Anda di halaman 1dari 13

Biografi Al-Majriti

1. Riwayat Hidup Al-Majriti

Abul Qasim Maslamah bin Ahmad Al-Majriti atau yang lebih dikenal dengan Al-
Majriti lahir pada pertengahan abad X atau tepatnya pada tahun 950 di kota
Madrid,Spanyol. Sejak kecil, Al-Majriti tertarik mempelajari berbagai disiplin ilmu,
terutama matematika dan astronomi. Beliau menghabiskan mas kecilnya di Spanyol.
Maslamah Al-Majriti dianggap oleh orang-orang Andalusia sebagai otoritas utama
pada massanya di bidang astronomi. Beliau melakukan perjalanan sebagai seorang pemuda
ke Cordova, ibu kota kekhalifahan Bani Umayyah, di mana tempat beliau belajar, bekerja
hingga tempat meninggalnya. Prestasinya terutama di bidang astronomi dan matematika,
meskipun diketahui bahwa beliau menulis tentang aritmatika komersial (muʿāmalāt) dan
juga seorang astrolog terkenal (Ayduz, 2014). Para sejarawan terkadang salah
mengartikannya pada karya Al-Majriti tentang sihir dan alkimia.
Kepentingan Al-Majriti terletak dalam konteks sains Andalusia dan aktivitasnya
dalam pengajaran ilmiah. Al-Majriti adalah pendiri mazhab asli astronomi Andalusia di
mana disiplin aritmatika dan geometri juga dikembangkan Murid Al-Majriti, termasuk
tokoh-tokoh luar biasa seperti Ibn Al-Samh, Ibn Al-Saffar, dan Ibn Barguth, menjangkau
tiga generasi dan sangat mempengaruhi perkembangan dan perluasan ilmu eksakta di
seluruh Andalusia.Al-Majriti mempertemukan dua tradisi matematika yang berbeda untuk
pertama kalinya di Andalusia, yaitu tradisi fara’id (pembagian warisan bedasarkan agama)

1
dan tradisi ilmu-ilmu filosofis berbasis matematika, kategori yang mencakup astronomi
(Thomas et al, 2007). Penggabungan dua cabgang matematika ini oleh AL-Majriti
mencerminkan minat dua gurunya yang terkenal yaitu ʿAbd al ‐ Ghāfir ibn Muḥammad al
‐ Faraḍī, yang menulis risalah tentang farāʾīḍ, dan ʿAlī ibn Muḥammad ibn Abī ʿĪsā al ‐
Anṣārī, yang dilaporkan telah mengetahui astronomi.
Al-Majriti dikenal sebagai pakar matematika Andalusia. Beliau menulis banyak
bukutentang ilmu matematika dan Teknik. Beliau mencoba menggabungkan matematika,
teknik dan astronomi dalam sebuah buku yang membahas tentang alat pengukur ketinggian
benda langityang berjudul Astrolabe. Selain pakar matematika, Al-Majriti mempunyai
ketertarikan yang luar biasa pada ilmu perbintangan (Ismail, 2017). Al-Majriti berpendapat
bahwa ilmu astronomi akan mebuat manusia memahami peredaran planet dan bintang.
Sehubungan dengan itu, Al-Majriti banyak melakukan penelitian dan pengamatan terhadap
benda-benda langit. Seperti ilmuwan lain pada masa itu, Al-Majriti juga tetarik
memepelajari berbagai buku karangan para ilmuwan sebelumnya, termasuk ilmuwan
Yunani.

