Anda di halaman 1dari 41

Bahasa Aceh

bahasa yang dituturkan oleh etnis atau suku


bangsa Aceh

Bahasa Aceh adalah sebuah bahasa yang


dituturkan oleh suku Aceh yang terdapat di
wilayah pesisir, sebagian pedalaman dan
sebagian kepulauan di Aceh. Bahasa Aceh
termasuk dalam rumpun bahasa Chamik,
cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia,
cabang dari rumpun bahasa Austronesia.[2]
Aceh
‫باس اچيه‬
Basa Acèh
Dituturkan di  Indonesia
Aceh (Wilayah
Otonom Indonesia)
Etnis Bangsa Aceh
Penutur bahasa 3.500.000
(2000)[1] (tidak
tercantum tanggal)
Rumpun bahasa Austronesia
Melayu-Polinesia
Indonesia Barat
Borneo Utara Raya
Chamik
Aceh
Sistem penulisan Alfabet Latin
Abjad Arab (Jawi)
Kode bahasa
ISO 639-3 ace
 Portal Bahasa

Dua orang penutur bahasa Aceh

Penggolongan
Penutur bahasa Aceh ditandai dengan kode bahasa ace (warna merah) yang terdapat di sepanjang pesisir Aceh.

Bahasa Aceh termasuk dalam kelompok bahasa


Chamic, cabang dari rumpun bahasa Melayu-
Polinesia, cabang dari rumpun bahasa
Austronesia. Bahasa-bahasa yang memiliki
kekerabatan terdekat dengan bahasa Aceh
adalah bahasa Cham, Roglai, Jarai, Rade dan 6
bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Chamic.
Bahasa-bahasa lainnya yang juga berkerabat
dengan bahasa Aceh adalah bahasa Melayu dan
bahasa Minangkabau.
Persebaran

Daerah tingkat I I dengan mayoritas bahasa Aceh.

Bahasa Aceh tersebar terutama di wilayah


pesisir Aceh. Bahasa ini dituturkan mulai dari
Manyak Payed, Aceh Tamiang di pesisir timur
sampai ke Trumon, Aceh Selatan di pesisir
barat.
Pesisir Timur Aceh

1. Kota Sabang
2. Banda Aceh
3. Aceh Besar
4. Pidie
5. Pidie Jaya
6. Bireuen
7. Aceh Utara
8. Lhokseumawe
9. Aceh Timur (kecuali di 3 kecamatan,
Serba Jadi, Peunaron and Simpang Jernih
di mana bahasa Gayo dipakai)
10. Langsa
11. Aceh Tamiang, di kecamatan Manyak
Payed

Pesisir barat Aceh

1. Aceh Jaya
2. Aceh Barat
3. Nagan Raya
4. Aceh Barat Daya (kecuali di kecamatan
Susoh di mana bahasa Jamee dituturkan)
5. Aceh Selatan (disebut juga bahasa
Bakongan; bercampur dengan bahasa
Kluet dan bahasa Jamee)

Sejarah
Pada tahun 1931 pemerintah Hindia Belanda di
Aceh menghendaki supaya bahasa Aceh
dipergunakan sebagai bahasa pengantar di
sekolah-sekolah rakyat, di samping bahasa
Melayu yang sudah pernah digunakan
sebelumnya. Namun para cendikiawan Aceh
yang di antaranya terdiri dari beberapa tokoh
ulee balang tidak menyetujui maksud
pemerintah Hindia Belanda tersebut. Para
cendikiawan Aceh menganggap usaha
pemerintah itu akan mencegah berkembangnya
bahasa Melayu di Aceh. Dengan demikian akan
menghambat rakyat Aceh untuk mengerti
bahasa tersebut yang amat diperlukan bagi
pengembangan ekonomi mereka, dan dalam
berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di
sekitarnya. Tetapi pemerintah Hindia Belanda di
Aceh tetap bersikeras untuk melaksanakan
rencana itu. Maka pada tanggal 1 Juli 1932,
pemerintah Hindia Belanda menetapkan secara
resmi pemakaian bahasa Aceh sebagai bahasa
pengantar di sekolah-sekolah rakyat sebagai
pengganti bahasa Melayu kecuali di beberapa
daerah yang tidak dihuni oleh etnis Aceh.

