Anda di halaman 1dari 3

Resensi Novel : Gandamayu

23 April 2018

Identitas Buku
Judul : Gandamayu
Penulis : Putu Fajar Arcana
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Cetakan : Pertama, 2012
Tebal : xvii+190 hlm ; 13,5cm x 20cm
ISBN : 978979-709-622-9

Sinopsis
Peperangan antar saudara, dimana Pandawa dan Korawa saling berebut
tahta. Kisah tentang pengorbanan dan keteguhan hati dari seorang anak, kasih
sayang orang tua, rasa percaya dari saudara kandung, sikap menjaga harga diri
seorang ksatria serta keikhlasan dari pengabdian seorang istri.
Gandamayu adalah sebuah novel sastra yang ditulis oleh Putu Fajar
Arcana. Sebuah novel yang mengambil sepenggal kisah Mahabharata, dengan
setting awal cerita dari sebuah tempat bernama Setra Gandamayu, tempat paling
angker di muka bumi. Kuburan paling menyeramkan dan tempat paling ditakuti
untuk disinggahi, bukan hanya oleh manusia, namun Dewa sekalipun enggan
untuk kesana.
Novel Gandamayu bercerita tentang Dewi Uma yang dikutuk oleh
suaminya Dewa Siwa. Dewi Uma dikutuk oleh Dewa penguasa kahyangan itu
menjadi Dewi Durga, seorang Dewi kematian yang buruk rupa dan kejam. Dewi
Uma yang perangainya lembut dan penurut, harus menjalani perannya sebagai
Dewi Durga yang bengis, kejam dan tak punya hati. Dikutuknya Dewi Uma
sendiri bukan karena kesalahannya sendiri, melainkan bentuk pengorbanan yang
dilakukannya untuk memenuhi permintaan Dewa Siwa yang sedang mengujinya
sebagai istri.
Saat mengutuk Dewi Uma menjadi Dewi Durgaa, Dewa Siwa
memberitahu bahwa hanya Sahadewa yang merupakan keturunan ksatria
Pandawa yang dapat meruwatnya kembali menjadi Dewi Uma. Karena hal inilah
Dewi Durga melalui pelayannya Kalika–yang juga seorang penghuni kahyangan
namun dikutuk menjadi setan yang buruk rupa akibat membunuh suami dan
empat puluh orang lainnya–membawa paksa Sahadewa dari kediamannya di
Kerajaan Indraprasta. Kalika merasuki tubuh Kunti–ibu madu Sahadewa–yang
membawa paksa Sahadewa ke Setra Gandamayu. Kemudian Sahadewa diancam
akan dibunuh oleh Dewi Durga apabila tidak meruwat dirinya kembali menjadi
Dewi Uma. Sahadewa yang tidak tahu apa-apa hampir saja dibunuh oleh Dewi
Durga andai Dewa Siwa tidak menolongnya dengan merasuk ke dalam dirinya
dan membacakan mantra untuk meruwat Dewi Durga menjadi Dewi Uma.
Setelah Dewi Durga kembali menjadi Dewi Uma, Setra Gandamayu yang
tadinya merupakan tempat paling menyeramkan berubah menjadi padang bunga
yang indah dipenuhi oleh bunga-bunga indah. Selepas kisah peruwatan Dewi
Durga menjadi Dewi Uma, novel Gandamayu bercerita tentang perang antara
Pandawa dan Korawa. Dimana pihak Pandawa hampir kalah akibat Korawa
dibantu oleh dua raksasa Kalantaka dan Kalanjaya yang bahkan Bima dan Arjuna
sekalipun sebagai ksatria terkuat tak dapat mengalahkannya. Lalu keteguhan hati
Nakula yang merupakan saudara kembar Sahadewa untuk mencari Sahadewa ke
Setra Gandamayu, yang percaya bahwa saudara kembarnya itu masih hidup dan
tidak mati dibunuh oleh Dewi Durga.
Dalam novel Gandamayu sangat banyak nilai-nilai sosial dan pelajaran
tentang kehidupan yang dapat diambil. Membaca Gandamayu terkadang sering
membuat saya merenung kembali. Merenungi dan meresapi nilai2 yang disajikan
di dalam novel sastra ini.
“Ketika kebodohan dan kemiskinan membekap kita, maka hanya ada dua pilihan
yang mungkin, yakni mengabdi pada penguasa atau sekalian menjadi bajingan.”
(Hal. 74)
“Nafsu amarah yang setiap saat keluar menjadi aura tidak menyenangkan pada
alam sekelilingnya.” (Hal. 87)
“Rasa hanya berhubungan dengan ketulusan terima kasihkita atas anugerah
makanan yang diberikaan hari ini oleh alam.” (Hal. 89)
kelebihan
Meski pun Gandamayu merupakan termasuk kategori novel sastra namun
Putu Fajar Arcana dengan apik mengemasnya dengan penulisan yang sederhana
dan ringan. Sehingga saat membaca novel ini pembaca dapat menikmati tiap bab
yang disajikan.

kekurangan
Namun, ada kelemahan yang sangat tampak saat saya membaca novel ini.
Yaitu dalam hal sudut pandang penceritaan. Terkadang sudut pandang yang
dipakai adalah sudut pandang orang pertama. Dimana penulis seolah menjadi
Sahadewa, dan menceritakan dari sudut pandang putra bungsu keluarga Pandawa
tersebut, namun terkadang di bab lain, penulis menggunakan sudut pandang
orang ketiga, dimana penulis menceritakan kisah sebagai orang yang serba tahu.

Saran
Walau dengan beberapa kekurangan yang ada dalam novel ini, saya
sebagai pembaca yang jarang membaca kisah sastra, apalagi kisah sastra
Mahabharata dan lainnya, saran dari saya lebih diperjelas sudut pandangnya saja
dan saya cukup dapat menikmati novel ini.

Anda mungkin juga menyukai