Di bidang astronomi, Al-Majriti adalah orang Andalusia pertama yang melakukan


pengamatan astronominya sendiri. Menurut Zarqali dalam (Thomas et al, 2007),beliau
mengamati bintang Regulus pada tahun 979 dan menemukan garis bujur ekliptisnya
135040’.Berawal dari penentuan garis bujur bintangini, Al-Majriti kemudian dapat
menentukan garis bujur untuk semua bintang tetap,dengan demikian menetapkan
pergerakan presisi titik balik 13010’ sehubungan dengan periode penyusunan katalog
bintang dalam Ptolemy Almagest.
Nilai garis bujur Regulus muncul dalam tabel bintang yang menyertai komentar
Al-Majriti tentang Planisphaerium Ptolemy, yang merupakan risalah tentang proyeksi
stereografik dari bola (teknik dasar untuk pembangunan astrolabe standar). Beberapa
sejarawan secara keliru mengira bahwa Al-Majriti mungkin telah belajar bahasa Yunani
dan menerjemahkan Planisphaerium sendiri, tetapi penyelidikan baru-baru ini
menunjukkan bahwa dia kemungkinan besar merevisi terjemahan bahasa Arab timur dari
karya tersebut. Memang, teks Al-Majriti berisi beberapa tambahan pada karya Ptolemeus
yang sangat meningkatkan prosedur untuk menelusuri garis-garis dasar astrolab dan untuk
menemukan bintang tetap dari rutenya, atau peta bintang pada instrumen, menggunakan
beberapa jenis koordinat. Pada bagian kedua dari karya ini, Al-Majriti membahas sejumlah
masalah astronomi bola menggunakan Teorema Menelaus, yang merupakan alat
2
trigonometri unik yang digunakan pada masanya dan yang sebelumnya telah beliau tuliskan
beberapa catatan dalam karya lain.
Karya utama Al-Majriti di bidang astronomi adalah adaptasi dari yang dia buat
bersama dengan muridnya Ibn Al-Affar, dari Sindhind Zij Khawarizmi. Buku pegangan
astronomi abad ke-9 dengan tabel dan teks penjelasan ini didasarkan pada metode India
dan dengan demikian berbeda dari materi astronomi Islam selanjutnya, yang mengandalkan
model planet yang ditata dalam Almagest. Meskipun teks asli Al-Khawarizmi tampaknya
hilang, versi Latin oleh Adelard of Bath (abad ke-12) dari revisi Al-Majriti masih ada. Teks
ini, yang disebut sebagai zij Khawarizmi – Maslama (Majriti), berisi tabel-tabel yang
diturunkan dari zij asli Khawarizmi (yang memiliki materi berdasarkan tradisi Persia dan
Ptolomeus selai tradisi India) serta materi dan tabel yang merupakan adaptasi,penambahan,
atau penggantian yang diperkenalkan oleh Al-Majriti dan Ibn Al-Saffar. Tujuan para
astronom Andalusia adalah menyesuaikan tabel asli dengan waktu dan tempat mereka
tinggal. Misalnya, kalender matahari Persia yang digunakan dalam tabel Al-Khawarizmi
diganti dengan kalender lunar Muslim dan beberapa tabel yang khusus pengamat
disesuaikan dengan koordinat geografis Cordova. Tabel gerak rata-rata Al-Khawarizmi
dihitung untuk posisi radix yang sesuai dengan meridian Arin (pusat dunia dalam system
India). Hasil yang signifikan dari penggunaan garis bujur Cordova adalah bahwa Al-Majriti
memberikan bukti paling awal tentang koreksi penting ukuran Laut Mediterania dengan
ukuran sebenarnya; ini disimpan di sebagian besar tabel geografis Andalusia. Secara
keseluruhan, transformasi mempengaruhi tabel untuk kronologi, Gerakan rata-rata,
konjungsi dan oposisi rata-rata dan visibilitas bulan sabit. Mereka juga melibatkan
penambahan tabel baru yang terkait dengan praktik astrologi dalam menyamakan rumah
dan memproyeksikan sinar. Selain itu, isi versi terakhir dari zīj menunjukkan bahwa para
penyunting memasukkan beberapa elemen yang, meskipun tidak sepenuhnya diperlukan,
digunakan di Andalusia kontemporer. Ini adalah kasus dari dua tabel trigonometri yang
masih ada dalam terjemahan Latin, satu untuk sinus (berdasarkan radius 60 bagian) dan
yang lainnya untuk kotangen (panjang bayangan), yang mungkin tidak digunakan dalam
bahasa Sindhind asli. . Kontribusi Andalusia lainnya yang ditemukan di zīj adalah referensi
ke era Hispanik (38 SM) di bagian kronologis, penggunaan garis bujur dan lintang Cordova
untuk tabel tertentu, dan metode kalkulasi yang ditingkatkan yang akurat dan lebih mudah
digunakan.