Meskipun bahasa Aceh telah ditetapkan sebagai


bahasa pengantar sejak tanggal l Juli 1932,
tetapi bahasa Melayu pada beberapa sekolah
masih tetap digunakan. Menurut laporan umum
pemerintah Hindia Belanda tentang pendidikan
di Aceh pada tahun 1933 dan tahun 1934, masih
terdapat 88 buah sekolah rakyat yang berada di
kota-kota besar di Aceh yang menggunakan
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, dan
yang lainnya (sebanyak 207 buah) telah
menggunakan bahasa Aceh sebagai bahasa
pengantar. Sekolah yang telah menggunakan
bahasa Aceh sebagai bahasa pengantar yaitu
Langsa 16 sekolah, Lhok Seumawe 60 sekolah,
Sigli 42 sekolah, Kutaraja 42 sekolah, Meulaboh
30 sekolah dan Tapak Tuan 17 sekolah.
Sedangkan sekolah-sekolah yang tetap
menggunakan bahasa Melayu yaitu Langsa 38
sekolah, Lhok Seumawe 5 sekolah, Sigli 6
sekolah, Kutaraja 7 sekolah, Meulaboh 1 sekolah
dan Tapak Tuan 34 sekolah.

Menurut J. Jongejans yang menjabat sebagai


residen di Aceh sejak 5 Maret 1936 hingga bulan
September 1938, pada tahun 1939 dari 328
buah jumlah sekolah rakyat yang terdapat di
seluruh Aceh, 210 buah di antaranya telah
menggunakan bahasa Aceh sebagai bahasa
bantu/pengantar di sarnping bahasa Melayu.[3]

Literatur

Hikayat Prang Sabi

Sampai saat ini manuskrip berbahasa Aceh


tertua yang dapat ditemukan berasal dari tahun
1069 H (1658/1659 M) yaitu Hikayat Seuma'un.[4]

Sebelum penjajahan Belanda (1873–1942),


hampir semua literatur berbahasa Aceh
berbentuk puisi dalam bentuk hikayat atau
nazam. Sedikit sekali yang berbentuk prosa dan
salah satunya adalah Kitab Bakeu Meunan yang
merupakan terjemahan kitab Qawaa'id al-
Islaam.[5]

Setelah kedatangan Belanda barulah muncul


karya tulis berbahasa Aceh dalam bentuk prosa
yaitu pada tahun 1930-an, seperti Lhee Saboh
Nang yang ditulis oleh Aboe Bakar dan De
Vries.[6] Setelah itu barulah bermunculan
berbagai karya tulis berbentuk prosa namun
demikian masih tetap didominasi oleh karya tulis
berbentuk hikayat.

Media massa
Sampai saat ini belum ada surat kabar yang
diterbitkan dalam bahasa Aceh. Pada tahun
2020 diluncurkan majalah berbahasa Aceh
untuk pertama kalinya, yaitu Majalah Neurôk.
Penerbitan ini digagas oleh seorang budayawan
Aceh yaitu Ayah Panton.[7]

Fonologi

Rambu peringatan tsunami dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Aceh.

Berikut adalah fonem-fonem bahasa Aceh.

