Anda di halaman 1dari 26

10 SEPTEMBER 2019

RESUME 3

FISIKA MODREN

SIFAT PARTIKEL DARI GELOMBANG

DISUSUN OLEH:

NAMA :Rathika Maffira

NIM :17033035

PRODI :Pendidikan Fisika

DOSEN PEMBIMBING : Dr.Fatni Mufit,S.Pd,M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
A.GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Penggandengan medan listrikdan magnetik yang bergerak dengan kelajuan cahaya


dan menimbulkan perilaku gelombang yang khusus.

Dalam tahun 1864 ahli fisika Inggris james Clerk Maxwell mengemukakan bahwa muatan
listrik yang dipercepat menimbulkan gangguan listrik dan magnetik yang terkait yang menjalar terus-
menerus melalui ruang hampa. Jika muatan bergetar periodis, gangguannyaadalah gelombang
komponen listrik dan magnetiknya saling tegak lurus pula pada getar eperti pada gambar 2.1

Dari pekerjaan Faraday sebelumnya, Maxwell mengetahui bahwa medan magnet yang
berubah dapat mengimbas arus dalam sosok (loop) kawat. Jadi, medan magnetik yang berubah
mempunyai efek yang sama denagn medan listrik. Maxwell mengemukakan kebalikannya dalam
medan magnet yang berubah menimbulkan medan magnetik yang berkaitan. Medan listrik yang
ditimbulkan oleh imbasan elektromagnetik dapat diperlihatkan denagn mudah karena logam
mempunyai hambatan listrik yang kcil; maka yang lemah dapat menimbulakn arus listrik dalam
logam yang dapat diukur. Medan magnetik yang lemah sulit untuk diukur , dab hipotesis Maxwell
dilandasi oleh penalaran berdasarkan simetri dibandingkan dengan penemuan eksperimental.

Jika Maxwell benar, gelomabang elektromagnetik harus terjadi. Dalam gelombang ini
berbagai medan listrik dan magnetik yang berubah-ubah tergandeng oleh imbasan elektromagnetik
sedangkan mekanisme sebaliknya diusulkan oleh Maxwell. Maxwell menunjukkan bahwa kelajuan
gelombang oleh elektromagnetik dalam ruang hampa diberikan oleh

1 108 m
c= =2,998 X
√ εoμo s

Dengan εo menyatakan permitivitas ruang hampa dan μo permeabilitas magnetik.ini sama


dengan kelajuan cahaya. Kesesuaian ini bukan kebetulan saja, dan Maxwell mengambil kesimpulan
bahwa cahaya terdiri dari gelombang elektromagnetik.

Ketika Maxwell masih hidup konsep gelombang elektromagnetik belum mendapatkan


dukungan eksperimental. Akhirnya dalam tahun 1888, ahli fisika Jerman Heinrich Hertz
membuktikan bahwa gelembang elektromagnetik betul ada dan berperilaku tepat seperti ramalan
Maxwell. Hertz menimbulkan gelombang dengan menggunakan arus bolak-balik dalam celah udara
antara dua bola logam. Lebar celah itu diatur sedemikian rupa sehingga latu terjadi setiap kali arus
mencapai maksimum. Sosok kawat dengan celah kecil merupakan detektor gelombang
elektromagnetik; dalam kawat dapat timbul arus bolak-balik yang menimbulkan latu pada celah itu.
Hertz menentukan panjang gelombang dan kelajuan gelombang yang ditimbulkannya, dan
memperhatikan adanya komponen listrik dan magnetik, dia juga mendapatkan bahwa gelombang ini
dapat dipantulkan, dibias, dan mengaami difaksi.

Cahaya bukan satu-satunya contoh dari gelombang elektromagnetik.walaupun semua


gelombnag elektromagnetik mempunyai sifat pokok yang sama, banyak sekali sifat interferensinya
dengan materi bergantung pada frekuensi. Gelombnag cahaya yang merupakn gelombang
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata, memiliki selang frekuensi yang pendek yaitu mulai
dari 4,3 X1014 Hz untuk cahaya merah hingga sekitar 7,5 X 10 14 Hz untuk cahaya ungu. Gambar 2.2
memperlihatkan spektrum elektromagnetik dari frekuensi renda yang dipakai dalam komunikasi radio
hingga frekuensi tinggi yang terdapat dalam sinar X dan sinar Gama.
Siafat karakteristik semua gelomabnag ialah bahwa gelombang itu mempunyai prinsip super
posisi. Bila dua atau lebih gelombang yang alamnya sama melalui satu titik pada saat yang sama,
maka amplitude sesaat disitu ialah jumlah dari amplitudo sesaat dari masing-masing gelombang.

Gambar 2.1 medan listrik dan magnetik dari gelombang elektromagnetik adalah saling tegak lurus
dan tegak lurus juga pada arah menjalar gelombang.

Gambar 2.2 spektrum gelombang elektromagnetik. Berbagai kategori ini saling bertumpuk , kecuali
cahaya tampak

Interferensi gelombang air. Riak gelombang menyebar melalui permukaan bejan dari dua sumber diatas.
Dalam arah tertentu (misalnya AB) riak tersebut saling ,menguatkan dan gelombangnya lebih tampak. Dalam
arah lain(misalnya CD) riak tersebut saling meniadakan , sehingga gelombangnya menjadi kecil atau tidak
ada.

Amplitude sesaat berarti harga rata-rata pada tempat dan waktu tertentu dari kuantitas yang
menbebtuk gelomabang. (“Amplitude” tanpa keterangan tambhan berarti harga maksimum dari
variabel gelombang.) Jadi amplitude sesaat tali ynag tergang ialah pergeseran maksimum tali tersebut
yang diukur dari keadaan normal; amplitude gelombang air ialah tinggi maksimum permukaan air
relatif terhadap tekanan tinggi normal; amplitudo gelombang bunyi ialah perubahan tekanan
maksimum relatif terhadap tekanan normal. Karena E=cB pada gelombang cahaya , amplitudo
sesaatnya dapat diambil E atau B. Biasanya , E yang diapakai , karena interaksi gelomabng medan
listrik cahaya dengan materi menimbulkan efek optis yang sudah dikenal.

