Anda di halaman 1dari 12

30/09/2021

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

MINERAL OPTIK
(TGL21331/ 3 SKS)
Semester Gasal 2021/2022

Dosen Pengampu
Jenian Marin, ST, M.Eng

Pengamatan Cross Polarized (XPL)
Pengamatan dengan polarisator + analisator
Mineral isotropik  gelap pada XPL, karena cahaya yang
tidak terbelah lalu tertutup analisator
Mineral anisotropik, cahaya terbelah dua
1. Sayatan tegaklurus sumbu optik (arah cahaya sejajar
arah sumbu optik, sehingga tidak terbiasgandakan) 
gelap pada XPL
2. Sayatan sejajar/miring terhadap sumbu optik 
muncul warna interferensi pada XPL
30/09/2021

Pengamatan CROSS Polarized (XPL)
Pengamatan hanya dengan polarisator dan analisator:
1. Warna interferensi (Interference Colour)
2. Bias Rangkap (Birefringence)
3. Elongation
4. Gelapan dan Sudut Gelapan (Extinction and Angle of Extinction)
5. Kembaran (Twinning)
6. Zoning

Warna Interferensi

Mineral anisotropik  birefringent 


double refraction. Jika dirotasi:
A. Posisi gelap (extinct)  tidak ada cahaya
melewati analisator
B. Posisi terang/warna  cahaya yg terbelah
melewati sayatan, tergabung dan melewati
analisator  warna interferensi
(interference color)

Warna interferensi dapat berubah saat diputar,


atau tetap sama hanya berubah intensitasnya
30/09/2021

Warna Interferensi

Plagioklas: abu‐abu orde 1
Hornblende : kuning‐orange  Olivin: magenta‐biru orde 3
orde 2

Kalsit : pink pastel orde 4

Birefringence dan Retardasi
Birefringence adalah selisih indeks bias maksimum dan
minimum, nilai bergantung arah sayatan (N-n)
Cahaya melewati sayatan, terbelah menjadi fast ray dan slow ray
 retardasi (seberapa jauh slow ray tertinggal dari fast ray.

Retardation = thin section thickness x birefringence

Warna interferensi terbagi menjadi beberapa orde, mulai rendah


– tinggi, merupakan produk dari adanya retardasi.
Makin besar retardasi, makin tinggi orde warna interferensi

https://www.youtube.com/watch?v=OB7UbgiDGW0
30/09/2021

Chart Warna Interferensi (Michel‐Levy Chart)
Sebelum menghitung nilai
birefringence:
• Tidak dapat digunakan pada
mineral isotropik dan mineral opak
• Tebal sayatan mempengaruhi
warna dan ordenya (karena
retardasi)
• Orde tinggi 4-5 warna agak pastel,
makin tinggi makin menuju ke
warna pink – putih terang
• Nilai maksimal muncul bergantung
orientasi/arah sayatan. Amati
sejumlah mineral yang sama/mirip
dalam satu sayatan  Retardation (nm)
• Mineral uniaksial dapat terlihat
isotropik

Menghitung Birefringence
Jika asumsi tebal sayatan standar 30 µm 0,037
0,008
• Posisikan mineral, putar-putar
sampai terlihat warna interferensi
maksimum
• Plotkan warna interferensi maks
pada garis tebal sayatan 30 µm
• Dari titik tersebut, tarik vertikal ke
atas sampai berpotongan dengan
garis diagonal birefringence
• Ikuti garis birefringence sampai atas,
baca nilainya
• Berdasarkan nilai, lihat referensi
mineral dengan nilai tersebut. Ingat,
ini belum tentu birefringence Qz
maksimum suatu mineral, karena
bergantung arah sayatan Ol
30/09/2021