Vokal[8]
Depan Tengah Belakang

mulut sengau mulut sengau mulut sengau

Tertutup i ĩ ɨ ɨ̃ u ũ

Tengah tertutup e ə o
ɛ̃ ʌ̃ ɔ̃
Tengah terbuka ɛ ʌ ɔ

Terbuka a ã
Vokal biasanya berada di pasangan
mulut/sengau, meskipun hanya ada tiga vokal
sengau pertengahan dan ada vokal oral
pertengahan yang jumlahnya dua kali lebih
banyak. /ʌ/ tidak benar-benar di tengah,
meskipun ditampil kan di sini karena alasan
estetika. Demikian pula, /ɨ/ juga ditampil kan
sebagai ([ɯ] yang lebih ke belakang. Selain
vokal monoftong di atas, bahasa Aceh juga
memiliki 5 diftong oral, masing-masing dengan
pasangan sengau:[8]

/iə ɨə uə ɛə ɔə/
/ĩə ɨ̃ə ũə ɛ̃ə ɔ̃ə/
Konsonan[9]
Langit-langit
Bibir Rongga-gigi Langit-langit Celah suara
belakang

Sengau m n ɲ ŋ

Letup pb td cɟ kg ʔ

Desis s ʃ h

Hampiran w l j

Getar r

/s/ adalah alveodental laminal. /ʃ/ secara


teknis berupa post-alveolar tetapi
dikelompokkan dalam kolom langit-langit untuk
alasan estetika.

Ejaan
Bahasa Aceh telah mengalami berulang kali
perubahan ejaan, mulai penggunaan huruf
Arab, huruf Latin ejaan lama, dan sekarang
adalah Ejaan Yang Disempurnakan. Berikut
adalah pedoman ejaannya:[10][11]

Aa
E e [ə]  dibaca seperti huruf /e/ dalam kata
"dekat". Contoh: le (banyak).
EU eu [ɨ]  tidak ada padanannya dalam
bahasa Indonesia. Contoh: eu (lihat).
È è [ɛ]  dibaca seperti huruf /e/ dalam kata
"bebek". Contoh: pèng (uang), pèh
(pukul/tumbuk), d l l.
É é [e]  dibaca seperti huruf /e/ dalam kata
"kue". Contoh: lé (oleh).
Ë ë, tidak ditemui padanannya dalam bahasa
Indonesia.
Ii
Ö ö [ʌ]  dibaca seperti huruf vokal dasar /ɔ/,
tetapi diucapkan dengan mulut terbuka.
Contoh: mantöng (masih), böh (buang),
Ô ô [o]  dibaca seperti huruf /o/ dalam kata
"soto", "foto", "tato". Contoh: bôh (taruh),
sôh (tinju), tôh (mengeluarkan).
O o [ɔ]  dibaca seperti huruf /o/ dalam kata
"tolong", "bom". Contoh: boh (buah), soh
(kosong), toh (mana)
Uu

Huruf vokal sengau:

'A 'a pengucapannya sengau seperti /a/


dalam kata “maaf”; contohnya: 'ap (suap),
meu'ah (maaf)
'I 'i pengucapannya sengau seperti /i/ dalam
kata “angin”; contohnya: ca’ië (laba-laba),
kh’iëng (busuk), d l l
'U 'u pengucapannya sengau; contohnya:
meu'uë (bajak),
'È 'è pengucapannya sengau seperti /e/ dalam
kata “pamer”; contohnya: pa‘è (tokek),
meu‘èn (main)
'O 'o pengucapannya sengau; contohnya:
ma’op (hantu/untuk menakuti anak-anak)

Sistem penulisan
Pada awalnya, bahasa Aceh menggunakan
aksara Arab yang disebut dengan "jawoe" atau
aksara Jawi dalam bahasa Melayu. Sejak
kolonialisasi Belanda, bahasa Aceh
menggunakan aksara Latin dengan
penambahan huruf é, è, ë, ö, dan ô. Bunyi /ɨ/
dilambangkan oleh "eu" dan bunyi /ʌ/ diwakil kan
oleh "ö". Huruf f, q, v, x, dan z hanya
digunakan dalam kata serapan.

