2. melakukan testing untuk mengetahui jenis kembaran. Cara inidilakukan pertama dengan meja
objek diputar hingga kristal plagioklas menunjukkan warna interferensi maksimum sehingga
garis bidang komposisi sama sekali tidak terlihat, kemudian keping gips dimasukkan. Jika warna
interferensi pada plagioklas berubah secara merata pada kristal tersebut, maka kembaran tersebut
merupakan kembaran albit, tetapi jika lembar kembaran mengalami penambahan warna
interferensi ( adhisi ) sedang lembar kembaran yang lain mengalami pengurangan warna
interferensi ( substraksi ) maka kembaran tersebut merupakan jenis kembaran periklin.
3. melakukan pengukuran terhadap besarnya sudut yang dibentuk oleh x o dan yo tadi dengan
menggunakan rumus
4. dengan memakai harga zo yang merupakan sudut gelapan dari lembar – lembar kembaran tadi,
dapat ditentukan jenis plagioklas dengan mengunakan grafik michel - levy, dengan catatan
apabila harga zo adalah kurang dari 20o, maka indeks bias dari plagioklas tersebut harus
ditentukan.
b. Cara menentukan tipe plagioklas dengan kembaran albit yang menggunakan sayatan yang
dipotong tegak lurus terhadap sumbu a
1. mencari sayatan seperti pada langkah 1 dan 2 pada penentuan tipe plagioklas menurut Michel –
Levy, lalu tentukan sayatan yang berbentuk hampir kubik dan memiliki belahan ( 001 )
2. lalu ukur sudut gelapan yang dibentuk kembaran tadi sesuai dengan langkah ke 3 pada
penentuan tipe plagioklas menurut Michel – Levy sehingga didapat nilai zo
3. jika besarnya sudut gelapan kurang dari 15o maka perlu dilakukan testing, untuk mengetahui
apakah sudut tersebut bernilai positif atau negatif. Cara untuk mengetahuinya dengan cara
menggunakan perbesaran maximum pada lensa objektif dengan membuat kesdudukan sinar cepat
pada salah satu lembar kembaran ditentukan. Kemudian kedudukan arah getarannya
dibandingkan dengan bidang komposisi dan juga bidang belahan ( 001 ). Bila arah getaran sinar
cepat membagi sudut tumpul antara bidang komposisi kembaran dengan bidang belahan, maka
sudut gelapan kembaran disebut sudut gelapan negatif. Sedangkan bila arah getaran sinar cepat
membagi sudut lancip antara bidang komposisi dengan bidang belahan., maka sudut gelapan
tersebut merupakan sudut gelapan positif.
4. lalu dengan memakai harga besarnya sudut gelapan lembar – lembar kembaran yang sudah
ditentukan, digunakan grafik hubungan antara sudut gelapan ( zo ) dengan kandungan palgioklas,
untuk mengetahui kandungan plagioklas tersebut
c. Cara menentukan tipe plagioklas dengan menggunakan kembaran albit - carlsbad
1. diantara kristal – kristal plagioklas yang mempunyai kembaran albit – carlsbad, dicari sayatan
yang sejajar sumbu b. Sayatan tersebut dicirikan dengan
pada keadaan diagonal akan menunjukkan 2 lembar kembaran saja, yaitu lembaran kembaran
carlsbad. Sedangkan pada kedudukan yang sejajar sumbu analisator, garis bidang komposisi
pada semua lembar kembaran albit nampak sebagai garis hitam dan warna interferensi serta
iluminasinya merata.
2. hitung besarnya sudut gelapan lembar – lembar kembaran albit. Perhitungan dilakukan pada
salah satu lembar kembaran carlsbad ( misalnya sebelah kiri ) ditentukan sesuai dengan gambar
B dan dihitung dengan rumus . Begitu juga untuk kembaran albit pada
kembaran carlsbad sebelah kiri ditentukan sesuai dengan gambar D dan dihitung dengan rumus
3. apabila sudut gelapan kembaran adalah kurang dari 20 o maka relief dari kristal tersebut
ditentukan sesuai dengan langkah kelima pada penentuan plagioklas menurut Michel – Levy
4. dari harga x dan y yang sudah didapat, maka dapat ditentukan jenis plagioklas dengan
menggunakan grafik
B. PENENTUAN TIPE PIROKSEN
a) Sistem Kristal
Hal yang paling mendasar untuk membedakan kedua mineral tersebut adalah dari sistem
kristal kedua mineral itu.
Klinopirosen memiliki sistem kristal monoklin
sedangkan ortopiroksen memiliki sistem kristal ortorombik.
b) Sudut Pemadaman/ Sudut Gelapan
Setelah sistem kristal, hal yang paling mendasar dalam membedakan antara klinopiroksen
dengan ortopiroksen adalah pada sudut pemadamannya. Klinopiroksen memiliki sistem kristal
monoklin sedangkan ortopiroksen memiliki sistem kristal ortorombik. Perbedaan sistem kristal
ini menyebabkan perbedaan pada sudut pemadamannya. Klinopiroksen yang bersistem kristal
monoklin memiliki sumbu c yang menyudut terhadap sumbu optik z atau sumbu x yang
menyebabkan klinopiroksen memiliki sudut gelapan atau sudut pemadaman sebesar 6° sampai
48° sehingga klinopiroksen memiliki gelapan miring. Pada ortopiroksen yang bersistem kristal
ortorombik memiliki sumbu c yang berhimpit terhadap sumbu optik z yang menyebabkan
ortopiroksen memiliki sudut gelapan atau sudut pemadaman sebesar 0° sehingga ortopiroksen
memiliki gelapan sejajar.
c) Harga Dwibias (Birefringence)
Klinopiroksen memiliki warna interferensi pada orde kedua sehingga klinopiroksen memiliki
harga dwibias yang cukup tinggi (0.018-0.034). Sedangkan ortopiroksen memiliki warna
interferensi pada orde bawah sehingga ortopiroksen memiliki harga dwibias yang lebih rendah
(0.007-0.020).
Klinopiroksin Orthopiroksin
Kedudukan gelapan menyudut Kedudukan gelapan paralel
Memiliki warna pleokroisme yang lebih kuat Memiliki warna pleokroisme yang lebih pucat
Memiliki gambar interferensi biaxial positive Memiliki gambar interferensi biaxial negative
Memiliki harga dwibias yang tinggi Memiliki harga dwibias yang rendah
http://littlegeoamber.blogspot.com/2011/10/mineral-optik.html
11.22