RESUME 3
FISIKA MODREN
DISUSUN OLEH:
NIM :17033035
JURUSAN FISIKA
2019
A.GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Dalam tahun 1864 ahli fisika Inggris james Clerk Maxwell mengemukakan bahwa muatan
listrik yang dipercepat menimbulkan gangguan listrik dan magnetik yang terkait yang menjalar terus-
menerus melalui ruang hampa. Jika muatan bergetar periodis, gangguannyaadalah gelombang
komponen listrik dan magnetiknya saling tegak lurus pula pada getar eperti pada gambar 2.1
Dari pekerjaan Faraday sebelumnya, Maxwell mengetahui bahwa medan magnet yang
berubah dapat mengimbas arus dalam sosok (loop) kawat. Jadi, medan magnetik yang berubah
mempunyai efek yang sama denagn medan listrik. Maxwell mengemukakan kebalikannya dalam
medan magnet yang berubah menimbulkan medan magnetik yang berkaitan. Medan listrik yang
ditimbulkan oleh imbasan elektromagnetik dapat diperlihatkan denagn mudah karena logam
mempunyai hambatan listrik yang kcil; maka yang lemah dapat menimbulakn arus listrik dalam
logam yang dapat diukur. Medan magnetik yang lemah sulit untuk diukur , dab hipotesis Maxwell
dilandasi oleh penalaran berdasarkan simetri dibandingkan dengan penemuan eksperimental.
Jika Maxwell benar, gelomabang elektromagnetik harus terjadi. Dalam gelombang ini
berbagai medan listrik dan magnetik yang berubah-ubah tergandeng oleh imbasan elektromagnetik
sedangkan mekanisme sebaliknya diusulkan oleh Maxwell. Maxwell menunjukkan bahwa kelajuan
gelombang oleh elektromagnetik dalam ruang hampa diberikan oleh
1 108 m
c= =2,998 X
√ εoμo s
Gambar 2.1 medan listrik dan magnetik dari gelombang elektromagnetik adalah saling tegak lurus
dan tegak lurus juga pada arah menjalar gelombang.
Gambar 2.2 spektrum gelombang elektromagnetik. Berbagai kategori ini saling bertumpuk , kecuali
cahaya tampak
Interferensi gelombang air. Riak gelombang menyebar melalui permukaan bejan dari dua sumber diatas.
Dalam arah tertentu (misalnya AB) riak tersebut saling ,menguatkan dan gelombangnya lebih tampak. Dalam
arah lain(misalnya CD) riak tersebut saling meniadakan , sehingga gelombangnya menjadi kecil atau tidak
ada.
Amplitude sesaat berarti harga rata-rata pada tempat dan waktu tertentu dari kuantitas yang
menbebtuk gelomabang. (“Amplitude” tanpa keterangan tambhan berarti harga maksimum dari
variabel gelombang.) Jadi amplitude sesaat tali ynag tergang ialah pergeseran maksimum tali tersebut
yang diukur dari keadaan normal; amplitude gelombang air ialah tinggi maksimum permukaan air
relatif terhadap tekanan tinggi normal; amplitudo gelombang bunyi ialah perubahan tekanan
maksimum relatif terhadap tekanan normal. Karena E=cB pada gelombang cahaya , amplitudo
sesaatnya dapat diambil E atau B. Biasanya , E yang diapakai , karena interaksi gelomabng medan
listrik cahaya dengan materi menimbulkan efek optis yang sudah dikenal.
Bila dua atau lebih deretan gelombang bertemu dalam suatu daerah, gelombang itu akan
berinterferensi menghasilkan gelombvang baru yang amplitude sesaat gelombang semula. Interferensi
konstruktif (membangun) berarti gelombang tersebut saling menguatkan denagn fase sama sehingga
menghasilakn amplitude yang lebih besar, dan interferensi destruktif (menghancur) berarti gelombang
tersebut sebagian atau sepenuhnyasaling meniadakan karena fasenya berbeda (Gambar 2.3). jika
gelombang semula memiliki frekuensi yanag berbeda, hasilnya merupakan campuran dari interferensi
konstruktif dana destruktif, seperti dalam Gambar 3.4.
Gambar 2.3 (a) interferensi kostruktif; gelombang yang disuperposisikan saling menguatkan.(b)
dalam interferensi destruktif, gelombang yang tidak sefase akan saling meniadakan sepenuhnya atau
sebagian.