Vokal[12]
Fonem
Grafem Suku kata terbuka Suku kata tertutup
(I PA)

a /a/ ba /ba/ ‘bawa’ bak /baʔ/ ‘pada, pohon’

e /ə/ le /lə/ ‘banyak’ let /lət/ ‘cabut’

é /e/ baté /bate/ ‘baki pinang’ baték /bateʔ/ ‘batik’

è /ɛ/ bèe /bɛə/ ‘bau’ bèk /bɛʔ/ ‘jangan’

eu /ɯ/ keu /kɯ/ ‘untuk’ keuh /kɯh/ ‘jadi (seperti, nyan keuh)’

i /i/ di /di/ 'di, dari' dit /dit/ 'sedikit'

o /ɔ/ yo /jɔ/ ‘takut’ yok /jɔʔ/ ‘goyang’

ô /o/ rô /ro/ ‘tumpah’ rôh /roh/ ‘masuk’

ö /ʌ/ pö /pʌ/ ‘terbang’ pöt /pʌt/ ‘petik’

u /u/ su /su/ ‘suara’ suet /suət/ ‘mengeluarkan’


Konsonan[13]
Fonem
Grafem Catatan
(I PA)

b /b/

c /c/

d /d/

f /f/ Digunakan dalam kata asing; biasanya diganti dengan p (/p/).

g /g/

h /h/

j /ɟ/

k /k/, /ʔ/ pada akhir suku kata.

l /l/

m /m/

mb /mb/

n /n/

nd /nd/

ng /ŋ/

ngg /ŋg/

nj /ɳʲ/

ny /ɲ/

p /p/

q /q, k/ Digunakan dalam kata asing; biasanya diganti dengan k (/k/).

r /r/

s /s/

sy /ʃ/

t /t/

v /v/ Digunakan dalam kata asing; biasanya diganti dengan b (/b/).

w /w/

x /ks/ Digunakan dalam kata asing; biasanya diganti dengan ks (/ks/).

y /j/
z /z/ Digunakan dalam kata asing.

Sastra
Berikut adalah daftar beberapa karya sastra
terkenal dalam bahasa Aceh:

Hikayat Prang Sabi


Hikayat Malem Diwa
Hikayat Sultan Aceh Meureuhom (Sultan
Iskandar Muda)
Hikayat Banun Setia
Hikayat Putroe Meulue
Hikayat Meurah Silu
Hikayat Putroe Lindong Buleuen
Hikayat Banta Amat Ngon Nahuda Seukeum
Hikayat Aulia Tujoh
Hikayat Prang Aceh
Hikayat Pocut Muhammad
Hikayat Prang Cut Ali
Hikayat Putroe Ijo
Hikayat Peureudan Ali
Hikayat Nun Parisi
Hikayat Nabi I brahim
Hikayat Nabi Yusuf
Hikayat Nabi Musa
Hikayat Nubeuet Nabi
Hikayat Tajul Muluk
Hikayat Ranto Ngon Hikayat Teungku di
Meukek
Hikayat Raja Bada
Haba Amat Rhang Manyang
Haba Putroe Neng
Haba Magasang dan Magaseueng [14]

Contoh
Peue haba? = Apa kabar?
Haba gèt = Kabar baik.
Lôn piké geutanyoë han meureumpök lé =
Saya kira kita takkan bersua lagi.
Lôn jép ië u muda = Saya minum air kelapa
muda.
Agam ngön inöng = pria dan wanita
Lôn = saya
Kah, droë, Gata = kamu, anda
H'an = tidak
Na = ada
Pajôh = makan
Jih, dijih, gobnyan = dia, dia
Ceudah that gobnyan. = Tampan sekali dia.
Lôn meu'en bhan bak blang thô. = Saya
bermain bola di sawah kering.
Galeri