3
Sebagai seorang ahli stronomi profesional, Al-Majriti juga tertarik dengan
hubungan Saturnus dan Yupiter, yang terjadi pada tahun 1006/1007; dengan itu ia
meramalkan perubahan dinasti, kehancuran, pembantaian, dan kelaparan.
Setelah melakukan sejumlah penelitian, Al-Majriti mengkaji buku Almagest karya
Ptolomeus yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Arab. Beliau lalu memberi komentar
dan penjelasan terhadap buku tersebut. Sejumlah koresi yang diberikan Al-Majriti terhadap
naskah perbintangan Yunani itu sangat teliti.
Al-Majriti juga memiliki keahlian dan kemampuan membuat jadwal waktu dan
perbintangan. Adapun perhitungan yang dikaji Al-Majriti terkait dengan jadwal waktu
sholat, tahun baru Islam, awal bulan Ramadhan, dan lain-lain .
Meskipun Namanya dikenal sebagai seorang ilmuwan, tapi Al-Majriti juga
mempelajari sejarah klasik, arkeologi dan kehidupan sosial masyarakat dengan serius.
Beliau tertarik meneliti masalah masyarakat di sekitarnya. Sebagai bentuk kepeduliannya,
khususnya di bidang Pendidikan, Al-Majriti membangun sebuah sekolah besar, yang
kemudian menjadi pusat keilmuwan. Al-Zahrawi, seorang dokter ahli bedah Arab adalah
murid di sekolah tersebut. Selain itu, Al-Majriti juga mempunyai murid yang hebat, seperti
Ibnu Khaldun. Al-Majriti adalah seorang ilmuwan yang sangat mendukung para intelektual
muda mempelajari ilmu modern demi kemajuan sesama manusia.
Selain bidang pendidikan, bidang lain yang juga menarik pehatian Al-Majriti
adalah ekologi atau ilmu tentang lingkungan. Al-Majriti sangat peduli terhadap alam
semesta dan kelesariannya. Beliau mempelajari keanekaragaman makhluk hidup dan
menulis buku tentang lingkungan hidup.

2. Guru Al-Majriti
Al-Majriti mendapatkan Pendidikan untuk pertama kalinya di kota kelahirannya, yaitu
Kota Madrid, Spanyol. Kemudian pindah ke Cordoba dimana beliau mendirikan sekolah
yang menghasilkan sejumlah sarjana terkemuka (SAMSO). Seiring dengan berjalannya
waktu, terkenal sebagai ilmuwan yang memiliki banyak prestasi di zamannya. Prestasi dan
keberhasilan Al-Majriti tidak terlepas dari peran guru-gurunya yang hebat. Guru Al-Majriti
adlah seorang ilmuwan juga, seperti ʿAbd al ‐ Ghāfir ibn Muḥammad al ‐ Faraḍī, yang
menulis risalah tentang farāʾīḍ, dan ʿAlī ibn Muḥammad ibn Abī ʿĪsā al ‐ Anṣārī, yang
dilaporkan telah mengetahui astronomi.
Salah satu guru Al-Majriti yaitu ʿAbd al ‐ Ghāfir ibn Muḥammad al ‐ Faraḍī merupakan
seorang penulis buku yang berjudul Tarikh Ulama’I al Andalus. ʿAbd al ‐ Ghāfir ibn
4
Muḥammad al ‐ Faraḍī lahir di Cordova tahun 962 M dan beliau wafat di tahun 1013
M,beliau lebih dikenal dengan nama Al-Faradi. Tarikh Ulama’I al Andalus adalah kamus
biografi tentang cendekiawan agama dari Andalusia. Selain sebagai ilmuwan, ʿAbd al ‐
Ghāfir ibn Muḥammad al ‐ Faraḍī adalah seorang ahli faqih (ahli hukum) dan seorang
muhaddith (ulama hadits). ʿAbd al ‐ Ghāfir ibn Muḥammad al ‐ Faraḍī memulai studinya
di bidang ilmu agama di kota asalnya, yaitu Cordoba dan melanjutkan studinya di Toledo,
Ecija dan Medina-Sidonia. ʿAbd al ‐ Ghāfir ibn Muḥammad al ‐ Faraḍī juga memiliki
beberapa guru yang terkenal diantaranya adalah Ibn Awn Allah, Abu Abd Allah ibn
Mufarrij, ‘Abd Allah ibn Qasim al-Thagri dan Abu Zakariyya ibn Aidh.
Pada awal 990-an, ʿAbd al ‐ Ghāfir ibn Muḥammad al ‐ Faraḍī melakukan perjalanan
ke Timur dan melanjutkan studinya di Kairouan, Kairo, Mekah dan Madinah.
Sekembalinya ke Andalusia, ʿAbd al ‐ Ghāfir ibn Muḥammad al ‐ Faraḍī diangkat sebagai
qadi (hakim agama) di Valencia. Beliau memiliki beberapa murid, diantaranya adalah Ibn
Hayyan, Ibn ‘Abd al-Barr, dan Ibn Hazm. Namun sayangnya, ʿAbd al ‐ Ghāfir ibn
Muḥammad al ‐ Faraḍī dibunuh di Cordoba pada tanggal 20 April 1013 M.