Bila dua atau lebih deretan gelombang bertemu dalam suatu daerah, gelombang itu akan
berinterferensi menghasilkan gelombvang baru yang amplitude sesaat gelombang semula. Interferensi
konstruktif (membangun) berarti gelombang tersebut saling menguatkan denagn fase sama sehingga
menghasilakn amplitude yang lebih besar, dan interferensi destruktif (menghancur) berarti gelombang
tersebut sebagian atau sepenuhnyasaling meniadakan karena fasenya berbeda (Gambar 2.3). jika
gelombang semula memiliki frekuensi yanag berbeda, hasilnya merupakan campuran dari interferensi
konstruktif dana destruktif, seperti dalam Gambar 3.4.

Gambar 2.3 (a) interferensi kostruktif; gelombang yang disuperposisikan saling menguatkan.(b)
dalam interferensi destruktif, gelombang yang tidak sefase akan saling meniadakan sepenuhnya atau
sebagian.

Interferensi gelomabang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh tomas Young dalam tahun
1801. Ia memakai sepasang celah yang disinari cahaya ekawarna dari sebuah sumber seperti Gambar
2.4. dari masing-masing celah , gelomabng sekeunder menyebar seolah-olah berasal dari celah; ini
merupakan contoh dari difraksi yang menunjukkan gejala gelombang karakteristik seperti juga
interferensi . karena interferensi , layar tidak diterangi denagn merata, tetapi memperlihatkan pola
garis terang dan garis gelap yang berselang-seling (Gambar 2.5). Pada kedudukan dilayar dengan
panjang jalan dari keduacelah berbeda dengan bilang ganjil kali setengah panjang gelombang (
1 3 5
⋋ , ⋋ , ⋋ , … .); interferensi destruktif terjadi , sehingga hasilnya adalah garis gelap. Pada tempat-
2 2 2
tempat itu dimana panjang lintasannya adalah sama atau berbeda denagn jumlah seluruh gelombang (
⋋ ,2 ⋋ , 3 ⋋ ,… .), interfernsi konstruktif terjadi, sehingga hasilnya adalah garis terang. Diantara
kedudukan garis terang interferensi terjadi sebagian, sehingga intensitas pada layar berubah secara
gradual antara garis terang dan gelap.

.
Gambar 2.5 (a) yang terlihat pada layar dalam eksperimen Young .(b) Asala-mula pola interferensi . Inferensi
konstruktif terjadi jika beda panjang jalan dari celah ke layar adalah 0, ⋋ ,2 ⋋ , … . Interferensi destruktif
1⋋ 3⋋ 5⋋
terjadi jika beda panjang jalannya ialah , , ,.....
2 2 2

Interfernsi dan difraksi merupakan sifat khusus dari gelombang partikel yang kita kenal tidak
mempunyai sifat itu. Jadi eksperimen Young merupakan bukti bahwa cahaya adalah gelombang.
Lebih lanjut, teori maxwell memberitahu kepada kita jenis gelombang tersebut, yaitu elektromagnetik.
Sampai akhir abad kesembilanbelas tampaknya sifat cahaya sudah tertentu.

B .EFEK FOTOLISTRIK
Energy elektron yang dibebaskan cahaya bergantung pada frekuensi cahaya itu.

Dalam eksperimennya, Hertz memperlihatkan bahwa latu pada celah transmiter terjadi bila
cahaya ultraungu diarahkan pada salah satu bola logamnya. Ia tidak melanjutka percobaan tersebut,
tetapi ahli fisika lainnya meneruskan eksperimen tersebut. Mereka menemukan bahwa penyebabnya
adalah elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya cukup tinggi. Gejala ini dikenal dengan sebagai
efek fotolistrik.

Gambar 2.6 memberi ilustrasi jenis alat yang dipakai dalam eksperimen serupa itu. Tabung
yang divakumkan berisi dua elektrode yang dihubungkan dengan rangkaian ekstermal seperti terlihat
dalam gambar, dengan keping logam yang permukaannya mengalami iradasi yang dipakai sebagai
anode. Sebagian fotoelektron yang muncul dari permukaan mengalami radiasi mempunyai energi
yang cukup untuk mencapai katode walaupun muatannya negative, dan electron serupa itu
membentuk arus yang dapat diukur oleh ammeter dalam rangkaian itu. Ketika potensial perintang V
ditambah lebih sedikit atau melebihi suatu harga V 0 yang besarnya dalam orde beberapa volt, tidak
ada elektron yang mencapai katode dan arusnya terhenti.

Salah satu sifat khususnya adalah distribusi energi electron yang dipancarkan (yang disebut
fotoelektron)ternyata tak bergantung dari intesitas cahaya. Berkas cahaya yang kuat menghasilkan
fotoelektron lebih banyak daripada berkas yang lemah yang befrekuensi sama, tetapi energi elektron
rata-rata sama saja ( gambar 2.7). dan juga dalam batas ketelitian eksperimen (sekitar 10-9 s), tak
terdapat keterlambatan waktu antara datangnya cahaya pada permukaan logam dan terpancarnya
electron. Pengamatan serupa itu tidak dapat dimengerti dengan memakai teori elektromagnetik
cahaya.
Gambar 2.7 Arus fotoelektron sebanding dengan intensitas cahaya untuk semua tegangan perintang.
Pemadaman voltase Vo adalah sama untuk semua intensitas cahaya dari frekuensi yang diberikan v.

Gambar 2.8 tengangan penghenti Vo bergantung dari frekuensi v dari cahaya. Bila tegangan
perintang v = o arus fotolistrik sama untuk cahaya yang berintensitas sama takbergantung dari
frekuensinya.

Kita tinjau cahaya yang jatuh pada permukaan zat natrium dalam peralatan seperti pada
gambar 2.6. arus fotolistrik terdeteksi jika arus elektromagnetik 10 -6 W/m2 terserap oleh permukaan.
Sekitar 1019 atom tersapat pada lapisan natrium setebal 1 atom yang luasnnya 1 m 2, sehingga jika kita
anggap cahaya datang diserap pada lapisan teratas dari atom0-atom natrium, masing-masing atom
akan menerima energi rata-rata dengan laju 10 -25 W. Pada laju ini 1,6 x 106 s – sekitar 2 minggu
diperlukan oleh seebuah atom untuk mengumpulkansekitar 1eV energi yang biasa dimiliki
fotoelektron, dan jik kita memasukkan beberapa elektronvolt yang diperlukan untuk menarik elektron
ke luar dari permukaan natrium, waktu yang diperlukan menjadi sekitar 2 bulan. Dalam waktu
maksimum yang diperbolehkan 10-9 s, teori elektromagnetik ,menyatakan bahwa atom natrium rata-
rata hanya mengumpulkan 10-15 eV untuk diberikan pada satu elektronnya.