Hikayat Akhbarul Karim

Hikayat Banta Beuransah


Referensi

Catatan kaki

1. Ethnologue (http://www.ethnologue.com/show
_language.asp?code=ace)
2. Riris Tiani (Mei 2018). "Korespondesi Bunyi
Bahasa Aceh dan Bahasa Gayo" (https://ejourn
al.undip.ac.id/index.php/nusa/article/view/193
27) . Nusa: Jurnal I lmu Bahasa dan Sastra. 13
(2). ISSN 0216-535X (https://www.worldcat.or
g/issn/0216-535X) .
3. Sufi, Rusdi (1998). Gerakan Nasionalisme di
Aceh (1900–1942) (http://pustaka.kebudayaan.
kemdikbud.go.id/index.php?p=fstream&fid=154
3&bid=4833) . Banda Aceh: Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh.
hlm. 19–21. ISBN 979-95312-4-1.
4. Durie, Mark. 1996. Framing the Acehnese Text:
Language Choice and Discourse Structures in
Aceh (http://www.jstor.org/pss/3623033)
5. Hikayat Aceh Telah Mati (http://tambeh.wordpr
ess.com/2009/06/29/14/)
6. Thurgood, Graham.2007.The Historical Place
of Acehnese:The Known and the Unknown (htt
p://www.acehinstitute.org/aceh_fp_grahamth
urgood.pdf) Diarsipkan (https://web.archive.
org/web/20100713223327/http://www.acehinst
itute.org/aceh_fp_grahamthurgood.pdf)
2010-07-13 di Wayback Machine.
7. Dani, Subur (2020-10-14). "Neurok, Majalah
Berbahasa Aceh Pertama Diluncurkan" (https://
aceh.tribunnews.com/2020/10/14/neurok-majal
ah-berbahasa-aceh-pertama-diluncurkan) .
Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-10-25.
8. Al-Harbi & Al-Ahmadi (2003)
9. Al-Harbi & Al-Ahmadi (2003)
10. Ejaan Bahasa Aceh (http://bahasaaceh.wordpr
ess.com/2008/11/12/ejaan-bahasa-aceh/)
11. Standar penulisan bahasa Aceh yang
ditetapkan pemerintah Indonesia (http://rangka
ng.nanggroe.com/2009/03/07/standar-penulis
an-bahasa-aceh-yang-ditetapkan-pemerintah-i
ndonesia/)
12. Omniglot (http://www.omniglot.com/writing/ac
ehnese.htm)
13. Omniglot (http://www.omniglot.com/writing/ac
ehnese.htm)
14. tengkuputeh (2017-12-15). "H I KAYAT-H I KAYAT
DARI N EGERI ACEH" (https://tengkuputeh.com/
2017/12/16/hikayat-hikayat-dari-negeri-aceh/) .
Tengkuputeh (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2019-09-23.
Daftar pustaka

