Anda di halaman 1dari 9

Taura Muhammad Arief Fiandara

23/514949/TK/56551

Resume Mineral Uniaxial Dan Biaxial Serta Pengamatan Konoskop

 MINERAL BIAXIAL

Semua mineral yang mengkristal dalam sistem kristal ortorombik, monoklin, atau triklin adalah
biaxial. Mineral biaksial memiliki 2 sumbu optik, hal ini yang membedakan biaksial dengan
uniaksial. Semua mineral biaxial memiliki simetri optik 2/m2/m2/m.

Pada mineral biaxial, semua sinar berjalan ke semua arah dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Terdapat tiga sinar yang melewati mineral-mineral tersebut, yaitu sinar x (atau α ) (fast), sinar y
(atau β ) (medium), dan sinar z (atau γ ) (slow), mineral biaxial juga memiliki gelapan sejajar.

1. Indikator Optik Biaksial

Adalah gambar geometris yang menunjukan indeks refraksi dan arah getaran saat sinar dengan
segala arah melewati mineral (lingkaran dan elipsoid).

Sudut lancip antara sumbu optik disebut sudut 2V.

-Bxa sejajar sumbu z maka nilai


indikatriks optik : +ve
-Bxa sejajar sumbu x maka nilai
indikatriks optik : -ve

2. Tanda Optik Mineral Biaksial


 Gambar Interferensi Sumbu Optik
1. Posisikan kedudukan gambar interferensi pada 225o
2. Amati warna interferensi pada kuadran IV.
3. Masukkan keping gips pada kompensator palet dan amati perubahan warna pada kuadran IV.
Titik tembus Bxa selalu berada di bagian cembung isogir. Z : sinar lambat, X : sinar cepat.
4. Jika di belakang isogir (bagian cekung) terjadi substraksi : sumbu merah merupakan sinar lambat
(Z), maka Bxa//Z sehingga Tanda Optik +ve
5. Jika di belakang isogir (bagian cekung) terjadi adisi : sumbu merah merupakan sinar cepat (X),
maka Bxa//X sehingga Tanda Optik –ve

 Gambar Interferensi Bxa

1. Posisikan kedudukan gambar interferensi pada 45°, yaitu ketika isogir berada pada kuadran II
dan kuadran IV.
2. Amati warna interferensi pada kuadran II dan kuadran IV.
3. Masukkan keping gips dan amati perubahan warna.
4. Jika di belakang isogir terjadi substraksi: sumbu merah merupakan sinar lambat (Z), maka Bxa//Z
sehingga Tanda Optik +ve
5. Jika di belakang terjadi adisi : sumbu merah merupakan sinar cepat (X), maka Bxa//X sehingga
Tanda Optik -ve

3. Penentuan Sudut Optik (2V)

 Kedua isogir terlihat dalam medan pandang cara penentuan besarnya sudut optik (2V):
1. Dengan gambar interferensi BSL terpusat, meja objek diputar sampai terbentuk salib (posisi 0 ).
2. Perhatikan skala nonius.
3. Meja objek diputar kembali sampai posisi 315 (isogir terletak pada kuadran pertama dan ketiga).
4. Kedudukan kedua bagian isogir dibandingkan dengan kedudukannya yang terlihat pada diagram
Phillips.
5. Besarnya sudut optik kristal (2V) sesuai dengan besarnya sudut yang tercantum di bawah tiap-
tiap diagram tersebut semakin besar jarak kedua melatopnya, semakin besar sudut 2V.
 Kedua isogir menghilang dari medan pandang cara penentuan besarnya sudut optik (2V):
1. Meja objek diputar sampai terbentuk salib (posisi 0 ).
2. Skala nonius dicatat sebagai harga x.
3. Meja objek diputar sampai kedua isogir terletak di tepi medan pandang dengan bagian cekungnya
persis bersinggungan dengan batas medan pandang. skala nonius dicatat sebagai harga y.
4. Perbedaan harga x dengan harga y disebut dengan harga δ. Besarnya sudut V dibaca dari titik
perpotongan antara lengkung kamb dengan garis horizontal harga δ.
5. Besarnya sudut V dikalikan 2. Jika hasilnya (2V) lebih besar dari 90, maka gambar
interferensinya merupakan gambar interferensi Bxo. Oleh karena itu, hasilnya harus dikurangi 180
sehingga besar sudut lancip yang dihasilkan adalah besarnya sudut optik 2V.

