Anda di halaman 1dari 3

1. Bagaimana hubungan antara sumbu kristalografi dan sumbu sinar optik? Jelaskan!

(Hubungannya dengan sistem isotropik, Anisotropik Uniaxial dan Anisotropik Biaxial).

Jawab:

Hubungan antara sumbu kristalografi dan sumbu sinar optik Merupakan ciri khas untuk
setiap sistem kristal dan juga mineral. Sehingga dapat digunakan untuk Identifikasi jenis
mineral berdasarkan sifat optiknya (jenis gelapan dan GI). Sumbu a, b, (a1,a2,a3) dan c = sumbu
kristalografi sedangkan Sumbu x, y dan z = sumbu sinar mineral.

Pada mineral isotropik yang pada sumbu kristalografinya merupakan


isometrik, panjang sumbu kristalografi pada sistem kristal ini adalah sama pada a1, a2 dan C
dan saling tegak lurus sehingga pada pengamatan optis jika meja preparat/meja mikroskop
diputar kearah manapun akan menampakkan gelap.

Pada mineral anisotropik Uniaxial Masing-masing sinar x, y dan z berhimpit pada


masing – masing sumbu kristalografi (Tetragonal) atau 2 Sumbu sinar berhimpit dengan sumbu
c dan a3, 1 sumbu sinar di bidang a1,a2,a3 (Heksagonal dan Trigonal)

Pada Mineral Anisotropik Biaxial sistem orthorombik Masing-masing sinar x, y dan z


berhimpit pada masing – masing sumbu kristalografi. Untuk sistem monoklin Salah satu sumbu
sinar yang berhimpit dengan sumbu b sedangkan Sumbu sinar yang lain berada pada satu bidang
dengan sumbu a dan c. Untuk sistem triklin Tidak ada sumbu sinar yang berhimpit dengan
sumbu kristalografi

Nepheline (Heksagonal) Olivine (Orthorombik) Biotit (Monoklin) Kyanit (Triklin)


2. Sebutkan sistem kristalografi dari mineral anisotropik biaxial bersama contoh
mineralnya dan deskripsinya sesuai borang deskripsi (Harus lengkap jangan lupa
cantumkan sumber).

Jawab:

Orthorombik: Olivine

Monoklin : Actinolite-Tremolite

Triklin: Kyanit

3. Jelaskam tahapan menentukan tanda band 2V? Boleh disertakan contoh kasus pada
suatu mineral yang diamati.

Jawab:

 Penentuan Sudut Optik (2V)

 Gambar Interferensi Sumbu Optik

Penentuan sudut optik dari gambar interferensi sumbu optik dapat dilakukan dengan
NEPHELINEbentuk isogir dengan ilustrasi bentuk isogir menurut Phillips (1971)
cara membandingkan
(HEKSAGONAL)
(dalam Judith et al, 1981, halaman 257).

Gambar 6.3 Ilustrasi bentuk isogir (Phillips, 1971 dalam Judith et.al., 1981)

 Gambar Interferensi Bxa

Apabila kedua isogir terlihat dalam medan pandang cara penentuan besarnya sudut
optik (2V) adalah sebagai berikut:

1. Dengan gambar interferensi BSL terpusat, meja objek diputar sampai


terbentuk salib (posisi 0 ).

2. Perhatikan harga nonius.

3. Meja objek diputar kembali sampai posisi 315 (isogir terletak pada
kuadran pertama dan ketiga).

4. Kedudukan kedua bagian isogir dibandingkan dengan kedudukannya yang


terlihat pada diagram Phillips

5. Besarnya sudut optik kristal (2V) sesuai dengan besarnya sudut yang
tercantum di bawah tiap-tiap diagram tersebut semakin besar jarak kedua
melatopnya, semakin besar sudut 2V.

Gambar Kisaran besar sudut 2V (Phillip, 1971 dalam Judith et.al., 1981)

Apabila kedua isogir menghilang dari medan pandang cara penentuan besarnya sudut
optik (2V) adalah sebagai berikut:

1. Dengan gambar interferensi BSL terpusat, meja objek diputar sampai terbentuk salib
(posisi 0 ).
2. Harga nonius dicatat sebagai harga x.
3. Meja objek diputar perlahan-lahan sampai kedua isogir terletak di tepi medan pandang
dengan bagian cekungnya persis bersinggungan dengan batas medan pandang. Harga nonius
dicatat sebagai harga y.
4. Perbedaan harga x dengan harga y disebut dengan harga δ. Besarnya sudut V dibaca
dari titik perpotongan antara lengkung “Kamb” (dalam Judith et al, 1981, halaman 276)
dengan garis horizontal harga δ.
5. Besarnya sudut V tersebut kemudian dikalikan 2. Jika hasilnya (2V) lebih besar dari
90, maka gambar interferensinya merupakan gambar interferensi Bxo. Oleh karena itu,
hasilnya harus dikurangi 180 sehingga besar sudut lancip yang dihasilkan adalah
besarnya sudut optik 2V.

Anda mungkin juga menyukai