3. Bidang Keahlian dan Temuan Al-Majriti


Pada massanya, Al-Majriti memiliki posisi sebagai kepala ahli matematika dan
astronomi. Banyak sarjana yang bahkan menyebutnya sebagai ahli matematika terbaik.
Namanya semakin dikenal karena keahliannya dalam ilmu pembagian warisan. Selain
itu, Al-Majriti menerapkan perhitungan matematika untuk melakukan pengamatan
bintang dan mengenalkan teori astronomi yang dibuat cendekiawan muslim bernama
Al-Khawarizmi ke dunia pengetahuan barat. Al-Majriti menulis sebuah risalah
matematika yang berjudul Al-Mutamalat. Dalam risalah ini,beliau menjelaskan
mengenai penerapan matematika dalam penjualan dan pejaka, penggunaan aljabar,
operasi geometri dan ilmu hitung.
Al-Majriti mempunyai banyak prestasi. Di bidang astronomi, prestasi Al-Majrti
antara lain:
a. Mengkaji buku Almagest karya Ptolomeus yang sudah diterjemahkan dalam
Bahasa Arab.
Almagest adalah sebuah risalah astronomi yang mengemukakan gerakan
kompleks bintang-bintang dan lintasan planet, semua ditulis dalam bahasa Yunani.
Almagest ini ditulis oleh Ptolomeus. Ptolomeus mempersembahkannya kepada
khlayak umum di Canopus, Mesir pada 148 M. Model geosentriknya diakui sebgaai
5
kebenaran selama lebih dari seribu tahun di Arab dan masyarakat Eropa. Alamagest
adalah sumber terpenting mengenai informasi tentang astronomi Yunani kuno.
Almagest terdiri dari 13 buku yang isinya dapat diringkas sebagai berikut:
- Buku I membahas tentang sebuah garis besar kosmologi Aristotelian,
seperangkat teabel mengenai tali busur lingkaran, dan sebuah pendahuluan
mengenai trigonometri bola.
- Buku II membahas tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan gerak
harian langit, terbit dan tenggelamnya benda-benda langit dan lamanya siang
hari.
- Buku III membahas tentang gerak matahari
- Buku IV dan V membahas tentang gerak bulan,paralaks ublan dan ukuran serta
jarak matahari dan bulan relatif terhadap bumi.
- Buku VI membahas tentang gerhana matahari dan bulan.
- Buku VII dan VIII membahas tentang gerak bintang-bintang, termasuk presesi
ekuinoks, juga memuat sebuah katalog bintang.
- Buku IX menanggapi persoalan umum yang berhubungan dengan pembuatan
model lima planet yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
- Buku X membahas tentang gerak Venus dan Mars.
- Buku XI membahas tentang gerak Yupiter dan Saturnus.
- Buku XII membahas tentang fenomena gerak retrograde, yang terjadi ketika
planet tampak berhenti, lalu berbalik terhadap latar belakang zodiac. Ptolomeus
mengetahui bahwa fenomena ini terjadi juga pada Merkurius dan Venus.
- Buku XIII membahas tentang penyimpangan gerak planet-planet dari lintang
ekliptika.
Kosmologi Almagest meliputi lima pokok utama, dimana tiap-tiap pokok
tersebut adalah judul dari bab-bab pada Buku I.
- Bentuk langit adalah bola dan bergerak sebagai sebuah bola (yaitu dengan
berotasi).
- Bumi adalah sebuah bola
- Bumi berada di pusat alam semesta
- Bumi adalah sebuah titik dibandingkan luasnya langit
- Bumi tidak bergerak
b. Memberikan sejumlah koreksi terhadap naskah perbintangan Yunani.
c. Memberikan koreksi pada kalander buatan Al-Khawarizmi.
6
d. Melakukan revisi tabel astronomi yang dibuat oleh Al-Khawarizmi.
Tabel astronomi, adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi
kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomical dan data
astrological sebaik data yang diakui sekarang (Hogendijk, 1989). Versi aslinya yang
ditulis dalam Bahasa Arab pada tahun 820 M telah hilang. Namun Al-Majriti telah
memperbaharuinya dalam Bahasa Latin di tahun 1000 M dan tetap bertahan. Empat
manuskrip lainnya dalam bahas Latin tetap ada di Bibliotheque publique (Chartres),
the Bibliotheque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the
Bodleian Library (Oxford) (Hogendijk, 1989).
e. Membuat ringkasan karya ilmuwan Al-Battani, yang berjudul Ziij.
Selain di bidang astronomi, Al-Majriti juga memiliki prestasi di bidang kimia,
antara lain:
a. Menulis buku yang berjudul Rutbatul Hkm fil Kimiyya.
Buku yang ditulis oleh Al-Majriti ini menjadi referensi paling penting tentang
sejarah kimia Andalusia (Fierro, 1996). Dalam kitab itu, beliau memaparkan rumus
dan tata cara pemurnian logam mulia. Beliau menulis Kitab Rutbat Al-Hakim
selama tiga tahun lamanya dari 1047-1050 Masehi. Beliau meletakan merkuri di
dalam sebuah wadah kaca berbentuk telur. Beliau meletakkan wadah itu ke dalam
panci dan memanaskannya dengan nyala api kecil setelah emat puluh hari lamanya.
Merkuri itu berbuah menjadi bubuk merah halus dan beratnya tidak berubah
(Hogendijk, 1989). Beliau dikenal sebagai orang pertama yang membuktikan
prinsip kekekalan massa yang terdapat dalam Rutbat, jauh sebelum ilmuwan non
muslim bernama Lavoisier dari Prancis yang dianggap sebagai penemu prinsip
kekekalan massa.
b. Menulis buku Ghayatul Hakim fis Simiyya.
Buku ini kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Latin sekitar abad XIII dan
langsung terkenal di Eropa (Pingre, 1980).
c. Menulis buku yang berjudul at-Tashrif bin Matsabatil Mausu’atil Ilmiyyah.
Buku inilah yang menjadi tolok ukur kesuksesan Al-Majriti.

