Anda di halaman 1dari 5

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MINERAL OPTIK


ACARA 4: PENGAMATAN MINERAL SECARA
KONOSKOPIK

DISUSUN OLEH:
GRACELLA CAHYA LESTARI
(20/456756/TK/50889)
KELOMPOK 6

ASISTEN ACARA:
CANDRA ARIEF MAHARDIKA
JABATIO PRIMIZAKARIA

ASISTEN KELOMPOK:
VIDYA SYARIFAH

YOGYAKARTA
MARET 2021
PROSEDUR PENGAMATAN KONOSKOP

A. Persiapan Mikroskop
Mikroskop polarisasi diposisikan pada nikol silang, aperture diafragma dibuka
maksimal, dan Lensa Amici Bertrand dipasang untuk memperbesar gambar
interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik pada lensa objektif dan
memfokuskan pada lensa okular, serta mikroskop polarisasi diatur perbesaran
lensa objektif menjadi 40x.

B. Pengamatan Konoskop
1. Dalam penentuan garis yang tegak lurus dengan arah sayatan atau yang
disebut dengan sumbu optik, mineral diputar 0°- 45° untuk memperhatikan
bentuk isogirnya. Isogir yang tetap lurus menunjukkan bahwa mineral
tersebut mempunyai sumbu optik satu (uniaxial), sementara mineral yang
melengkung memandakkan bahwa mineral tersebut biaxial.

2. Setelah melakukan penentuan sumbu optik, penentuan gambar interferensi


akan lebih mudah. Dalam penentuan Gambar Interferensi Kristal, meja objek
diputar dan diamati isogir dan melatopnya karena setiap macam gambar
interferensi memiliki ciri yang berbeda tergantung pada bentuk isogir dan
melatopnya. Setelah melakukan penentuan gambar interferensi, dapat
ditemukan tanda optik dan sudut sumbu optik.

3. Penentuan tanda optik bergantung pada sumbu optik dan gambar interferensi
mineral. Pada mineral uniaxial, penentuan tanda optik dilakukan dengan
mengamati warna daerah dekat melatop pada kuadran yang akan diamati.
Setelah dimasukkan keping gips, warna daerah tersebut akan berubah.
Diagram michel levy chart digunakan untuk mengetahui perubahan warna
interferensi sehingga diketahui terjadinya adisi atau substraksi. Jika kuadran
1 dan 3 menunjukkan addisi, dan kuadran 2 dan 4 menunjukkan gejala
substraksi, mineral mempunyai tanda optik positif (+). Jika kuadran 1 dan 3
menunjukkan substraksi, dan kuadran 2 dan 4 menunjukkan gejala adisi,
mineral mempunyai tanda optic negative (-). Namun, cara ini tidak dapat
digunakan pada mineral dengan gambar interferensi kilat.

4. Dalam menentukan tanda optik mineral biaxial dengan gambar interferensi


sumbu optik, kedudukan isogir diatur supaya diagonal. Kemudian,
dimasukkan keping kompensator untuk diamati perubahan warna
interferensinya. Jika terjadi adisi maka yang bergetar sejajar sinar luar biasa
adalah sinar lambat, tanda optiknya positif. Jika terjadi substraksi maka sinar
luar biasa adalah sinar cepat, tanda optiknya negatif.
5. Penentuan sudut sumbu optik (2V) yang hanya dapat dilakukan pada mineral
biaxial. Pada mineral biaxial yang gambar interferensinya sumbu optik
dilakukan dengan melakukan perbandingan bentuk isogir dengan ilustrasi
bentuk isogir (Phillips, 1971 dalan Judith et.al., 1981)

6. Sementara itu, pada mineral biaxial dengan gambar interferensi Bxa,


penentuan besar sudut optiknya bergantung pada kenampakan isogir dalam
medan pandang. Apabila kedua isogir terlihat dalam medan pandang, cara
penentuan besarnya sudut optik (2V) dilakukan dengan memposisikan kedua
isogir agar terletak pada kuadran pertama dan ketiga, lalu membandingkan
kedudukannya dengan diagram Phillips (1971, dalam Judith et al, 1981,
halaman 274). Dengan demikian, dapat diketahui besarnya sudut dari angka
yang tercantum pada tiap diagram.

