumnya merupakan bahan pembentuk utama
batubara (>50%), melalui pengamatan mikroskop refleksi, kelompok ini berwarna coklat
kemerahan hingga gelap, tergantung dari tingkat ubahan maseralnya. Kelompok Vitrinit
dibagi menjadi 3 sub grup maseral, yaitu Telovitrinit, Detrovitrinit, dan Gelovitrinit.
1) Sub grup Telovitrinit memiliki 4 macam maseral batubara, yaitu :
a) Tekstinite,
b) Tekto-ulminite,
c) Eu-ulminite, dan
d) Telocolinite.
2) Kemudian sub grup Detrovitrinit memiliki 3 macam maseral batubara, antara lain :
a) Attrinite,
b) Densinite, dan
c) Desmocolinite.
3) Sub grup Gelovitrinit juga memiliki 3 macam maseral batubara, antara lain :
a) Corpogelinite,
b) Porigelinite, dan
c) Eugelinite.
8) Eksudanite
9) Bituminite
c. Kelompok Inertinite
Inertinite berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar (charcoal) dan sebagian lagi
diperkirakan berasal dari maseral lain yang telah mengalami proses oksidasi atau proses
dekarboksilasi yang disebabkan oleh jamur atau bakteri (proses biokimia). Kelompok
ini berwarna kuning muda, putih sampai kekuningan bila diamati dengan mikroskop
sinar pantul, karakteristik lainnya adalah reflektansi dan reliefnya tinggi dibanding
maseral yang lain.
Kelompok Inertinite memiliki 3 sub grup maseral batubara, yaitu Telo-
inertinite,Detroinertinite, dan Gelo-inertinite. Sub grup Telo-inertinite memiliki 3
maseral batubara, antara lain :
1) Fusinite
2) Semi Fusinite
3) Seklerotinite
MATERI II
BATUAN BEKU
A. Nomor Praktikum : 3
B. Tujuan Praktikum:
Adapun tujuan dari praktikum mengenai materi batuan beku adalah sebagai berikut:
1) Praktikan dapat mengenali ciri-ciri batuan beku dan membedakannya dengan jenis
batuan lainnya, seperti batuan sedimen atau piroklastik dan batuan metamorf.
2) Praktikan dapat memahami hubungan tekstur batuan beku dengan kemungkinan genesa
pada batuan beku.
3) Praktikan dapat memberikan penamaan pada jenis batuan (determinasi batuan beku).
C. Pembahasan
Batuan adalah segala macam material padat yang menyusun kulit bumi atau kerak
bumi, baik yang telah padu maupun lepas. Jenis batuan dikelompokkan menjadi tiga jenis,
yaitu batuan beku (igneous rocks), batuan sedimen (sedimentary rocks), dan batuan
metamorf (metamorphic rocks).
1. Proses Pembentukan Batuan
Setiap batuan (igneous rocks, sedimentary rocks, metamorphic rocks) pasti
mengalami proses pembentukan batuan. Pada proses pembentukan batuan tersebut,
terdapat kesinambungan yang sangat erat seperti dijelaskan pada daur pembentukan
batuan (Gambar 3.1). Bermula dari magma sebagai larutan pijar yang mengandung
Silikon (Si), Oksigen (O2), Aluminium (Al), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K),
Besi (Fe), dan Magnesium (Mg) akan mengalami pendinginan dan kristalisasi
membentuk mineral yang menyusun batuan beku.
Batuan beku dan termasuk dua jenis batuan lain yakni batuan sedimen dan
batuan metamorf yang telah terbentuk terlebih dahulu (pre-existing rocks) mengalami
pelapukan kimiawi dan fisik sehingga pecahan batuan mudah untuk dierosi dan
ditransportasi terutama oleh media air dan kemudian mengendap sebagai sedimen di
suatu cekungan. Sedimen kemudian mengalami diagenesis, yakni proses simultan yang
antara lain melibatkan proses kompaksi dan sementasi sehingga menjadikan
sedimen menjadi kompak membentuk batuan sedimen.
Batuan sedimen bersama batuan beku dan batuan metamorf dapat mengalami
perubahan yang berasal dari faktor lingkungan sehingga terjadi penambahan tekanan dan
temperature akibat proses metamorphosis membentuk batuan metamorf. Selanjutnya,
penambahan panas terutama pada daerah subduksi, dimana lempeng samudra menyusup di
bawah lempeng benua menyebabkan batuan mengalami peleburan (melting).
disebut sebagai batuan beku pluton (plutonic rocks) atau sering disebut juga sebagai batuan
beku intrusif.
Magma yang menerobos dapat mencapai permukaan. Manifestasi dari capaian
magma mencapai permukaan ditujukan sebagai aktivitas gunungapi (volcanic activity).
Magma lelehan yang mengalir keluar dari kepundan disebut sebagai lava. Lava yang
mendingin membentuk batuan beku ekstrusif.
Intrusi batuan beku merupakan massa batuan yang terbentuk ketika magma mengalami
pendinginan di bawah permukaan bumi. Intrusi biasanya diklasifikasikan berdasarkan ukuran,
bentuk dan hubungannya dengan batuan yang lebih tua yang mengelilinginya. Tubuh intrusi
batuan beku yang penting adalah batholiths, stocks, dikes, sills dan laccoliths (Gambar 3.2).
Batholits adalah massa batuan kristalin berukuran butir kasar, umumnya berkomposisi
granitic dan merupakan tubuh batuan terbesar di kerak bumi. Contoh, Idaho batholit tersingkap
seluas ~ 41.000 km2.
Stocks adalah tubuh intrusi dengan daerah singkapan yang kurang dari 10 km2.
Umumnya berkomposisi granitic dengan tekstur porphyritic dengan massa dasar berbutir halus.
Kebanyakan terdapat deposit perak, emas timah, zinc dan tembaga diendapkan pada rekahan
dan membentuk veins yang meluas dari stock hingga batuan disekitarnya.
Dikes adalah bektuk aktivitas batuan beku yang sempit dan tabular. Dike terbentuk
ketika magma masuk kedalam rekahan disekitar batuan samping kemudian mendingin. Lebar
dikes dapat sekitar beberapa centimeter hingga ratusan meter. Dike terbesar diketahui di
Zimbabwe dengan panjang 600 km dan lebar rata-rata 10 km.
Sill adalah bentuk tabular yang parallel dan concordant terhadap perlapisan. Magma
yang naik selalu mengikuti daerah yang kurang resisten.jika jalur yang di lewatinya seperti
bidang perlapisan,maka magma akan menerobos diantara lapisan. Sill dapat terlihat seperti
aliran lava yang tertimbun yang berada dalam sekuen batuan sedimen. Bagaimanapun sill
merupakan intrusi sehingga berbeda dengan lava yang tertimbun oleh sedimen diatasnya.
Perhatian harus difokuskan pada daerah kontak untuk mendapatkan bukti-bukti
intrusi,seperti ditemukannya alterasi dan rekristalisasi pada batuan disekitarnya dan bukti
inclusion berupa block atau potongan batuan samping.
Laccoliths adalah bentuk lensa dengan bagian dasar datar dan bagian atas yang
mengkurva. Biasanya bertekstur porfiritik (porphyritic texture).
