Disusun oleh :
Asisten :
DIO RATRIYADI ROMADON 02311440000075
i
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM P3
SISTEM PENGENDALIAN OTOMATIS
Disusun oleh :
Asisten :
DIO RATRIYADI ROMADON 02311440000075
i
ii
ABSTRACT
BAB 1 n oleh :
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................... 31
5.2 Saran ............................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 32
vi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan P3 Sistem Pengendalian Otomatis
ini adalah sebagai berikut :
a. Praktikan dapat memahami arsitektur Distributed
Control System (DCS).
b. Praktikan dapat memahami dasat pemrograman
Centum CS 3000 Yokogawa.
c. Praktikan dapat menganalisa perubahan respon sistem
kontrol PID.
3
4
d. Ethernet.
Etherne berfungsi untuk menghubungkan Human
Interface Station (HIS), Engineering Work Station
(EWS) dan Supervisory System dalam komunikasi
data.
e. VIVL Net.
Unit ini berfungsi sebagai alat penghubung antara
system control dengan FCS, HIS dan Bus Converter.
f. Bus Converter (BVC atau ABC).
Bus converter ini berfungsi sebagai penghubung
sistem Vnet ke sistem CS 3000 yang lain atau DCS
yang telah terpasang sebelumnya.
g. Communication Gateway Unit (CGW atau ACG).
Unit ini berguna untuk menghubungkan Vnet control
system Bus komputer Supervisory atau Personal
Computer lain.
6
a) Kontrol Proporsional
Kontrol P jika G(s) = kp dengan kp adalah konstanta. Jika u
= G(s) . e maka u = Kp . e dengan kp adalah konstanta
proporsional. Kp berlaku sebagai gain (penguat) saja tanpa
memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler.
Penggunaan kontrol P memiliki berbagai keterbatasan karena
sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Walaupun demikian dalam
aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup
mampu untuk memperbaiki respon transien khususnya rise
time dan settling time. Pengontrol proporsional memiliki
keluaran yang sebanding dengan besarnya sinyal kesalahan.
Ciri-ciri pengontrol proporsional :
Jika nilai Kp kecil, pengontrol proporsional hanya mampu
melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan
menghasilkan respon sistem yang lambat (menambah rise
time).
Jika nilai Kp dinaikkan, respon sistem akan semakin cepat
mencapai keadaan stabilnya (mengurangi rise time).
Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga
yang berlebihan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak
stabil atau respon sistem akan berosilasi.
Nilai Kp dapat diset sedemikian rupa sehingga mengurangi
steady state error, namun tidak menghilangkannya.
b) Kontrol Integratif
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem
yang memiliki kesalahan keadaan nol (error steady state = 0).
Jika sebuah pengontrol tidak memiliki unsur integrator,
pengontrol proporsional tidak mampu menjamin keluaran
sistem dengan kesalahan keadaannya nol.
Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan respon
steady state, namun pemilihan Ki yang tidak tepat dapat
menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga dapat
8
c) Pengontrol Derivatif
Keluaran pengontrol diferensial memiliki sifat seperti
halnya suatu operasi derivatif. Perubahan yang mendadak pada
masukan pengontrol akan mengakibatkan perubahan yang
sangat besar dan cepat. Ketika masukannya tidak mengalami
perubahan, keluaran pengontrol juga tidak mengalami
perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah
mendadak dan naik (berbentuk fungsi step), maka keluaran
menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal masukan
berubah naik secara perlahan (fungsi ramp) maka keluarannya
justru merupakan fungsi step yang besar magnitudnya. Ciri-ciri
dari pengontrol derivatif adalah sebagai berikut :
Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada
perubahan pada masukannya (berupa perubahan sinyal
kesalahan).
Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka
keluaran yang dihasilkan pengontrol tergantung pada nilai
Kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
9
b.) Pilih [file] > [create new] > [project]. Muncul window
[outline]. Data pada kolom User, Organization dan Project
information dimasukkan. Lalu klik OK.
11
12
Klik Ok.
i.) Aktifkan [IOM Builder] dengan cara double klik pada file
1AAB841-S. Kemudian muncul window [IOM Builder]
seperti dibawah ini :
15
Isi tag name dari instrumen sesuai dengan P&ID. Exit dari
IOM Builder atau pada toolbar, pilih [file] save kemudian
exit from [IOM Builder]
25
26
4.2 Pembahasan
Pada percobaan P3 Sistem Pengendalian Otomatis
dilakukan simulasi tentang sistem pengendalian dengan
menggunakan software DCS (Distributed Control System)
Centum CS 3000. Pada praktikum ini, praktikan membuat
sistem kontrol loop cascade untuk sistem kontrol suhu.
Terdapat dua macam sistem pengendalian yang dikontrol yaitu
sistem pengendalian suhu (TIC) dan laju aliran (FIC). TIC
dipilih sebagai master karena memiliki respon yang lebih lama
dibandingkan dengan sistem FIC. Sedangkan FIC dipilih
sebagai slave.
Pada percobaan pertama dilakukan dengan merubah set
point sebesar 50% pada MV FIC100. Selanjutnya akan
29
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a. Arsitektur DCS terdiri dari HIS (Human Interface System),
FCS (Field Control Station), EWS (Engineering Work
Station) dan Network.
b. Pemrograman DCS Centum CS 3000 Yokogawa
menggunakan function block, dimana DCS berfungsi untuk
memonitoring dan mengendalikan respon sistem yang
diinginkan.
c. Pemrograman DCS Centum CS 3000 Yokogawa
menghasilkan grafik dengan tipe pengendali P, PI dan PID.
Grafik tersebut menunjukkan respon sistem cascade loop.
5.2 Saran
Praktikum sebaiknya menyiapkan dengan matang
peralatan yang diperlukan sebelum praktikum dimulai dan
memahami dengan baik tentang prosedur praktikum yang akan
dilakukan sehingga praktikum dapat berjalan dengan efektif.
31
DAFTAR PUSTAKA
32