Anda di halaman 1dari 23

PELANGI

1. Latar Belakang
Apakah Anda pernah menyadari bahwa pelangi merupakan
fenomena alam yang terjadi dengan proses fisika yang sangat menarik
untuk dipelajari. Maka, di sini akan di jelaskan bagaimana paoses
terjadinya pelangi itu. Pelangi merupakan suatu busur spektrum besar
yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air.
Pelangi adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka
warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di
langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya
mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga
dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras, biasanya fenomena ini
terjadi ketika udara sangat panas tetapi hujan turun rintik-rintik. Kita
dapat melihat jelas fenomena ini, jika kita berdiri membelakangi
cahaya matahari.
Pelangi dapat pula terbentuk karena udara berkabut atau berembun.
Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai sebuah peristiwa
pembiasan alam. Pembiasan merupakan proses diuraikannya satu
warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya (disebut juga
spektrum warna), melalui suatu media/ medium tertentu pula.
Pada pelangi, proses berurainya warna terjadi ketika cahaya
matahari yang berwarna putih terurai menjadi spektrum warna melalui
media air hujan. Adapun spektrum warna yang terjadi terdiri atas
warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Fenomena
pelangi dapat pula terjadi di sekitar air terjun. Percikan air di sekitar air
terjun menjadi media untuk menguraikan warna dari cahaya matahari
yang bersinar.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada paper ini, sebagai berikut:
a. Bagaimana proses terjadinya pelangi ditinjau dari fisika?
b. Bagaimana bentuk pelangi ?

1
3. Proses Terjadinya Pelangi
Pada pembahasan proses terjadinya pelangi ditinjau dari
materi fisika yaitu optik atau cahaya. Beberapa konsep fisika yang
berhubungan dengan proses terjadinya pelangi antara lain pembiasan,
pemantulan, dispersi cahaya dan spektrum gelombang
elektromagnetik yang diwujudkan berupa warna cahaya pada pelangi.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan cahaya ialah cahaya melalui
dua medium yang berbeda kerapatan optiknya dan cahaya datang tidak
tegak lurus terhadap bidang batas.
A. Indeks Bias Cahaya
Pembiasan cahaya dapat terjadi karena terdapat perbedaan
laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang
rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium
yang kurang rapat.
Menurut Christian Huygens (1629-1695):
Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju
cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.

B. Pembiasan Cahaya Pada Prisma


Bahan bening yang dibatas oleh dua bidang permukaan yang
bersudut disebut prisma. Tetesan air hujan merupakan salah satu
benda yang dihasilkan oleh alam, namun memiliki sifat seperti
prisma. Maksudnya jika sebuah cahaya menembus tetesan air, maka
cahaya tersebut akan dibiaskan.

1. Pemantulan Cahaya
Cahaya sebagai gelombang dapat memantul bila mengenai
permukaan suatu benda. Pemantulan cahaya dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu pemantulan sempurna dan pemantulan
baur. Pemantulan sempurna terjadi jika cahaya mengenai
permukaan yang mengkilap, seperti cermin. Saat cahaya
mengenai permukaan cermin, kita dapat memprediksi arah
pemantulannya. Sedangkan pemantulan baur dapat terjadi jika

2
cahaya mengenai permukaan yang tidak rata, seperti kertas atau
batu. Pemantulan sinar adalah peristiwa terjadinya perubahan
arah rambat cahaya ke sisi yang berbeda. Hal yang menarik dan
harus dicatat bahwa pembiasan dan pemantulan merupakan
manifestasi dari satu hukum yang disebut Fermat's Principle, yang
menyatakan cahaya mencapai yang sampai ke mata telah
diteruskan jauh dari sumbernya. Grafik sinar pada peristiwa
pemantulan dan pembiasan dapat ditunjukkan pada gambar 3.

2. Dispersi Cahaya
Dispersi cahaya merupakan gejala penyebaran gelombang
ketika menjalar melalui celah sempit atau tepi tajam suatu benda.
Seberkas cahaya polikromatik jika melalui prisma akan mengalami
proses penguraian warna cahaya menjadi warna-warna
monokromatik. Dispersi cahaya terjadi jika ukuran celah lebih kecil
dari panjang gelombang yang melaluinya.
Gejala dispersi cahayaadalah gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik).
Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya
yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika
cahaya putih diarahkan ke prisma, maka cahaya putih akan
terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang
berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang
berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar
indeks biasnya. Disperi pada prisma terjadi karena adanya
perbedaan indeks bias kaca setiap warna cahaya. Perhatikan
Gambar 2.