Gambar 3.3 Klasifikasi batuan beku yang umum digunakan didasarkan pada komposisi
(Hamblin & Christiansen, 1995)
Penamaan batuan tertera pada table tersebut seperti rhyolite, andesite, dan basalt
untuk jenis batuan dan genesanya berkaitan dengan magma ekstrusif.
Sedangkan batuan granite, diorite, gabbro dan peridotite adalah berkaitan dengan magma
intrusif.
Temperatur pada saat kristalisasi menentukan terbentuknya jenis mineral dan assosiasi
mineralnya. Kristalisasi memunculkan mineral yang tertentu sesuai dengan kondisi komposisi
asal magma. Pada magma basa terbentuk mineral-mineral yang cendrung berwarna gelap.
Sedangkan pada magma asam cendrung membentuk mineral-mineral berwarna terang
(Gambar 3.4).
1. Soal
a. Sebutkan pengertian batuan beku menurut bahasa sendiri dan apa kegunaan batuan
beku?
b. Jelaskan secara singkat bagaimana pembentukan suatu batuan beku?
c. Sebutkan ciri-ciri batuan beku yang membedakannya dengan batuan lain?
d. Bagaimana cara mendeterminasikan batuan beku?
e. Apa hubungan tekstur batuan beku dengan kemungkinan genesa pada batuan beku
tersebut?
2. Tugas
a. Tugas di Laboratorium
1) Praktikan diminta mengidentifikasikan jenis batuan beku dan berlatih
memberikan penamaan batuan atas contoh-contoh batuan beku dengan
pendekatan tekstur dan komposisi batuan secara mengaskopis.
2) Praktikan melakukan deskripsi 5 contoh batuan beku yang berbeda
menggunakan Lembar Deskripsi Batuan Beku.
3) Praktikan meminta paraf asisten sebagai bukti telah selesai mendeskripsikan
batuan beku.
b. Tugas Mingguan
Rekapitulasikan semua hasil deskripsi tersebut. Kemudian lengkapi tugas
dengan menuliskan jawaban dari soal yang telah tersedia. Format penulisan tugas
mingguan:
a. Kertas A4, 80 gsm.
b. Format penulisan dengan cara membuat kop laporan geologi dasar margin (batas
tepi) tulisan sebelah kiri: 4 cm ; kanan: 3 cm ; atas: 4 cm ; dan bawah: 3 cm dan
penulisan menggunakan tinta pena berwarna biru.
DETERMINASI
BATUAN BEKU (IGNEOUS ROCKS)
1. No. :
2. Warna :
3. Struktur Batuan :
4. Tekstur Batuan :
a. Derajat Kristalisasi :
b. Granularitas :
c. Bentuk Kristal :
d. Keseragaman Kristal :
5. Nama Batu :
6. Genesa Batu :
Catatan :
Asisten
MATERI III
BATUAN SEDIMEN DAN PIROKLASTIK
A. Nomor Praktikum : 04
B. Tujuan Praktikum :
1. Praktikan dapat meengenali ciri-ciri batuan sedimen dan batuan piroklastik, sehingga
mampu membedakannya dengan jenis batuan lainnya, seperti batuan beku dan batuan
metamorf.
2. Praktikan dapat membedakan jenis batan sedimen dan batuan piroklastik berdasarkan
teksturnya sehingga dapat menggelompokkannya berdasarkan klasifikasinya.
3. Praktikan diharapkan memahami klasifikasi batuan sedimen dan batuan piroklastik,
sehingga mampu dalam memberikan penamaan pada batuan sedimen dan piroklastik
yang ditemui secara megaskopis.
C. Pembahasan :
Pada bab ini akan dibahas mengenai dua jenis batuan, yaitu batuan sedimen dan batuan
piroklasitk. Batuan sedimen dan batuan piroklastik memiliki perbedaan berdasarkan asal
material pendukung batuan. Batuan sedimen berasal dari material rombakan yang
tersedimentasi, sedangkan batuan piroklastik erat kaitannya dengan aktivitas vulkanik
(vulkanisme) tertuama jatuhan piroklastik (pyroclastic falls) dan aliran piroklastik
(pyroclatics flows).
C.1.Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dalam suatu siklus sedimentasi
(pelapukan-transportasi-sedimentasi-diagenesa). Hal tersebut berarti batuan sedimen
terbentuk dari material yang lepas dan bahan terlaruthasil proses mekanis dan kimia dari
batuan sebelumnya, dari cangkang binatang, dan sisa-sisa tumbuhan. Proses yang terlihat
mencakup penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan transportasi
kemudian memasuki proses kompaksi, sementasi dan litifikasi. Beberapa faktor yang
mengontrol tebentuknya batuan sedimen antara lain Litologi Batuan (Batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf), stabilitas mineral-mineral yang ada, dan kecepatan erosi.
C.1.1 Mineral-Mineral Utama Pembentuk Batuan Sedimen
1. Mineral Autigenic:
➢ Terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan
➢ Contoh: Gipsum, kalsit, anhidrit, oksida besi, halit glaukonit
2. Mineral Allogenik
➢ Terbantuk diluar daerah sedimentasi
➢ Telah mengalami transportasi dan kemudian diemdapkan di daerah sedimentasi
➢ Harus tahan pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama transportasi
sampai pengendapan.
C.1.2 Tekstur Batuan Sedimen
Batuan sedimen memiliki tekstur klastik dan kristalin (non-klastik). Tekstur klastik
merupakan tekstur utama di dalam batuan sedimen. Kenampakan tekstural batuan sedimen
meliputi ukuran butir (grain size), bentuk butir (grain shape), pemilahan (sorting),
kebundaran (roundness) dan hubungan antar butiran (intergrain relationship).
• Besar Butir
Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang
dipakai adalah “Skala Wenthworth”. Besar ukuran butir ditentukan oleh beberapa faktor
diantaranya Jenis Pelapukan, macam transportasi, waktu/jarak transportasi. (Kimia dan
Mekanis)
TABEL IV.1
SKALA WENWORTH
Ukuran butir (mm) Nama Butiran Nama batuan
• Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan
semakin baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam.
Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang
seragam maupun yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam,
dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan
kemas terbuka.
• Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan
pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu
(Gambar 4.2):
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule (kerikil, f ³ 2 mm). Bentuk butir
itu dapat disebutkan seperti halnya gambar di bawah.
Gambar 4.2 Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l),
menengah (i) dan pendek (s) menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk
disk); B = equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod).
• Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi (Gambar 3.3). Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5. Membundar (membulat (rounded), dan
6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).
NB: Istilah sedimen untuk batuan piroklastik adalah sinonim dengan tephra
TABEL IV.3
KLASIFIKASI BATUAN VULKANISTIK MENGANDUNG
LEBIH DARI 10% VOLCANIC DEBRIS (SCHMID, 1981)
LapilliTuff
30 30
tuff
70 Pyroclasctic 70
Breccia of
tuff tuff
(a) (b)
Gambar 4.6 Klasifikasi Batuan Piroklastik berdasarkan genesa:
a) Pyroclastic Flow; b) Pyroclastic Fall
MATERI IV
BATUAN METAMORF
D. Nomor Praktikum : -
E. Tujuan Praktikum :
4. Praktikan dapat membedakan antara batuan metamorf dengan batuan lainnya, seperti
batuan sedimen , batuan piroklastik dan batuan beku.