Interferensi gelomabang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh tomas Young dalam tahun
1801. Ia memakai sepasang celah yang disinari cahaya ekawarna dari sebuah sumber seperti Gambar
2.4. dari masing-masing celah , gelomabng sekeunder menyebar seolah-olah berasal dari celah; ini
merupakan contoh dari difraksi yang menunjukkan gejala gelombang karakteristik seperti juga
interferensi . karena interferensi , layar tidak diterangi denagn merata, tetapi memperlihatkan pola
garis terang dan garis gelap yang berselang-seling (Gambar 2.5). Pada kedudukan dilayar dengan
panjang jalan dari keduacelah berbeda dengan bilang ganjil kali setengah panjang gelombang (
1 3 5
⋋ , ⋋ , ⋋ , … .); interferensi destruktif terjadi , sehingga hasilnya adalah garis gelap. Pada tempat-
2 2 2
tempat itu dimana panjang lintasannya adalah sama atau berbeda denagn jumlah seluruh gelombang (
⋋ ,2 ⋋ , 3 ⋋ ,… .), interfernsi konstruktif terjadi, sehingga hasilnya adalah garis terang. Diantara
kedudukan garis terang interferensi terjadi sebagian, sehingga intensitas pada layar berubah secara
gradual antara garis terang dan gelap.
.
Gambar 2.5 (a) yang terlihat pada layar dalam eksperimen Young .(b) Asala-mula pola interferensi . Inferensi
konstruktif terjadi jika beda panjang jalan dari celah ke layar adalah 0, ⋋ ,2 ⋋ , … . Interferensi destruktif
1⋋ 3⋋ 5⋋
terjadi jika beda panjang jalannya ialah , , ,.....
2 2 2
Interfernsi dan difraksi merupakan sifat khusus dari gelombang partikel yang kita kenal tidak
mempunyai sifat itu. Jadi eksperimen Young merupakan bukti bahwa cahaya adalah gelombang.
Lebih lanjut, teori maxwell memberitahu kepada kita jenis gelombang tersebut, yaitu elektromagnetik.
Sampai akhir abad kesembilanbelas tampaknya sifat cahaya sudah tertentu.
B .EFEK FOTOLISTRIK
Energy elektron yang dibebaskan cahaya bergantung pada frekuensi cahaya itu.
Dalam eksperimennya, Hertz memperlihatkan bahwa latu pada celah transmiter terjadi bila
cahaya ultraungu diarahkan pada salah satu bola logamnya. Ia tidak melanjutka percobaan tersebut,
tetapi ahli fisika lainnya meneruskan eksperimen tersebut. Mereka menemukan bahwa penyebabnya
adalah elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya cukup tinggi. Gejala ini dikenal dengan sebagai
efek fotolistrik.
Gambar 2.6 memberi ilustrasi jenis alat yang dipakai dalam eksperimen serupa itu. Tabung
yang divakumkan berisi dua elektrode yang dihubungkan dengan rangkaian ekstermal seperti terlihat
dalam gambar, dengan keping logam yang permukaannya mengalami iradasi yang dipakai sebagai
anode. Sebagian fotoelektron yang muncul dari permukaan mengalami radiasi mempunyai energi
yang cukup untuk mencapai katode walaupun muatannya negative, dan electron serupa itu
membentuk arus yang dapat diukur oleh ammeter dalam rangkaian itu. Ketika potensial perintang V
ditambah lebih sedikit atau melebihi suatu harga V 0 yang besarnya dalam orde beberapa volt, tidak
ada elektron yang mencapai katode dan arusnya terhenti.
Salah satu sifat khususnya adalah distribusi energi electron yang dipancarkan (yang disebut
fotoelektron)ternyata tak bergantung dari intesitas cahaya. Berkas cahaya yang kuat menghasilkan
fotoelektron lebih banyak daripada berkas yang lemah yang befrekuensi sama, tetapi energi elektron
rata-rata sama saja ( gambar 2.7). dan juga dalam batas ketelitian eksperimen (sekitar 10-9 s), tak
terdapat keterlambatan waktu antara datangnya cahaya pada permukaan logam dan terpancarnya
electron. Pengamatan serupa itu tidak dapat dimengerti dengan memakai teori elektromagnetik
cahaya.
Gambar 2.7 Arus fotoelektron sebanding dengan intensitas cahaya untuk semua tegangan perintang.
Pemadaman voltase Vo adalah sama untuk semua intensitas cahaya dari frekuensi yang diberikan v.
Gambar 2.8 tengangan penghenti Vo bergantung dari frekuensi v dari cahaya. Bila tegangan
perintang v = o arus fotolistrik sama untuk cahaya yang berintensitas sama takbergantung dari
frekuensinya.
Kita tinjau cahaya yang jatuh pada permukaan zat natrium dalam peralatan seperti pada
gambar 2.6. arus fotolistrik terdeteksi jika arus elektromagnetik 10 -6 W/m2 terserap oleh permukaan.
