Anda di halaman 1dari 10

Nama : NI PUTU INDAH PRATIWI

NIM: 1713021029
KELAS: 6B
JAWABAN SOAL NO 3
POLARISASI GELOMBANG
Pemantulan, pembiasan, difraksi, dan interferensi dapat terjadi pada gelombang tali (satu
dimensi), gelombang permukaan air (dua dimensi), gelombang bunyi dan gelombang cahaya
(tiga dimensi). Gelombang tali, gelombang permukaan air, dan gelombang cahaya adalah
gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah,
ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal,
yaitu polarisasi. Jadi, polarisasi gelombang tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal,
misalnya pada gelombang bunyi.
Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh ErasmusBhartolinus pada tahun 1969. Dalam
fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala arah tetapi tegak lurus
terhadap arah merambatnya (gelombang transversal) ketika melewati filter polarisasi, getaran
horizontal diserap  sedang getaran vertikal diserap sebagian. Cahaya alami yang getarannya
ke segala arah di sebut cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid
hanya memiliki getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya terpolarisasi
linear.
 Polarisasi gelombang
Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala arah (tak
Terpolarisasi) tetapi tegak lurus terhadap arah tambatannya ketika melewati sebuah filter
polarisasi, sebagian cahaya tersebutakan diteruskan sehingga bergetar dalam satu arah
tertentu (terpolarisasi) dan sebagian cahaya lain akan diserap
Cahaya juga dikategorikan sebagai gelombang transversal; yang berarti bahwa cahaya
merambat tegak lurus terhadap arah oscilasinya. Adapun syaratnya adalah bahwa gelombang
tersebut mempunyai arah oscilasi tegak lurus terhadap bidang rambatannya. Gelombang
bunyi, berbeda dengan gelombang cahaya, tidak dapat terpolarisasi sehingga dia bukan
gelombang transversal.
Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak merambat ke arah tertentu.
Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh arah vektor bidang medan listrik gelombang
tersebut serta arah vektor bidang medan magnetnya.
Beberapa macam / jenis polarisasi: polarisasi linear, polarisasi melingkar, polarisasi ellips.
Gelombang dengan polarisasi melingkar dan polarisasi ellips dapat diuraikan menjadi 2
gelombang dengan polarisasi tegak lurus. Polarisasi linear terjadi ketika cahaya merambat
hanya dengan satu arah yang tegak lurus terhadap arah rambatan atau bidang medan
listriknya.
Mengapa polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal?
 
Dari penjelasan sebelumnya dapat kita nyatakan bahwa suatu gelombang terpolarisasi linear
bila getaran dari gelombang tersebut selalu terjadi dalam satu arah saja. Arah ini disebut arah
polarisasi. Untuk mengamati polarisasi ini, marilah kita ikat seutas tali pada titik O di
dinding, kemudian masukkan ujung tali lain, yaitu ujung A ke sebuah celah, seperti pada
gambar. Pasang celah dalam posisi vertikal, kemudian getarkan ujung tali di A sehingga
gelombang transversal yang merambat dari A dapat menembus celah, dan sampai di titik O.
Ubahlah posisi celah menjadi horisontal, kemudian getarkan kembali ujung tali A secara
vertikal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gelombang vertikal tidak dapat menembus
celah (tampak tidak ada gelombang diantara celah dan titik O). Jika kemudian tali di titik A
digetarkan berputar, artinya digetarkan ke segala arah dan celah dipasang vertikal, apa yang
terjadi? Ternyata,  gelombang dapat menembus celah dengan arah getaran gelombang yang
sama dengan arah posisi celah, yaitu arah vertikal
 
Peristiwa tersebut menunjukkan terjadinya polarisasi pada gelombang tali yang melewati
sebuah celah sempit, dengan arah polarisasi gelombang sesuai arah celahnya. Polarisasi dapat
diartikan sebagai penyearah gerak getaran gelombang. Jika gelombang bergetar ke segala
arah, seperti pada gambar setelah melewati sebuah celah, arah getaran gelombang menjadi
satu arah getar saja, yang disebut dengan gelombang terpolarisasi linear.
Jadi, hanya gelombang-gelombang yang memiliki arah getaran tegaklurus dengan arah
rambatannya saja yang disebut sebagai gelombang transversal, yang dapat mengalami
polarisasi. Oleh karena cahaya atau gelombang elektromagnet termasuk gelombang
transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi.
 
Dari hasil di atas dapat di simpulkan bahwa Polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah
getar gelombang pada cahaya yang acak menjadi satu arah getar. Polarisasi adalah peristiwa
penyerapan arah bidang getar dari gelombang. Polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh empat
cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan (refraksi) ganda dan
hamburan.
 
1. Polarisasi karena refleksi
 
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul oleh benda bening dan
sinar biasnya membentuk sudut 90o. Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya
yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian.
Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu
sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku  ip  + r = 90° atau r = 90° – ip  . Dengan demikian,
berlaku pula Menurut Hukum Snellius tentang pembiasan:
Jadi, diperoleh persamaan
Persamaan ini disebut : HUKUM BREWSTER
Ditemukan oleh : David Brewster (1781-1868)
Dengan n2  adalah indeks bias medium tempat cahaya dating, n1 adalah medium tempat
cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi.
Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.
 