Bila dipandang dari teori gelombang ialah fakta bahwa energi fotoelektron bergantung pada
frekuensi cahaya yang dipakai (gambar 2.8). pada frekuensi dibawah frekuensi kritis yang merupakan
karakteristik dari masing-masing logam, tidak terdapat elektron apapun yang dipancarkan. Diatas
frekuensi amabng ini fotoelektron mempunya selang energi dari 0 sampai suatu harga maksimum
tertentu, dan harga maksimum ini bertambah secara linear terhadap frekuensi. Frekuensi yang lebih
tinggi menghasilkan energi fotoelektron maksimum yang lebih tinggi pula. Jadi cahaya biru yang
lemah menimbulkan elektron dengan energi yang lebih tinggi daripada yang ditimbulkan oleh cahaya
merah yang kuat, walaupun cahaya merah menghasilkan jumlah yang lebih besar.
Gambar 2.9 plot energi fotoelektron maksimum Kmaks terhadap frekuensi v dari cahaya yang datang
untuk beberapa eksperimen. Jelaslah bahwa hubungan antara Kmaks dan frekuensi v mengandung
tetapan pembanding yang dapat dinyatakan dalam bentuk

Kmaks = h (v - v0) = hv – hv0

v0 menyatakan frekuensi ambang, dibawah frekuensi tersebut tidak terdapat pancaran foto dan h
menyatakan tetapan. Penting untuk diperhatikan harga h adalah 6,626 x 10 -34 J.s selalu sama,
walaupun v0 berubah untuk logam yang berlainan disinari.

C.TEORI KUANTUM CAHAYA


Cahaya dengan frekuensi tertentu terdiri dari foton yang energinya berbanding lurus dengan
frekuensi itu.

Teori elektromagnetik cahaya dapat menerangkan sangat baik banyak sekali gejala, sehingga
teori itu tentu mengandung kebenaran. Namun teori yang berdasar kokoh ini tidak cocok untuk
menerangkan efek fotolistrik. Dalam tahun 1905 Eisntein menemukan bahwa paradoks yang timbul
dalam efek fotolistrik dapat dimengerti hanya dengan memasukkan pengrtian radikal yang pernah
diusulkan lima tahun sebelumnya oleh ahli fisika teoritis Jerman Max Planck.

Ketika itu Planck mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang dipancarkan oleh benda
mampat. Kita mengenal pijaran dari sepotong logam yang menimbulkan cahaya tampak, tetapi
panjang gelombang lain yang tak terlihat mata juga terdapat. Sebuah benda tidak perlu sangat panas
untuk bisa memancarkan gelombang elektromagnetik – semua benda memancarkan energi seperti itu
secara kontinu tidak perduli pada temperaturnya. Pada temperatur kamar sebagian besar radiasinya
terdapat pada bagian inframerah dari spektrum sehinga tidak terlihat.

Sifat yang dapat diamati dari radiasi benda hitam ini – penanamaan serupa itu akan
dikemukakan alasannya dalam bab 9. Planck dapat menurunkan rumus yang dapat menerangkan
radiasi spektrum ini (kecerahan relatif dari berbagai panjang gelombang yang terdapat) sebagai fungsi
dari temperature dari benda yang meradiasikannya kalau ia menganggap bahwa radiasi yang
dipancarkan terjadi secara tak kontinu (diskontinu), dipancarkan dalam catuan kecil, suatu anggapan
yang sangat asing dalam teori elektromagnetik. Catuan ini disebut kuanta.

Planck mendapat bahwa kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu v dari cahaya, semuanya
harus berenergi sama dan bahwa energi ini berbanding lurus dengan v. Jadi

Energi kuantum (2.2)


E = hv
Energi kuantum = (Tetapan Planck)(Frekuensi)
Kuantitas h, pada waktu ini disebut tetapan Planck, berharga

Tetapan Planck h = 6,626 x 10-34 J.s

Ketika Planck harus menganggap bahwa energi elekrtomagnetik yang diradiasikan oleh benda timbul
secara terputus-putus, Planck tidak pernah menyangsikan bahwa penjalarannya melalui ruang
merupakan gelombang elektromagnetik yang kontinu. Einstein mengusulkan bukan saja cahaya
dipancarkan menurut suatu kuantum pada suatu saat, tetapi juga menjalar menurut kuanta individual;
anggapan yang lebih berlawanan dengan fisika klasik.

Menurut hipotesis ini efek fotolistrik dapat diterangkan dengan mudah. Rumusan empiris persamaan
(2.1) dapat ditulis

Efek fotolistrik Hv = Kmaks + hv0 (2.3)

Menurut Einstein, tiga suku dalam persamaan (2.3) dapat ditafsirkan sebagai berikut

hv = isi energi dari masing-masing kuantum cahaya datang

Kmaks = energi fotoelektron maksimum

hv0 = energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron dari permukaan logam
yang disinari

harus ada energi minimum yang diperlukan oleh elektron untuk melepaskan diri dari
permukaan logam, jika tidak, tentu elektron akan terlepas walaupun tidak ada cahaya yang datang
(gambar 2.10) energi hv0 merupakan karaktristik dari permukaan itu yang disebut fungsu kerja. Jadi
persamaan (2.3) menyatakan bahwa

Energi Kuantum = energi elektron maksimum + fungsi kerja permukaan

lambang ø sering digunakan untuk fungsi kerja.

Beberapa contoh fungsi kerja fotolistrik terlihat dalam tabel 2.1. Untuk melepaskan elektron
dari permukaan logam biasanya memerlukan separuh dari energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron dari atom bebas dari logam yang bersangkutan.