Sekitar 1019 atom tersapat pada lapisan natrium setebal 1 atom yang luasnnya 1 m 2, sehingga jika kita
anggap cahaya datang diserap pada lapisan teratas dari atom0-atom natrium, masing-masing atom
akan menerima energi rata-rata dengan laju 10 -25 W. Pada laju ini 1,6 x 106 s – sekitar 2 minggu
diperlukan oleh seebuah atom untuk mengumpulkansekitar 1eV energi yang biasa dimiliki
fotoelektron, dan jik kita memasukkan beberapa elektronvolt yang diperlukan untuk menarik elektron
ke luar dari permukaan natrium, waktu yang diperlukan menjadi sekitar 2 bulan. Dalam waktu
maksimum yang diperbolehkan 10-9 s, teori elektromagnetik ,menyatakan bahwa atom natrium rata-
rata hanya mengumpulkan 10-15 eV untuk diberikan pada satu elektronnya.
Bila dipandang dari teori gelombang ialah fakta bahwa energi fotoelektron bergantung pada
frekuensi cahaya yang dipakai (gambar 2.8). pada frekuensi dibawah frekuensi kritis yang merupakan
karakteristik dari masing-masing logam, tidak terdapat elektron apapun yang dipancarkan. Diatas
frekuensi amabng ini fotoelektron mempunya selang energi dari 0 sampai suatu harga maksimum
tertentu, dan harga maksimum ini bertambah secara linear terhadap frekuensi. Frekuensi yang lebih
tinggi menghasilkan energi fotoelektron maksimum yang lebih tinggi pula. Jadi cahaya biru yang
lemah menimbulkan elektron dengan energi yang lebih tinggi daripada yang ditimbulkan oleh cahaya
merah yang kuat, walaupun cahaya merah menghasilkan jumlah yang lebih besar.
Gambar 2.9 plot energi fotoelektron maksimum Kmaks terhadap frekuensi v dari cahaya yang datang
untuk beberapa eksperimen. Jelaslah bahwa hubungan antara Kmaks dan frekuensi v mengandung
tetapan pembanding yang dapat dinyatakan dalam bentuk
v0 menyatakan frekuensi ambang, dibawah frekuensi tersebut tidak terdapat pancaran foto dan h
menyatakan tetapan. Penting untuk diperhatikan harga h adalah 6,626 x 10 -34 J.s selalu sama,
walaupun v0 berubah untuk logam yang berlainan disinari.
Teori elektromagnetik cahaya dapat menerangkan sangat baik banyak sekali gejala, sehingga
teori itu tentu mengandung kebenaran. Namun teori yang berdasar kokoh ini tidak cocok untuk
menerangkan efek fotolistrik. Dalam tahun 1905 Eisntein menemukan bahwa paradoks yang timbul
dalam efek fotolistrik dapat dimengerti hanya dengan memasukkan pengrtian radikal yang pernah
diusulkan lima tahun sebelumnya oleh ahli fisika teoritis Jerman Max Planck.
Ketika itu Planck mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang dipancarkan oleh benda
mampat. Kita mengenal pijaran dari sepotong logam yang menimbulkan cahaya tampak, tetapi
panjang gelombang lain yang tak terlihat mata juga terdapat. Sebuah benda tidak perlu sangat panas
untuk bisa memancarkan gelombang elektromagnetik – semua benda memancarkan energi seperti itu
secara kontinu tidak perduli pada temperaturnya. Pada temperatur kamar sebagian besar radiasinya
terdapat pada bagian inframerah dari spektrum sehinga tidak terlihat.
Sifat yang dapat diamati dari radiasi benda hitam ini – penanamaan serupa itu akan
dikemukakan alasannya dalam bab 9. Planck dapat menurunkan rumus yang dapat menerangkan
radiasi spektrum ini (kecerahan relatif dari berbagai panjang gelombang yang terdapat) sebagai fungsi
dari temperature dari benda yang meradiasikannya kalau ia menganggap bahwa radiasi yang
dipancarkan terjadi secara tak kontinu (diskontinu), dipancarkan dalam catuan kecil, suatu anggapan
yang sangat asing dalam teori elektromagnetik. Catuan ini disebut kuanta.
Planck mendapat bahwa kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu v dari cahaya, semuanya
harus berenergi sama dan bahwa energi ini berbanding lurus dengan v. Jadi
Ketika Planck harus menganggap bahwa energi elekrtomagnetik yang diradiasikan oleh benda timbul
secara terputus-putus, Planck tidak pernah menyangsikan bahwa penjalarannya melalui ruang
merupakan gelombang elektromagnetik yang kontinu. Einstein mengusulkan bukan saja cahaya
dipancarkan menurut suatu kuantum pada suatu saat, tetapi juga menjalar menurut kuanta individual;
anggapan yang lebih berlawanan dengan fisika klasik.