1. Polarisasi karena absorbsi selektif
 
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat
meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang
lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu
polarisasi polaroid. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid
untuk kamera.
Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama disebut POLARISATOR
(Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi), dengan sumbu polarisasi
ditunjukkan oleh garis-garis pada polarisator. Kemudian dilewatkan pada polaroid kedua
yang disebut ANALISATOR (Analisator untuk mengetahui apakah cahaya sudah
terpolarisasi atau belum). Maka intensitas sinar yang diteruskan oleh analisator I, dapat
dinyatakan sebagai : I= I0 cos2q.
Dengan I0 adalah intensitas gelombang dari polarisator yang datang pada analisator.
Sudut q adalah sudut antara arah sumbu polarisasi dan polarisator dan analisator.
Persamaan di atas dikenal dengan HUKUM MALUS, diketemukan oleh Etienne Louis Malus
pada tahun 1809.
 
Dari persamaan hukum Malus ini dapat disimpulkan :
·         Intensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu polarisasi sejajar (q =
00 atau q = 1800).
·         Intensitas cahaya yang diteruskan = 0 (nol) (diserap seluruhnya oleh analisator) jika
kedua sumbu polarisasi tegak lurus satu sama lain.
Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya dengan
orientasi sejajar
 polarisasi karena absorbsi selektif
 
3.   Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang
mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca,
kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen,
indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya
kalsit, mika, Kristal gula, Kristal es dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam
karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua
arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar
biasa yang arah cahayanya Lurus dan cahaya ini tidak terpolarisasi), sedangkan sebagian
yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa yang cahayanya di
belokan dan cahaya ini cahaya yang terpolarisasi).
 
 polarisasi karena pembiasan ganda
 
4.   Polarisasi karena hamburan
Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya
cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya
matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari
yang cerah langit kelihatan berwarna biru karena cahaya biru memiliki panjang gelombang
lebih pendek daripada cahaya merah. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru
dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan
memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh
partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung
mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna
biru yang ada di langit kita.
 
 polarisasi karena hamburan
 
5.    Polarisasi Karena Pemantulan
 
Berkas sinar alami (sinar yang belum terpolarisasi)  dijatuhkan dari medium udara, ke
medium kaca (cermin datar). Dengan sudut datang i = 57 o, maka sinar yang dipantulkan
sudah terpolarisasi, seperti pada gambar berikut:
 
Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke
cermin. Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II
saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini
menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin
II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar
yang terpolarisasi, sedangkan  analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar
terpolarisasi atau tidak.
 
 polarisasi karena pemantulan
 
6.   Pemutaran Bidang Polarisasi
Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang
diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula
pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar
Polarisasi Cahaya
Versi Bahasa Inggris (klik disini)
Sebagai gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya dapat
disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan
(refraksi) ganda dan hamburan.
1. Polarisasi karena refleksi
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya
membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang
pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku  ip  + r = 90° atau r = 90° –
ip  . Dengan demikian, berlaku pula

Jadi, diperoleh persamaan

Dengan n2  adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat cahaya
terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan
di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.

Gambar 1. Polarisasi karena refleksi


2. Polarisasi karena absorbsi selektif

Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya dengan
orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat
meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang
lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu
polarisasi polaroid.
Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua
disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut θ
Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu
hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya
terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua komponen E yang tegak lurus sumbu
transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang sejajar sumbu analisator diteruskan.
Sehingga kuat medan listrik yang diteruskan analisator menjadi:
E2 = E cos θ
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki
intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:
I1  = ½ I0
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan
intensitas menjadi:
I2  = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ
 3. Polarisasi karena pembiasan ganda
Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala
arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai.
Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di
dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias
(birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua
arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar
biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar
istimewa).
Gambar 4. Skema polarisasi akibat pembiasan ganda.
4. Polarisasi karena hamburan
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan
memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh
partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung
mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna
biru yang ada di langit kita.

Gambar 5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan


Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di atmosfer
sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru
memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang
lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.

Jenis-jenis Polarisasi Cahaya

Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak merambat ke arah tertentu.
Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh arah vektor bidang medan listrik gelombang
tersebut serta arah vektor bidang medan magnetnya.
Beberapa macam/jenis polarisasi antara lain adalah polarisasi linear, polarisasi melingkar,
polarisasi ellips. Gelombang dengan polarisasi melingkar dan polarisasi ellips dapat diuraikan
menjadi 2 gelombang dengan polarisasi tegak lurus. Polarisasi linear terjadi ketika cahaya
merambat hanya dengan satu arah yang tegak lurus terhadap arah rambatan atau bidang
medan listriknya.

1. Polarisasi Linier
Suatu gelombang dikatakan terpolarisasi linier apabila vektor medan elektrik (atau medan
magnetik) pada suatu titik selalu diorientasikan sepanjang garis lurus yang sama pada setiap
waktu sesaat. Kondisi yang memenuhi hal ini adalah apabila vektor medan (elektrik atau
magnetik) memiliki:
a. Hanya satu komponen, atau
b. Dua komponen orthogonallinear yang sefasa dalam waktu atau berbedafasa sebesar 180o
(atau kelipatannya).