Al-Harbi, Awwad Ahmad Al-Ahmadi (1991). "Arabic


Loanwords in Acehnese" (https://books.googl
e.co.id/books?hl=id&lr=&id=EVBAAAAAQBAJ&o
i=fnd&pg=PA93&dq=acehnese+language&ots=ZP
U2Tgcss4&sig=4Qz-MyXwqI RVEjFj_cM_E1EVg9g
&redir_esc=y#v=onepage&q=acehnese%20lang
uage&f=false) . Dalam Bernard Comrie;
Mushira Eid. Perspectives on Arabic
Linguistics: Papers from the Annual
Symposium on Arabic Linguistics. Volume I I I:
Salt Lake City, Utah 1989. Amsterdam: John
Benjamins Publishing Company.
ISBN 9789027277893.
Al-Harbi, Awwad Ahmad Al-Ahmadi (2003).
"Acehnese Coda Condition: An Optimality-
Theoretic Account" (http://roa.rutgers.edu/art
icle/view/604) . Umm Al-Qura University
Journal of Educational and Social Sciences
and Humanities. 15 (1): 9–28.
Asyik, Abdul Gani (1982). "The Agreement System
in Acehnese" (http://sealang.net/sala/archive
s/pdf8/abdul1982agreement.pdf) (PDF). Mon–
Khmer Studies. 11: 1–33.
Asyik, Abdul Gani (1987). A Contextual Grammar
of Acehnese sentences (https://www.research
gate.net/publication/34661847_A_contextual
_grammar_of_Acehnese_sentences) (Tesis
PhD). University of Michigan.
https://www.researchgate.net/publication/34
661847_A_contextual_grammar_of_Acehnes
e_sentences .
Aziz, Zulfad li A. (2014). A Sociolinguistic
Investigation of Acehnese with a Focus on
West Acehnese: A stigmatised dialect. (http
s://digital.library.adelaide.edu.au/dspace/ha
nd le/2440/92352) (Tesis PhD). University of
Adelaide.
https://digital.library.adelaide.edu.au/dspace
/hand le/2440/92352 .
Daud, Bukhari (1997). Writing and Reciting
Acehnese: Perspectives on Language and
Literature in Aceh (Tesis PhD). University of
Mel bourne.
Daud, Bukhari; Durie, Mark (1999). Kamus Basa
Acèh, Kamus Bahasa Aceh : Acehnese-
Indonesian-English Thesaurus (http://sealang.
net/archives/pl/pdf/PL-C151.pdf) (PDF).
Pacific Linguistics. C151. Canberra: Research
School of Pacific and Asian Studies, Australian
National University. ISBN 978-0-85883-506-1.
Durie, Mark (1985a). A Grammar of Acehnese: On
the Basis of a Dialect of North Aceh.
Verhandelingen van het Koninklijk Instituut
voor Taal-, Land- en Vol kenkunde. 112.
Dordrecht, Belanda dan Cinnaminson, AS:
Foris Publications. ISBN 9067650749.
Durie, Mark (1985b). "Control and Decontrol in
Acehnese". Australian Journal of Linguistics.
5 (1): 43–53.
doi:10.1080/07268608508599335 (https://do
i.org/10.1080%2F07268608508599335) .
Durie, Mark (1987). "Grammatical Relations in
Acehnese". Studies in Language. 11 (2): 365–
399. doi:10.1075/sl.11.2.05dur (https://doi.or
g/10.1075%2Fsl.11.2.05dur) .
Durie, Mark (1988). "The So-Cal led Passive of
Acehnese" (https://archive.org/details/sim_la
nguage_1988-03_64_1/page/104) .
Language. 64 (1): 104–113. JSTOR 414788 (http
s://www.jstor.org/stable/414788) .
Durie, Mark (1990). "Proto-Chamic and Acehnese
Mid Vowels: Towards Proto-Aceh-Chamic".
Bul letin of the School of Oriental and African
Studies. 53 (1): 100–114. JSTOR 618972 (http
s://www.jstor.org/stable/618972) .
Durie, Mark (1995). "Acehnese". Dalam Darrel T.
Tryon. Comparative Austronesian Dictionary:
An Introduction to Austronesian Studies. Part
1: Fascicle 1. Trends in Linguistics.
Documentation. 10. Berlin: De Gruyter
Mouton. hlm. 407–420. ISBN 978-3-11-
088401-2.
Durie, Mark (1996). "Framing the Acehnese Text:
Language Choice and Discourse Structures in
Aceh" (https://archive.org/details/sim_oceani
c-linguistics_summer-1996_35_1/page/113) .
Oceanic Linguistics. 35 (1): 113–137.