Menurut hipotesis ini efek fotolistrik dapat diterangkan dengan mudah. Rumusan empiris persamaan
(2.1) dapat ditulis
Menurut Einstein, tiga suku dalam persamaan (2.3) dapat ditafsirkan sebagai berikut
hv0 = energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron dari permukaan logam
yang disinari
harus ada energi minimum yang diperlukan oleh elektron untuk melepaskan diri dari
permukaan logam, jika tidak, tentu elektron akan terlepas walaupun tidak ada cahaya yang datang
(gambar 2.10) energi hv0 merupakan karaktristik dari permukaan itu yang disebut fungsu kerja. Jadi
persamaan (2.3) menyatakan bahwa
Beberapa contoh fungsi kerja fotolistrik terlihat dalam tabel 2.1. Untuk melepaskan elektron
dari permukaan logam biasanya memerlukan separuh dari energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron dari atom bebas dari logam yang bersangkutan.
Seperti yang kita lihat, foton cahaya berfrekuensi v berenergi hv. Untuk bisa menyatakan hv
dalam elektronvolt (eV), ingat kembali bahwa
1 eV = 1,60 x 10-19 J
Jadi rumus
6,63 X 10−34 J . s
E= xv
1,60 x 10−19 J /eV
Memperbolehkan kita untuk mencari energi foton berfrekuensi v langsung dalam elektronvolt. Jika
diberikan panjang gelombang λ sebagai ganti v, maka karena v = c/λ kita dapatkan
1,24 x 10−6 eV . m
Energi Foton E=
λ
(2.5)
Gambar 2.11 (a) Teori menjelaskan mengenari difraksi dan interferensi yang tidak dapat
dijelaskan oleh teori kuantum (b) Teori kuantum menjelaskan efek fotolistrik yang tidak
dapat dijelaskan oleh teori gelombang.
Meninjau dari gelombang elektromagnetik berfrekuensi v yang jatuh ada sebuah layar.
Intensitas I dari gelombang merupakan laju energi Transport per satuan luas penampang,
bergantung dari besar E dan B dari medan listrik dan magnetik. Karena E dan B berhubungan
melalui persamaan E = cB, maka kita bisa memilih salah satu E atau B untuk menggambarkan
intensitas pada gelombang biasanya E dipilih. Intensitas I dari gelombang pada layar
diberikan oleh
Gambaran gelombang I =ϵ 0 c É2
dengan É2 menyatakan rata-rata kuadrat besaran sesat dari gelombang medan listrik dalam
satu siklus.
Tiap foton berenergi Hb, intensitas pada layar adalah
Gambaran foton I =Nhv
Kedua gambaran harus memberikan harga I yang sama, sehingga laju kedatangan
foton menjadi
ϵ0 c 2
N= É
hv
Pada tiap kejadian khusus, cahaya dapat memperlihatkan sifat gelombang atau sifat
partikel, tidak pernah terjadi keduanya terlihat sekaligus. Bila cahaya melalui celah-celah,
cahaya berlaku sebagai gelombang ketika tiba pada lahar cahaya berlaku sebagai partikel.
Jelaslah cahaya mempunyai sifat dua : teori gelombang cahaya dan teori kuantum
cahaya saling berkomplemen.
E.SINAR-X
Foton berenergi tinggi.
Sinar – X adalah gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi. Radiasi
elektromagnetik dalam selang panjang gelombang aprokmasi 0,01 hingga 10 nm pada
waktu ini digolongkan sebagai sinar-X. Batasan selang tersebut tidak tajam, pada
batas gelombang kecil tumpang tindih dengan sinar gama,dan batas panjang
gelombang besar bertumpang-tindih dengan cahaya ungu.
Gambar 2.12 merupakan diagram tabung sinar-x. Sebuah katode yang dipanasi
oleh filamen berdekatan yang dilalui arus listrik menyediakan elektron terus menerus
dengan emisi termionika. Perbedaan potensial yang tinggi V dipertahankan antara
katode dengan target logam mempercepat elektron ke arah target tersebut. Permukaan
target membentuk sudut relatif terhadap berkas elektron dan sinar-x yang ke luar dari
target melewati bagian pinggir tabung. Tabung tersebut dihampakan supaya elektron
dapat sampai ke target tanpa berhalangan.
F.DIFRAKSI SINAR X
Bagaimana panjang gelombang sinar-x diukur.