4. Gambar Interferensi
 Gambar interferensi sumbu optik

 Gambar interferensi Bxa

 Gambar interferensi Bxo

 Gambar interferensi kilat

 Gambar interferensi tak terpusat


 MINERAL UNIAXIAL
Mineral uniaksial adalah kelas mineral anisotropik yang mencakup semua mineral yang mengkristal
dalam sistem kristal tetragonal dan heksagonal. Disebut uniaksial karena mempunyai sumbu optik
tunggal. Cahaya yang merambat sepanjang arah sumbu optik tunggal ini menunjukkan sifat yang
sama dengan bahan isotropik dalam arti bahwa arah polarisasi cahaya tidak berubah saat melewati
kristal.

Mineral uniaksial selanjutnya dapat dibagi menjadi dua kelas. Jika ω > ε maka mineral tersebut
dikatakan mempunyai tanda optik negatif atau negatif uniaksial . Sebaliknya, jika ε > ω mineral
tersebut dikatakan mempunyai tanda optik positif atau positif uniaksial .

1. Indikator Optik Uniaxial

Jika ω > ε, tanda optiknya negatif dan indikator uniaksialnya akan berbentuk bola pepat. Perhatikan
bahwa indikator seperti itu memanjang searah dengan tanda minus.

Jika ε > ω, tanda optiknya positif dan indikator uniaksialnya akan berbentuk bola prolate.Perhatikan
bahwa indikator seperti itu memanjang searah dengan garis vertikal tanda tambah.

a. Sumbu optis sejajar bidang sayatan.


Warna interferensi akan maksimum karena bidang sayatan melewati nω dan nε
b. Sumbu optis tegak lurus bidang sayatan.
Warna interferensi akan minimum atau gelap total karena bidang sayatan hanya melewati nω
c. Sayatan acak.
Warna interferensi biasa karena sayatan melewati nω dan terdapat sudut antara nε’ < nε

2. Tanda Optik Mineral Uniaxial

Jika ε lambat : Tanda Optik Mineral +ve


Jika ε cepat : Tanda Optik Mineral –ve
3. Gambar Interferensi
 Gambar interferensi Terpusat

 Gambar interferensi tak terpusat bersudut kecil


(lebih dari 45o terhadap sumbu c)

 Gambar interferensi tak terpusat bersudut besar


(kurang dari 45o terhadap sumbu c)

 Gambar interferensi kilat

 PENGAMATAN KONOSKOP

Cahaya pada kenampakan konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa kondensor akan
menghasilkan cahaya mengkuncup yang menghasilkan suatu titik yang terfokus pada sayatan
mineral. Cahaya tersebut kemudian melewati sayatan kristal dan kemudian ditangkap oleh lensa
obyektif. Jadi kita tidak lagi melakukan pengamatan langsung pada peraga, tetapi yang kita lihat
dalam mikroskop adalah kenampakkan gambar interferensi (isogire, isofase/isokrom, dan
melatope). Dalam melakukan pengamatan gambar interferensi ini dipergunakan beberapa lensa,
diantaranya lensa "Amici Bertrand lens” dan lensa-lensa yang lainnya seperti kondensor, polarisator
maupun analisator.
1.Komponen Gambar Interferensi

(a) Indikatriks optik untuk mineral isotropik dalam 2D. Pada mineral isotropik, indikatriks
optiknya berbentuk lingkaran. Sedangkan pada mineral anisotropik indeks bias antara kedua
sumbunya tidak sama besar sehingga kecepatan gelombang cahaya yang merambat
melaluinya berbeda.
(b) Indikatriks optik dalam bentuk 3D untuk mineral isotropik adalah bangun bola, sedangkan
mineral anisotropik adalah elipsoid
2. Penentuan Sumbu Optik
Sumbu 1 (Uniaxial) Bentuk isogir pada mineral uniaxial akan tetap lurus pada waktu diputar 0°- 45°

Sumbu 2 (Biaxial) Bentuk isogir pada mineral biaxial akan memisah menjadi dua lengkungan pada
waktu diputar 0°- 45°