3
Gambar 2. Dispersi cahaya pada prisma

Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma. Cahaya tersebut


kemudian terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila, dan ungu. Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut deviasi yang
berbeda. Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah
disebut sudut dispersi. Besar sudut dispersi dapat dituliskan sebagai
berikut:

= u - m = (nu nm) .......................................2.


Keterangan:
= sudut dispersi
nu = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
u = deviasi sinar ungu
m=deviasi sinar merah
3. Hukum Snellius
Pada sekitar tahun 1621, ilmuan Belanda bernama Willebrord
Snell melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara
sudut datang dengan sudut bias.
a. Hukum Snellius terhadap Pemantulan Cahaya
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada
satu bidang datar
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul
Sumber Cahaya N

Sudut datang xcx xcx Sudut pantul

Gambar 3.Pemantulan Sempurna

b. Hukum Snellius terhadap Pembiasan Cahaya


Jika cahaya merambat dari medium yang kerapatannya
rendah menuju medium yang kerapatannya tinggi, maka
cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.Jika cahaya
4
merambat dari medium yang kerapatannya tinggi menuju
medium yang kerapatannya rendah, maka cahaya akan
dibiaskan menjauhi garis normal.
Selanjutnya kita dapat menghitung sudut datang dan
sudut bias berdasarkan Hukum Snellius:
sin ( )=k sin ( )
dengan:
: sudut datang
: sudut bias
k :indeks bias

Pembuktian Hukum Snellius


sin ( )=k sin ( )
Akan dibuktikan bahwa jarak terpendek antara matahari
dan pengamat pada saat berlaku sin ( )=k sin ( )
Bukti:
Misalkan

: sudut datang
: sudut bias
Medium A : medium yang kerapatannya renggang, misalkan
udara.
Medium B : medium yang kerapatannya lebih rapat dari
medium A, misalkan air.
V1 : kecepatan cahaya dalam medium A
V2 : kecepatan cahaya dalam medium B
D1 : jarak yang ditempuh saat cahaya berada di medium A
D2 : jarak yang ditempuh saat cahaya berada di medium B

Perhatikan gambar, berikut.


Medium A N Sumber Cahaya

a
x cx

Medium B
cx d-x
b
5
Pengamat
d
d
Gambar Cahaya yang Dibiaskan Mendekati Garis Normal

Dari gambar diperoleh:

D1= a2 + ( d x )
2
(1)
dx
sin = (2)
D1

D2= b2 + x 2 (3)
x
sin = (4)
D2

Kita ambil ( D 1 + D2 ) untuk mendapatkan jarak terpendek


antara matahari dan pengamat.
Karena cahaya matahari memiliki kecepatan yang berbeda
saat berada di medium yang berbeda, maka jarak terpendek
antara matahari dan pengamat dapat dinyatakan sebagai:
D1 D2
+
V1 V2
Untuk mendapatkan sudut deviasi yang minimum pada sinar
datang, maka kita konstruksikan
D 1' D 2'
+ =0(5)
V1 V2
Selanjutnya, kita menurunkan D1 dan D2 terhadap x,
sehingga didapat:
1
1 2
D 1' =
2
( a + ( d x )2) 2 (2d +2 x )
( xd )

a + ( dx )
2 2

1
1
D2' = ( b2 + x 2 ) 2 ( 2 x )
2

6
x

b + x 22

Subtitusikan nilai D1' dan D 2' pada persamaan (5), sehingga


diperoleh:
( x d ) x
a + ( d x ) + b + x
2 2 2 2
=0
(6)
V1 V2
Dari persamaan (1) dan (2), diperoleh:
dx
=sin , dan ditulis sebagai
a + ( dx )
2 2

xd
=sin (7)
a + ( dx )
2 2

Dari persamaan (3) dan (4), diperoleh:


x
=sin (8)
b + x 22

Subtitusikan persamaan (7) dan (8) ke persamaan (6),


diperoleh:
sin sin
+ =0
V1 V2
sin sin
=
V1 V2
V1
sin = sin
V2
V1
sin =k sin dengan k=
V2
Jadi, terbukti benar bahwa sin =k sin

Besar ukuran sudut bias dan sudut pelangi masing-masing


warna pelangi dipengaruhi oleh panjang gelombang dan
indeks bias masing-masing gelombang warna. Berikut ini
merupakan data panjang gelombang dan indeks bias warna
pelangi.