7. Pada mineral biaxial gambar interferensi Bxa yang kedua isogir menghilang
dari medan pandang cara penentuan besarnya sudut optiknya dengan
mengurangi harga nonius ketika terbentuk salib dengan harga nonius ketika
kedua isogir terletak di tepi medan pandang dengan bagian cekungnya
bersinggungan dengan batas medan pandang. Kemudian sudut tersebut
dikalikan dengan 2. Apabila hasil sudut lebih besar dari 90o, gambar
interferensinya dikurangin dengan 180 sehingga menghasilkan sudut lancip.
PARAMETER DALAM PENGAMATAN KONOSKOP

A. Sumbu Optik
Sumbu optik merupakan garis yang tegak lurus dengan arah sayatan. Ada dua
macam sumbu optik, yaitu sumbu optik satu (uniaxial) dan sumbu optik dua
(biaxial). Pada mineral yang bersistem kristal tetragonal, hexagonal dan
trigonal hanya mempunyai sumbu optik satu (uniaxial) karena hanya ada satu
kemungkinan arah sayatan dimana sinar yang terbias bergetar kesegala arah
dengan kecepatan yang sama. Sedangkan pada mineral yang bersistem kristal
ortorombik, monoklin dan triklin mempunyai sumbu optik dua (biaxial)
karena ada dua kemungkinan arah sayatan dimana sinar yang terbias
bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang sama.

B. Gambar Interferensi
Gambar interferensi adalah bayangan optik yang dihasilkan karena gejala
bias ganda dari mineral anisotropik. Pada gambar interferensi, terdapat
gelang-gelang warna, isogir, dan melatop. Gelang-gelang warna hanya terlihat
ketika menggunakan keping kuarsa. Melatop merupakan perpotongan dari
isogir. Pada mineral uniaxial, terdapat gambar interferensi terpusat (optic
axis figure), gambar interferensi tak terpusat bersudut kecil (slightly off-
centre), gambar interferensi tak terpusat bersudut besar (way off-centre), dan
gambar interferensi kilat (flash figure). Sedangkan pada mineral biaxial,
terdapat gambar interferensi sumbu optik (optic axis (oa) figure), gambar
interferensi bxa (acute bisectrix figure), gambar interferensi bxo (obtuse
bisectrix figure), gambar interferensi kilat (flash figure), dan gambar
interferensi tak terpusat (off-centre figure). Dengan mengetahui gambar
interferensi, dapat ditentukan tanda optik dan sudut 2V.

C. Tanda Optik
Mineral dengan sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstraordiner memiliki
tanda optik positif (+). Sedangkan mineral yang sinar ekstraordiner lebih
cepat dari sinar ordiner tanda optiknya negatif (-). Penentuan tanda optik
dapat dilihat dari perubahan warna interferensinya pada kuadran
pengamatan sayatan tipis mineral saat mikroskop dimasukkan keping
kompensator. Pada mineral uniaxial dan biaxial dari gambar interferensi kilat
(flash figure) tidak dapat ditentukan tanda optiknya karena nilai δ
maksimum. Sedangkan pada mineral biaxial dengan gambar interferensi bxo
juga sulit ditentukan karena pemisahan isogir sangat besar.

D. Sudut Sumbu Optik ( 2V )


Sudut 2V adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optik sehingga sudut
sumbu optik hanya didapatkan pada konoskop mineral yang bersumbu optik
dua. Pada sayatan mineral biaxial tertentu, dengan memperhatikan gambar
interferensi Sumbu Optik dapat dihitung sudut sumbu optik.
DAFTAR PUSTAKA
CHAERUL, M. Mineral Optik & Petrografi. YCAB publisher. Diakses pada 15 Maret
2021, dari
https://books.google.co.id/books?id=7VtxDwAAQBAJ&pg=PA198&dq=m+chaerull+mi
neral+optik&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjkz8LuibXvAhXl7nMBHSVsCBgQ6AEwA
HoECAQQAg#v=onepage&q=m%20chaerull%20mineral%20optik&f=false
Laboratorium Geologi Optik Teknik Geologi UGM. (2021). Acara Pengamatan Mineral
Secara Konoskopik. Modul Praktikum Mineralogi Optik. Yogyakarta: Departemen
Teknik Geologi FT UGM

Anda mungkin juga menyukai