Difraksi sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal. Pembahasan
mengenai difraksi sinar-x mencakup pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal
berikut ini:
1. pembentukan sinar-x
2. hamburan (scattering) gelombang elektromagnetik
3. sifat kekristalan bahan (kristalografi)
3) Syarat Bragg
Representasi matematis syarat terjadinya difraksi diberikan oleh Hukum Bragg
2 d sinθ=nλ n=1,2,3 , …
dengan d adalah jarak antar-bidang (interplanar spacing), θ adalah sudut Bragg dan λ adalah
panjang gelombang radiasi. Hukum Bragg dapat dikatakan sebagai representasi non-vektorial
dua dimensi sebagai syarat terjadinya difraksi.
Di samping representasi dalam bentuk Hukum Bragg, terjadinya difraksi harus memenuhi 3
persamaan Laue yang dinyatakan dengan
Tiga persamaan Laue bukan ‘sesuatu yang lain’ dalam konteks syarat terjadinya difraksi
dipandang dari bahasan Hukum Bragg. Ketiga persamaan tersebut hanyalah representasi
vektorial tiga dimensi dari syarat difraksi.
Gambar 2.15. hamburan radiasi gelombang elektromagnetik oleh sekelompok atom.
Gelombang datar yang datang dipancarkan kembali sebagai gelombang bola.
ρ
Untuk mencari m kita ingat rumus massa M dari senyawa kimia yang merupakan
jumlah massa atomic dari unsur-unsur pembentuknya yang dinyatakan dalam satuan
massa atomic (u), dengan
1 u=1,66 x 10 ¯ ²⁷ kg
Dan m=massarata /atom =(M/K) (1,66 x 10¯²⁷kg/u
Maka jarak atomic
d=¿(M / Kp)(1,66 x 10 ¯ ²⁷ kg /u)
Gambar 2.18. spektrometer sinar-x
G.EFEK COMPTON
Foton dan elektron berlaku sebagai bola lilliard
Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak mempunyai
massa diam. Jika hal ini benar kita harus bisa menganalisis tumbukan antara foton dengan elektron,
misalnya, dengan cara yang sama seperti tumbukan bola billiard dianalisis dalam mekanika
pendahuluan.
Gambar 2.19 (a) Penghamburan foton oleh elektron disebut efek compton. (b) Diagram vektor
momentum dan komponen foton hambur dan datang serta elektron hamburnya.
Gambar diatas menunjukkan bagaimana tumbukan serupa itu digambarkan, dengan foton
sinar-X menumbuk elektron (yang mula-mula dalam keadaan diam terhadap sistem koordinat
laboratorium) dan kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula sedangkan elektronnya
menerima impuls dan mulai bergerak. Dalam tumbukan ini foton dipandang sebagai partikel yang
kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan energi kinetik K. Jika semula foton memiliki
frekuensi v maka foton hambur mempunyai frekuensi yang lebih rendah v’, sehingga
Kehilangan energi foton = Energi yang diterima elektron
hv – hv’ = K
momentum partikel tak bermassa berkaitan dengan energi menurut rumus : E = p. Karena energi foton
ialah hv maka momentumnya adalah
E hv
p= =
c c
Dalam tumbukan momentum harus kekal dalam masing-masing sumbu dari kedua sumbu
yang saling tegak lurus. Arah yang dipilih disini ialah arah foton semula dan satu lagi tegak lurus pada
bidang yang mengandung elektron dan foton tersebut. (lihat gambar 2.19)
Momentum foton semula ialah hv/c momentum foton hambur ialah hv’/c dan momentum elektron
awal sektor akhir ialah, berurutan 0 dan p.
Momentum awal = momentum akhir
hv hv '
+0= cos ∅+ p cos θ
c c
Dan tegak lurus pada arah ini
Subtitusikan harga p2 c 2
akhirnya didapatkan
Hubungan ini akan lebih sederhana jika dinyatakan dalam panjang gelombang sebagai pengganti
frekuensi.
v 1 v' 1
Dan karena = dan =
c λ c λ'
Persamaan diatas diturunkan oleh Arthur H. Compton pada awal tahun 1920, dan gejala dan
diperikannya yang pertama kali diamatinya, dikenal sebagai efek Compton. Gejala ini menunjukkan
bukti kuat yang mendukung teori kuantum radiasi.
