Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

panulisan makalah  ini yang berjudul “Suhu dan Kalor”.

Selawat beriringkan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita

Muhammad SAW, karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat

menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara

penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat berkarya

dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.

Amiin Yarabbal ‘alamin.

Samaturu, 25 Mei 2018

Penulis

                                                                                               

i
DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suhu.................................................................................................. 2

2.2 Pemuaian Zat....................................................................................................... 4

2.3 Pengaruh Kalor Pada Suhu Benda....................................................................... 6

2.4 Perpindahan Kalor............................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 10

3.2 Saran................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pada dasarnya kehidupan manusia selama ini tidak bias terlepas dari yang namanya

suhu dan kalor. Dalam kehidupan manusia yang selalu menjidak kalor sebagai alat untuk

menjaga kestabilan manusia dalm menjalankan kehidupanya di muka bumio ini. Dialam

modernisasi seperti ini aplikasi kalor dibidang teknologi mungkin tidak sulit anda temukan

bahkan juga mungkin terdapat dirumah anda,yaitu lemari es, suatu mesin yang diantaranya

mengubah suatu air menjadi es.aplikasi perpindahan kalor dialamanda jumpai pada sirkuilasi

udara di pantai.Bagaimana air biasa menjadi es?, mengapa air laut bertiup Siang hari dan

angin darat bertiup malam hari?.Hal-hal tersebut merupakan bagian-bagian daripada suhu

dan kalor.

Salah satu contoh IPA ada di kehidupan kita sehari-hari adalah dengan adanya

perubahan wujud benda. Seperti berubahnya air menjadi es, es yag mencair, proses

terjadinya hujan, dan masih banyak lagi kejadian lainnya. Agar kita mendapatkan

pengetahuan yang lebih lagi maka sebaiknya kita mempelajari tentang perubahan wujud

benda.

1.2   Rumusan Masalah

a) Apa pengertian suhu.?

b) Bagaimanakah bentuk pemuaian pada zat?

c) Bagaimanakah pengaruh kalor pada suhu benda?

d) Bagimanakah bentuk perpindahan kalor.?

C.    Tujuan Penulisan

a) Mendeskripsikan pengertian suhu.

b) Mendeskripsikan bentuk pemuaian pada zat.

1
c) Mendeskripsikan pengaruh kalor pada suhu benda.

d) Mendeskripsikan bentuk perpindahan kalor.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Suhu

Suhu atau temperatur adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dingin

suatu benda. Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda sampai pada suhu

tertetu,beberapa sifat fisik benda berubah. Sebagai contoh: ketika memanaskan sebatang

besi,besi akan memuai,begitu pula ketika mendinginkan air sampai suhu dibawah nol,air

tersebut akan menjadi es.

1. Sifat termometrik zat

Sifat termometrik zat adalah sifat-sifat zat yang berubah ketika suhunya berubah.

Sifat-sifat tersebut adalah: warna,volume,tekanan dan daya hantar listrik.

2.  Mengukur suhu dengan termometer

Untuk mengukur suhu suatu benda digunakan termometer. Zat cair yang paling

banyak dipaki untuk mengisi tabungan termometer adalah raksa. Kelebihan raksa dibanding

zat cair lainnya antara lain:

a) Keseimbangan termal terhadap zat yang akan diukur lebih cepat.

b) Memiliki titik beku yang rendah, yaitu -39oC dan titik didih tinggi, yaitu 357oC.

c) Memiliki kenaikan volume yang terjadi pada saat terjadi perubahan suhu.

d) Memiliki miniskus cembung sehingga pengukuran suhu lebih akurat.

e) Mudah dilihat karena raksa mengkilat

3. Jenis termometer

a) Termometer bimetal

Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa logam akan memuai jika dipanaskan.

3
b) Termometer hambatan

Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa bila seutas kawat logam

dipanaskan, hambatan listrik akan bertambah.

c) Termometer gas

Bila sejumlah gas yang dipanaskan volumenya dijaga tetap, tekanan akan

bertambah. Sifat termometrik inilah yang digunakan untuk mengukur suhu pada

termometer gas.

d) Termokopel

Perbedaan pemuaian antara 2 logam yang kedua ujungnya disentuh di

manfaatkan pada termokopel.

2.2 Pemuaian Zat

1. Pemuaian Zat Padat

Pemuaian zat padat dapat dengan mudah diamati karena zat padat mempunyai

bentuk yang tetap. Dengan mengukur panjang, lebar, dan tinggi zat padat setelah dipanaskan

akan memuai.

a.  Pemuaian panjang / linier

Bila suatu benda padat dipanaskan, maka benda tersebut akan memuai kesegala arah,

tetapi untuk zat padat yang panjang, dengan luas penampang yang kecil, pemuaian dapat

dianggap terjadi dalam arah panjang saja, sedangkan pemuaian dalam arah melebar, dan

tebalnya diabaikan.

