Anda di halaman 1dari 14

A.

POLARISASI GELOMBANG

Pemantulan, pembiasan, difraksi, dan interferensi dapat terjadi pada gelombang tali
(satu dimensi), gelombang permukaan air (dua dimensi), gelombang bunyi dan gelombang
cahaya (tiga dimensi). Gelombang tali, gelombang permukaan air, dan gelombang cahaya
adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal.
Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, yaitu
polarisasi. Jadi, polarisasi gelombang tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal,
misalnya pada gelombang bunyi.Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh Erasmus
Bhartolinus pada tahun 1969. Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang
getarannya ke segala arah tetapi tegak lurus terhadap arah merambatnya (gelombang
transversal) ketika melewati filter polarisasi, getaran horizontal diserap sedang getaran
vertikal diserap sebagian. Cahaya alami yang getarannya ke segala arah di sebut cahaya tak
terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid hanya memiliki getaran pada satu arah
saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya terpolarisasi linear.

Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala arah (tak
Terpolarisasi) tetapi tegak lurus terhadap arah tambatannya ketika melewati sebuah filter
polarisasi, sebagian cahaya tersebutakan diteruskan sehingga bergetar dalam satu arah
tertentu (terpolarisasi) dan sebagian cahaya lain akan diserap

Cahaya juga dikategorikan sebagai gelombang transversal; yang berarti bahwa cahaya
merambat tegak lurus terhadap arah oscilasinya. Adapun syaratnya adalah bahwa gelombang
tersebut mempunyai arah oscilasi tegak lurus terhadap bidang rambatannya. Gelombang
bunyi, berbeda dengan gelombang cahaya, tidak dapat terpolarisasi sehingga dia bukan
gelombang transversal.Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak
merambat ke arah tertentu. Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh arah vektor bidang
medan listrik gelombang tersebut serta arah vektor bidang medan magnetnya.

Beberapa macam / jenis polarisasi: polarisasi linear, polarisasi melingkar, polarisasi


ellips. Gelombang dengan polarisasi melingkar dan polarisasi ellips dapat diuraikan menjadi
2 gelombang dengan polarisasi tegak lurus. Polarisasi linear terjadi ketika cahaya merambat
hanya dengan satu arah yang tegak lurus terhadap arah rambatan atau bidang medan
listriknya.

Polarisasi Hanya Terjadi Pada Gelombang Transversal

Dari penjelasan sebelumnya dapat kita nyatakan bahwa suatu gelombang terpolarisasi
linear bila getaran dari gelombang tersebut selalu terjadi dalam satu arah saja. Arah ini
disebut arah polarisasi. Untuk mengamati polarisasi ini, marilah kita ikat seutas tali pada
titik O di dinding, kemudian masukkan ujung tali lain, yaitu ujung A ke sebuah celah, seperti
pada gambar. Pasang celah dalam posisi vertikal, kemudian getarkan ujung tali di A sehingga
gelombang transversal yang merambat dari A dapat menembus celah, dan sampai di titik O.
Ubahlah posisi celah menjadi horisontal, kemudian getarkan kembali ujung tali A secara
vertikal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gelombang vertikal tidak dapat menembus
celah (tampak tidak ada gelombang diantara celah dan titik O). Jika kemudian tali di titik A
digetarkan berputar, artinya digetarkan ke segala arah dan celah dipasang vertikal, apa yang
terjadi? Ternyata, gelombang dapat menembus celah dengan arah getaran gelombang yang
sama dengan arah posisi celah, yaitu arah vertikalPeristiwa tersebut menunjukkan terjadinya
polarisasi pada gelombang tali yang melewati sebuah celah sempit, dengan arah polarisasi
gelombang sesuai arah celahnya. Polarisasi dapat diartikan sebagai penyearah gerak getaran
gelombang. Jika gelombang bergetar ke segala arah, seperti pada gambar setelah melewati
sebuah celah, arah getaran gelombang menjadi satu arah getar saja, yang disebut dengan
gelombang terpolarisasi linear.