Tabel 1. Data Panjang Gelombang dan Indeks Bias Warna Pelangi


7
Panjang
Indeks
Gelomba
Warna Bias
ng
(k)
()
1,
400 nm
34451
1,
425 nm
34235
1,
450 nm
34055
1,
475 nm
33903
1,
500 nm
33772
1,
525 nm
33659
550 nm 1, 3356
1,
575 nm
33462
1,
600 nm
33393
1,
625 nm
33322
1,
650 nm
33257
1,
675 nm
33197
1,
700 nm
33141

Warna-warna seperti pada tabel (1) merupakan komponen dari


cahaya putih yang disebut cahaya tampak (visible light) atau
gelombang tampak. Komponen lainnya adalah cahaya yang
tak tampak (invisible light), seperti inframerah (di sebelah
kanan warna merah) dan ultraviolet (di sebelah kiri jingga).
Sinar putih yang biasa dilihat (disebut juga cahaya tampak
atau visible light) terdiri dari semua komponen warna dalam
spektrum di atas - tentu saja ada komponen lain yang tidak
8
terlihat, disebut invisible light. Alat paling sederhana yang
sering dipakai untuk menguraikan warna putih adalah prisma
kaca. Sebuah prisma kaca menguraikan cahaya putih yang
datang menjadi komponen-komponen cahayanya.
Difinisi pertama tentang pelangi oleh Aristoteles. Pada masa
hidupnya (384-322 tahun sebelum masehi) Aristoteles
menyebutkan bahwa pelangi adalah refleksi cahaya matahari
yang dipantulkan awan.Selanjutnya definisi pelangi dari
Aristoteles disempurnakan oleh Alexander dari Aphrodisias.
Pada tahun 200 masehi, dia menemukan perbedaan warna
langit yang di dalam lengkung pelangi, dan di luar lengkung
pelangi. Menurut dia, langit di dalam lengkung lebih gelap
dibanding yang di luar lengkung. Wilayah langit yang gelap ini
pun kemudian dinamai Lingkaran Gelap Alexander.
Pada masa yang berbeda pengertian pelangi menurut Roger
Bacon pada tahun 1266 bahwa posisi pelangi berada di sudut
42 derajat. Selanjutnya Di tahun 1304 seorang pendeta dari
Jerman, Theodore Freiberg meyakini bahwa setiap hujan di
awan punya pelangi sendiri. Dia buktikan hipotesisnya ini
dengan pantulan cahaya matahari saat terjadi pelangi di botol
melingkar.
Ahli fisika Newton pada tahun 1666 mendifinisikan pelangi
selanjutnya perbedaan warna pelangi terjadi karena
perbedaan panjang gelombang cahaya matahari yang
dipantulkan oleh awan. Dia juga berhasil menemukan ukuran
ketebalan pelangi, yakni 2 derajat 15 menit.
Selanjutnya perkembangan beberapa ilmuwan kemudian
menyebut soal angka busur pelangi. Konsep ini tidak bisa
dijelaskan oleh temuan Newton. Pada tahun 1803 Thomas
Young menunjukkan bahwa gelombang yang berasal dari dua
sumber gelombang menghasilkan perbedaan terang dan gelap
di sekitar pelangi. Pada tahun 1815, David Brewster
mengungkapkan bahwa pantulan cahaya matahari yang
menghasilan pelangi itu sepenuhnya terpolarisasi.

9
Pelangi merupakan satu-satunya gelombang elektromagnetik
yang dapat oleh lihat mata manusia. Pelangi adalah gejala
optik dan meteorologi yang terjadi sacara alamiah dalam
atmosfir bumi serta melibatkan cahaya matahari, pengamat
dan tetesan air hujan.
Jika ada cahaya matahari yang bersinar setelah hujan
berhenti, maka cahaya tersebut akan menembus tetesan air
hujan di udara. Udara dan tetesan air hujan memiliki kerapatan
yang berbeda, sehingga ketika cahaya matahari merambat
dari udara ke tetesan air hujan akan mengalami pembelokkan
arah rambat cahaya (pembiasan cahaya).
Cahaya matahari merupakan sinar polikromatik, saat masuk ke
dalam tetesan air hujan akan diuraikan menjadi warna-warna
monokromatik yang memiliki panjang gelombang yang
berbeda-beda. Cahaya matahari yang telah terurai menjadi
warna monokromatik sebagian akan mengalami pemantulan
saat mengenai dinding tetesan air hujan dan sebagian lainnya
akan menembus ke luar tetesan air hujan. Masing-masing
gelombang cahaya monokromatik tersebut akan mengalami
pembiasan cahaya saat keluar dari tetesan air hujan dan arah
pembiasannya akan berbeda-beda, tergantung pada
warnanya. Pembiasan ini terjadi karenacahaya mengalami
perubahan indeks mediadari udara ke air. Ketika sinar
dihantarkankembali ke permukaan belakang tetesan
air,hampir seluruhnya dibiaskan dan keluardari tetesan air.