            Besar muai panjang bergantung pada jenis bahannya, panjang batang mula-mula, dan

kenaikan suhu. Koefesian muai panjang ( ) didefinisikan sebagai perbandingan antara

pertambahan panjang zat (∆l) untuk setiap kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu (∆T).

atau                  ∆l =  .lo. ∆T

Dengan ∆l = pertambahan panjang (m)

4
            ∆l = lt -lo                              Lt = lo ( 1 +  .∆T)

                                                =  .lo. ∆T

Dengan :

lo = panjang mula-mula (m)

Lt  = panjang akhir (m)

∆T = suhu akhir-suhu awal (oC/K)

 = koefisien muai panjang  (oC-1/ K-1)

b.  Pemuaian Luas

Apabila benda tipis berbentuk persegi panjang  dipanaskan, maka akan terjadi

pemuaian dalam arah memanjang dan melebar atau dikatakan mengalami pemuaian luas.

Sebuah plat segi empat dengan panjang mula-mula (Po) dan lebar (lo) dipanaskan sampai

suhunya bertambah ∆T, maka ukurannya menjadi:

Pt = Po (1+ .∆T) dan lt =lo (1+ .∆T)

c.  Pemuaian Volume

Jika zat padat berbentuk kubus,bola, atau balok maka pemuaian yang harus

diperhitungkan adalah muai volumenya. Koefisien muai volume suatu zat (g) adalah

perbandingan antara pertambahan volume (∆V) dengan volume semula (V o), untuk tiap

kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu ∆T

∆V = Vt –Vo

Dengan ∆V = pertambahan voleme zat (m3)

Vo = volume mula-mula

Vt = volume setelah dipanaskan

∆T = kenaikan suhu (oC/K)

g = koefisien muai volume (oC-1/K-1)

5
2.      Pemuaian Pada Zat Cair

Pemuaian pada zat cair hanya terjadi pemuaian volume saja. Persamaannya dituliskannya :

                              ∆V = Vo .  . ∆T

                              Vt =  Vo + ∆V

3.      Pemuaian Pada Zat Gas

Ada 3 hukum tentang gas yang berkaitan dengan pemuaian gas,yaitu:

Hukum Proses Persamaan

Hukum Isotermis P1V1 =P2V2

Boyle ( T = tetap )

Hukum Isobaris

Gay Lussac (P = tetap)

Hukum Ishokhorik

Charles (V=tetap)

Hukum Boyle Pers. Umum

Gay Lussac Gas ideal

Keterangan :

P = tekanan (N/m2  atau Pascal )

V = volume (m3)

T = suhu (K).

2.3   Pengaruh Kalor Pada Suhu Benda

Pengaruh kalor terhadap benda berbeda-beda sesuai dengan benda tersebut. Besarnya

kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sebuah benda bergantung pada beberapa factor.

Antara lain massa benda, jenis benda, dan perubahan suhu pada benda tersebut.

6
Hubungan kalor dengan ketiga factor tersebut adalah:

a) Kalor yang diperlukan sebanding dengan massa benda. Semakin besar massa benda

semakin besar kalor yang diperlukan. 

b) Kalor yang diperlukan sebanding dengan kalor jenis benda. Untuk jenis benda yang

berbeda tetapi massanya sama, kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu yang

sama ternyata besarnya berbeda bergantung pada jenis bendanya. 

c) Kalor yang diberikan sebanding dengan kenaikan suhu benda. Untuk jenis dan massa

benda yang sama, jumlah kalor yang diberikan besarnya mempengaruhi kenaikan

suhu benda.  Makin banyak kalor yang diberikan kepada benda, semakin besar

kenaikan suhu benda.

Jadi, banyaknya kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda bergantung

pada massa benda(m), kalor jenis benda ( c ), dan perubahan suhu (ΔT). dapat dirumuskan :

Q = m. c.     ΔT

Keterangan:

Q     =  kalor yang  diperlukan, satuannya Joule (J)

m     =  massa benda, satuannya Kg

C     = kalor jenis benda, satuannya J/Kg°C atau J/KgK   

Δt   = perubahan suhu, satuannya °C atau K     

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1Kg

benda sebesar 1°C atau 1K. Sedangkan kapasitas kalor suatu benda adalah kemampuan

suatu benda untuk menerima atau menurunkan suhu benda sebesar 1̊C dan dapat

dirumuskan:

C/ ΔT =  Q atau C = m.c

Keterangan:

C = kapasitas kalor daam satuan J/K atau J/0C

7
c  = kalor jenis, dalam satuan J/kg K atau J/Kg 0C

m = massa benda, dalam satu kg.