4. Implikasi Pemikiran Al-Majriti Terhadap Pendidikan IPA


Al-Majriti adalah sosok ilmuwan yang sangat berjasa bagi kita sebagai manusia,
khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan bidang pendidikan. Dari sosok Al-Majriti
kita bisa meneladani kegigihan dan keseriusan beliau dalam menimba ilmu. Selain itu,
7
kita juga bisa meneladani beliau dari sifat kecermatan, ketelitian dan ketelatenan beliau
dalam melakukan eksperimen. Beliau adalah sosok yang bisa dicontoh oleh pelajar
masa kini dalam proses mencari ilmu dan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Apalagi saat ini, dalam dunia pendidikan, siswa dan guru dituntut untuk bisa
melaksanakan proses pembelajaran yang aktif dan kreatif. Pembelajaran aktif yang
dimaksud adalah siswa mampu melakukan pembelajaran dengan serius dan mandiri
dalam mencari literasi guna menunjang proses pembelajaran, sesuai dengan sifat Al-
Majriti yang dapat kita teladani. Selain itu, siswa juga dituntut untuk kreatif dalam
melaksanakan proses pembelajaran guna memperoleh pengetahuan baru. Sifat kreatif
ini sangat diperlukan ketika siswa melaksanakan eksperimen dalam menempuh mata
pelajaran IPA.
Al-Majriti sangat berjasa besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan alam dunia.
Implikasi dari pemikiran beliau paling besar dalam bidang astronomi dan kimia. Dalam
bidang astronomi beliau diriwayatkan pernah mengkaji buku Almagest, merevisi
kalender dan tabel astronmi Al-Khawarizmi. Prestasi beliau ini sangatlah berdampak
hingga masa kini. Astronomi merupakan bagian dari sains dan dianggap seebagai ilmu
paling awal dalam peradaban manusia. Sejalan dengan kemajuan teknologi
pengamatan, maka muncullah pemikiran baru sehingga pemahaman tentang alam
semesta semakin berkembang. Pemahaman ilmu astronomi diawali dengan teori
heliosentris, dimana matahari sebagai pusat tata surya. Sejak saat itu ilmu astronomi
semakin berkembang sejalan dengan ditemukannya alat-alat dan teknologi yang
membantu manusia dalam melakukan penelitian.
Astronomi terkadang disebut sebagai ilmu bintang atau ilmu falak, adalah cabang
ilmu alam yang meneliti benda langit, (seperti bintang, planet, komet, dll) serta
fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi.Ilmu ini secara pokok
mempelajari berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal-usul, sifat fisika/kimia,
meteorologi dan gerak benda langi. Selain itu juga mempelajari pembentukan dan
perkembangan alam semesta.
Pada abad ke-20, astronomi professional terbagi menjadi dua cabang, yaitu:
- Astronomi observasional, yaitu studi astronomi yang melibatkan pengumpulan
data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis
menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika.

8
- Astronomi teoritis, yaitu studi astronomi yang terpusat pada upaya pengembangan
model-model computer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit
serta fenomena-fenomena alam lainnya.
Berbagai pengetahuan astronomi yang telah diteleti dan diamati oleh manusia telah
menyumbangkan banyak manfaat terhadap kehidupan di bumi hingga saat ini.
Beberapa implikasi pemikiran astronomi Al-Majriti dalam pendidikan sains adalah:
- Kita dapat mengetahui benda-benda langit, seperti planet-planet di galaksi
bimasakti, matahari, bulan dan bintang. Dengan mengetahui itu semua dapat
menambah khazanah keilmuan kita dan mengubah pola piker kita akan astronomi.
- Kita dapat mengetahui cara perhitungan tanggal. Seperti yang diketahui bahwa
tanggal masehi menjadi tanggal internasional. Tanggal Masehi menggunakan
perhitungan Bumi dalam berotasi terhadap matahari dan tanggal Hijriah