Elongation
Kompensator: diselipkan di atas sayatan tipis untuk 
memodifikasi retardasi. Keping kompensator didesain 
membaji untuk mewakili cahaya fast‐slow. 
Tanda optik: hubungan sumbu memanjang kristal  
(sumbu c) dengan sumbu sinar (sumbu z, cepat atau 
lambat):
1. Positif/Length slow: sumbu c sejajar sumbu sinar 
lambat (indeks bias tinggi N)  gejala adisi 

2. Negatif/Length fast: sumbu c sejajar sumbu sinar 
cepat (indeks bias rendah n)  gejala substraksi

Adisi: sumbu z kompensator dan mineral sejajar (slow+slow), 
maka retardasi naik, warna interferensi naik (abu‐abu orde 1 
menjadi biru)
Substraksi: sumbu z kompensator dan mineral berkebalikan 
(slow‐fast), maka retardasi turun, warna interferensi turun 
(abu‐abu orde 1 menjadi kuning)

A B

Cordierite with polysinthetic twinning. Original interference colour is grey (A), 
modified with compensator (B)
30/09/2021

Gelapan (Extinction)
Mineral anisotropik yang diputar pada
pengamatan XPL akan menunjukkan
perubahan warna gelap – terang.
Posisi gelapan (extinction) terjadi ketika
gelombang cahaya dari polarisator yang
merambat pada orientasi E-W sejajar
dengan orientasi kristal tertentu
sehingga cahaya tidak terbelah dan
terhalang analisator
Dalam 1 putaran, posisi gelap-terang
konsisten setiap 45° (ada 4 gelap dan 4
terang dalam 360°)

Gelapan dan Sudut Gelapan
Gelapan berdasarkan posisi dan pola:
1. Gelapan bergelombang (undulose extinction):
posisi gelap berpindah secara bergelombang saat diputar,
terjadi karena deformasi plastis pada kristal yang
menyebabkan crystal lattice melengkung. Contoh: kuarsa
2. Gelapan tegak (parallel extinction): posisi gelap
saat arah sumbu memanjang kristal disejajarkan arah
cahaya (sumbu E-W atau N-S yang ditandai sejajar
benang silang). Contoh: ortopiroksen  sudut gelapan 0°
3. Gelapan miring (inclined extinction): posisi gelap
saat sumbu memanjang kristal miring terhadap arah
cahaya. Contoh: klinopiroksen
4. Gelapan simetri (symmetrical extinction): posisi
gelap dan terang tepat pada 45 °
30/09/2021

Pada gelapan miring, sudut gelapan maksimum (angle of


extinction/extinction angle) menjadi salah satu ciri
mineral. Misal
• Hornblende: sudut gelapan 12°‐34° pada sayatan sejajar
// c, gelapan simetri pada sayatan tegaklurus c
• Diopsid (cpx): sudut gelapan 38°‐45° pada sayatan
sejajar // c, gelapan simetri pada sayatan tegaklurus c
https://www.youtube.com/watch?v=1DSqh5oEYOE
https://www.youtube.com/watch?v=1KikM4Z4zxo
30/09/2021

Kembaran (Twinning)
Sifat optik yang terbentuk akibat pertumbuhan bersama
suatu kristal mineral. Manifestasi sifat optik: munculnya
gelapan yang berpola dan simetris akibat adanya sumbu
dan bidang kembaran (twin axis and plane).
Asal kembaran:
1. Growth twinning: misal pada saat kristalisasi dari
magma, titik kisi (crystal lattice) pada suatu kristal
terbagi dan menjadi titik kisi kristal lain yang menjadi
pasangan tumbuhnya, contoh: plagioklas
2. Transformation twinning: rekristalisasi karena
suhu dan tekanan turut mengubah struktur dan simetri
kristal, contoh: sanidin menjadi mikroklin
3. Deformation twinning: deformasi dapat mendorong
atom dari tempatnya dan menyusunnya kembali,
contoh: kalsit