5. Praktikan dapat menentukan jenis batuan metamorf, hingga penamaan batuannya
F. Pembahasan :
Metamorf (metamorphic rocks) berasal dari kata meta yang bermakna perubahan,
sedangkan kata morpho bermakna bentuk. Dengan demikian, metamorphosis adalah proses
yang mengubah bentuk mineral asal baik itu dari batuan beku, sedimen ataupun piroklastik
menjadi mineral yang stabil pada kondisi baru.
Jadi, defenisi dari batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan
asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan
(P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan berlangsung di bawah
permukaan.
5.1 Metamorfisme
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan atau
temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan
antar butiran/kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh
karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika
tergantung pada jenis batuan asalnya.
Lapisan permukaannya kasar dan tidak mempunyai batas yang jelas. Terlihat berlapis-
lapis karena susunan mineralnya searah atau karena barisantar mineral gelap dan
mineral terang berurutan, terdapat pada batuan orthometamorf.
b. Schist
Lapisan permukaannya halus, pararel dan mempunyai bidang batas yang jelas.
Biasanya ditandai dengan adanya mineral mika, kuarsa dan chlorite. Terdapat pada
batuan orthometamorf dan parametamorf.
c. Filitik
Lapisan permukaannya kasar, pararel dan jelas batasnya tetapi tidak begitu kompak.
Terdapat pada batuan metamorf.
d. Slaty
Lapisan permukaanya sangat halus, rapat dan pararel. Kristalnya sangat halu tetapi
batuannya sangat kompak.
Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil metamorfisme
regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau hitam dan mengandung mineral
epidot, (piroksen), biotit dan garnet.
b. Tak berfoliasi
Kwarsit
Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa, umumnya
terjadi pada metamorfisme regional.
Marmer/pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada batugamping.
Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena metamorfosa kontak atau regional.
Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (Regional/thermal), berasal dari batuan sedimen yang
kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih dikenal dengan nama batu bara.
Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses hidrotermal)
dengan batuan beku ultrabasa.
MATERI V
GEOLOGI STRUKTUR
A. No. Praktikum :
B. Tujuan Praktikum :
Adapun tujuan dari mempelajari geologi struktur adalah antara lain:
1. Memberi pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar deformasi batuan.
2. Memberi pemahaman mengenai jenis-jenis dan mekanisme pembentukan struktur
geologi dan tektonik yang terlibat dalam deformasi batuan.
3. Memperkenalkan konsep tektonik lempeng sebagai mekanisme utama asal dari
sumber gaya deformasi pada batuan.
4. Mampu menafsirkan arah gaya dari deformasi batuan pada peta topografi dan
singkapan batuan.
C. Pembahasan :
1. Pendahuluan
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan
adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di
dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari
tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses
pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih
ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan
(fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari
satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai
suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi
seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi
maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk
bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk arsitektur
susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah
mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar. Dalam
ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti sinklin dan antiklin.
Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta lipatan rebah
(recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan normal (normal fault),
patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik (trustfault). Proses yang menyebabkan
batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang bekerja pada batuan batuan
tersebut. Pertanyaannya adalah dari mana gaya tersebut berasal ? Sebagaimana kita ketahui
bahwa dalam teori “Tektonik Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari
lempeng-lempeng yang saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-
lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen), saling
menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan (transform). Pergerakan lempeng-
lempeng inilah yang merupakan sumber asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak
bumi. Berbicara mengenai gaya yang bekerja pada batuan, maka mau tidak mau akan
berhubungan dengan ilmu mekanika batuan, yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat
fisik batuan yang terkena oleh suatu gaya.
lainnya.
b) Dengan mengetahui jenis struktur yang ada pada batuan maka kita dapat
mengetahui kondisi batuan tersebut, apakah batuan tersebut telah terkena gaya yang
sangat kuat atau tidak? dan apakah gaya yang bekerja pada batuan masih aktif atau tidak
?.
c) Dengan mengetahui kekuatan gaya yang telah terjadi pada batuan maka kita
dapat meramal kekuatan atau ketahanan batuan itu apabila batuan tersebut terkena
getaran yang berasal dari gempa bumi.
d) Dengan mengetahui jenis struktur yang ada, seperti lipatan atau sesar, kita dapat
mengetahui keadaan bentuk muka bumi dengan lebih baik. Dan hal ini akan membantu
kita untuk mengetahui kesesuaian atau kestabilan sesuatu kawasan terhadap daya
dukung lahan untuk konstruksi bangunan atau kestabilan wilayah terhadap bencana
longsoran, dan sebagainya.
4. Apakah ada hubungan antara geologi struktur dengan bidang ilmu lainnya ?
a) Bidang ilmu fisika, kimia dan matematik mempunyai hubungan yang sangat penting
dengan geologi struktur, terutama untuk mengetahui dan memahami
mekanisme dan memperkirakan arah gaya yang bekerja pada suatu batuan.
b) Saat ini program komputer telah banyak dipakai dalam menentukan dan menafsirkan
arah gaya yang bekerja pada suatu batuan.
5. Apakah ada hubungan antara geologi struktur dengan bidang geologi lainnya?
a) Untuk mengkaji struktur geologi dan tektonik tanpa pengetahuan tentang
stratigrafi, sedimentologi dan paleontologi akan menjadi sulit. Ketiga pengetahuan
tersebut dapat membantu untuk menjelaskan kedudukan asal suatu susunan batuan.
Tafsiran urutan susunan batuan akan lebih mudah dijelaskan melalui bidang
pengetahuan tersebut diatas.
b) Pengetahuan tentang petrologi dan geokimia dapat membantu dalam menjelaskan asal
usul struktur geologi, sedangkan pengetahuan geomorfologi penting untuk mengetahui
aktivitas struktur geologi, khususnya aktivitas yang resen.
c) Geofsika, oseonografi dan geologi bawah tanah dapat membantu dalam menelaah
struktur bawah tanah dan struktur dasar laut. Dengan kata lain, geologi struktur
b. Tekanan Litostatik
1) Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal sebagai
tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu benda yang berada
di dalam air adalah berbanding lurus dengan berat volume air yang bergerak ke atas
atau volume air yang dipindahkannya.
2) Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam air, maka batuan
yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang sama seperti benda yang
berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh lebih besar ketimbang benda yang ada di
dalam air, dan hal ini disebabkan karena batuan yang berada di dalam bumi mendapat
tekanan yang sangat besar yang dikenal dengan tekanan litostatik. Tekanan
litostatik ini menekan kesegala arah dan akan meningkat ke arah dalam bumi.
c. Tegasan
1) Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu benda.
Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada batuan
sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
2) Tegasan dapat didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada luasan suatu
permukaan benda dibagi dengan luas permukaan benda tersebut: Tegasan (P)= Daya (F)
/ luas (A).
3) Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen
tegasan prinsipal atau tegasan utama, yaitu terdiri daripada 3 komponen, yaitu: σP, σQ
dan σR.