Persamaan diatas memberikan perubahan panjang gelombang yang diharapkan terjadi untuk
foton yang terhambur dengan sudut ø oleh partikel yang bermassa diam m o dan perbedaan ini tidak
bergantung dari panjang gelombang foton datang λ. Kuantitas
Disebut panjang gelombang Compton dari partikel penghambur; untuk elektron besarnya adalah λ =
2,426 x 10-12 m, dengan 2,426 pm (1 pm = 1 picometer = 10-12 m). Sehingga persamaannya menjadi
Dari persamaan itu kita lihat bahwa perubahan panjang gelombang terbesar yang dapat terjadi ialah
pada ø = 180o ketika itu perubahan panjang gelombang menjadi dua kali panjang gelombang compton.
Maka perubahan panjang gelombang maksimum dalam efek Compton adalah 4,852 pm.
Demonstrasi eksperimental efek Compton dapat dilakukan secara langsung. Seperti dalam
gambar 2.20 seberkas sinar-x dengan panjang gelombang tunggal yang diketahui diarahkan pada
target (sasaran), dan panjang gelombang sinar-x hambur juga ditentukan untuk berbagai sudut ø.
Hasilnya ditunjukan pada gambar 2.21; hasil ini menunjukkan pergeseran panjang gelombang seperti
yang diramalkan pada persamaan diatas. Tetapi pada masing-masing sudut sinar-x hambur juga sinar-
x dengan panjang gelombang awal. Hal ini tidak terlalu sukar untuk dimengerti. Dalam penurunan
persamaan diatas dianggap bahwa partikel hambur dapat bergerak bebas, suatu anggapan yang nalar,
karena banyak elektron dalam materi terikat lemah pada atom induknya. Namun, ada elektron lainnya
yang terikat kuat jika elektron ini ditumbuk oleh sebuah foton, seluruh atom bergerak, bukan hanya
elektron tunggalnya. Dalam kejadian seperti ini besar m o yang dipakai dalam persamaan 2.17 ialah
massa seluruh atom yang besarnya beberapa puluh ribu kali besar massa elektron, sehingga hasil
pergeseran Comptonnya sedemikian kecil sehingga tidak terdeteksi.
Gambar 2.20 demonstrasi eksperimental efek Compton
H.Produksi Pasangan
Energi Menjadi Materi
Sebuah foton dapat menyerahkan seluruh atau sebagian energy hv pada sebuah
electron, mungkin juga foton menjelma menjadi sebuah electron dan sebuah positron
(electron positif), suatu proses perubahan energy elektromagnetik menjadi energy diam.
Jumlah muatan electron (q=-e) dan positron (q=+e) adalah nol (0). Seperti juga
muatan, energy total termasuk energy massa dari electron dan positron sama dengan energy
foton dan momentum linear kekal dengan pertolongan inti yang mengambil cukup banyak
momentum foton supaya prose situ terjadi, tetapi karena massanya relative sangat besar, inti
hanya menyerap bagian energy foton yang dapat diabaikan. Energy dan momentum linear
tidak dapat keduanya kekal jika produksi pasangan terjadi dalam ruang hampa.
Energy diam m 0 c 2 dari electron atau positron ialah 0,51 MeV, jadi produksi pasangan
memerlukan energy foton sekurang-kurangnya 1,02 MeV. Setiap tambahan energy foton akan
menjadi energy kinetic electron dan positron. Panjang gelombang foton maksimum yang
bersesuaian dengan itu ialah 1,2 pm. Gelombang elektromagnetik dengan panjang sebesar itu
disebut sinar gamma yang didapatkan dalam alam sebagai pancaran dari inti radioaktif dan
dalam sinar kosmik.
Gambar 2.22 produksi pasangan foton yang berenergi cukup tinggi menjelma menjadi
pasangan elektron-positron
Kebalikan produksi pasangan terjadi bila positron berdekatan dengan electron dan
keduanya saling mendekati dibawah pengaruh gaya tarik menarik dari muatan yang
berlawanan. Kedua partiket tersebut musnah pada saat yang sama dan massa yang musnah
tersebut menjadi energy dan foton sinar gamma yang tercipta.
−¿→γ + γ ¿
e +¿+e ¿
Massa total positron dan electron setara dengan 1,02 MeV dan foton berenergi hv =
0,51 MeV ditambah dengan setengah kali energy partikel relative terhadap pusat massanya.
Arah penjalaran foton adalah sedemikian sehingga kekekalan energy dan momentum linear
terpenuhi dan tak ada inti atau partikel lain diperlukan supaya peristiwa tersebut terjadi.
Foton berperilaku sangat serupa dengan partikel biasa dalam situasi tertentu.