10
Gambar 6. Pembiasan Pelangi
Warna-warna monokromatik yang keluar dari tetesan air hujan
mempunyai panjang gelombang yang berada dalam rentang
400 700 nm. Pada rentang 400 700 nm, gelombang cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia ialah gelombang yang
mempunyai gradasi warna merah sampai ungu. Gradasi warna
tersebut diasumsikan sebagai warna merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila, dan ungu. Susunan gradasi warna tersebut
kita namakan sebagai pelangi. Ketika kita melihat warna-warna
ini pada pelangi, kita akan melihatnya tersusun dengan
dengan merah di paling atas dan warna ungu di paling bawah.
Skema terjadinya pelangi dapat ditunjukkan pada gambar 7
danpembentukan pelangipertama secara keseluruhan dapat
ditunjukkan pada gambar .

Gambar 8. Proses
Fisis Pelangi Pertama
Secara Keseluruhan

Saat kita melihat pelangi, daerah di bawah pelangi akan


terlihat lebih terang jika dibandingkan dengan daerah lainnya
di sekitar pelangi. Daerah yang terlihat lebih terang tersebut
dinamakan daerah terang pelangi. Ada dua hal yang
menyebabkan daerah terang pelangi terlihat lebih terang
dibandingkan daerah lainnya, yaitu yang pertama adalah
cahaya matahari yang masuk ke tetesan air hujan yang
menimbulkan pelangi pertama mempunyai intensitas cahaya

11
matahari yang paling besar. Alasan kedua, pada proses
pembentukan pelangi pertama, saat berada dalam tetesan air
hujan, cahaya matahari hanya mengalami satu kali proses
pemantulan cahaya, sehingga energi yang terserap oleh
tetesan air hujan masih cukup banyak. Proses terjadinya
pelangi melalui pembiasan, pemantulan dan dispersi cahaya
secara matematis dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar Ilustrasi Sudut Pelangi

Rumus Umum yang Digunakan:


A. Hukum Pemantulan:
Sudut datang sama dengan sudut pantul.

B. Persamaan Snellius: Keterangan :


= sudut datang
sin = k sin
= sudut bias
k =perbandingan indeks bias daridua
medium yang berbeda

Berikut merupakan ilustrasi cahaya yang menembus tetesan


air hujan mengalami dua kali proses pembiasan, satu kali
pemantulan dan satu kali dispersi cahaya.
Keterangan:
: sudut datang sinar matahari
: sudut bias
T ( ) : sudut deviasi
: sudut pelangi 12
GambarProses Pembiasan, Pemantulan, dan =4 2
Dispersi Cahaya Pada Pelangi Pertama
T ( )=180 4 +2

Penguraian secara matematis dalam pembentukan pelangi


pertama:
Perhatikan BCD
( ) + ( 180 2 ) + =180

=180 180 +2 +
=3
+=180

( Sudut Berpelurus ) (1)
Subtitusikan nilai pada persamaan (1)
( 3 )+ =180

=180 + 3

Perhatikan ADE
+ + ( )=180
Subitusikan nilai , maka didapat:
( 180 + 3 ) + + =180

=180 180 +3 +
=4 2

13
+T ( )=180 ( Sudut Berpelurus ) (2)
Subtitusikan nilai pada persamaan (2)
( 4 2 ) +T ( ) =180
T ( )=180 + 2 4

Jika T ( ) diturunkan terhadap diperoleh:


dT d
=24 (3)
d d

Berdasarkan Hukum Snellius


sin ( )=k sin ( )
Kedua ruas diturunkan terhadap
d
cos ( )=k cos ( )
d
d cos ( )
= (4)
d k cos ( )
Subtitusikan persamaan (4) ke persamaan (3), diperoleh:
dT cos
d
=24
k cos ( )
Berdasarkan prinsip aproksimasi linear deret Taylor terhadap
fungsi,
'
T ( ) T ( 0 ) +T ( 0 ) ( 0 )
Karena ( - o) nilainya kecil (mendekati nol), maka T( o) (
- o) dapat diabaikan, sehingga T() T(o).

dT 4 cos ( 0 )
0= =2 (5)
d k cos ( 0 )

Dari persamaan (5), didapat persamaan berikut


4
( 0 )= 2 cos ( 0 )
k cos
k 2 cos2 ( 0 )=4 cos 2 ( 0 ) ( Kedua Ruas Dikuadratkan )

k 2 ( 1sin2 0 ) =4 ( 1sin 2 0 )
2 2 2 2
k k sin 0=44 sin 0

14
Dengan mensubtitusikan
sin ( 0 )=k sin ( 0 )

sin 2 ( 0 )=k 2 sin2 ( 0 )


Diperoleh:
k 2sin 2 0=4 ( 1sin 2 0)
Sehingga diperoleh rumus untuk sudut datang dan sudut
bias
2 1 2
sin ( 0 )= ( 4k )
3

0=sin
1
( 13 ( 4k ))
2

Dari Persamaan Snellius sin ( 0 )=k sin ( 0 ) didapat:

0=sin 1 ( sink )
0

4. Menentukan Sudut Pelangi


A. Sudut pelangi untuk warna merah
Diketahui indeks bias untuk warna merah (k )=1, 33141 .
Substitusikan nilai k ke persamaan 0 dan 0

0=sin
1
( 13 ( 4k ))
2

Sehingga didapat 0=59, 50290393

0=sin1 ( sink ) 0


Sehingga didapat 0=40,3289244
T ( )=180 + 2 4
Dengan mensubstitusikan nilai 0 dan 0 diperoleh :
T ( )=137, 6901103
Karena
=180 T ( )
Maka:
=180 137, 6901103 =42, 30988974

Jadi, sudut pelangi untuk warna merah adalah 42, 30988974
15
B. Sudut pelangi untuk warna jingga
Diketahui indeks bias untuk warna jingga ( k ) =1,33322 .
Substitusikan nilai k ke persamaan 0 dan 0

0=sin1 ( 13 ( 4k )) 2


Sehingga didapat 0=59, 39768806
sin 0
0=sin1 ( k )
Sehingga didapat 0=40,25290214
Perhatikan,

T ( )=180 + 2 4
Dengan mensubstitusikan nilai 0 dan 0 diperoleh :
T ( )=137, 9538742
Karena
=180 T ( )
Maka:

=180 137, 9538742 =42.04612576
Jadi, sudut pelangi untuk warna jingga adalah 42, 04612576

C. Sudut pelangi untuk warna kuning


Diketahui indeks bias untuk warna kuning ( k ) =1,33462 .
Substitusikan nilai k ke persamaan 0 dan 0

0=sin
1
( 13 ( 4k )) 2

Sehingga didapat 0=59, 31635351

0=sin1 ( sink ) 0


Sehingga didapat 0=40,11895445

Perhatikan,
T ( )=180 + 2 4
Dengan mensubstitusikan nilai 0 dan 0 diperoleh :

16
T ( )=138, 1568892
Karena
=180 T ( )
Maka:

=180 138,1568892 =41, 84311078

Jadi, sudut pelangi untuk warna kuning adalah 41, 84311078

D. Sudut pelangi untuk warna hijau


Diketahui indeks bias untuk warna hijau ( k ) =1,33659 .
Substitusikan nilai k ke persamaan 0 dan 0

0=sin1 ( 13 ( 4k ))
2


Sehingga didapat 0=59, 20197269

0=sin1 ( sink )
0

Sehingga didapat 0=39, 99071337

Perhatikan,
T ( )=180 + 2 4
Dengan mensubstitusikan nilai 0 dan 0 diperoleh :
T ( )=138, 4410919
Karena
=180 T ( )
Maka:

=180 138, 4410919 =41, 5589081

Jadi, sudut pelangi untuk warna hijau adalah 41, 5589081

E. Sudut pelangi untuk warna biru


Diketahui indeks bias untuk warna biru ( k ) =1,34055 .
Substitusikan nilai k ke persamaan 0 dan 0

0=sin
1
( 13 ( 4k ))
2

Sehingga didapat 0=58, 97228442

17
0=sin1 ( sink ) 0

Sehingga didapat 0=39, 73433118


Perhatikan,
T ( )=180 + 2 4
Dengan mensubstitusikan nilai 0 dan 0 diperoleh :

T ( )=139, 0072441
Karena
=180 T ( )
Maka:

=180 139, 0072441 =40,99275588
Jadi, sudut pelangi untuk warna biru adalah 40, 99275588

F. Sudut pelangi untuk warna nila


Diketahui indeks bias untuk warna nila ( k ) =1,34235 .
Substitusikan nilai k ke persamaan 0 dan 0

0=sin
1
( 13 ( 4k )) 2


Sehingga didapat 0=58, 86798023
sin 0
0=sin1 ( k )

Sehingga didapat 0=39, 61840454
Perhatikan,
T ( )=180 + 2 4
Dengan mensubstitusikan nilai 0 dan 0 diperoleh :
T ( )=139, 2623423
Karena
=180 T ( )
Maka:
=180 139, 2623423=40,7376577

Jadi, sudut pelangi untuk warna nila adalah 40, 7376577

G. Sudut pelangi untuk warna ungu

18
Diketahui indeks bias untuk warna ungu ( k ) =1,34451 .
Substitusikan nilai k ke persamaan berikut

0=sin
1
( 13 ( 4k )) 2

Sehingga didapat 0=58, 74289375


sin 0
0=sin1 ( k )

Sehingga didapat 0=39, 4797895
Perhatikan,
T ( )=180 + 2 4
Dengan mensubstitusikan 0 dan 0 diperoleh :
T ( )=139, 5666295
Karena

=180 T ( )
Maka:

=180 139,5666295 =40, 4333705

Jadi, sudut pelangi untuk warna ungu adalah 40, 4333705

Sudut pelangi dari masing-masing warna tersebut disajikan


dalam tabel 2.

5. Bentuk Pelangi

Gambar Pelangi

Sebenarnya, bentuk pelangi adalah lingkaran penuh. Kalau terlihat


setengah lingkaran, atau bagian dari lingkaran, itu terjadi karena

19
pelangi terpotong oleh horison bumi, atau objek lain yang menghalangi
cahaya, misalkan gunung dan bukit.

Pelangi terjadi akibat pembiasan cahaya pada sudut 40 42 .
Karena sudut pembiasan tetap, maka letak terjadinya warna pelangi
selalu tetap dari pusat cahaya, sehingga jari-jarinya juga tetap, kalau
jari-jari nya tetap konstan dari satu pusat atau titik, kita akan
mendapatkan lingkaran. Kalau lingkarannya kita potong, kita selalu
dapat bagian lingkaran yang melengkung.

Sudut
Pelangi

Garis Horizontal Bumi

Gambar Ilustrasi Bentuk Pelangi

Untuk dapat melihat pelangi, kita harus mempunyai sudut deviasi



sebesar 138 , ini menyebabkan kita akan mempunyai sudut pelangi

sebesar 42 . Sudut pelangi merupakan sudut yang terbentuk antara
axis dan titik puncak pelangi. Axis merupakan garis yang
menghubungkan matahari dan pengamat.

Gambar Sifat Konvergen Mata Manusia

20
Saat memandang sebuah objek, mata manusia bersifat konvergen
atau menyebar. Pandangan mata kita saat melihat sebuah objek dapat
diilustrasikan sebagai sebuah kerucut yang memiliki titik puncak pada
mata kita, seperti tampak pada gambar. Kemiringan kerucut yang
terbentuk dipengaruhi oleh posisi matahari. Sebagian alas kerucut
tidak dapat kita lihat karena berada di bawah garis horizontal bumi,
sedangkan sebagian lainnya terlihat sebagai busur atau biasa kita
sebut sebagai pelangi. Selain itu,bila dilihat dari gambar dibawah
ini,grafik tersebut menunjukkan bahwa setiap sudut dari pembiasan
dan pemantulansinar memiliki frekuensi berbeda terhadapwarna dan
panjangnya, sehingga membentuk kurva.

Gambar Grafik Pelangi

Sedangkan, posisi relatif pelangi terhadap pengamat dan matahari


dapat juga dijelaskan. Posisi matahari pengamat dan pelangi akan
selalu dalam satu axis, di mana matahari akan selalu berada di
belakang pengamat. Kita tidak dapat melihat pelangi jika posisi
matahari tegak lurus dengan garis horizontal bumi.

Gambar Posisi Matahari, Pengamat dan Pelangi

21
RESUME

Fisika Dalam Pelangi


Di susun untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Fisika

Oleh :
Taqiudin Zarkasi
(0402513122)

22
PRODI PENDIDIKAN IPA (FISIKA)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

23

Anda mungkin juga menyukai