4) Tegasan pembeda adalah perbedaan antara tegasan maksimal (σ P) dan tegasan
minimal (σR). Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui kekuatan batuan maka
d. Mekanisma Sesar
1) Pengenalan
a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah
retakan. Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif, dan kepentingannya juga relatif.
b) Sesar mempunyai bentuk dan dimensi yang bervariasi. Ukuran dimensi sesar
mungkin dapat mencapai ratusan kilometer panjangnya (sesar Semangko) atau
hanya beberapa sentimeter saja. Arah singkapan suatu sesar dapat lurus atau berliku-
liku.
c) Sesar boleh hadir sebagai sempadan yang tajam, atau sebagai suatu zona, dengan
ketebalan beberapa milimeter hingga beberapa kilometer.
2) Anatomi Sesar
a) Arah pergerakan yang terjadi disepanjang permukaan suatu sesar dikenal sebagai
bidang sesar. Apabila bidang sesarnya tidak tegak, maka batuan yang terletak di atasnya
dikenali sebagai dinding gantung (hanging wall), sedangkan bagian bawahnya dikenal
dengan dinding kaki (footwall).
b) Ada dua jenis gelinciran sesar, satu komponen tegak (dip-slip) dan satu
komponen mendatar (strike-slip). Kombinasi kedua-dua gelinciran dikenal sebagai
gelinciran oblik (oblique slip).
c) Pada permukaan bidang sesar terdapat gores-garis sesar (slicken-side) yang dicirikan
oleh permukaan yang licin, pertumbuhan mineral dan tangga-tangga kecil. Arah
pergerakan sesar dapat ditentukan dari arah gores garisnya.
d) Menurut Anderson (1942) ada tiga kategori utama sesar, yaitu sesar normal atau
sesar turun (normal fault), sesar sungkup/sesar naik (thrust fault) dan sesar mendatar
(wrench fault atau strike-slip fault).
e) Sesar mendatar, berdasarkan gerak relatifnya terdapat sesar mendatar dekstral atau
sinistral. Sedangkan sesar transform adalah sesar mendatar yang terjadi antara
dua lempeng yang saling berpapasan.
f) Terdapat juga sesar jenis en echelon, sesar radial, sesar membulat dan sesar sepanjang
perlapisan.
3) Kriteria Pensesaran
a) Sesar yang aktif ditunjukkan oleh rayapan akibat gempa bumi dan pecahan dalam tanah.
b) Yang tidak aktif dapat dilihat dari peralihan pada kedudukan lapisan, perulangan
lapisan, perubahan secara tiba-tiba suatu jenis batuan, kehadiran milonitisasi atau
breksiasi, kehadiran struktur seretan (drag-fault), bidang sesar (fault-plane).
4) Jenis Jenis Struktur Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya
gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); (2).
Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu:
a) Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan
oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain
(mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat
dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang
bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah
sebagai berikut:
1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang
membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint
umumnya bersifat tertutup.
2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah
gaya utama,
Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan
arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
Berdasarkan pergeserannya, struktur sesar dalam geologi dikenal ada 3 jenis (gambar 7.6),
yaitu:
1). Sesar Mendatar (Strike slip faults) ; 2). Sesar Naik (Thrust faults) ; 3). Sesar
Turun (Normal
faults).
Gambar 7.5 Gambar atas adalah blok diagram dari Sesar Naik
(Reverse fault), Sesar
Mendatar (Striike slip
fault), Sesar Normal (Dip-slip fault dan Oblique-
slip fault).
1. Sesar Mendatar (Strike-slip Fault) adalah sesar yang pergerakannya sejajar,
blok bagian
kiri relatif bergeser kearah yang berlawanan dengan blok
bagian kanannya. Berdasarkan
arah pergerakan sesarnya, sesar mendatar dapat dibagi
menjadi 2 (dua) jenis sesar, yaitu:
(a). Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar menganan) Sesar Mendatar Dextral
adalah
sesar yang arah pergerakannya searah dengan arah
perputaran jarum jam.
(b). Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar mengiri). Sesar Mendatar
Sinistral adalah
sesar yang arah pergeserannya berlawanan arah
dengan arah perputaran jarum jam.
Pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar dengan permukaan sesar atau
pergeseran sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip/oblique). Sedangkan
bidang sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut dengan bidang
horisontal.
2. Sesar Naik (Thrust Fault) adalah sesar dimana salah satu blok batuan
bergeser ke arah
atas dan blok bagian lainnya bergeser ke arah bawah
disepanjang bidang sesarnya. Pada
umumnya bidang sesar naik mempunyai kemiringan lebih
kecil dari 450.
3. Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang terjadi karena pergeseran
blok batuan
akibat pengaruh gaya gravitasi. Secara umum, sesar
normal terjadi sebagai akibat dari
hilangnya pengaruh gaya sehingga batuan menuju ke
posisi seimbang (isostasi). Sesar
normal dapat terjadi dari kekar tension, release maupun
kekar gerus.
Gambar 7.8 Kenampakan sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal di lapangan
RINGKASAN
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.
Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu
benda atau suatu kondisi yang terjadi pada batuan sebagai respon dari gaya-
gaya yang berasal dari luar.
Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah
pergerakan suatu benda.
Kekar adalah retakan/rekahan yang terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut. Dalam geologi struktur dikenal 3 (tiga) jenis kekar,
yaitu kekar gerus (shear fracture), kekar tarik (gash fracture) dan kekar release.
MATERI VI
PENGENALAN KOMPAS
A. No. Praktikum :
B. Tujuan Praktikum :
Adapun tujuan dari mempelajari kompas adalah antara lain:
1. Praktikan dapat menjelaskan macam-macam arah mata angin sebagai orientasi geologi
2. Praktikan dapat mengukur kedudukan strike, dip angle dan dip direction
3. Praktikan dapat menggunakan kompas untuk menentukan arah, azimuth, serta bearing
C. Materi Praktikum :
Pengenalan kompas diperlukan untuk memahami cara melakukan pengukuran struktur
geologi, terutama untuk mendapatkan data struktur bidang. Oleh karena itu diperlukan
pemahaman arah mata angin, metoda pengenalan dan metoda pengukuran suatu stuktur.
a) Arah Mata Angin
Pengenalan terhadap kompas geologi perlu didahului dengan pemahaman arah mata
angin. Hal ini penting untuk memahami orientasi kedudukan struktur geologi. Dimana
dikenal 4 arah mata angin utama yaitu utara(north), selatan(south), timur(east),
barat(west), adapaun empat arah mata angin tersebut dapat dibagi menjadi lebih detil
(gambar 1).
b) Observasi Singkapan
Orientasi struktur geologi memerlukan observasi terhadap singkapan batuan. Pada
struktur bidang, perhatikan bidang miring yang mungkin dapat berupa bidang sesar,
bidang kekar, dan bidang perlapisan batuan. Data struktur yang diperlukan adalah
strike, dip direction dan dip angle.