Prinsip Kesetaraan
Merupakan prinsip sentral dalam teori umum : Seorang pengamat dalam laboratorium
tertutup tidak dapat membedakan antara efek yang ditimbulkan oleh medan gravitasi dan efek
yang ditimbulkan oleh percepatan dilaboratoriumnya. Prinsip ini diturunkan dari pengamatan
eksperimental yang menyatakan bahwa massa inersial (kelembaman)satu benda sama dengan
massa gravitasinya. Perbedaan antara kedua jenis massa terletak pada kenyataan bahwa massa
kelembaman suatu benda menentukan respon terhadap gaya yang diterapkan, sedangkan
massa gravitasi suatu benda menentukan gaya yang dialami benda yang ditimbulkan oleh
tarikan gaya gravitasi benda lain.
Berdasarkan dari dua jalur pemikiran menyimpulkan bahwa cahaya harus mengalami
efek gravitasi. Pertama walaupun foton tidak mempunyai massa diam, tetapi foton ketika
bertumbukan berperilaku seakan-akan mempunyai massa sebesar massa foton.
p hv
m= = 2
v c
Karena massa gravitasi tidak bisa dibedakan dari massa kelembaman, maka cahaya pun harus
dipengaruhi gravitasi.
Seberkas cahaya yang melintas sebuah laboratorium yang dipercepat. Jejak cahaya yang
melengkung terhadap laboratorium haruslah sama seperti cahaya yang mengalami medan
gravitasi yang besar percepatan medannya setara dengan percepatan laboratorium itu.
Gambar 2.23 Menurut prinsip kesetaraan (ekivalensi), kejadian yang terjadi pada
laboratorium yang dipercepat, tidak bisa dibedakan dari kejadian yang terjadi dalam medan
gravitasi. Jadi pembelokan berkas cahaya relatif terhadap pengamat dalam laboratorium
yang dipercpat harus serupa dengan pembelokan cahaya dalam medan gravitasi.
Jika cahaya dipengaruhi gravitasi, maka cahaya yang melewati dekat benda yang
massif seperti matahari harus mengalami pembelokan.ramalan deviasi untuk cahaya yang
menyinggung matahari ialah 0,0005° dan deviasi sebesar itu betul-betul telah diamati untuk
cahaya bentang ketika terjadi gerhana matahari, ketika bulatan matahari ditutup oleh bulan.
Bila kita menjatuhkan sebuah batu bermassa m dari ketinggian H dekat permukaan
bumi, tarikan gravitasi bumi akan mempercepat batu itu ketika jatuh dan batu itu
1
mendapatkan energy mgH ketika sampai di tanah. Energy kinetic akhir batu m v 2 sama
2
dengan mgH , sehingga kelajuan akhirnya adalah √ 2 gH .
Gambar 2.24 cahaya bintang yang melewati dekat matahari dibelokkan oleh medan gravitasi
yang kuat. Pembelokkannya dapat diukur ketika gerhana matahari, ketika bulatan matahari
tertutup oleh bulan.
Semua foton menjalar dengan kelajuan cahaya sehingga tidak mungkin bergerak
lebih cepat lagi. Namun, foton yang jatuh melalui jarak H dapat memanifestasikan
pertambahan energy mgH dalam bentuk lain, yaitu dengan pertambahan frekuensi dari v ke
v’.
Karena perubahan frekuensi ini sangat kecil menurut eksperimen dalam skala laboratorium,
kita dapat mengabaikan massa foton hv /c 2.
dan karena
h v' =hv+
( ch ) gH
2
gH
(
h v' =hv 1+
c2 )
Gambar 2.25 foton yang jatuh dalam medan gravitational mengalami pertambahan energi
serupa dengan batu yang jatuh. Pertambahan energi ini terlihat dalam pertambahan
frekuensi dari v menjadi v’.
J.LUBANG HITAM
Sebuah benda yang kerapatannya sangat tinggi sehingga dapat menerangkap cahaya selama
lamanya.
Efek astronomis yang sangat menarik dapat dilihat dari sifat gravitasi cahaya. Bila frekuensi
yang bersangkutan dengan foton yang bergerak ke arah bumi bertambah, maka frekuensi foton yang
bergerak menjauhi bumi harus berkurang.
Medan gravitasi bumi tidak begitu kuat, tetapi medan gravitasi banyak bintang sangat kuat.