menggunakan rotasi Bulan dalam mengitari Bumi.
- Kita dapat mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi di langit, tak jarang kita
dapat mengetahui gerhana bulan maupun gerhana matahari atau terlihatnya Venus
yang sering disebut sebagai bintang fajar.
- Kita dapat mengetahui perubahan cuaca alam. Seperti yang diketahui bahwa cuaca
sangat berkaitan dengan perubahan fenomena di langit.
Banyaknya manfaat ilmu astronomi terhadap kehidupan manusia menjadikan
astronomi sebagai salah satu ilmu wajib bagi kemajuan bidang pendidikan dan
teknologi suatu negara.
Astronomi adalah sains mengenai jagat raya yang mempelajari objek langit
seperti planet, bulan, bintang dan galaksi serta struktur skala besar dari jagat raya secara
keseluruhan. Secara alamiah,Astronomi memiliki konsep pemikiran dan pemahaman
yang terintegrasi secara simultan baik dalam perkembangan ilmunya, teknologinya,
terapan teknisnya,maupun pendidikannya. Dalam hal ini, astronomi dan IPA
merupakan materi pelajaran yang terpadu secara integral, dimana konsep-konsep
astronomi melibatkan konsep-konsep fisika, khususnya pada cabang mekanika benda
langit. Oleh karena itu,keberhasilan siswa dalam pelajaran astronomi dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam menerapkan konsep-konsep IPA yang relevan ke bidang
astronomi.
Selain di bidang astronomi, Al-Majriti juga sangat berjasa dalam bidang kimia.
Beliau menemukan konsep kekekalan massa. Menurut Al-Majriti, beliau melakukan
eksperimen selama tiga tahun lamanya untuk bisa menemukan konsep kekekalan
9
massa. Beliau bereksperimen dengan menggunakan wadah kaca berbentuk telur yang
didalamnya terdapat merkuri. Lalu beliau meletakkan wadah tersebut ke dalam panic
dan memanaskannya dengan nyala api kecil setelah empat puluh hari lamanya. Dan
ternyata merkuri tersebut berubah menjadi bubuk merah halus. Meskipun wujudnya
telah berubah, namun berat dari merkuri tersebut tidak berubah. Dari eksperimen inilah
hukum kekekalan massa ditemukan. Penyempurnaan konsep kekekalan massa ini
kemudian disempurnakan oleh Antonie Laurent Lavoisier pada 8 abad kemudian.
Hukum kekekalan massa adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu
sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem
tersebut (dalam sistem tertutup massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama).
Menurut Lavoisier, hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Penemuan Al-Majriti ini digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti
kimia, teknik kimia, mekanika dan dinamika fluida. Massa partikel yang tetap dalam
suatu sisemekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa
radiasi, dikatakan bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini
terjadi ketika suatu benda berubah menjadi energi kinetic/energi potensial dan
sebaliknya. Karena massa dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat
atau mengelaurkan energi, massa dalam jumlah yang sangat sedikit akan tercipta atau
hilang dari sistem. Namun dalam hampir seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan
energi, hukum kekekalan massa apat digunakan karena massa yang berubah sangatlah
sedikit.
Hukum kekekalan massa berlaku pada reaksi kimia, di mana massa pereaksi harus
sama dengan massa produk. Hukum kekekalan massa dapat terlihat pada reaksi
pembentukan hydrogen dan oksigen dari air. Bila hydrogen dan oksigen dibentuk dari
36 gram air, maka bila reaksi berlangsung hingga seluruh air habis, akan diperoleh
massa campuran produk hydrogen dan oksigen sebesar 36 gram. Bila reaksi masih
menyisakan air, maka massa campuran hydrogen, oksigen dan air yang tidak bereaksi
tetap sebesar 36 gram.