Jadi, hanya gelombang-gelombang yang memiliki arah getaran tegaklurus dengan


arah rambatannya saja yang disebut sebagai gelombang transversal, yang dapat mengalami
polarisasi. Oleh karena cahaya atau gelombang elektromagnet termasuk gelombang
transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi.Dari hasil di atas dapat di simpulkan bahwa
Polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang pada cahaya yang acak
menjadi satu arah getar. Polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang getar dari
gelombang. Polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan),
absorbsi (penyerapan), pembiasan (refraksi) ganda dan hamburan.

1. Polarisasi karena refleksi

Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul oleh benda
bening dan sinar biasnya membentuk sudut 90o. Di mana cahaya yang dipantulkan
merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar
terpolarisasi sebagian. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang
pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip + r = 90° atau r = 90° –
ip .

Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya dating, n1 adalah medium tempat
cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi.
Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.

1. Polarisasi karena absorbsi selektif

Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid
bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah
getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan
sumbu polarisasi polaroid. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara
lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid
untuk kamera.

Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama disebut
POLARISATOR (Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi), dengan
sumbu polarisasi ditunjukkan oleh garis-garis pada polarisator. Kemudian dilewatkan pada
polaroid kedua yang disebut ANALISATOR (Analisator untuk mengetahui apakah cahaya
sudah terpolarisasi atau belum). Maka intensitas sinar yang diteruskan oleh analisator I, dapat
dinyatakan sebagai : I= I0 cos2q.Dengan I0 adalah intensitas gelombang dari polarisator yang
datang pada analisator.
Sudut q adalah sudut antara arah sumbu polarisasi dan polarisator dan analisator.
Persamaan di atas dikenal dengan HUKUM MALUS, diketemukan oleh Etienne Louis Malus
pada tahun 1809.

Dari persamaan hukum Malus ini dapat disimpulkan :

 Intensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu polarisasi sejajar (q =
00 atau q = 1800).
 Intensitas cahaya yang diteruskan = 0 (nol) (diserap seluruhnya oleh analisator) jika
kedua sumbu polarisasi tegak lurus satu sama lain \

3. Polarisasi karena pembiasan ganda

Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang
mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca,
kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen,
indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya
kalsit, mika, Kristal gula, Kristal es dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam
karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).

Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan
dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut
berkas sinar biasa yang arah cahayanya Lurus dan cahaya ini tidak terpolarisasi), sedangkan
sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa yang
cahayanya di belokan dan cahaya ini cahaya yang terpolarisasi)

4. Polarisasi karena hamburan

Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa


terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi
Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah
sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan berwarna biru karena cahaya biru memiliki
panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah. Hal itu disebabkan oleh warna
cahaya biru dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang
lainnya.Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap
dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya
oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.Pada peristiwa
hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami
hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang
ada di langit kita.

5. Polarisasi Karena Pemantulan

Berkas sinar alami (sinar yang belum terpolarisasi) dijatuhkan dari medium udara, ke
medium kaca (cermin datar). Dengan sudut datang i = 57o, maka sinar yang dipantulkan
sudah terpolarisasi, seperti pada gambar berikut:

Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke
cermin. Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II
saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini
menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin
II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar
yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar
terpolarisasi atau tidak.

6. Pemutaran Bidang Polarisasi

Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang
diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula
pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar.

B. SERAT OPTIK
Serat optik, fiber optik atau kabel optik adalah saluran transmisi terbuat dari kaca atau
plastik yang digunakan untuk mentransmisikan data melalui media berupa cahaya dari suatu
tempat ke tempat lain dengan waktu yang sangat cepat dan data yang sangat besar (Saydam,
1997).

Fiber optik dikembangkan pada akhir tahun 1960 yang terbuat dari bahan dielektrik
berbentuk seperti kaca. Di dalam fiber inilah energi cahaya yang dibangkitkan oleh sumber
cahaya disalurkan sehingga dapat diterima di ujung unit penerima (receiver).

Perbedaan sistem komunikasi optik dengan sistem komunikasi biasa terletak pada proses
pengiriman sinyalnya. Pada sistem komunikasi biasa sinyal informasi diubah menjadi sinyal
listrik/elektrik, lalu dilewatkan melalui kabel tembaga. Setelah sampai di tujuan sinyal
tersebut lalu diubah kembali menjadi informasi yang sama seperti yang dikirimkan.
Sedangkan pada sistem komunikasi optik, informasi diubah menjadi sinyal listrik kemudian
diubah lagi menjadi optik/cahaya. Sinyal tersebut kemudian dilewatkan melalui serat optik,
setelah sampai di penerima, cahaya tadi diubah kembali menjadi sinyal listrik dan akhirnya
diterjemahkan menjadi informasi.

Kelebihan Serat Optik

Kelebihan serat optik dibandingkan dengan media transmisi yang lain adalah sebagai berikut
(Widodo, 1995):

1. Memiliki bandwidth yang sangat lebar. Dalam sistem digital dapat mencapai orde gigahertz,
sehingga mampu membawa informasi yang sangat besar.
2. Ukuran sangat kecil dan murah, sehingga mudah dalam penanganan dan instalasi.
3. Isyarat cahaya tidak terpengaruh oleh derau elektris maupun medan magnetis.
4. Isyarat dalam kabel serat terjamin keamanannya.
5. Karena dalam serat tidak terdapat tenaga listrik, maka tidak akan terjadi ledakan maupun
percikan api. Di samping itu serat tersebut tahan terhadap gas beracun, bahan-bahan kimia,
dan air, sehingga cocok bila ditanam di bawah tanah.
6. Susutan sangat rendah, sehingga memperkecil jumlah sambungan dan jumlah pengulang
(repeater). Yang pada gilirannya akan menurunkan biaya.

Struktur Serat Optik

Secara umum struktur serat optik dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dengan penjelasan sebagai
berikut (Putu, 2009):
a. Core (Inti Kabel)
Core berfungsi untuk menyalurkan cahaya dari satu ujung ke ujung lainnya. Core yaitu elemen
pertama dari fiber optik yang merupakan konduktor sebenarnya yaitu sebuah batang silinder terbuat
dari bahan dielektrik (bahan silika (SiO2), biasanya diberi dopping dengan germanium oksida (GeO2)
atau fosfor penta oksida (P2O5) untuk menaikan indeks biasanya) yang tidak menghantarkan listrik.
Inti memiliki diameter antara 3 – 200 µm. Ketebalan dari core merupakan hal yang penting, karena
menentukan karakteristik dari kabel. Core (inti) dari serat optik terbuat dari material kristal kaca kelas
tinggi dan indeks bias core besarnya sekitar 1,5.

b. Cladding (Selubung)
Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung lainnya.
Cladding yaitu lapisan selimut/selubung yang dilapiskan pada core yang memiliki diameter antara 125
– 250 µm. Cladding juga terbuat dari gelas tetapi indeks bias nya lebih kecil dari indeks bias core.
Hubungan antara kedua indeks dibuat kritis karena untuk memungkinkan terjadinya pemantulan total
dari berkas cahaya yang merambat berada di bawah sudut kritis sewaktu dilewatkan sepanjang serat
optik.

c. Coating (Pelindung)
Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis yang melindungi serat optik dari kerusakan dan sebagai
pengkodean warna pada serat optik. Coating yaitu bagian pelindung lapisan inti dan selimut yang
terbuat dari bahan plastik elastis (PVC) yang berfungsi untuk melindungi serat optik dari tekanan luar.

d. Streng thening (Serat Penguat)


Streng thening serat berfungsi sebagai serat yang menguatkan bagian dalam kabel sehingga tidak
mudah putus dan terbuat dari bahan serat kain sejenis benang yang sangat banyak dan memiliki
ketahanan yang sangat baik.

e. Jacket Cable (Selongsong Kabel)


Jacket kabel berfungsi sebagai pelindung keseluruhan bagian dalam kabel serat optik serta
didalamnya terdapat tanda pengenal dan terbuat dari bahan PVC.

Jenis-jenis Serat Optik

Terdapat dua jenis serat optik, yaitu sebagai berikut (Sharma dkk, 2013):
a. Singlemode Fiber (SMF)
Serat optik singlemode memiliki core yang kecil dan memiliki hanya satu jalur cahaya. Perbedaan
antara indeks bias core dan cladding sangat kecil. SMF memiliki kapasitas yang lebih besar untuk
mentransmisikan informasi karena dapat mempertahankan akurasi jumlah cahaya untuk jarak tempuh
yang lebih besar dan tidak menunjukkan penyebaran cahaya yang disebabkan oleh beberapa mode.
Atenuasi serat SMF juga lebih rendah bila dibandingkan dengan MMF. Kekurangan dari serat jenis
ini adalah diameter core yang kecil yang membuat menyambungan cahaya ke dalam core lebih sulit,
pembangunan yang sulit dan biaya yang relatif mahal.

b. Multimode Fiber (MMF)


Multimode fiber memiliki diameter core dan indeks bias relatif lebih besar daripada singlemode fiber
dan memungkinkan sejumlah besar cahaya melewatinya. Ukuran core kabel multimode secara umum
adalah berkisar antara 50 sampai dengan 100 mikrometer. Biasanya ukuran NA yang terdapat di
dalam kabel multimode pada umumnya adalah berkisar antara 0,20 hingga 0,29. NA atau numerical
aperture adalah ukuran kemampuan sebuah serat untuk menangkap cahaya, juga dipakai untuk
mendefinisikan acceptance cone dari sebuah serat optik. Jenis serat optik Multimode dapat

dikategorikan menjadi dua macam yaitu serat optik multimode step index dan serat optik multimode
gradded index.

Jenis – Jenis Kabel Serat Optik

a. Berdasarkan Mode yang dirambatkan :

a. Single Mode Fiber

Pada single mode fiber, terlihat pada gambar bahwa index bias akan berubah dengan
segera pada batas antara core dan cladding (step index). Bahannya terbuat dari silica glass
baik untuk cladding maupun corenya. Diameter core jauh lebih kecil 10 m) dibandingkan
dengan diameter cladding, konstruksi demikian dibuat untuk mengurangi rugi-rugi transmisi
akibat adanya fading. Single mode fiber sangat baik digunakan untuk menyalurkan informasi
jarak jauh karena di samping rugi-rugi transmisi yang kecil juga mempunyai band frkuensi
yang lebar. Misalnya untuk ukuran 10/125 m, pada panjang gelombang cahaya 1300 nm,
redaman maksimumnya 0,4 – 0,5 dB/km dan lebar band frekwensi minimum untuk 1 km
sebesar 10 GHz.. Perambatan cahaya dalam single mode fiber adalah sebagai berikutSingle
mode fiber dapat juga dibuat dengan index bias yang berubah secara perlahanlahan (graded
index).

b. Multimode Step Index Fiber

Serat optik ni pada dasarnya mempunyai diameter core yang besar (50 – 400 um)
dibandingkan dengan diameter cladding (125 – 500 um). Sama halnya dengan single mode
fiber, pada serat optik ini terjadi perubahan index bias dengan segera (step index) pada batas
antara core dan cladding. Diameter core yang besar (50 – 400 um) digunakan untuk
menaikkan effisiensi coupling pada sumber cahaya yang tidak koheren seperti LED.
Karakteristik penampilan serat optik ini sangat bergantung pada macam material/bahan yang
digunakan. Berdasarkan hasil penelitian, penambahan prosentase bahan silica pada serat optik
ini akan meningkatkan penampilan (performance). Tetapi jenis serat optik ini tidak populer
karena meskipun kadar silicanya ditingkatkan, rugi-rugi dispersi sewaktu transmit tetap besar,
sehingga hanya baik digunakan untuk menyalurkan data/informasi dengan kecepatan rendah
dan jarak relatif dekat. Perambatan gelombang pada multimode step index fiber sebagai
berikut :

c. Multimode Graded index

Multimode graded index dibuat dengan menggunakan bahan multi component glass
atau dapat juga dengan silica glass baik untuk core maupun claddingnya. Pada serat optik tipe
ini, indeks bias berubah secara perlahan-lahan (graded index multimode). Indeks bias inti
berubah mengecil perlahan mulai dari pusat core sampai batas antara core dengan cladding.
Makin mengecilnya indeks bias ini menyebabkan kecepatan rambat cahaya akan semakin
tinggi dan akan berakibat dispersi waktu antara berbagai mode cahaya yang merambat akan
berkurang dan pada akhirnya semua mode cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan
dipenerima (ujung serat optik). Diameter core jenis serat optik ini lebih kecil dibandingkan
dengan diameter core jenis serat optic Multimode Step Index, yaitu 30 – 60 um untuk core
dan 100 – 150 um untuk claddingnya.

Biaya pembuatan jenis serat optik ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan jenis
Single mode. Rugi-rugi transmisi minimum adalah sebesar 0,70 dB/km pada panjang
gelombang 1,18 um dan lebar band frekwensi 150 MHz sampai dengan 2 GHz. Oleh
karenanya jenis serat optik ini sangat ideal untuk menyalurkan informasi pada jarak
menengah dengan menggunakan sumber cahaya LED maupun LASER, di samping juga
penyambungannya yang relatif mudah. Perambatan gelombang cahaya pada jenis serat optik
ini sebagai berikut :

b. Berdasarkan indeks bias core :


 Step indeks : pada serat optik step indeks, core memiliki indeks bias yang homogen.
 Graded indeks : indeks bias core semakin mendekat ke arah cladding semakin kecil.
Jadi pada graded indeks, pusat core memiliki nilai indeks bias yang paling besar. serat
graded indeks memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih besar, karena
pelebaran pulsa yang terjadi dapat diminimalkan

Prinsip Kerja Serat Optik

Prinsip kerja serat optik digambarkan dengan penjelasan sebagai berikut (Praja dkk, 2013):

1. Sinyal awal/source yang berbentuk sinyal listrik ini pada transmitter diubah oleh tranducer
electrooptic (Dioda/Laser Dioda) menjadi gelombang cahaya.
2. Gelombang cahaya selanjutnya ditransmisikan melalui kabel serat optik menuju
penerima/receiver yang terletak pada ujung lainnya dari serat optik.
3. Pada penerima/receiver sinyal optik ini diubah oleh tranducer Optoelektronik (Photo Dioda)
menjadi sinyal elektris kembali.

Dalam perjalanan sinyal optik dari transmitter menuju receiver biasanya akan terjadi redaman cahaya
di sepanjang kabel optik, sambungan-sambungan kabel dan konektor-konektor di perangkatnya. Oleh
karena itu jika jarak transmisinya jauh maka diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang berfungsi
untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman sepanjang perjalanannya.
JENIS- JENIS KOREKTOR SERAT OPTIK

 FC (Fiber Connector)

Digunakan untuk kabel single mode dengan akurasi yang sangat tinggi dalam menghubungkan kabel
dengan transmitter maupun receiver. Konektor ini menggunakan sistem drat ulir dengan posisi yang
dapat diatur, sehingga ketika dipasangkan ke perangkat lain, akurasinya tidak akan mudah berubah.

 SC (Subsciber Connector)

Digunakan untuk kabel single mode, dengan sistem dicabut-pasang. Konektor ini tidak terlalu mahal,
simpel, dan dapat diatur secara manual serta akurasinya baik bila dipasangkan ke perangkat lain.