2. Polarisasi Lingkaran
Suatu gelombang dikatakan terpolarisasi lingkaran apabila vektor medanelektrik (atau medan
magnetik) pada suatu titik membentuk suatu lingkaransebagai fungsi waktu. Kondisi yang
memenuhi hal ini adalah apabila vektor medan (elektrik atau magnetik) memiliki :
a. Medan harus mempunyai dua komponen Orthogonal linear, dan
b. Kedua komponen harus mempunyai besaran yang sama, dan
c. Kedua komponen harus mempunyai perbedaan fasa sebesar perkalian ganjil dari 90o dalam
waktu.
Penentuan arah rotasi selalu ditentukan dengan merotasi komponen yang fasanya mendahului
terhadap komponen yang tertinggal fasa dan mengamatirotasi medan seolah-olah gelombang
tersebut terlihat bergerak menjauh dari pengamat. Jika rotasinya searah jarum jam, maka
gelombang terpolarisasisirkular sesuai kaidah tangan kanan; jika rotasinya berlawanan arah
jarum jam, makagelombangterpolarisasisirkular menurut kaidah tangan kiri. Rotasi
komponenmendahuluifasa terhadap komponen tertinggal fasa harus dilakukan sepanjang
pemisahan sudut diantara dua komponen yang kurang dari 180o. Fasa yang lebih besar atau
sama dengan 0o dan kurang dari 180o akan dianggap mendahului sedangkan yang lebih besar
dari atau sama dengan 180o dan kurang dari 360o akan dianggap tertinggal.
3. Polarisasi Elips
Suatu gelombang dikatakan terpolarisasi elips apabila ujung vektor medanelektrik (atau
medan magnetik) pada suatu titik membentuk kedudukan elipsdalam ruang. Pada variasi
waktu sesaat, medan vektor berubah secara kontinyuseiring waktu dengan cara yang sama
untuk menggambarkan tempat kedudukan elips. Arah rotasi ditentukan dengan menggunakan
aturan yang sama sepeti halnya pada polarisasi sirkular. Sebagai tambahan untuk mengetahui
arah rotasi,gelombang yang terpolarisasielliptical juga dinyatakan dengan rasio aksial yang
besarnya merupakan perbandingan sumbu mayor terhadap sumbu minornya. Kondisi yang
memenuhi hal ini adalah apabila vektor medan (elektrik ataumagnetik) memiliki :
a. Medan harus mempunyai dua komponen orthogonal linear, dan
b. Kedua komponen dapat memiliki besaran yang sama atau berbeda.
c. (1) Jika keduanya memiliki besaran yang berbeda, beda fasa-waktudiantara keduanya tidak
boleh 0o atau perkalian 180o (karena akan bersifatlinier).
(2) Jika kedua komponen memiliki besaran yang sama, beda fasa-waktudiantara keduanya
tidak boleh kelipatan bilangan ganjil dari 90o (karenaakan bersifat circular).
2.3 Sebab-sebab dari Polarisasi Cahaya
Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara lain karena peristiwa
pemantulan, pembiasan, bias kembar, absorbsi selektif, dan hamburan.
1. Polarisasi karena Pemantulan
Peristiwa pemantulan oleh bidang batas dua medium mengakibatkan polarisasi. Jika cahaya
tak terpolarisasi jatuh pada bidang batas antara 2 medium yang transparan seperti kaca ke
udara atau udara ke kaca, berkas cahaya yang dipantulkan dan dibiaskan akan terpolarisasi
sebagian. Lalu tingkat Polarisasi tergantung pada sudut datang serta indeks bias medium dan
ketika terbentuk sudut sedemikian tersebut sinar-sinar yang dihasilkan oleh pemantulan dan
pembiasan akan saling tegak lurus, maka saat itulah cahaya terpolarisasi sempurna atau
terjadi saat sinar pantul dan sinar bias membentuk sudut 90 derajat.
Cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang sebesar 57o, maka sinar yang terpantul
akan merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya
terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin.
Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling
tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini
menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin
II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar
yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar
terpolarisasi atau tidak.
2. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika menunjukkan bahwa
polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang dipantulkan
dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut 90o.
Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan
sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut datang sinar yang dapat
menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang
terpolarisasi.
Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster. Pada saat sinar
pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan
bahwa :

i + r = 90o atau r = 90o – i


Dari hukum Snellius tentang pembiasan berlaku bahwa:
3. Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang
mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.
Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak
terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak
memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.
4. Polarisasi karena Absorbsi
Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang
cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati
polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati
polaroid adalah sinar yang terpolarisasi.
Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari
(kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera
5. Polarisasi karena Hamburan
Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya
cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya
matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari
yang cerah langit kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru
dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.
6. Pemutaran Bidang Polarisasi
Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang
diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula
pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar.

Anda mungkin juga menyukai