Seperti yang kita lihat, foton cahaya berfrekuensi v berenergi hv. Untuk bisa menyatakan hv
dalam elektronvolt (eV), ingat kembali bahwa

1 eV = 1,60 x 10-19 J
Jadi rumus

6,63 X 10−34 J . s
E= xv
1,60 x 10−19 J /eV

Energi foton = 4,14 x 10-15 v eV . s (2.4)

Memperbolehkan kita untuk mencari energi foton berfrekuensi v langsung dalam elektronvolt. Jika
diberikan panjang gelombang λ sebagai ganti v, maka karena v = c/λ kita dapatkan

(4,14 x 10−15 v eV . s )(3 x 108 m/s)


E=
λ

1,24 x 10−6 eV . m
Energi Foton E=
λ
(2.5)

Bila λ dinyatakan dalam meter.

D.APAKAH CAHAYA ITU ?


Partikel Gelombang
Menurut teori gelombang , gelombang cahaya menyebar dari satu sumber seperti riak
menyebar dari permukaan air jika kita menjatuhkan batu di atas permukaan air. Energi cahaya
menurut analogi terdistribusi kontinu ke seluruh pola gelombang. Sedangkan menurut teori
kuantum cahaya menyebar sumbernya sebagai sederetan konsentrasi energi yang
terlokalisasi , masing – masing sangat kecil sehingga dapat diserap oleh sebuah elektron.

Gambar 2.11 (a) Teori menjelaskan mengenari difraksi dan interferensi yang tidak dapat
dijelaskan oleh teori kuantum (b) Teori kuantum menjelaskan efek fotolistrik yang tidak
dapat dijelaskan oleh teori gelombang.

Meninjau dari gelombang elektromagnetik berfrekuensi v yang jatuh ada sebuah layar.
Intensitas I dari gelombang merupakan laju energi Transport per satuan luas penampang,
bergantung dari besar E dan B dari medan listrik dan magnetik. Karena E dan B berhubungan
melalui persamaan E = cB, maka kita bisa memilih salah satu E atau B untuk menggambarkan
intensitas pada gelombang biasanya E dipilih. Intensitas I dari gelombang pada layar
diberikan oleh
Gambaran gelombang I =ϵ 0 c É2
dengan É2 menyatakan rata-rata kuadrat besaran sesat dari gelombang medan listrik dalam
satu siklus.
Tiap foton berenergi Hb, intensitas pada layar adalah
Gambaran foton I =Nhv
Kedua gambaran harus memberikan harga I yang sama, sehingga laju kedatangan
foton menjadi
ϵ0 c 2
N= É
hv
Pada tiap kejadian khusus, cahaya dapat memperlihatkan sifat gelombang atau sifat
partikel, tidak pernah terjadi keduanya terlihat sekaligus. Bila cahaya melalui celah-celah,
cahaya berlaku sebagai gelombang ketika tiba pada lahar cahaya berlaku sebagai partikel.
Jelaslah cahaya mempunyai sifat dua : teori gelombang cahaya dan teori kuantum
cahaya saling berkomplemen.

E.SINAR-X
Foton berenergi tinggi.
Sinar – X adalah gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi. Radiasi
elektromagnetik dalam selang panjang gelombang aprokmasi 0,01 hingga 10 nm pada
waktu ini digolongkan sebagai sinar-X. Batasan selang tersebut tidak tajam, pada
batas gelombang kecil tumpang tindih dengan sinar gama,dan batas panjang
gelombang besar bertumpang-tindih dengan cahaya ungu.
Gambar 2.12 merupakan diagram tabung sinar-x. Sebuah katode yang dipanasi
oleh filamen berdekatan yang dilalui arus listrik menyediakan elektron terus menerus
dengan emisi termionika. Perbedaan potensial yang tinggi V dipertahankan antara
katode dengan target logam mempercepat elektron ke arah target tersebut. Permukaan
target membentuk sudut relatif terhadap berkas elektron dan sinar-x yang ke luar dari
target melewati bagian pinggir tabung. Tabung tersebut dihampakan supaya elektron
dapat sampai ke target tanpa berhalangan.

Gambar2.12 Sebuah tabung sinar-x, mempercepat voltase V besar , mempercepat elektron


dan memperlambat pajan gelombang sinar-x.
Gambar 3 dan 4 menunjukkan spektrum sinar x yang timbul ketika target tungsten dan
molibdenum ditembaki elektron pada berbagai potensial pemercepat. Kurvanya menunjukkan
dua unsur penting yang tidak bisa diterangkan dengan teori elektromagnetik :

Puncak intensitas bergantung pada material sasaran


1. Dalam kasus molybednum,
puncak intensitas yang tajam pada
panjang gelombang tertentu
menunjukkan timbulnya sinar-x
yang besar pada panjang
gelombang tertentu. Panjang
gelombang ini asalnya penataan
kembal struktur elektron atom
target setelah diganggu oleh
tembakan elektron. Pada bagian
ini produksi sinar x untuk panjang
gelombang khusus yang
merupakan efek yang bukan klasik Gambar 3. Spektrum sinar –x tungsten pada
sebagai tambahan pada produksi berbagai potensial pemercepat
spektrum sinar x yang kontinu.

Batas panjang gelombang pendek bergantung pada voltase pemercepat


2. S i n a r x y a n g
gelombangnya bermacam-
macam, tetapi tidak
terdapat panjang
gelombang yang lebih
kecil dari satu harga
tertentu λ min.
Bertambahnya V akan
menyebabkan
mengecilnya λ min. Untuk
satu harga V, λ min untuk
target molibdenum dan
tungsten harganya sama.
Gambar 4. Spektrum sinar x tungsten dan
molibdenum pada potensial pemercepat 35 kV
Duane dan Hunt menemukan secara eksperimen bahwa λ minberbanding
terbalik dengan V ; hubungannya dinyatakan oleh

Jadi, produksi sinar x , kecuali puncak-puncak yang disebutkan dalam nomor 1


merupakan efek fotolistrik balik. Dibandingkan dengan energi foton yang ditransformasikan
menjadi energi kinetik elektron , maka energi kinetik elektron ini ditransformasikan menjadi
energi foton. Panjang gelombang pendek berarti frekuensi tinggi, sedangkan frekuensi tinggi
berati berenergi foton tinggi hv.
Karena fungsi kerja hanya beberapa elektronovolt, sedangkan potensial pemercepat
dalam tabung sinar x biasanya puluhan atau ratusan ribu volt, kita dapat mengabaikan fungsi
kerja dan menafsirkan batas panjang gelombang terkecil dan persamaan dibawah yang
bersesuaian dengan hal di mana seluruh energi kinetik K = Eva dari elektron yang datang
seluruhnya diberikan pada foton tunggal berenergi hVmaks. Jadi

Jelaslah dapat kita dapat memandang


produksi sinar-x sebagai kebalikan
dari efek fotolistrik.