3. Penentuan Tanda Optik

 Mineral Uniaxial
 Indikatriks Optik Mineral Uniaxial
- Mineral Uniaxial (hexagonal, tetragonal: a1 = a2 ≠ c)
- Prinsip sumbu : nε//c dan nω//a
- Sinar pada mineral uniaxial:
ε: sinar “extraordinary” = Sinar yang bergetar pada bidang yang mengandung sumbu c dengan
kecepatan yang berbeda-beda pada arah yang berbeda.
ω: sinar “ordinary” = Sinar yang bergetar pada bidang yang tegak lurus sumbu c dengan kecepatan
yang sama ke segala arah.
Bidang X-Y: Bidang Sayatan
Z = sumbu optik (sumbu c = lambat)
nε >nω maka +ve

Bidang Y-Z: Bidang Sayatan


X = optic axis (sumbu c = cepat)
nε <nω maka -ve

 Mineral Biaxial

 Indikatriks Optik Mineral Biaxial


- Mineral Biaxial (orthorombic,
monoclinic, triclinic systems: a < b < c)
- Indicatriks berbentuk elipsoid dengan
sumbu X < Y < Z dimana nα//X, nβ//Y,
nγ//Z
- X= sinar cepat, Y= sinar intermediet, Z=
sinar lambat
- Sudut Lancip (Acute Angle) diantara
Sumbu Optik (OA) = 2V
- Garis yang membagi 2V = Bxa
- Jika Z//Bxa maka Tanda Optis +ve
- Jika X//Bxa maka Tanda Optis -ve

5. Penentuan Sudut Optik(2V) pada mineral biaxial


 Kedua isogir terlihat dalam medan pandang cara penentuan besarnya sudut optik (2V):
1. Dengan gambar interferensi BSL terpusat, meja objek diputar sampai terbentuk salib (posisi 0 ).
2. Perhatikan skala nonius.
3. Meja objek diputar kembali sampai posisi 315 (isogir terletak pada kuadran pertama dan ketiga).
4. Kedudukan kedua bagian isogir dibandingkan dengan kedudukannya yang terlihat pada diagram
Phillips.
5. Besarnya sudut optik kristal (2V) sesuai dengan besarnya sudut yang tercantum di bawah tiap-
tiap diagram tersebut semakin besar jarak kedua melatopnya, semakin besar sudut 2V.
 Kedua isogir menghilang dari medan pandang cara penentuan besarnya sudut optik (2V):
1. Meja objek diputar sampai terbentuk salib (posisi 0 ).
2. Skala nonius dicatat sebagai harga x.
3. Meja objek diputar sampai kedua isogir terletak di tepi medan pandang dengan bagian cekungnya
persis bersinggungan dengan batas medan pandang. skala nonius dicatat sebagai harga y.
4. Perbedaan harga x dengan harga y disebut dengan harga δ. Besarnya sudut V dibaca dari titik
perpotongan antara lengkung kamb dengan garis horizontal harga δ.
5. Besarnya sudut V dikalikan 2. Jika hasilnya (2V) lebih besar dari 90, maka gambar
interferensinya merupakan gambar interferensi Bxo. Oleh karena itu, hasilnya harus dikurangi 180
sehingga besar sudut lancip yang dihasilkan adalah besarnya sudut optik 2V
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

BORANG PRAKTIKUM MINERALOGI OPTIK ACARA :


PENGAMATAN SECARA KONOSKOPIK

No. :23/514949/TK/56551
Nama : Taura Muhammad Arief Fiandara
Kode Peraga :J 11

1. Penetuan Sumbu Optis


Sumbu 2 (Biaxial) Bentuk isogir pada mineral biaxial akan memisah menjadi dua lengkungan pada
waktu diputar 0°- 45°

2. Penentuan Gambar Interferensi


Gambar interferensi Bxa

00 450 900 1350


3. Penentuan Tanda Optik

terjadi adisi : sumbu merah merupakan sinar cepat (X), maka Bxa//X sehingga Tanda Optik -ve

4. Penentuan Sudut Optis (untuk biaxial)

2V = 15O

DAFTAR PUSTAKA

Judith, B., Hadi S., Soekardi. 1981. Diktat Kuliah Mineral Optik. Yogyakarta: Pusat
Penerbitan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Kraus, E.H., Walter F.H., Lewis S.R. 1951. Mineralogy: An Introduction to the Study of
Minerals and Crystals. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Nelson,Stephen.(2014). Pengantar Mineral Uniaksial.


https://www2.tulane.edu/~sanelson/eens211/biaxial.htm .Diakses pada 31 oktober 2023

Soetarto.(2019).Mineralogi Optik. Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan


Nasioal “Veteran” Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai