Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PERANCANGAN VFD

(VARIABLE FREQUENCY DRIVE)


Agus Diantoro (16/401581/SV/12085)
Salsabila Ade Safitri (16/396608/SV/10821)
Yohana Budi Prasetya (16/396616/SV/10829)

A. Komponen yang digunakan


1. Power MOSFET IRFP 250
2. Optocoupler TLP250
3. R 330 Ω
4. R 4.7 Ω
5. R 10 kΩ
6. C 1000uF 50V
7. Diode 1N4148W
8. Arduino Uno R3
9. DC Power Supply 12V
10. Transformer Step Up CT
B. Desain skematik rangkaian

Gambar 1. Desain skematik rangkaian

C. Cara kerja rangkaian


VFD (Variable Frequency Drive) adalah alat untuk menatur kecepatan putar motor induksi berdasarkan
frekuensinya. VFD pada dasarnya adalah sebuah inverter yang dapat diiubah-ubah frekuensinya. Oleh
karena itu prinsip kerja FVD secara konsep sama dengan inverter.

1. Untuk mengubah tegangan DC menjadi AC dilakukan dengan teknik Sine PWM atau modulasi
lebar pulsa yang digunakan khusus untuk men-generate gelombang sinus. PWM biasa mempunyai
duty cycle yang konstan sedangkan siine PWM mempunyai duty cycle yang berubah-ubah secara
periodik. Sine PWM dbangkiitkan dengan program yang dijalankan oleh Arduino. Berikut ini
adalah contoh sine PWM yang dihasiilkan oleh pin 10 dan 9 pada arduino.

Gambar 2. Output sine PWM pada arduino

2. Optocoupler sebagai driver MOSFET


Optocoupler pada rangkaian ini mempunyai sebagai berikut
- Sebagai pelindung bagi Arduino dari kemungkinan adanya arus balik (kickback current).
Rangkaian dalam optocoupler terdiri dari LED dan photodioda yang akan bekerja jika
photodioda berhasil menangkap cahaya dari LED, sehingga Arduino dan MOSFET dapat
disiolasi dan tidak terhubung secara konduktif.
- Sebagai driver MOSFET, IRFP 250 mempunyai tegangan kerja (VGS) sebesar 12V sehingga
untuk diperlukan optocoupler TLP250 untuk menghasilkan keluaran 12V.
TLP250 adalah optocoupler yang dirancang khusus untuk switching dengan kecapatan tinggi.
Berdasarkan datasheet yang diperoleh, TLP 250 memiliki delay pada transisi low to high sebesar
60ns dan high to low sebesar 70ns yang sangat cocok untuk fast switching.
3. Kapasitor sebagai filter.
Output yang dihasilkan oleh TLP250 masih berupa sinyal sine PWM dengan aplitudo sebesar 12V.
untuk mengubahnya menjadi sinus maka diperlukan filter pasif berupa kapasitor. Konsepnya
adalah dengan merata-ratakan sinyal sine PWM per periode, sehingga akan menghasilkan bentuk
sinyal yang mirip seperti gelombang sinus.
Gambar 3. Filter pada sine PWM dengan kapasitor

Dari gambar 3 dapat dilihat banwa sine PWM memiliki periode positif yang berbeda-beda. Pada
saat duty cycle tertinggi maka akan menghasilkan amplitudo gelombang yang paling tinggi dan
jika duty cycle rendah (komponen posiitifnya rendah) maka hasil rata-ratanya menjadi rendah.
Mekanisme terbesut berlangsung terus menerus secara periodik. Semakin besar sample
(pencuplkan) atau “sisir-nya” maka gelombang sinusnya akan semakin halus. Pada program yang
digunakan alat ini diset total sample sebesar 15000 sample. Itu artinya terdapat 7500 gelombang
kotak atau “batang sisir” dalam ½ periode.
4. MOSFET sebagai saklar
Mosfet merupakan turunan dari transistor sehingga prinsip kerja MOSFET akan sama dengan
transistor. Yang membedakan adalah pada rating kerjanya, dimana MOSFET digunakan pada
tegangan tinggi sedangkan transistor digunakan untuk tegangan rendah.

Gambar 4. Simbol MOSFET

Ketika Gate dberi tegangan sampai pada keadaan saturasi maka drain dan source akan bertindak
sebagai saklar tertutup sedangkan ketika gate tidak tiberi tegangan atau tegangan gate masih terlalu
kecil sehingga Is tidak mempu mencapai keadaan saturasi maka drain dan source akan bertindak
sebagai saklar terbuka (keadaan cut off). Jadi keadaan dran-source dan level teganganya
diperngaruhi oleh sinyal yang masuk pada gate.
5. Trasformator sebagai penaik tengangan.
Terminal drain pada MOSFET terhubung secara langsung dengan sisi primer pada trafo step up.
Transformator ini akan mentransformasikan tegangan dari 12VAC ke 220V AC. Sesuai dengan
formula perbandingan transformasi pada trasformer maka untuk menghasilkan tegangan disisi
sekunder yang jauh lebih besar dari sisi primer, dengan daya yang tetap dibutuhkan arus yang besar
disisi primer agar output sekundernya menghasilkan 220V. Oleh sebab itu suhu mosfet akan
bertambah panas ketika dioperasikan.
D. Mekanisme pengaturan frekuensi

Berdasarkan persamaan 1, dapat diketahui bahwa pengaturan kecepatan putar motor dapat
digunakan dengan mengubah-ubah frekuensinya. Keceparan putar motor berbanding lurus dengan
frekuensi kerjanya.

120𝑓
𝑛= persamaan (1)
𝑝

Pengaturan besar frekuensi dapat dilakukan dengan mengubah-ubah variable f_pwm,


f_sine dan total_sample pada program sehingga akan menghasilkan gelombang sinus yang
periodenya berbeda. Berikut ini adalah timing diagram dari proses pengubahan sinyal DC menjadi
AC sekaligus perubahan frekuensinya dengan keterangan sebagai berikut :

- Garis kuning : sine PWM pada pin 9


- Garis biru : sine PWM pada pin 10
- Garis merah : sinyal bagian primer trafo
- Garis hijau : sinyal bagian sekunder trafo
a. Untuk frekuensi 20Hz, diset parameter sebagai berikut
f_pwm = 5000, f_sine = 20, dan total_sample = 125. Sinyal output tidak pure sine karena
kapasitor tidak cukup untuk memfilter dengan lebar periode tertentu.
Gambar 5. Time diagram VFD saat f=20Hz (T/D=5ms)

b. Untuk frekuensi 30Hz, diset parameter sebagai berikut


f_pwm = 10000, f_sine = 30, dan total_sample = 166.66667

Gambar 6. Time diagram VFD saat f=30Hz (T/D=5ms)

c. Untuk frekuensi 50Hz, diset parameter sebagai berikut


f_pwm = 15000, f_sine = 50, dan total_sample = 150
Gambar 7. Time diagram VFD saat f=50Hz (T/D=5ms)

d. Untuk frekuensi 60Hz, diset parameter sebagai berikut


f_pwm = 15000, f_sine = 60, dan total_sample = 125

Gambar 8. Time diagram VFD saat f=60Hz (T/D=5ms)

Untuk mempermudah pengaturan frekuensi, digunakan GUI yang dirancang menggunakan


Visual Studio 2015.
Gambar 8. Tampilan GUI VFD

E. Kesimpulan
1. Single phase inverter pada praktikum ini menggunakan metode SPWM untuk menghasilkan
gelombang sinus murni
2. Kehalusan gelombang sinus ditentukan oleh banyaknya total_sample
3. Penggunaan nilai kapasitor yang tepat juga berpengaruh pada bentuk gelombang sinus yang
dikeluarkan.

LAMPIRAN

Source code arduino

#include <TimerOne.h>

int outA =9;


int outB =10;
int total_sample =125;
int f_sine =60;
int f_pwm =15000;
float sinus[200];
float phi=3.14;
int flag = 0;
int sample=0;
int A;

void setup() {
for (int sudut=0;sudut<total_sample;sudut++){
float derajat= sudut*(180./total_sample)*phi/180;
sinus[sudut]=sin(derajat);
}
float t_pwm=(1000./f_pwm)*1000;
delay(1000);
A = 0;
Timer1.initialize(t_pwm);
Timer1.attachInterrupt(generate_sinus);
}

void loop() {

void generate_sinus(){
if(sample>total_sample && flag==0){
flag=1;
sample=0;
}
if(sample>total_sample && flag==1){
flag=0;
sample=0;
}
sample++;
if(flag==0){
Timer1.pwm(outA,(sinus[sample]*1000));
Timer1.pwm(outB,0);
}
if(flag==1){
Timer1.pwm(outB,(sinus[sample]*1000));
Timer1.pwm(outA,0);
}
}

Anda mungkin juga menyukai