Selain itu dengan kesepakatan, maka penetuan orientasi struktur bidang menggunakan
kaidah tangan kanan (right hand rule). Pengamatan dilakuakn seksama dengan
memperhatikan arah kemiringan bidang. Posisikan arah kemiringan bidang sama
dengan posisi kita menghadap struktur tersebut. Dengan demikian, arah kita
menghadap arah dari strike. Cara lain dapat ditempuh dengan menggunakan kaidah
lainnya yaitu kaidah tangan kiri dengan cara, dimana tiga jari ditekuk, untuk jari
kelingking, jari manis dan jari tengah di tekuk atau ditutup, namun jari telunjuk dan ibu
jari dibiarkan tetap terbuka. Tunjuk ibu jari sesuai dengan arah kemiringan, sehingga
diketahui arah dari strikenya.
c) Elemen Kompas
Kompas brunton adalah salah satu jenis kompas dengan merek dagang brunton.
Kompas ini digunakan oleh ahli geologi terutama untuk pemetaan geologi.
Keistimewaan kompas ini adalah tersedianya klinometer dan pembidik untuk mendapat
data yang akurat. Penggunaannya pun mudah karena dapat digunakan untuk
menentukan arah azimuth dengan pembidikan setinggi pinggang ataupun selevel
dengan mata.
Kompas brunton memiliki 3 bagian utama yaitu, kotak(box), lengan pembidik(sighting
arm) dan penutup lengan(lid) serta penutup. Pada bagian lain terdiri dari jarum magnet
yang berfungsi sebagai penentu arah bidikan, level atau biasa disebut nivo ataupun mata
sapi (bull’ s eye level) yang digunakan sebagai penentu posisi sudut horizontal pada
kompas, level klinometer dan skala untuk menentukan sudut vertical, mekanisme
redaman untuk lebih efisien menstabilkan jarum, lift pin untuk mengunci posisi jarum,
sekrup kuningan untuk menentukan sudut deklinasi, axial line berfungsi sebagai
indikator kesejajaran kompas dengan sasaran yang dibidik, graduated circle berfungsi
sebagai lingkaran pembagi derajat, Hinge yang berbentuk sendi pada kompas agar
kompas dapat dilipat, peep sight merupakan lubang untuk membidik objek dalam
pengukuran azimuth dan lain sebagainya.
1. Pengukuran Strike
• Arahkan lengan pembidik kompas kearah azimuth, dimana arah kompas
parallel dengan arah jurus dan bagian sisi east kompas menempel pada
bidang miring tersebut.
• Atur posisi kompas hingga horizontal dengan cara memasukkan
gelembung pada bagian tengah dari nivo mata sapi
• Setelah didapat posisi horizontal, tekan pin pengunci dan buat garis pada
bidang miring tersebut sebagai garis strike
• Baca nilai azimuth yang ditunjuk oleh jarum magnet sehingga diperoleh
data strike
• Lalu catat data strike dengan notasi yang tepat.
2. Pengukuran Dip Angle
• Perhatikan garis yang dibuat pada bidang miring, ketika mengukur stike-
line
• Letakkan kompas brunton pada posisi tegak lurus terhadap garis tersebut
dengan menempelkan sisi west dari kompas.
• Gerakkan penggverak klinometer yang berada dibawah kompas tersebut
sampai gelembung tepat berada di bagian tengah level nivo tabung
• Catat dengan melanjutkan data strike
3. Pengukuran Dip Direction
• Perhatikan garis yang dibuat ketika mengukur strike
e) Penulisan Notasi
Penulisan notasi dapat ditempuh dengan 2 cara, yaitu sistem azimuth dan sistem bearing
atau kuadran. Sistem azimuth mengacu pada ketentuan sudut bukaan terhadap arah
utara geografis adalah 0-360 derajat yang berputar searah jarum jam. Sedangkan, sistem
kuadran mengacu pada ketentuan sudut 0-90 derajat dan dengan mengikuti kuadran
mata angin.
MATERI VII
PETA TOPOGRAFI DAN INTERPRETASINYA
A. Nomor Praktikum : 8
B. Tujuan Praktikum :
C. Pembahasan :
1. Peta Topografi.
Roman muka bumi merupakan ekspresi morfologi akibat bentukan gaya endogen
dan eksogen. Ekspresi morfologi di alam diungkapkan dalam gambaran peta. Peta
sebagai gambaran miniatur 2D (2 dimensi) adalah ekspresi morfologi permukaan bumi
yang dilihat dari atas. Gambaran morfologi itu digambarkan pada peta topografi
(Gambar 8.1)
Elemen pada peta yang penting terdiri dari relief, drainase (pengaliran), budi daya
manusia, skala, oruentasi peta, judul peta, dan nomor lembar peta, dan legenda.
a. Relief
Relief adalah bentuk ketidakteraturan vertikal di permukaan bumi dalam ukuran
kecil sampai besar, misal bukit (hill), lembah (valley), pegunungan (mountain),
punggungan (ridge), gawir (scrap), dan lainnya.
b. Drainase
Drainase adalah pengaliran di permukaan bumi yang memperlihatkan pola
tertentu. Pengaliran di permukaan bumi dijumpai seperti sungai, rawa, danau, dan
laut. Pada beberapa sungai menunjukkan pola yang menunjukkan keseragaman
yang dikontrol oleh jenis batuan dasar, stratigrafi dan struktur geologi pada daerah
yang dilalui suatu sungai.
c. Budi Daya Manusia (culture)
Budi daya manusia adalah segala bentuk budi daya manusia, seperti
perkampungan, jalan, sawah/perkebunan, dan lainnya.
d. Skala
Skala adalah perbandingan antarajawak horizontal sebenarnya dengan jarak di
peta. Skala dapat dinyatakan dalam tiga hal, yaitu skala fraksi, skala verbal dan
skala grafis (Gambar 8.2).
Meters
e. Orientasi peta
Orientasi peta menunjukkan arah dari peta. Arah menunjukkan ke utara dikenal
dua, yaitu arah utara magnetic (MN) dan arah utara sebenarnya (TN). Arah MN
ditunjukkan oleh jarum magnet. Sedangkan, arah TM adalah arah utara geografis
atau sesuai dengan sumbu bumi. Sudut yang dibentuk antara TN dan MN disebut
sebagai deklinasi (Gambar 8.3).
Sudut Sudut
Deklinasi Deklinasi
g. Legenda
Suatu peta menggunakan banyak simbol atau tanda untuk mewakili berbagai
keadaan di lapangan. Penjelasan atas simbol atau tanda yang digunakan adalah
tercakup dalam legenda. Legenda umumnya diletakkan di tepi peta bagian bawah.
2. Sifat-Sifat Kontur
Morfologi pada peta topografi digambarkan dengan garis-garis kontur. Garis
kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang terletak pada ketinggian yang
sama dengan datum elevasi dari permukaan air laut. Beberapa sifat dari garis kontur
adalah sebagai berikut :
1) Garis kontur merupakan garis yang tertutup;
2) Nilai dari suatu garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut rata-rata dengan
nilai 0 meter;
3) Garis kontur tidak bercabang;
4) Garis kontur tidak bertemu dengan garis kontur lainnya yang berbeda elevasinya;
5) Garis kontur yang rapat menunjukkan morfologi lereng yang curam, sebaliknya
garis kontur yang renggang menunjukkan morfologi lereng yang landai;
6) Garis kontur tidak saling berpotongan satu dengan lainnya, kecuali pada lereng
yang menggantung atau over hanging cliff;
7) Garis kontur digambarkan membelok/menajam ke arah hulu bila memotong suatu
lembah sungai;
8) Garis kontur yang bergerigi menunjukkan suatu lembah yang tertutup atau
cekungan (bentuk depresi);
9) Garis kontur dengan harga setengah digambarkan dengan kontur terputus- putus,
dimana biasa ditemukan pada bagian puncak bukit.