10
Dari penemuan Al-Majriti ini, ilmu pengetahuan dalam bidang kimia jadi
bertambah luas. Sehingga manusia dapat mempelajarinya dengan mudah dan
memperoleh manfaat dari penemuan konsep tersebut. Selain itu, penemuan ini juga
sangat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam (IPA). Dari penemuan beliau tentang kekekalan massa kita bisa
paham bahwa massa suatu benda akan tetap walaupun wujudnya berubah. Contohnya
saja ketika besi dibiarkan di udara terbuka, pada suatu waktu akan ditemukan bahwa
besi tersebut telah berubah menjadi besi berkarat. Kondisi ini terjadi karena adanya
reaksi kimia. Reaksi yang terjadi pada besi berkarat adalah reaksi antara besi dan
oksigen, dimana besi mengikat oksigen dari udara. Sehingga jika besi sebelum berkarat
ditimbang maka akan diperoleh hasil yang tidak sama dengan massa besi setelah
bekarat., Massa besi sebelum berkarat akan lebih ringan dibandingkan dengan besi
sebelum berkarat. Hal ini dapat terjadi karena,besi berkarat mengikat okesigen. Jadi
kesimpulannya massa besi sebelum berkarat sama dengan massa besi berkarat ditambah
dengan oksigen yang diikat.
Berdasarkan hasil penjelasan tentang prestasi dan kontribusi Al-Majriti dalam
bidang kimia dan astronomi, kita dapat mengimplikasikannya dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Berikut beberapa implikasi yang dapat diambil daei kisah
Al-Majriti terhadap proses pembelajaran:
- Melatih ketelitian dan kecermatan siswa dalam melakukan eksperimen
Proses belajar mengajar dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam tidak
akan lepas dari kegiatan bereksperimen. Karena hakikatnya IPA adalah ilmu yang
menuntut kita untuk berani mencoba dan meneliti apapun yang ada di alam.
Pelaksanaan eksperimen ini akan melatih siswa untuk dapat menyimpulkan fakta-
fakta berdasarkan inormasi yang diperoleh secara mandiri dan dapat melatih
siswa untuk berfikir induktif untuk menarik kesimpulan berdaarkan fakta-fakta