Misalkan foton yang frekuensinya awalnya v dipancarkan oleh sebuah bintang bermassa M dan jari-
jari R, seperti dalam gambar 2.26. Energi potensial sebuah massa m pada permukaan bintang adalah :
−GMm
V=
R
Di mana tanda minus diperlukan karena gaya antara M dan m saling tarik-menarik. Energi potensial
foto ber-“massa” hv/c 2 pada permukaan bintang adalah:
−GMhv
V=
c2 R
Dan energi totalnya E, jumlah V dan energi kuantum hv, adalah :
−GMhv GM
E=hv= 2
c R
=hv 1− 2
c R( )
Pada jarak yang cukup jauh dari bintang, misalnya di bumi, foton itu di luar jangkauan medan
gravitasi bintang, tetapi energi totalnya tetap. Energi foton itu sekarang seluruhnya dalam bentuk
elektromaknetik, dan
E=hv '
Gambar 2.26. Frekuensi foton yang dipancarkan dari permukaan bintang berukuran ketika foton itu
menjadi bintang.
dengan v ' menyatakan frekuensi elektron datang (Energi potensial foton dalam medan gravitasi bumi
dapat diabaikan dibandingkan dengan dalam medan gravitasi bintang). Jadi
GM
(
hv '=hv 1−
c2 R )
v' GM
=1− 2
v c R
dan perubahan frekuensi relatif adalah:
Δv v −v ' v ' GM
= =1− = 2
v v v c R
Foton berfrekuensi lebih rendah di bumi, bersesuaian dengan kehilangan energinya ketika foton itu
meninggalkan bintang.
Foton pada daerah cahaya tampak dari suatu spektrum akan tergeser ke arah ujung merah, dan
gejala ini dikenal sebagai pergeseran merah gravitasioanl. Hal ini perlu dibedakan dari pergeseran
merah doppler yang teramati pada spektrum galaksi jauh yang disebabkan gerak menjauhi bumi yang
timbul karena pengembangan alam semesta.
Sepeti yang akan kita pelajari dalam Bab 4, atom setiap unsur jika tereksitasi akan
memancarkan foton dengan frekuensi khusus. Berilakunya Pers, (2.22) dapat diperiksa dengan
membandingkan frekuensi yang terdapat pada spektrum bintang dengan spektrum yang diperoleh di
labolatorium. Untuk sebagian besar bintang termasuk matahari, rasio M/R terlalu kecil untuk
terlihatnya pergeseran merah gravitasional, tetapi ada sekelompok bintang yang dikenal sebagai
kerdil putih yang terdapat pada batas pengukuran – dan telah diamati. Kerdil putih ialah bintang tua
yang terdiri dari atom yang struktur elektronnya telah ambruk sehingga bintang itu menjadi sangat
kecil pada umumnya ukuran kerdil putih ini hampir sama dengan ukuran bumi tetapi besar massanya
hampir sama dengan matahari.
Pertanyaan yang sangat menarik ialah, apakah yang terjadi bila bintang itu begitu rapat
sehingga GM/c 2R ≥1? Jika hal ini terjadi maka dari Pers (2.22) kita lihat bahwa tidak ada foton yang
dapat meninggalkan bintang itu, karena untuk meninggalkannya memerlukan lebih banyak energi
daripada energi awal hv. Akibatnya, pergeseran merah menghamburkan panjang geombang foton ke
takberhingga. Bintang sejenis ini tidak dapat memancarkan dan tak tampak, suatu lubang hitam dalam
ruang.
Dalam keadaan energi gravitasional sebanding dengan energi total, seperti untuk foton dalam
lubang hitam, relativitas umum harus diterapkan secara rinci. Syarat yang benar supaya sebuah
1
bintang menjadi lubang hitam ternyata GM/c 2R≥ Jari-jari Schwarzschild Rs untuk benda bermassa
2
M didefinisikan sebagai berikut
2GM
Rs¿
c2
Benda menjadi lubang hitam jika semua massa berada dalam bola dengan jari-jari tersebut.
Kelajuan untuk lepas dari lubang hitam sama dengan kelajuan cahaya c pada jari-jari Schwartschild,
jadi tidak ada yang dapat meninggalkan lubang hitam. Permukaan bila dari jari-jari R, yang
mengelilingi lubang hitam disebut peristiwa horison (event horizon), karena tidak akan pernah terjadi
bola tadi dapat terlihat oleh pengamat luar.
Sebuah lubang hitam yang merupakan anggota dari sistem bintang ganda akan
memanifestasikan kehadirannya melalui efek gravitasional yang sangat kuat dari suatu lubang hitam
akan menarik benda-benda yang terdapat dalam ruang sekelilingnya akan terisap serta terkompresi
dan menjadi panas sehingga temperaturnya sangat tinggi dan banyak terpancar sinar-x. Suatu benda
tak tampak yang banyak astronomiwan mempercayainya sebagai lubang hitam dikenal dengan nama
Cygnus X-1; massanya sekitar 8 kali massa matahari, dan jari-jarinya perkirakan hanya 10 km.
Daerah pancaran sinar-x lubang hitam itu meluas sampai seketika beberapa ratus kilometer.