Berkaitan dengan sifat-sifat kontur di atas, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1) Jarak vertikal antara garis kontur dengan garis kontur lainnya secara berurutan
disebut sebagai interval kontur, misal jarak vertikal 25 meter digambarkan satu
garis kontur pada interval tersebut;
2) Garis kontur yang dicetak tebal dari garis-garis kontur lainnya disebut indeks
kontur. Garis kontur ini merupakan kelipatan nilai kontur dari beberapa garis
kontur biasa, misal indeks kontur 100, 200, 300 yang menunjukkan kelipatan dari
nilai garis kontur.
3) Kedetilan suatu peta topografi ditentukan oleh skala penggambaran, dimana
interval kontur (IK) ditentukan dengan rumus: IK = (1/2000 x skala peta). Misal
penggambaran peta dengan skala 1:50.000, maka IK-nya adalah 25.
4. Penampang Topografi
Penampang topografi adalah profil dari permukaan bumi sepanjang garis
penampang (section line). Penampang dibuat dengan memproyeksi bidang vertikal dari
titik-titik potong kontur (ketinggian) dari garis potong. Pembuatan penampang
sebaiknya menggunakan skala horizontal dan vertikal yang sama.
Perhatikan istilah-istilah berikut:
1) Garis topografi (topographic line)
Garis ini adalah perpotongan antara permukaan bumi dengan suatu bidang vertikal.
2) Garis dasar (base line)
Garis dasar di bawah garis ekspresi morfologi dengan nilai 0 meter (sering
digunakan) sebagai ketinggian permukaan laut.
3) Garis batas tepi (end line)
Garis ini tegak lurus terhadap garis dasar yang mendasari sisa kiri dan kanan
penampang. Nilai garis batas tepi menunjukkan ketinggian sesuai dengan interval
kontur.
5. Pola Drainase
Pola drainase dapat digunakan untuk mendeterminasi tipe batuan. Enam pola
drainase antara lain pola drainase Dentritic, Trellis, Rectangular, Parallel, Radial, dan
Annular (Gambar 8.5).
Arahan dalam membaca peta topografi, maka terlebih dahulu memahami elemen pada
peta sebagai berikut:
1) Isi peta dan tempat yang digambarkan melalui judul atau lokasi;
2) Lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur;
3) Arah, melalui petunjuk arah (orientasi).
4) Jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta;
1. Soal Latihan
a. Apa yang dimaksud dengan peta topografi ?
b. Sebutkan kegunaan peta topografi di pertambangan ?
c. Sebutkan perbedaan antara skala grafis, skala verbal, dan skala fraksi ?
d. Sebutkan minimal 5 sifat garis kontur ?
e. Sebutkan lagnkah-langkah dalam pembuatan penampang topografi ?
2. Tugas di Laboratorium
a. Praktikan diminta menentukan skala yang digunakan untuk penggambaran Peta
Hahatonka serta membuatkan penampang topografinya;
b. Praktikan diminta mengeblat (menjiplak) kontur dari Peta Hahatonka untuk setiap
indeks kontur pada kertas kalkir (ukuran A4) menggunakan pensil 2B;
c. Praktikan berlatih mendeskripsi morfologi dari Peta Hahatonka berdasarkan
pembacaan sifat-sifat kontur;
d. Praktikan meminta paraf asisten sebagai bukti telah selesai berlatih mengeblat
indeks kontur dan mendeskripsi morfologi dari peta Hahatonka.
3. Tugas Mingguan
a. Penyalinan ulang atas pekerjaan laboratorium dengan menggambar indeks kontur
menggunakan “drawing pen” pada kertas kalkir yang diberi alas kertas HVS agar
mudah membacanya;
b. Penggambaran setap indeks kontur harus dilengkapi dengan nilai ketinggiannya;
c. Menyalin ulang dan/atau mengembangkan tulisan hasil deskripsi morfologi;
d. Penulisan Tugas Mingguan
1) Penggambaran pada kertas kalkir;
2) Penulisan pada Kertas A4, 80 gram;
3) Format penulisan dengan margin (batas tepi) tulisan sebelah kiri: 3 cm; kanan:
2,5 cm; atas: 3 cm; dan bawah: 2,5 cm. Penulisan menggunakan tinta warna
biru.
PETA HAHATONKA
MATERI VIII
Pengenalan GPS (Global Positioning System)
dan Aplikasinya pada Software Surfer 10
A. Nomor Praktikum :9
B. Tujuan Praktikum : Mengenali GPS dan aplikasinya pada software Surfer 10
C. Pembahasan :
I. GPS
1. Pengenalan GPS
GPS (Global Position System) adalah sistem untuk menentukan posisi di
permukaan bumi dengan bantuan sinkronisasi sinyal satelit. Sistem ini
menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi.
Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk
menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu.
GPS merupakan suatu jaringan satelit yang secara terus menerus
memancarkan sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah. Alat penerima
GPS secara pasif menerima sinyal ini, dengan syarat bahwa pandangan ke langit
tidak boleh terhalang, sehingga biasanya alat ini hanya bekerja di ruang terbuka.
Satelit GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan memancarkan data
yang menunjukkan lokasi dan waktu pada saat itu. Operasi dari seluruh satelit GPS
yang ada disinkronisasi sehingga memancarkan sinyal yang sama. Alat penerima
GPS akan bekerja jika ia menerima sinyal dari sedikitnya 4 buah satelit GPS,
sehingga posisinya dalam tiga dimensi bisa dihitung.
GPS adalah suatu sistem yang dapat membantu kita mengetahui posisi
koordinat dimana kita berada. Sedangkan untuk menerima sinyal yang dipancarkan
oleh GPS, kita membutuhkan suatu alat yang dapat membaca sinyal tersebut. Yang
biasa kita sebut sebagai GPS adalah sebenarnya merupakan alat penerima. Karena
alat ini dapat memberikan nilai koordinat dimana ia digunakan maka keberadaan
GPS merupakan terobosan besar dalam Sistem Informasi Geografis (SIG).
2. Kegunaan GPS
a. Militer
GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau
mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa mengetahui
mana teman mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun menetukan
pergerakan pasukan.
b. Navigasi
GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa
jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu nivigasi, dengan
menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu pengendara,
sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Sistem Informasi Geografis
b. Proses Gridding
Proses ini akan menghasilkan file (.grd) yang nantinya akan dimasukkan
dalam worksheet window aplikasi Surfer. Tahapannya adalah sebagai berikut:
Buka data (x,y,z) menggunakan aplikasi MS Excel, dan kemudian save
data tersebut.
Buka aplikasi Surfer 10.