 ST (Straight Tip)

Bentuknya seperti bayonet berkunci hampir mirip dengan konektor BNC. Sangat umum digunakan
baik untuk kabel multi mode maupun single mode. Sangat mudah digunakan baik dipasang maupun
dicabut.

 Biconic

Salah satu konektor yang kali pertama muncul dalam komunikasi fiber optik. Saat ini sangat jarang
digunakan
 MPO/MTP

Konektor MPO adalah singkatan industri untuk "Multi-fiber Push On", dengan mekanisme
penyisipan penyisipan push-on, memberikan interkoneksi yang konsisten dan berulang dan
tersedia dengan serat 4, 8, 12, atau 24. MTP® adalah merek dagang dari konektor Conec
untuk MPO AS. MTP / MPO adalah konektor yang dibuat khusus untuk kabel pita multifiber.
Konektor single-mode MTP / MPO memiliki ferrule siku yang memungkinkan pantulan balik
minimal, sedangkan konektor multimode ferrule biasanya rata. Kabel pita datar dan tepat
dinamai karena struktur seperti pita datar, yang merumahkan serat berdampingan dengan
jaket.

 SMA

Konektor ini merupakan pendahulu dari konektor ST yang sama-sama menggunakan penutup dan
pelindung. Namun seiring dengan berkembangnya ST konektor, maka konektor ini sudah tidak
berkembang lagi penggunaannya.

 F-SMA

Meskipun F-SMA sesuai dengan IEC 61754-22 adalah salah satu desain tertua di serat optik,
namun tetap digunakan di beberapa pasar khusus. Selain aplikasi industri, ini terutama
digunakan dalam teknologi medis.

 Konektor FDDI-MIC dan Konektor ESCON

Dirancang untuk memenuhi spesifikasi dokumen PMD ANSI X3.166 FDDI PMD, konektor
dupleks ini menggunakan mekanisme pengikat sisi dan dua ferrules 2,5 mm, serta kafan
pelindung tetap untuk melindungi ferrules. Konektor dapat dikunci sesuai spesifikasi
antarmuka data terdistribusi serat (FDDI), dan juga dapat digunakan untuk aplikasi non-
FDDI.

 T-ST Duplex

WEIDMULLER telah datang dengan inovasi hebat untuk membuat konektor terisolasi yang dapat
memperpanjang kemudahan pengoperasian koneksi listrik. Konektor plug-in T-ST Duplex menjamin
kualitas yang konsisten setiap saat. Dibuat sesuai spesifikasi IEC 61754-24 untuk diameter luar kawat
berdiameter 2,6 sampai 3 mm

 T-SC/APC

Konektor serat optik SC adalah dengan struktur push-pull; Ini adalah salah satu jenis yang paling awal
dan paling umum digunakan. Dengan perumahan plastik, dengan biaya rendah, tapi juga dengan
akurasi yang bagus, yang banyak digunakan dalam instalasi massal.
 MTRJ (Male dan Female )

MT-RJ adalah konektor dua serat yang menyerupai konektor telepon standar. Kemiripannya
disengaja, karena konektornya ditujukan untuk mengganti tipe ST dan SC di lemari kabel dan di meja
kerja. Konektor ini sesuai dengan potongan yang sama dengan jack RJ-45, yang memungkinkan serat
dipasang pada peralatan jaringan, panel patch dan pelat dinding tanpa hukuman ruang. Konektor
dilengkapi kait tunggal tanpa kabel. Alih-alih skema kawin serat khas yang menggunakan dua
colokan yang digabungkan dalam adaptor kopling, konektor MT-RJ menawarkan teknik kawin plug-
to-stop yang benar. Colokan pada colokan kabel patch ke soket di panel atau pelat muka. Serat
diakhiri langsung ke bagian belakang soket dengan penghentian epoksi dan tanpa polish.