F.DIFRAKSI SINAR X
Bagaimana panjang gelombang sinar-x diukur.
Difraksi sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal. Pembahasan
mengenai difraksi sinar-x mencakup pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal
berikut ini:
1. pembentukan sinar-x
2. hamburan (scattering) gelombang elektromagnetik
3. sifat kekristalan bahan (kristalografi)

Sejalan perkembangan ilmu pengetahuan diketahui bahwa sinar-x adalah radiasi


elektromagnetik transversal, seperti cahaya tampak, tetapi dengan panjang gelombang yang jauh
lebih pendek. Jangkau panjang gelombangnya tidak terdefinisi dengan jelas tetapi diperkirakan
mulai dari panjang gelombang cahaya ungu hingga sinar gamma yang
dipancarkan oleh bahan-bahan radioaktif. Dalam kristalografi, panjang gelombang yang
digunakan berkisar antara 0.5 hingga 2.5Å (Guinier 1963). Penting untuk diketahui bahwa
gelombang elektromagnetik memiliki interpretasi ganda: sebagai gelombang dan sebagai
partikel. Pembahasan difraksi sinar-x banyak menggunakan sinar-x yang membawa sifat
gelombang.
Dalam bagian difraksi sinar X akan dibahas mengenai :
1) Hamburan Oleh Tiap Atom
Sebuah kristal terdiri dari deretan atom yang teratur letaknya. Masing-masing atom
dapat menghamburkan gelombang elektromagnetik yang datang padanya. Mekanisme
hamburan tersebut dapat dijelaskan secara langsung. Sebuah atom dalam medan
listrik-tetap akan terpolarisasi karena elektronnya yang negatif dan intinya yang
positif mengalami gaya yang berlawanan. Gaya ini relatif kecil dibanding gaya ikat
atom, sehingga yang terlihat adalah distribusi ang terdistorsi yang setara dengan
dwikutub listrik. Suatu medan elektromagnetik yang berfrekuensi v, polarisasi
(pengutubannya) berubah bolak-balik dengan frekuensi yang sama v. jadi dwikutub
listrik berosilasi dan mengambil energi dari gelombang yang datang padanya sehingga
amplitudonya berkurang. Sebaliknya jila dwikutub berosilasi ini memancarkan
gelombang elektromagnetik berfrekuensi v, maka gelombang sekunder ini akan
menyebar ke segala arah kecuali di sepanjang sumbu dwikutub. Dalam kumpulan
atom yang mengalami radiasi atom tak terpolarisasi, maka radiasi sekundernya
isotropik (sama dalam semua arah) karena ontribusi atom yang acak.

2) Interferensi Sinar X yang Dihambur


Berkas sinar x (monokromatik) yang jatuh pada sebuah kristal akan dihamburkan ke
segala arah, tetapi karena keteraturan letak atom-atom, pada arah tertentu gelombang
hambur itu akan berinterferensi konstruktif sedangkan lainnya berinterferensi
destruktif. Syarat yang diperlukan supaya radiasi yang dihamburkan atom kristal
membentuk interferensi konstruktif dapat diperoleh dari diagram seperti gambar
dibawah ini
Suatu berkas sinar x yang panjang gelombangnya λ jatuh pada kristal dengan sudut θ
terhadap permukaan bidang Bragg yang jarak antar atom dalam kristal adalah d.
Seberkas sinar mengenai atom A pada bidang pertama dan atom B pada bidang
berikutnya dan masing masing atom menghambur sebagian berkas tersebut dalam
arah rambang. Interferensi konstruktif hanya terjadi antara sinar terhambur yang
sejajar dan beda jarak jalannya tepat λ, 2λ, 3λ, dan seterusnya. Jadi beda jarak jalan
harus nλ, dengan n menyatakan bilangan bulat.

3) Syarat Bragg
Representasi matematis syarat terjadinya difraksi diberikan oleh Hukum Bragg
2 d sinθ=nλ n=1,2,3 , …
dengan d adalah jarak antar-bidang (interplanar spacing), θ adalah sudut Bragg dan λ adalah
panjang gelombang radiasi. Hukum Bragg dapat dikatakan sebagai representasi non-vektorial
dua dimensi sebagai syarat terjadinya difraksi.
Di samping representasi dalam bentuk Hukum Bragg, terjadinya difraksi harus memenuhi 3
persamaan Laue yang dinyatakan dengan

Tiga persamaan Laue bukan ‘sesuatu yang lain’ dalam konteks syarat terjadinya difraksi
dipandang dari bahasan Hukum Bragg. Ketiga persamaan tersebut hanyalah representasi
vektorial tiga dimensi dari syarat difraksi.
Gambar 2.15. hamburan radiasi gelombang elektromagnetik oleh sekelompok atom.
Gelombang datar yang datang dipancarkan kembali sebagai gelombang bola.

4) Mencari Jarak Antar Bidang Bragg


Jarak dasar yang diperlukan ialah d=d1, karena dari sini kita dapat memakai geometri
sederhana untuk mencai d2 dan jarak-jarak lainnya antar bidang-bidang Bragg. Karena
d menyatakan jarak antara atom yang bersebelahan dalam Kristal,ini berarti terdapat
1/d atom per meter sepanjang suatu sumbu Kristal dan terdapat 1/d3 atom per meter
kubik dalam Kristal itu. Jika massa rata-rata atom ialah m dan kerapatan Kristal
secara keseluruhannya adalah ρ, maka
massa massa /atom m
ρ= = =
mᶟ atom dᶟ
1/( )
mᶟ
m
d=

3

ρ
Untuk mencari m kita ingat rumus massa M dari senyawa kimia yang merupakan
jumlah massa atomic dari unsur-unsur pembentuknya yang dinyatakan dalam satuan
massa atomic (u), dengan
1 u=1,66 x 10 ¯ ²⁷ kg
Dan m=massarata /atom =(M/K) (1,66 x 10¯²⁷kg/u
Maka jarak atomic
d=¿(M / Kp)(1,66 x 10 ¯ ²⁷ kg /u)
Gambar 2.18. spektrometer sinar-x

G.EFEK COMPTON
Foton dan elektron berlaku sebagai bola lilliard

Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak mempunyai
massa diam. Jika hal ini benar kita harus bisa menganalisis tumbukan antara foton dengan elektron,
misalnya, dengan cara yang sama seperti tumbukan bola billiard dianalisis dalam mekanika
pendahuluan.