Klik menu Grid | Data, sehingga akan muncul kotak dialog “Open Data”.
Pilih file yang berisikan data (x,y,z) yang disimpan sebelumnya, lalu
klik “Open” hingga muncul kotak dialog “Grid Data“.
Penjelasan :
(1) Disini kita dapat merubah kolom mana saja yang mewakili data (x,y,z) yang
nantinya akan ditampilkan berupa grid pada aplikasi Surfer. Disini juga
berarti bahwa sebetulnya kita tidak harus mengurut data (x,y,z) saat
pemasukan data awal berupa koordinat dan data ketinggian di Excel pada
proses sebelumnya. Sebagai contoh, kita memberi judul kolom A (ID),
kolom B (x CoordUTM), kolom C (y CoordUTM), kolom D
(Kedalaman_Air_Tnh), kolom E (Ketinggian). Maka kita dapat merubah
urutan kolomnya sebagai berikut:
(2) Pada kotak dialog “Filter Data” kita dapat menyesuaikan nilai toleransi
jarak antara absis (x) dan ordinat (y). Ini diperlukan untuk menghindari
adanya data yang saling berhimpitan.
(3) Klik “View Data” Jika ingin melihat file data sementara hasil proses
gridding.
(4) Kita dapat melihat informasi data statistik dengan cara klik “Statistics”.
Tunggu beberapa saat hingga proses selesai/ muncul “Data Statistics
Report”, (silahkan simpan data tersebut—dapat disimpan dalam dua pilihan
tipe data yaitu RTF dan TXT).
(5) Pada “Gridding Method” terdapat banyak pilihan metode yang dapat dipilih
seperti Kriging, Polynomial Regression, Nearest Neighbor, Local
Polynomial, dan lain sebagainya.
(6) Klik “Advanced Options” untuk memenyesuaikan pola dan arah
Anisotropy saat proses griding dilakukan.
2. Tugas di Laboratorium
a. Praktikan diminta untuk dapat menggunakan dan mengoperasikan GPS (Merk
Garmin) dengan baik dan benar.
b. Praktikan diminta untuk mencari titik – titik koordinat didaerah sekitar halaman
kampus Universitas Sriwijaya dengan menggunakan GPS (Merk Garmin).
c. Praktikan diminta untuk mengolah data koordinat tersebut menggunakan Software
Surfer 10 menjadi sebuah peta kontur sederhana.
3. Tugas Mingguan
a. Pengerjaan kembali tugas laboratorium dirumah dengan menggunakan format kertas
kerja yang telah disediakan oleh asisten sebelumnya.
b. Praktikan diminta untuk mengambil data koordinat disuatu tempat dan membuat
peta kontur sederhana dari data koordinat yang telah didapatkan.
MATERI IX
PENGENALAN CITRA SATELIT
A. Nomor Praktikum : 10
B. Tujuan Praktikum :
Mata acara pengenalan citra terutama ditekankan pada citra foto bukan pengenalan citra non
foto (satelit). Oleh karenanya, tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Praktikan memahami teknik survei penginderaan jauh.
2. Praktikan belajar melakukan analisa foto udara dengan alat bantu stereoskop.
C. Pembahasan :
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau foto udara dan citra
non foto (non-photographyc image). Citra foto sering disebut sebagai foto udara (aerial
photograph), sedangkan citra non foto diklasifikasikan berdasar spectrum yang digunakan
berkaitan dengan gelombang mikro, termal dan / atau wahana yang digunakan (Satelit).
A. Citra Foto
Foto udara sebagai salah satu jenis citra yang direkam melalui survei udara dengan
pemotretan menggunakan pesawat pada suatu daerah tertentu berdasarkan aturan
fotogrametris tertentu (Gambar 11.1). Pada foto udara biasanya adalah pemotretan
tegak (vertikal), yaitu pemotretan objek dengan sumbu kamera udara yang sejajar dengan
arah gravitasi (Wolf, 1974).
Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh data dan
informasi tentang suatu obyek serta keadaan di sekitarnya melalui suatu proses pencatatan,
pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Perekaman foto udara
juga memiliki skala. Pengertian detilnya adalah melakukan perbandingan jarak pada foto
udara dengan jarak di permukaan bumi. Rumus yang digunakan adalah S = f/H, dimana
keterangan S yaitu skala, f yaitu panjang fokus lensa/kamera, dan H adalah tinggi terbang.
Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera.
Klasifikasi citra foto dapat dibedakan atas beberapa hal, yaitu:
1. Spektrum Elektromagnetik.
Citra foto dapat dibedakan atas:
a) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet
dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya tidak banyak informasi
yang dapat disadap, tetapi untuk beberapa objek dari foto ini mudah pengenalannya
karena kontrasnya yang besar. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi tumpahan
minyak di laut, membedakan atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, dan
batuan kapur.
b) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari
saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer). Cirinya banyak obyek
yang tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka
terhadap obyek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter.
Baik untuk survey vegetasi karena daun hijau tergambar dengan kontras.
c) Foto pankromatik yaitu foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai
dari warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata
manusia. Cirinya pada warna obyek sama dengan kesamaan mata manusia. Baik untuk
mendeteksi pencemaran air, kerusakan banjir, penyebaran air tanah dan air
permukaan.
d) Foto infra merah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9-1,2
mikrometer yang dibuat secara khusus. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun,
sehingga rona pada foto infra merah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat
jaringannya. Baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman termasuk tanaman yang
sehat atau yang sakit.
e) Foto infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan
sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. Dalam foto
ini obyek tidak segelap dengan film infra merah sebenarnya, sehingga dapat
dibedakan dengan air.
2. Sumbu Kamera
Sumbu kamera dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi,
yaitu:
a) Foto foto tegak (ortho photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera
tegak lurus terhadap permukaan bumi.
b) Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan
sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini
umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi bila sudut condongnya masih
berkisar antara 1 - 4 derajat, maka foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai
foto tegak. Foto condong masih dibedakan lagi menjadi:
i. Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak
tergambar pada foto.
ii. Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada foto tampak
cakrawalanya.
Analisa citra foto udara adalah pengenalan dan interpretasi obyek, sebanding dengan
interpretasi peta topografi. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara ditentukan oleh
kondisi sebagai berikut:
1. Banyak berlatih dalam melakukan interpretasi foto udara.
2. Kemampuan mengenali objek.
3. Mempunyai foto udara dengan kualitas baik.
Atribut obyek pada foto udara yang antara lain berupa jarak, luas, kemiringan, isi dan
tinggi obyek.
4. Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada foto udara, atau pengulangan rona kelompok obyek yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan tingkatan
kasar, sedang, dan halus.
5. Pola
Pola atau susunan keruangan memberikan ciri bagi obyek bentukan manusia dan bagi
beberapa obyek alamiah lainnya. Pola dinyatakan sebagai kompak, teratur, tidak teratur,
atau agak teratur (campuran).
6. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang ada di daerah yang gelap.
Bayangan merupakan kunci interpretasi bagi beberapa obyek yang justru lebih mudah
dikenali dan lebih nampak dari bayangan, misalnya untuk jenis vegetasi.
