Anda di halaman 1dari 5

DISPERSI CAHAYA

Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya
berwarna-warni (monokromatik). Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya
yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke prisma,
maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang
memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks
biasnya. Dispersi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias kaca setiap warna
cahaya. Perhatikan Gambar 1.

Gambar 1. Dispersi cahaya pada prisma

Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma. Cahaya tersebut kemudian terurai menjadi
cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut
deviasi yang berbeda. Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut
dispersi. Besar sudut dispersi dapat dituliskan sebagai berikut:

= u - m = (nu nm) .......................................2.1


Keterangan:
= sudut dispersi
nu = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
u = deviasi sinar ungu
m = deviasi sinar merah
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi warna
warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya mana
yang dapat diuraikan menjadi komponen komponennya. Untuk cahaya ultraviolet adalah prisma
dari kristal, untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah prisma dari
garam batu.

Warna

Panjang gelombang

Ungu

400-440nm

Biru

440-495nm

Hijau

495-580nm

Kuning

580-600nm

Orange

600-640nm

Merah

640-750nm

Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Cahaya berwarna
merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar.

POLARISASI
Gelombang cahaya termasuk gelombang transversal sehingga mengalami gejala polarisasi. Jadi
polarisasi cahaya adalah terserapnya sebagian awal getar cahaya. Cahaya yang sebagian arah
getarnya terserap disebut cahaya terpolarisasi dan sebagian arah getar cahaya yang tidak terserap
disebut cahaya yang tak terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi dapat diperoleh dari cahaya tidak
berpolarisasi yaitu dengan menghilangkan (memindahkan) semua arah getar dan melewatkan
salah satu arah getarnya saja.
Untuk memperoleh cahaya terpolarisasi dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu :
a. Polarisasi dengan Penyerapan selektif
Yaitu dengan menggunakan Polaroid yang akan meneruskan gelombang-gelombang yang
arah getarnya sejajar dengan sumbu transmisi. Dalam menyerap gelombang-gelombang pada
arah getar lainnya, Polaroid tersebut meneruskan semua komponen medan listrik E yang
sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua komponen medan listrik E yang tegak
lurus pada sumbu transmisi.
E2 = E Cos
Keterangan :
E = Medan listrik
E2 = Medan listrik kedua
= Sudut antara sumbu transmisi analisator dengan sumbu transmisi
Untuk menghitung intensitas cahaya menurut hukum Malus dapat menggunakan hubungan
antara I2 dan I1

Dimana :

I2 = I1 cos2 = Io cos2

I2 = Intensitas cahaya yang keluar dari analisator

I1 = Cahaya yang datang pada analisator


Io = Cahaya tak terpolarisasi yang jatuh pada polarisator
= Sudut antara sumbu transmisi analisator dengan sumbu transmisi polarisator
b. Polarisasi dengan Pemantulan
Cahaya terpolarisasi dapat diperoleh dari cahaya tak terpolarisasi dengan cara pemantulan.
Jika seberkas cahaya menuju ke bidang batas antara dua medium, maka sebagian cahaya akan
dipantulkan.
Ada 3 Kemungkinan terjadi pada cahaya yang dipantulkan
1. Cahaya pantul tak terpolarisasi
2. Cahaya pantul terpolarisasi sebagian
3. Cahaya pantul terpolarisasi sempurna.
Cahaya tak terpolarisasi jika sudut datang 0 atau 90 terpolarisasi sebagian sudut datang 0
dan 90, jika terpolarisasi sempurna sudut yang datang mempunyai nilai tertentu yaitu sudut
polarisasi atau sudut Brewster dinyatakan dengan :
sin B n2

Cos B n1

Tan B =

n2
n2

Karena : n1 = udara = 1
n2 = indeks bias n
Sinar datang
B
n1

90

Sinar pantul
( terpolarisasi sempurna)

n2
2

Sinar bias
( terpolarisasi sebagian )

Xxx
c. Polarisasi Dengan Pembiasan Ganda
Cahaya alam tak terpolarisasi dipecah menjadi 2 sinar terpolarisasi bidang dengan efek
pembiasan ganda 2 sinar terpolarisasi tersebut disebut sinar biasa (ordinary ray) dan sinar
istimewa (extraordinary ray). Keduanya adalah terpolarisasi bidang dan arah getarannya

saling tegak lurus. Sinar biasa memenuhi hukum snellius, tetapi sinar luar biasa tidak karena
sinar ini merambat dengan kelajuan berbeda dalam arah berbeda di dalam arital. Pembiasan
cahaya terjadi jika cahaya melalui bahan-bahan kristal tertentu seperti kalsit dan kuarsa.
xxx
d. Polarisasi dengan hamburan
Hamburan adalah penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel (misal
gas). Hamburan dapat menyebabkan cahaya matahari tak terpolarisasi menjadi cahaya
terpolarisasi. Sebagian atau terpolarisasi sempurna. Untuk intensitas cahaya datang tertentu,
intensitas cahaya yang dihamburkan bertambah dengan bertambahnya frekuensi.

cahaya

hamburan

Anda mungkin juga menyukai