11
yang didapat dari hasil percobaan. Melalui eksperimen, siswa juga dapat melatih
kecermatan dan ketelitian.
Hal ini sesuai dengan keteladanan yang dapat kita ambil dari ilmuwan Al-
Majriti, beliau begitu cermat an sangat teliti dalam melakukan eksperimen guna
menemukan suatu hal baru. Contohnya saja dalam penelitian beliau tentang
kekekalan massa, beliau begitu cermat dan teliti dalam menggunakan merkuri
sesuai takaran, menimbang bahan praktikum hingga dengan cermat mengamati
setiap perubahan yang terjadi sampai merkuri beubah menjadi bubuk berwarna
merah.
- Melatih siswa untuk menjadi pribadi yang memiliki sifat sabar dan tidak
putus asa.
Al-Majriti memiliki sumbangsih yang besar dalam ilmu astronomi dan
kimia. Dalam perjalanannya untuk menemukan penemuan-penemuan dalam
bidang astronomi dan kimia, tidak jarang Al-Majriti memperoleh kegagalan,
namun beliau memiliki sifat yang sabar dan tidak mudah putus asa, sehingga
beliau dapat menemukan suatu hal baru. Hal ini dapat kita lihat ketika beliau
berusaha menemukan teori kekekalan massa, beliau melakukan eksperimen
selama tiga tahun lamanya untuk bisa menemukan konsep kekekalan massa.
Keteladanan ini perlu dicontoh oleh siswa masa kini terutama dalam
melaksanakan proses pembelajaran IPA. Dalam pembelajran IPA, tidak pernah
lepas dari percobaan-percobaan untuk membuktikan suatu konsep atau
membuktikan fakta-fakta. Untuk melakukan eksperimen dalam IPA kita dituntut
untuk sabar dan tidak mudah putus asa atau tidak mudah menyerah. Karena tidak
jarang dalam melakukan eksperimen kita mengalami kegagalan. Ketika
mengalami suatu kegagalan, kita dianjurkan untuk senantiasa sabar dan terus
mecoba. Karena terkadang, kegagalan dalam bereksperimen karena ulah kita
sendiri, misalnya saat praktikum kalor, kita kurang teliti dalam membaca skala
pada termometer.

12
REFERENSI

Ayduz, S. (2014). The Oxford Encyclopedia of Philosophy, Science, and Technology in


Islam. Oxford University Press, USA.

Fierro, M. (1996). Bāṭinism in Al-Andalus. Maslama b. Qāsim al-Qurṭubī (d. 353/964),


Author of the" Rutbat al-Ḥakīm" and the" Ghāyat al-Ḥakīm (Picatrix)". Studia Islamica,
87-112.

Hogendijk, J. P. (1989). The Mathematical Structure of Two Islamic Astrological Tables


for ‘Casting the Rays’. Centaurus, 32(2), 171-202.

Maslama al-Majriti and the Rutbatu' Hakim. Isis, 6(3), 293-305.

Ismail, M. Z., Kamarudin, K., & Mansor, N. S. (2017). KESAN KETAMADUNAN


ISLAM ANDALUSIA DALAM NOVEL MELAYU PILIHAN MUTAKHIR. Jurnal
Kemanusiaan, 15(1-S).

Pingree, D. (1980). Some of the Sources of the Ghāyat al-hakīm. Journal of the Warburg
and Courtauld Institutes, 1-15.

Ptolemy's almagest. Vol. 712. Princeton: Princeton University Press, 1998.

Samsó, J. (1980). Maslama al-Majriti and the Alphonsine Book on the Construction of the
Astrolabe. Journal for the History of Arabic Science Aleppo, 4(1), 3-8.

Thomas Hockey et al. (eds.). The Biographical Encyclopedia of Astronomers, Springer


Reference. New York: Springer, 2007, pp. 727-728

13

Anda mungkin juga menyukai