Gambar 2.19 (a) Penghamburan foton oleh elektron disebut efek compton. (b) Diagram vektor
momentum dan komponen foton hambur dan datang serta elektron hamburnya.

Gambar diatas menunjukkan bagaimana tumbukan serupa itu digambarkan, dengan foton
sinar-X menumbuk elektron (yang mula-mula dalam keadaan diam terhadap sistem koordinat
laboratorium) dan kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula sedangkan elektronnya
menerima impuls dan mulai bergerak. Dalam tumbukan ini foton dipandang sebagai partikel yang
kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan energi kinetik K. Jika semula foton memiliki
frekuensi v maka foton hambur mempunyai frekuensi yang lebih rendah v’, sehingga
Kehilangan energi foton = Energi yang diterima elektron
hv – hv’ = K
momentum partikel tak bermassa berkaitan dengan energi menurut rumus : E = p. Karena energi foton
ialah hv maka momentumnya adalah
E hv
p= =
c c
Dalam tumbukan momentum harus kekal dalam masing-masing sumbu dari kedua sumbu
yang saling tegak lurus. Arah yang dipilih disini ialah arah foton semula dan satu lagi tegak lurus pada
bidang yang mengandung elektron dan foton tersebut. (lihat gambar 2.19)
Momentum foton semula ialah hv/c momentum foton hambur ialah hv’/c dan momentum elektron
awal sektor akhir ialah, berurutan 0 dan p.
Momentum awal = momentum akhir
hv hv '
+0= cos ∅+ p cos θ
c c
Dan tegak lurus pada arah ini

Momentum awal = momentum akhir


hv '
0= sin ∅− p sin θ
c
Sudut ∅ menyatakan sudut antara arah mula-mula foton dan arah foton hambur, dan θ adalah
sudut antara arah foton mula-mula dan arah elektron yang tertumbuk. Dari persamaan tersebut
sekarang kita mendapat rumus yang menghubungkan beda panjang gelombang antara foton mula dan
foton hambur dengan sudut ∅ antara arah masing-masing, kedua besaran itu merupakan kuantitas
yang dapat diukur. Langkah awalnya yaitu dengan mengalikan persamaan tersebut dengan c, sehingga
pc cos θ=hvθ−h v ' cos ∅
pc sin θ=h v ' sin ∅
Dengan mengkuadratkan masing-masing persamaan ini dan manambahkannya, sudut dapat
dieliminasi,
2
p2 c 2=( hv ) −2 ( hv ) ( h v ' ) cos ∅+(h v ' )2
Kemudian kita samakan kedua rumus untuk energi total partikel
E=K +mo c 2
E=√ m2o c 4 + p 2 c 2
Sehingga diperoleh

Subtitusikan harga p2 c 2
akhirnya didapatkan

Hubungan ini akan lebih sederhana jika dinyatakan dalam panjang gelombang sebagai pengganti
frekuensi.

v 1 v' 1
Dan karena = dan =
c λ c λ'
Persamaan diatas diturunkan oleh Arthur H. Compton pada awal tahun 1920, dan gejala dan
diperikannya yang pertama kali diamatinya, dikenal sebagai efek Compton. Gejala ini menunjukkan
bukti kuat yang mendukung teori kuantum radiasi.
Persamaan diatas memberikan perubahan panjang gelombang yang diharapkan terjadi untuk
foton yang terhambur dengan sudut ø oleh partikel yang bermassa diam m o dan perbedaan ini tidak
bergantung dari panjang gelombang foton datang λ. Kuantitas

Disebut panjang gelombang Compton dari partikel penghambur; untuk elektron besarnya adalah λ =
2,426 x 10-12 m, dengan 2,426 pm (1 pm = 1 picometer = 10-12 m). Sehingga persamaannya menjadi

Dari persamaan itu kita lihat bahwa perubahan panjang gelombang terbesar yang dapat terjadi ialah
pada ø = 180o ketika itu perubahan panjang gelombang menjadi dua kali panjang gelombang compton.
Maka perubahan panjang gelombang maksimum dalam efek Compton adalah 4,852 pm.
Demonstrasi eksperimental efek Compton dapat dilakukan secara langsung. Seperti dalam
gambar 2.20 seberkas sinar-x dengan panjang gelombang tunggal yang diketahui diarahkan pada
target (sasaran), dan panjang gelombang sinar-x hambur juga ditentukan untuk berbagai sudut ø.
Hasilnya ditunjukan pada gambar 2.21; hasil ini menunjukkan pergeseran panjang gelombang seperti
yang diramalkan pada persamaan diatas. Tetapi pada masing-masing sudut sinar-x hambur juga sinar-
x dengan panjang gelombang awal. Hal ini tidak terlalu sukar untuk dimengerti. Dalam penurunan
persamaan diatas dianggap bahwa partikel hambur dapat bergerak bebas, suatu anggapan yang nalar,
karena banyak elektron dalam materi terikat lemah pada atom induknya. Namun, ada elektron lainnya
yang terikat kuat jika elektron ini ditumbuk oleh sebuah foton, seluruh atom bergerak, bukan hanya
elektron tunggalnya. Dalam kejadian seperti ini besar m o yang dipakai dalam persamaan 2.17 ialah
massa seluruh atom yang besarnya beberapa puluh ribu kali besar massa elektron, sehingga hasil
pergeseran Comptonnya sedemikian kecil sehingga tidak terdeteksi.
Gambar 2.20 demonstrasi eksperimental efek Compton

Gambar 2.21 Hamburan Compton

H.Produksi Pasangan
Energi Menjadi Materi

Foton dapat menjelma menjadi pasangan electron-positron.

Sebuah foton dapat menyerahkan seluruh atau sebagian energy hv pada sebuah
electron, mungkin juga foton menjelma menjadi sebuah electron dan sebuah positron
(electron positif), suatu proses perubahan energy elektromagnetik menjadi energy diam.