7. Situs
Situs bukan merupakan ciri obyek, melainkan dalam kaitan dengan lingkungan
sekitarnya, dimana lebih berfokus pada letak obyek terhadap lingkungan sekitarnya.
Misalnya situs pohon kopi terletak di tanah yang kering karena tanaman kopi
memerlukan pengaturan air yang baik.
8. Asosiasi
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Contohnya stasiun kereta
api berasosiasi dengan rel kereta api dan deretan gerbong kereta api.
b) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif yaitu
dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan
sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
2. Sensor
Citra non foto berdasarkan sensornya dapat dibagi menjadi:
a) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
b) Citra multispektral, yakni cerita yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya
sempit, yang terdiri dari: Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera
yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non
fotografik.
c) Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum tampak
maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.
3. Wahana
Citra non foto dapat dibagi atas dasar wahana yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
a) Citra dirgantara (Airbone image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang
beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra lnfra Merah Thermal, Citra Radar dan
Citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.
b) Citra Satelit (Satellite/Spaceborne lmage), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau
angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya, yakni: Citra satelit untuk
penginderaan planet. Contoh: Citra Satelit Viking (AS), Citra Satelit Venera (Rusia).
c) Citra Satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra Meteor (Rusia).
d) Citra Satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra Landsat (AS), Citra
Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).
e) Citra Satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Citra Seasat (AS), Citra MOS (Jepang).
MATERI X
PENGENALAN PETA GEOLOGI &
INTERPRETASINYA
G. Nomor Praktikum : 11
H. Tujuan Praktikum :
6. Praktikan dapat mengenali elemen-elemen penting yang tertera pada peta geologi;
7. Praktikan dapat membaca peta geologi mencakup sebaran batuan, kontrol struktur
geologi, dan sejarah geologinya;
8. Praktikan dapat mengimplementasikan peta geologi dengan dunia pertambangan.
I. Pembahasan :
Peta geologi adalah salah satu jenis peta tematik yang dibangun oleh kemampuan
interpretatif dari seorang geolog terhadap fenomena geologi yang direkamnya. Peta geologi
dapat memberikan informasi umum kondisi geologi suatu daerah yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, seperti penataan ruang dan wilayah, zonasi daerah bencana
geologi, potensi sumber daya mineral dan energi, dan lainnya.
GAMBAR 10.1
INFORMASI GEOLOGI DIGAMBARKAN SEBAGAI PETA & PENAMPANG GEOLOGI
Komponen utama dalam peta geologi adalah simbol, warna, dan notasi atau label yang
bermakna menjelaskan elemen geologi yang direkam di dalam peta. Dengan demikian,
kemampuan obeservasi dan interpretasi terhadap data geologi adalah kunci dalam
penggambaran peta geologi.
Peta topografi mendasari pembuatan peta geologi. Indeks kontur tergambar pada peta
geologi untuk mempelihatkan ekspresi morfologi. Pada peta geologi memberikan informasi
jenis batuan, struktur geologi, dan lainnya menggunakan simbol, warna, dan pola.
GAMBAR 10.
INDEKS KONTUR MEMBERIKAN INFORMASI MORFOLOGI SUATU DAERAH DI
DALAM PETA GEOLOGI
Pembacaan peta geologi didasarkan atas simbol, warna, dan notasi atau label yang
mewakili unsur geologi di lapangan (data survei). Oleh karena itu, pembacaan harus
didasarkan oleh pengetahuan dasar untuk mengerti ragam batuan dan jenis struktur geologi
yang digambar dalam dua dimensi (2D) dalam bentuk.
Pola garis pada peta geologi bermakna banyak sekali. Garis dapat menandakan kontak
antara lapisan batuan, kekar, sesar, kedudukan lapisan batuan.
GAMBAR 10.
SIMBOL, WARNA, DAN NOTASI (LABEL) PADA PETA GEOLOGI
Hal terpenting untuk memahami batuan adalah memperhatikan bentuk kontak antar
satuan batuan. Tipikal batuan beku, batuan metamorf, dan batuan piroklastik tidak
menunjukkan pola tertentu. Biasanya menunjukkan pola tidak beraturan. Berbeda dengan
batuan sedimen yang menunjukkan pola beraturan.
Pola kontak batuan sedimen dikontrol oleh struktur lipatan, sehingga kontak antar
lapisan batuan dapat menunjukkan pola paralel atau mengkurva. Struktur lipatan tegak
(upright folds), maka kontak antar batuan sedimen memberikan pola perlapisan yang
paralel. Struktur lipatan menunjam (plunging folds) membentuk pola perlapisan yang
mengkurva (bentuk lekungan).
Untuk memudahkan memahami secara ruang, maka ragam batuan dan kedudukan
struktur menjadi kunci dalam pembacan peta geologi. Pada daerah dengan kedudukan lapisn
batuan yang miring, maka ekspresi pada peta (permukaan bumi) adalah pola kontak antar
satuan batuan yang paralel.
Pembacaan peta geologi perlu memperhatikan juga morfologinya. Pola sebaran batuan
akan terpengaruh bentuk morfologi terutama pada peta skala detil. Pada daerah lembah
dapat membuat pola lengkung karena kedudukan lapisan batuan yang searah dengan
kemiringan lereng.
GAMBAR 10.
POLA PENYEBARAN BATUAN
Pola perlapisan batuan dapat menunjukkan kelompok batuan yang berbeda waktu
pengendapannya. Satu seri pengendapan sedimen dapat terganggu karena deformasi
tektonik, sehingga batuan itu terangkat dan tererosi. Sedimentasi menyebabkan hadirnya
seri pengendapan berikutnya yang menutupi seri pengendapan sebelumnya. Kadangkala
membentuk kontak yang menunjukkan ketidakselarasan menyudut (angular unconformity)
di antara kedua seri pengendapan tersebut.
GAMBAR 10.
ANGULAR CONFORMITY YANG TERJADI PADA SERI PENGENDAPAN SEDIMEN
Pola ketidakselarasan itu merupakan bentuk permukaan erosi pada seri batuan
sebelumnya. Adapun jenis batuan yang menutupnya dapat batuan atau endapan kuarter
seperti endapan sungai atau batuan piroklastik.
Pembacaan petageologi dapat dibantu dengan memperhatikan penampang geologinya.
Pola strukstur geologi dan hubungan tua-muda dari ragam batuan dapet dengan mudah
dipahami. Pembacaan pada penampang geologi perlu memperhatikan aspek morfologi
permukaan, kontak lapisan batuan berdasarkan data permukaan, dan rekontruksi struktur
geologi.
GAMBAR 10.
PENAMPANG GEOLOGI
Pembacaan peta geologi untuk memahami sejarah geologi dengan mudah dapat
dipahami dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Kenali jenis dan pola batuannya, temukan pada legenda peta;
2) Perhatikan struktur geologinya;
3) Perhatikan gambaran vertikal peta geologi melalui penampang geologi;
4) Pahami hubungan poin 1, 2, dan 3 di atas untuk memahami urutan proses
pembentukan satuan batuan (tua-muda) dan proses geologi, seperti proses tektonik,
vulkanisme, dan intrusi.
5) Tuliskan sejarah geologi.