Kembaran (Twinning)
Sifat untuk mendeskripsikan
kembaran:
1. Contact twin: ada bidang pemisah
tegas (bidang kembaran)
2. Penetration twin: kristal
kembaran saling mendesak satu
sama lain, simetris pada suatu
sumbu (sumbu kembaran)
3. Simple twin: hanya sepasang, satu
orientasi
4. Multiple twin: lebih dari satu
orientasi
5. Polysynthetic/lamellar twin: pola
kembaran berulang-ulang
6. Cyclic twin: kembaran tidak
paralel, tapi konsentris
30/09/2021

Kembaran yang Umum Dijumpai
Kembaran menjadi salah satu sifat khas
yang dapat membedakan feldspar:
1. Kembaran Carlsbad: kontak atau
penetrasi, pada K-feldspar (lebih
umum pada sanidin) dan plagioklas
2. Kembaran albit: sederhana atau
polisintetik/lamellar, pada Carlsbad twin in sanidine Pericline twin in microcline Polysynthetic albite or lamellar 
plagioklas twin in plagioclase
3. Kembaran Carlsbad‐albit ,
kombinasi Carlsbad dan albit pada
plagioklas
4. Kembaran periklin/crosshatch:
polisintetik, pada mikroklin dan
anortoklas

Mineral umum yang sering dijumpai


punya kembaran: piroksen dan
hornblende, umumnya kembaran Combined Carlsbad‐albite in  Simple twin in hornblende Simple twin in pyroxene
kontak sederhana plagioclase
30/09/2021

Sudut Gelapan Plagioklas
Seri plagioklas (dari albit hingga anortit) dapat dibedakan
berdasarkan sudut gelapannya, yang khas akibat adanya
kembaran.
• Posisikan pada gelapan merata
• Putar kiri sampai satu set kembaran gelap, catat
sudutnya
• Putar kanan sampai set kembaran satunya gelap, catat
sudutnya

Sudut gelapan
• Sudut gelapan: rata-rata kedua sudut tersebut
• Lakukan pada 5-10 kristal mineral
• Sudut < 20, cek garis Becke!

Jenis plagioklas, %An

Zoning
Pola gelapan yang terbentuk akibat variasi
perbedaan komposisi pada suatu kristal
mineral, biasanya konsentris. Zoning dapat
terjadi pada suatu seri mineral yang berasal
dari satu solid-solution, misal:
1. Sistem Plagioklas (albit-anortit)
2. Sistem Olivin (fayalit-forsterit)
3. Sistem Piroksen, Hornblende, Turmalin,
dll
Plagioclase, oscillatory and  Zoned plagioclase, regular with 
Zoning pada Plagioklas: sector zoned patchy in the core

• Regular zoning: pola konsentris teratur;


bisa normal, reverse, atau oscillatory
tergantung pola perubahan komposisi
• Irregular/patchy zoning: zoning tidak
teratur, tanpa mengikuti pola konsentris
• Sector zoning: pola zoning seperti
terbagi dalam garis pemisah tegas
Zoned watermelon tourmaline Zoned olivine Zoned pyroxene
30/09/2021

Kenampakan Lain‐lain (bisa di PPL/XPL)

Exsolution lamellae in  Reaction rim in hornblende Inclusion of quartz and opaque 


pyroxene inside orthoclase

Alteration in olivine (altered to  Corona rim : garnet 
serpentine) surrounded by opx‐hbl

Hornblende: 
Inclusion, zoning, simple 
twinning Plagioclase: 
zoning

Hornblende: 
Inclusion, simple twinning
Plagioclase: 
albite twinning

Pyroxene: 
simple twinning

Plagioclase: 
Carlsbad twinning
30/09/2021

References

• Kerr, P.F., 1959, Optical Mineralogy, USA.
• Klein, C., 2001, Manual of Mineral Science, Wiley, USA.
• Nesse, W.D., 2000, Introduction to Mineralogy, Oxford University 
Press, New York.

Anda mungkin juga menyukai