Jumlah muatan electron (q=-e) dan positron (q=+e) adalah nol (0). Seperti juga
muatan, energy total termasuk energy massa dari electron dan positron sama dengan energy
foton dan momentum linear kekal dengan pertolongan inti yang mengambil cukup banyak
momentum foton supaya prose situ terjadi, tetapi karena massanya relative sangat besar, inti
hanya menyerap bagian energy foton yang dapat diabaikan. Energy dan momentum linear
tidak dapat keduanya kekal jika produksi pasangan terjadi dalam ruang hampa.

Energy diam m 0 c 2 dari electron atau positron ialah 0,51 MeV, jadi produksi pasangan
memerlukan energy foton sekurang-kurangnya 1,02 MeV. Setiap tambahan energy foton akan
menjadi energy kinetic electron dan positron. Panjang gelombang foton maksimum yang
bersesuaian dengan itu ialah 1,2 pm. Gelombang elektromagnetik dengan panjang sebesar itu
disebut sinar gamma yang didapatkan dalam alam sebagai pancaran dari inti radioaktif dan
dalam sinar kosmik.

Gambar 2.22 produksi pasangan foton yang berenergi cukup tinggi menjelma menjadi
pasangan elektron-positron

Pemusnahan Elektron Positron

Kebalikan produksi pasangan terjadi bila positron berdekatan dengan electron dan
keduanya saling mendekati dibawah pengaruh gaya tarik menarik dari muatan yang
berlawanan. Kedua partiket tersebut musnah pada saat yang sama dan massa yang musnah
tersebut menjadi energy dan foton sinar gamma yang tercipta.
−¿→γ + γ ¿

e +¿+e ¿

Massa total positron dan electron setara dengan 1,02 MeV dan foton berenergi hv =
0,51 MeV ditambah dengan setengah kali energy partikel relative terhadap pusat massanya.
Arah penjalaran foton adalah sedemikian sehingga kekekalan energy dan momentum linear
terpenuhi dan tak ada inti atau partikel lain diperlukan supaya peristiwa tersebut terjadi.

I.Foton dan Gravitasi


Gravitasi mempengaruhi cahaya walaupun foton tak mempunyai massa diam.

Foton berperilaku sangat serupa dengan partikel biasa dalam situasi tertentu.

Teori Relativitas Umum


Teori relativitas khusus berasal dari usaha untuk menyatakan besaran fisika
sedemikian sehingga hokum itu berlaku dalam semua kerangka acuan yang bergerak dengan
kecepatan tetap satu terhadap lainnya. Hal ini merupakan postulat pertama dari relativitas
khusus. Teori relativitas umum meninjau efek gerak dipercepat pada benda yang kita amati
dan telah menghasilkan pandangan yang dalam mengenai gejala gravitasi dan sifat alam
semesta.

Prinsip Kesetaraan

Merupakan prinsip sentral dalam teori umum : Seorang pengamat dalam laboratorium
tertutup tidak dapat membedakan antara efek yang ditimbulkan oleh medan gravitasi dan efek
yang ditimbulkan oleh percepatan dilaboratoriumnya. Prinsip ini diturunkan dari pengamatan
eksperimental yang menyatakan bahwa massa inersial (kelembaman)satu benda sama dengan
massa gravitasinya. Perbedaan antara kedua jenis massa terletak pada kenyataan bahwa massa
kelembaman suatu benda menentukan respon terhadap gaya yang diterapkan, sedangkan
massa gravitasi suatu benda menentukan gaya yang dialami benda yang ditimbulkan oleh
tarikan gaya gravitasi benda lain.

Cahaya Dipengaruhi Gravitasi

Berdasarkan dari dua jalur pemikiran menyimpulkan bahwa cahaya harus mengalami
efek gravitasi. Pertama walaupun foton tidak mempunyai massa diam, tetapi foton ketika
bertumbukan berperilaku seakan-akan mempunyai massa sebesar massa foton.

p hv
m= = 2
v c

Karena massa gravitasi tidak bisa dibedakan dari massa kelembaman, maka cahaya pun harus
dipengaruhi gravitasi.

Seberkas cahaya yang melintas sebuah laboratorium yang dipercepat. Jejak cahaya yang
melengkung terhadap laboratorium haruslah sama seperti cahaya yang mengalami medan
gravitasi yang besar percepatan medannya setara dengan percepatan laboratorium itu.
Gambar 2.23 Menurut prinsip kesetaraan (ekivalensi), kejadian yang terjadi pada
laboratorium yang dipercepat, tidak bisa dibedakan dari kejadian yang terjadi dalam medan
gravitasi. Jadi pembelokan berkas cahaya relatif terhadap pengamat dalam laboratorium
yang dipercpat harus serupa dengan pembelokan cahaya dalam medan gravitasi.

Matahari Membelokkan Cahaya Bintang

Jika cahaya dipengaruhi gravitasi, maka cahaya yang melewati dekat benda yang
massif seperti matahari harus mengalami pembelokan.ramalan deviasi untuk cahaya yang
menyinggung matahari ialah 0,0005° dan deviasi sebesar itu betul-betul telah diamati untuk
cahaya bentang ketika terjadi gerhana matahari, ketika bulatan matahari ditutup oleh bulan.

Prosedurnya ialah dengan membandingkan kedudukan bintang-bintang yang muncul di langit


dekat matahari pada saat terjadi gerhana dengan kedudukannya pada saat lain ketika
cahayanya tidak melewati dekat matahari.

Cahaya Bertambah Energinya Bila Jatuh dalam Medan Gravitasional

Bila kita menjatuhkan sebuah batu bermassa m dari ketinggian H dekat permukaan
bumi, tarikan gravitasi bumi akan mempercepat batu itu ketika jatuh dan batu itu
1
mendapatkan energy mgH ketika sampai di tanah. Energy kinetic akhir batu m v 2 sama
2
dengan mgH , sehingga kelajuan akhirnya adalah √ 2 gH .
Gambar 2.24 cahaya bintang yang melewati dekat matahari dibelokkan oleh medan gravitasi
yang kuat. Pembelokkannya dapat diukur ketika gerhana matahari, ketika bulatan matahari
tertutup oleh bulan.

Semua foton menjalar dengan kelajuan cahaya sehingga tidak mungkin bergerak
lebih cepat lagi. Namun, foton yang jatuh melalui jarak H dapat memanifestasikan
pertambahan energy mgH dalam bentuk lain, yaitu dengan pertambahan frekuensi dari v ke
v’.