2.4  Perpindahan Kalor

1. Konduksi  

Proses perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa diikuti perpindahan bagian-bagian

zat itu disebut konduksi  atau hantaran. Misalnya, salah satu ujung batang besi kita

panaskan. Akibatnya, ujung besi yang lain akan terasa panas. 

Pada batang besi yang dipanaskan, kalor berpindah dari bagian yang panas ke bagian

yang dingin. Jadi, syarat terjadinya konduksi kalor pada suatu zat adalah adanya perbedaan

suhu. Berdasarkan kemampuan menghantarkan kalor, zat dapat dikelompokkan menjadi dua

golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang mudah menghantarkan

kalor (penghantar yang baik). Isolator adalah zat yang sulit menghantarkan kalor

(penghantar yang buruk).

2. Konveksi

Proses perpindahan kalor melalui suatu zat yang disertai dengan  perpindahan

bagian-bagian yang dilaluinya disebut konveksi atau aliran.  Konveksi dapat terjadi pada zat

cair dan gas.

a. Konveksi pada Zat Cair

Syarat terjadinya konveksi padaz at cair adalah adanya  pemanasan. Hal ini

disebabkan partikel-partikel zat cair ikut berpindah  tempat.

b. Konveksi pada Gas

Konveksi terjadi pula pada gas, misalnya udara.  Seperti halnya pada air, rambatan

(aliran) kalor dalam gas (udara)  terjadi dengan cara konveksi. Beberapa peristiwa yang

terjadi akibat adanya konveksi udara adalah sebagai berikut.

8
1. Adanya angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari. Pada siang  hari, daratan lebih

cepat menjadi panas daripada lautan sehingga  udara di daratan naik dan digantikan

oleh udara dari lautan.

2. Adanya angin darat, Angin darat terjadi pada malam hari.  Pada malam hari, daratan

lebih cepat menjadi dingin daripada lautan.  Dengan demikian, udara di atas lautan

naik dan digantikan oleh udara dari daratan.\

3. Adanya sirkulasi udara pada ruang kamar di rurnah

4. Adanya cerobong asap pabrik.

c.  Radiasi

Proses perpindahan kalor tanpa zat perantara disebut radiasi atau  pancaran. Kalor

diradiasikan dalam bentuk gelombang elektromagnetik,  gelombang radio, atau gelombang

cahaya. Misalnya, radiasi panas dari api  Apabila kita berdiam di dekat api unggun, kita

merasa hangat.  Kemudian, jika kita memasang selembar tirai di antara api dan kita, radiasi 

kalor akan lerhalang oleh tirai itu. Dengan demikian, kita dapat mengatakan  bahwa:

Kalor dari api unggun atau matahari dapat dihalangi oleh tabir sehingga kalor tidak dapat

merambat

Dari hasil

3.     Mencegah Perpindahan Energi Kalor 

Energi kalor dapat dicegah untuk berpindah dengan mengisolasi ruang  tersebut.

Misalnya, pada penerapan beberapa peralatan rumah tangga,  seperti termos dan setrika

listrik.

9
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Suhu atau temperatur adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dingin

suatu benda. Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda sampai pada suhu

tertetu,beberapa sifat fisik benda berubah. Sebagai contoh: ketika memanaskan sebatang

besi,besi akan memuai,begitu pula ketika mendinginkan air sampai suhu dibawah nol,air

tersebut akan menjadi es.

Pengaruh kalor terhadap benda berbeda-beda sesuai dengan benda tersebut. Besarnya

kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sebuah benda bergantung pada beberapa factor.

Antara lain massa benda, jenis benda, dan perubahan suhu pada benda tersebut.

Menurut Haryanto (2007) perubahan wujud benda terdiri atas :

1. Perubahan wujud benda padat menjadi benda cair

2. Perubahan wujud benda cair menjadi benda padat

3. Perubahan wujud benda cair menjadi benda gas

4. Perubahan wujud benda gas menjadi benda cair

5. Perubahan wujud benda padatmenjadi benda gas.

3.2  Saran

Marilah kita lebih meningkatkan pola belajar kita untuk menambah wawasan bagi

kita semua, karena belajar dapat membawa kita menjadi manusia yang berilmu. Kurang dan

lebihnya dari makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Puji Dwiyantoro, fisika itu mudah dan menyenangkan. Cet.2.Jakarta: Cerdas Interaktif,2012.

Pantur,Silaban.fisika.jilid 1.Bandung:Erlangga.1985.

http://ramliyana-fisika.blogspot.co.id/2013/11/perubahan-wujud-pada-benda-.html

http://www.info-asik.com/2013/11/perubahan-wujud-zat.html

11

Anda mungkin juga menyukai