 LC

Dikembangkan oleh Lucent Technologies, konektor LC atau Lucent Connector, berukuran


sekitar setengah ukuran konektor SC. Konektor LC digunakan untuk penyebaran dengan
kepadatan tinggi dimana beberapa serat berhenti di dalam ruang tertutup. Konektor faktor
bentuk kecil, konektor LC menggunakan ferrule 1.25mm dengan mekanisme tab penahan
yang serupa dengan konektor telepon atau RJ-45.Sama seperti konektor SC, bodi konektor
LC berbentuk persegi, dan dua konektor LC biasanya diikat bersamaan dengan klip plastik
untuk membuat koneksi dupleks. Konektor LC dapat digunakan dengan kabel singlemode dan
multimode. Pencocokan konektor LC memiliki insertion loss sebesar 0.25dB.

 LC Duplex

Kabel serat optik 10 meter (~ 33 kaki) ini diakhiri dengan konektor LC (Lucent Connector) di salah
satu ujungnya dan konektor SC (Subscriber Connector) di sisi lain. Ini adalah serat singlemode (9
mikron inti) yang dirancang untuk mentransmisikan data jarak jauh dengan kecepatan tinggi.
Kabelnya adalah dupleks (dua serat) yang berarti memungkinkan komunikasi sinkron antar perangkat.
Diameter cladding adalah 125 mikron.

 FC/PC

Sistem konektivitas serat tunggal sesuai dengan IEC 61754-13 dan JIS C-5970. Selain aplikasi MAN,
WAN dan telekomunikasi, FC tersebar luas dalam aplikasi pengukuran. Biasanya digunakan dalam
versi "lebar-lebar, tapi tipe" kunci sempit "dengan kunci pelurusan kecil tersedia berdasarkan
permintaan.

 FC/APC

"APC" adalah singkatan dari "kontak fisik siku" karena konektor ini memungkinkan permukaan dua
serat terhubung saling bersentuhan satu sama lain dan karena ujung serat dipoles pada suatu sudut
untuk mencegah cahaya yang dipantulkan dari perjalanan kembali serat. Konektor FC / APC ini
memiliki ferrule keramik 8 ° pra-siku, yang bila dipoles dengan benar, menghasilkan kerugian balik
60 dB yang khas. Setiap paket konektor mencakup tutup konektor serat dan boot plastik.

Konektor ini juga memiliki konektor khas 0,25 dB konektor-to-connector khas kerugian. Namun,
kerugian penyisipan yang signifikan dapat terjadi saat kawin dengan gaya yang berbeda, dan karena
ini, kami merekomendasikan bahwa konektor FC / APC hanya dikawinkan dengan konektor FC /
APC lainnya.

 DIN

Konektor serat DIN ini digunakan di bidang telekomunikasi, CATV, LAN, MAN, WAN, uji &
pengukuran, industri, medis dan sensor.

Konektor DIN 47256 (LSA) yang telah dirakit sebelumnya menampilkan satu unit bodi dengan
ferrule zirkonia terapung bebas pegas. Konektor unik ini menawarkan performa superior dalam
compact, DIN47256 compatible design yang cocok untuk berbagai aplikasi. Konektor DIN dibuat dari
mesin kuningan presisi sekrup untuk kinerja dan daya tahan yang konsisten.

 E2000

Konektor serat optik E2000 memiliki mekanisme kopling push-pull, dengan rana logam
otomatis di konektor sebagai perlindungan sinar laser dan debu. Desain satu potong untuk
penghentian mudah dan cepat, digunakan untuk keamanan tinggi dan aplikasi dengan daya
tinggi. Konektor E2000 tersedia untuk PC Singlemode, APC dan Multimode PC. Konektor
E2000 adalah satu dari sedikit konektor serat optik yang dilengkapi rana pegas yang
sepenuhnya melindungi ferrule dari debu dan goresan. Rana ditutup secara otomatis saat
konektor dilepas, mengunci kotoran yang kemudian dapat menyebabkan kegagalan jaringan,
dan mengunci sinar laser yang berpotensi berbahaya.

