Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dwaigh Reinaldi Gumolung 072.16.

012

Pengamatan Mineral Secara Konoskop


Pengamatan secara konoskopik dilakukan sebagai langkah pengamatan lanjut apabila ada
mineral-mineral yang tidak dapat/sulit dibedakan dengan menggunakan nikol sejajar dan nikol
bersilang. Pengamatan secara konoskopik dilakukan dengan menggunakan lensa Amici-Bertrand
dan dengan perbesaran lensa obyektif yang sangat besar (~40x). Cahaya pada kenampakan
konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa kondensor akan menghasilkan cahaya
mengkuncup yang menghasilkan suatu titik yang terfokus pada sayatan mineral. Cahaya tersebut
kemudian melewati sayatan kristal dan kemudian ditangkap oleh lensa obyektif.

Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mendapatkan gambar interferensi dari suatu
mineral, yaitu suatu bayangan optik yang dihasilkan karena gejala bias ganda pada zat
anisotropik. Perbedaan antara pengamatan secara ortoskopik dengan pengamatan secara
konoskopik ditunjukkan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Alur perjalanan cahaya pada mikroskop polarisasi (Raith et.al, 2011)

Pengamatan secara konoskopik menghasilkan kenampakan mineral berupa gambar


interferensi. Kenampakan gambar interferensi dipengaruhi oleh jumlah sumbu mineral serta arah
sayatan.
Gambar 2. Ilustrasi pembentukan gambar interferensi (Raith et.al, 2011)

Gambar 3. Komponen gambar interferensi

Dengan pengamatan gambar interferensi kita dapat menentukan :

a. Sumbu optik mineral (uniaxial dan biaxial)


b. Tanda optik mineral (positif atau negatif)
c. Sudut sumbu optik 2V

1.Penentuan sumbu optic mineral

Cahaya terpolarisir yang melewati mineral anisotrop, akan dibiaskan menjadi dua sinar
yang bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang berbeda. Tetapi pada arah sayatan tertentu
sinar akan dibiaskan kesegala arah dengan kecepatan sama. Garis yang tegak lurus dengan arah
sayatan tersebut di.kenal sebagai Sumbu Optik.

Pada mineral-mineral yang bersisitim kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal terdapat
dua sumbu indikatrik (sumbu arah getar sinar), yaitu sumbu dari sinar ordiner (biasa) dan sinar
ekstra
ordiner (luar biasa). Pada mineral yang bersistim kristal tersebut, hanya ada satu kemungkinan
arah sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh
karena itu, mineral-mineral yang bersistem kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal mempunyai
Sumbu Optik Satu (Uniaxial).

Sedangkan pada mineral-mineral yang bersistim kristal orthorombik, monoklin dan triklin
terdapat tiga macam sumbu indikatrik, yaitu sumbu indikatrik sinar X (paling cepat), sinar Y
(intermediet) dan sinar Z (paling lambat). pada mineral-mineral ini, ada dua kemungkinan arah
sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena
itu mineral-mineral yang bersistem kristal demikian mempunyai Sumbu Optik Dua (Biaxial).

a) Sumbu 1 (Uniaxial)
Bentuk isogir pada mineral uniaxial akan tetap lurus pada waktu diputar 0°- 45°.

b) Sumbu 2 (Biaxial)
Bentuk isogir pada mineral biaxial akan memisah menjadi dua lengkungan pada waktu
diputar 0°- 45°.

2.Tanda optik mineral

a) Tanda optik mineral sumbu satu (uniaxial)


Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu (uniaxial) adalah tidak sama.
Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral lain
sinar ordiner bisa lebih cepat dari sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan dari
keragaman tersebut dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang mempunyai sinar ekstra
ordiner lebih cepat dari sinar ordiner diberi Tanda Optik Negatif. Sebaliknya untuk mineral
uniaxial yang mempunyai sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstra ordiner diberi Tanda Optik
Positif.

b) Tanda optic mineral sumbu dua (biaxial)


Pada mineral sumbu dua, kecepatan sinar X,sinar Y dan sinar Z adalah tertentu, artinya pada setiap
mineral sinar X merupakan sinar yang paling cepat, sinar Y merupakan sinar intermediet dan sinar
Z merupakan sinar paling lambat. Yang membedakan antara mineral satu dengan lainnya adalah
kedudukkan/posisi dari sumbu indikatrik sinar-sinar tersebut dikaitkan dengan Garis Bagi Sudut
Sumbu Optik. Mineral sumbu dua dikatakan mempunyai Tanda Optik Positif, jika sumbu
indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Lancip (Bsl) atau Centred Acute Bisectrix
(Bxa) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (Bst) atau
Centred Obtuse Bisectrix (Bxo). Sebaliknya jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis
Bagi Sudut Tumpul (Bst) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi sudut Lancip
(Bsl), maka mineral tersebut mempunyai Tanda Optik Negatif.

3.Sudut sumbu optik 2V

Adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optik. oleh karena itu sudut sumbu optik hanya
didapatkan pada mineral sumbu dua. Pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan gambar
interferensinya, dapat dihitung besarnya sudut sumbu optik.
Daftar Pustaka

http://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/32/2018/02/04-MODUL-
ACARA-IV-MINERALOGI-OPTIK.pdf

https://kupdf.com/download/modul-mineralogi-optik-petrografi-
2016pdf_59c23f1908bbc55311687044_pdf

Anda mungkin juga menyukai