Karena perubahan frekuensi ini sangat kecil menurut eksperimen dalam skala laboratorium,
kita dapat mengabaikan massa foton hv /c 2.

energi foto akhir=energ i foton awal+ pertambahan energi

h v' =hv+ mgH

dan karena

h v' =hv+
( ch ) gH
2

Energi foton setelah jatuh melalui tinggi H

gH
(
h v' =hv 1+
c2 )
Gambar 2.25 foton yang jatuh dalam medan gravitational mengalami pertambahan energi
serupa dengan batu yang jatuh. Pertambahan energi ini terlihat dalam pertambahan
frekuensi dari v menjadi v’.

J.LUBANG HITAM

Sebuah benda yang kerapatannya sangat tinggi sehingga dapat menerangkap cahaya selama
lamanya.

Efek astronomis yang sangat menarik dapat dilihat dari sifat gravitasi cahaya. Bila frekuensi
yang bersangkutan dengan foton yang bergerak ke arah bumi bertambah, maka frekuensi foton yang
bergerak menjauhi bumi harus berkurang.

Medan gravitasi bumi tidak begitu kuat, tetapi medan gravitasi banyak bintang sangat kuat.
Misalkan foton yang frekuensinya awalnya v dipancarkan oleh sebuah bintang bermassa M dan jari-
jari R, seperti dalam gambar 2.26. Energi potensial sebuah massa m pada permukaan bintang adalah :
−GMm
V=
R
Di mana tanda minus diperlukan karena gaya antara M dan m saling tarik-menarik. Energi potensial
foto ber-“massa” hv/c 2 pada permukaan bintang adalah:
−GMhv
V=
c2 R
Dan energi totalnya E, jumlah V dan energi kuantum hv, adalah :
−GMhv GM
E=hv= 2
c R
=hv 1− 2
c R( )
Pada jarak yang cukup jauh dari bintang, misalnya di bumi, foton itu di luar jangkauan medan
gravitasi bintang, tetapi energi totalnya tetap. Energi foton itu sekarang seluruhnya dalam bentuk
elektromaknetik, dan
E=hv '

Gambar 2.26. Frekuensi foton yang dipancarkan dari permukaan bintang berukuran ketika foton itu
menjadi bintang.

dengan v ' menyatakan frekuensi elektron datang (Energi potensial foton dalam medan gravitasi bumi
dapat diabaikan dibandingkan dengan dalam medan gravitasi bintang). Jadi
GM
(
hv '=hv 1−
c2 R )
v' GM
=1− 2
v c R
dan perubahan frekuensi relatif adalah:

Δv v −v ' v ' GM
= =1− = 2
v v v c R

Foton berfrekuensi lebih rendah di bumi, bersesuaian dengan kehilangan energinya ketika foton itu
meninggalkan bintang.

Foton pada daerah cahaya tampak dari suatu spektrum akan tergeser ke arah ujung merah, dan
gejala ini dikenal sebagai pergeseran merah gravitasioanl. Hal ini perlu dibedakan dari pergeseran
merah doppler yang teramati pada spektrum galaksi jauh yang disebabkan gerak menjauhi bumi yang
timbul karena pengembangan alam semesta.

Sepeti yang akan kita pelajari dalam Bab 4, atom setiap unsur jika tereksitasi akan
memancarkan foton dengan frekuensi khusus. Berilakunya Pers, (2.22) dapat diperiksa dengan
membandingkan frekuensi yang terdapat pada spektrum bintang dengan spektrum yang diperoleh di
labolatorium. Untuk sebagian besar bintang termasuk matahari, rasio M/R terlalu kecil untuk
terlihatnya pergeseran merah gravitasional, tetapi ada sekelompok bintang yang dikenal sebagai
kerdil putih yang terdapat pada batas pengukuran – dan telah diamati. Kerdil putih ialah bintang tua
yang terdiri dari atom yang struktur elektronnya telah ambruk sehingga bintang itu menjadi sangat
kecil pada umumnya ukuran kerdil putih ini hampir sama dengan ukuran bumi tetapi besar massanya
hampir sama dengan matahari.

Pertanyaan yang sangat menarik ialah, apakah yang terjadi bila bintang itu begitu rapat
sehingga GM/c 2R ≥1? Jika hal ini terjadi maka dari Pers (2.22) kita lihat bahwa tidak ada foton yang
dapat meninggalkan bintang itu, karena untuk meninggalkannya memerlukan lebih banyak energi
daripada energi awal hv. Akibatnya, pergeseran merah menghamburkan panjang geombang foton ke
takberhingga. Bintang sejenis ini tidak dapat memancarkan dan tak tampak, suatu lubang hitam dalam
ruang.

Dalam keadaan energi gravitasional sebanding dengan energi total, seperti untuk foton dalam
lubang hitam, relativitas umum harus diterapkan secara rinci. Syarat yang benar supaya sebuah
1
bintang menjadi lubang hitam ternyata GM/c 2R≥ Jari-jari Schwarzschild Rs untuk benda bermassa
2
M didefinisikan sebagai berikut

2GM
Rs¿
c2
Benda menjadi lubang hitam jika semua massa berada dalam bola dengan jari-jari tersebut.
Kelajuan untuk lepas dari lubang hitam sama dengan kelajuan cahaya c pada jari-jari Schwartschild,
jadi tidak ada yang dapat meninggalkan lubang hitam. Permukaan bila dari jari-jari R, yang
mengelilingi lubang hitam disebut peristiwa horison (event horizon), karena tidak akan pernah terjadi
bola tadi dapat terlihat oleh pengamat luar.

Sebuah lubang hitam yang merupakan anggota dari sistem bintang ganda akan
memanifestasikan kehadirannya melalui efek gravitasional yang sangat kuat dari suatu lubang hitam
akan menarik benda-benda yang terdapat dalam ruang sekelilingnya akan terisap serta terkompresi
dan menjadi panas sehingga temperaturnya sangat tinggi dan banyak terpancar sinar-x. Suatu benda
tak tampak yang banyak astronomiwan mempercayainya sebagai lubang hitam dikenal dengan nama
Cygnus X-1; massanya sekitar 8 kali massa matahari, dan jari-jarinya perkirakan hanya 10 km.
Daerah pancaran sinar-x lubang hitam itu meluas sampai seketika beberapa ratus kilometer.

Anda mungkin juga menyukai