 E-2000/APC

Solusi hemat biaya yang menyediakan bandwidth dan tingkat transmisi yang tinggi dalam jarak yang
lebih jauh. Kabel patch serat optik singlemode berkualitas tinggi ini dirancang khusus dengan
menggunakan serat SMF-28e untuk aplikasi ethernet. Kabel ini sesuai dengan ROHS. Setiap koneksi
memiliki daya tahan lebih besar dalam menahan tarikan, ketegangan dan dampak pemasangan kabel.
Setiap kabel 100% diperiksa dan diuji secara optik untuk penyisipan kerugian sebelum Anda
menerimanya. Desain jaket pull-proof mengelilingi serat mode tunggal yang populer 9/125, kebal
terhadap gangguan listrik.

 D4

Konektor ini hampir mirip dengan FC hanya berbeda ukurannya saja. Perbedaannya sekitar 2 mm
pada bagian ferrule-nya.

 MU

Konektor MU terlihat seperti miniatur SC dengan ferrule 1,25 mm, dengan desain push-pull yang
sederhana dan bodi miniatur yang ringkas. Ini digunakan untuk beberapa konektor optik kompak dan
mekanisme self-retentive untuk aplikasi backplane. Konektornya terdiri dari rumah plastik. Konektor
MU adalah konektor optik yang di miniatur dan dikembangkan dengan aplikasi kepadatan dan
kinerjanya.
 Konektor 10G-CX4

10G-CX4 adalah standar tembaga 10G pertama yang diterbitkan. Konektor yang digunakan sama
dengan konektor Infiniband. Spesifikasi 10G-CX4 dirancang untuk bekerja sampai jarak 15 meter.
Masing-masing dari 4 jalur tersebut membawa 3.125 G baud dari bandwidth sinyal. 10G-CX4
memberi keuntungan dengan daya rendah, biaya rendah, dan latensi rendah.

 Infiniband™ (4x) Connector

Infiniband adalah teknologi komunikasi I / O bandwidth tinggi yang biasanya digunakan di


pusat data, cluster server, dan aplikasi HPC (High Performance Computing). Kabel infiniband
menggunakan konektor berdasarkan seri Micro GigaCN yang dikembangkan oleh Fujitsu.
Jenis konektor yang paling umum digunakan adalah "4X", dinamai karena mendukung empat
data link gabungan. Perakitan kabel akan sesuai dengan kabel 10G-CX4; Namun, kabel 10G-
CX4 diuji untuk standar yang berbeda. Kabel infiniband tidak bisa digunakan dalam aplikasi
10G-CX4.

 OptiJack Connector

Panduit Opti-Jack adalah konektor dupleks solid yang menggunakan dua duplex keramik SC duplex
duplex, masing-masing berdiameter 2.5mm. Ferrules secara independen di-load dan diselaraskan
menggunakan teknik mekanika lengan split konvensional.
Jack Opti berukuran konektor RJ-45 dan tersedia dalam varian pria dan wanita (steker dan jack). Kait
konektornya dimodelkan setelah soket dinding standar industri RJ-45. Ini mendukung adaptor, skrup,
dan kabel jumper duplex konvensional, meskipun transceiver jack Opti tidak dapat diakses secara
luas.

 Konektor High-Density Array

Konektor array multifiber seperti LIGHTRAY MPX dan MPO, dan kabel pita serat telah mulai
populer Konektor MT-style, yang menggunakan ferrule kecil untuk menampung serat 4, 8, 12 atau
72+, memberikan antarmuka dengan kepadatan tinggi yang diperlukan untuk komunikasi dengan
bandwidth tinggi.
Konektor ini digunakan terutama pada serat array yang menggantikan sarang tikus kabel koaksial
yang terkait dengan komputer mainframe. Kumpulan ini biasanya dilipat dengan kabel jumper yang
terminasi di konektor standar, seperti konektor duplex ESCON, untuk membentuk antarmuka ke
peralatan sistem.

Anda mungkin juga menyukai