JSTOR 3623033 (https://www.jstor.org/stabl
e/3623033) .
Lawler, John M. (1977). "A Agrees with B in
Achenese: A Problem for Relational
Grammar". Dalam Peter Cole; Jerrold M.
Sadock. Grammatical Relations. Syntax and
Semantics. 8. New York: Academic Press.
hlm. 219–48.
doi:10.1163/9789004368866_010 (https://doi.
org/10.1163%2F9789004368866_010) .
Lawler, John M. (1988). "On the Questions of
Acehnese 'Passive' ". 64 (1): 114–117.
doi:10.2307/414789 (https://doi.org/10.2307%
2F414789) .
Legate, Julie Anne (2012). "Subjects in Acehnese
and the Nature of the Passive". Language. 88
(3): 495–525. doi:10.1353/lan.2012.0069 (htt
ps://doi.org/10.1353%2Flan.2012.0069) .
Legate, Julie Anne (2014). Voice and V: Lessons
from Acehnese. Cambridge: M IT Press.
ISBN 978-0-262-52660-9.
Pil lai, Stefanie; Yusuf, Yunisrina Qismul lah (2012).
"An Instrumental Analysis of Acehnese Oral
Vowels" (https://www.researchgate.net/public
ation/241688798_An_Instrumental_Analysis_
of_Acehnese_Oral_Vowels) . Language and
Linguistics. 13 (6): 1029–1050.
Sidwel l, Paul (2005). "Acehnese and the Aceh-
Chamic language family" (http://sealang.net/
archives/pl/pdf/PL-569.211.pdf) (PDF). Dalam
Anthony Grant; Paul Sidwel l. Chamic and
Beyond: Studies in Mainland Austronesian
Languages. Pacific Linguistics. 569. Pacific
Linguistics, The Australian National University.
hlm. 211–246.
Sidwel l, Paul (2006). "Dating the Separation of
Acehnese and Chamic by Etymological
Analysis of the Aceh-Chamic Lexicon". Mon-
Khmer Studies. 36: 187–206.
doi:10.15144/M KSJ-36.187 (https://doi.org/10.1
5144%2FM KSJ-36.187) .
Sidwel l, Paul (2010). "What Can the Mon-Khmer
Lexical Borrowings in Acehnese Tel l Us?".
Dalam John Bowden; Nikolaus P.
Himmelmann; Malcolm Ross. A Journey
Through Austronesian and Papuan Linguistic
and Cultural Space: Papers in Honour of
Andrew K. Pawley. Pacific Linguistics. 615.
Pacific Linguistics, The Australian National
University. hlm. 271–282. doi:10.15144/PL-
615.271 (https://doi.org/10.15144%2FPL-615.27
1) .
Stokhof, W. A. L. (1988). "A Modern Grammar of
Acehnese: Some Critical Observations".
Bijdragen tot de Taal-, Land- en Vol kenkunde.
144 (2/3): 323–350. JSTOR 27863951 (https://
www.jstor.org/stable/27863951) .
Stokhof, W. A. L. (1992). "On Nasality in
Acehnese". Bijdragen tot de Taal-, Land- en
Vol kenkunde. 148 (2): 247–261.
JSTOR 27864352 (https://www.jstor.org/stabl
e/27864352) .
Thurgood, Graham (2007). The Historical Place of
Acehnese: The Known and the Unknown (http
s://web.archive.org/web/20190528035200/ht
tp://atdr.unsyiah.ac.id:8080/jspui/hand le/12
3456789/9464) . First International
Conference of Aceh and Indian Ocean Studies.
Banda Aceh. Diarsipkan dari versi asli (http://a
tdr.unsyiah.ac.id:8080/jspui/hand le/1234567
89/9464) tanggal 2019-05-28. Diakses
tanggal 2020-04-13.
Yusuf, Yunisrina Qismul lah; Pil lai, Stefanie (2016).
"An Instrumental Study of Oral Vowels in the
Kedah Variety of Acehnese". Language
Sciences. 54: 14–25.
doi:10.1016/j.langsci.2015.09.001 (https://doi.
org/10.1016%2Fj.langsci.2015.09.001) .
Yusuf, Yunisrina Qismul lah; Pil lai, Stefanie; Ali,
Najwa Tgk. Armia Mohd. (2013). "Speaking
Acehnese in Malaysia" (https://www.sciencedir
ect.com/science/article/pii/S02715309120003
65) . Language & Communication. 33 (1): 50–
60. doi:10.1016/j.langcom.2012.08.004 (http
s://doi.org/10.1016%2Fj.langcom.2012.08.00
4) .

Pranala luar
Wikipedia juga mempunyai edisi Bahasa
Aceh
Lihat informasi mengenai
bahasa aceh di Wiktionary.
(Inggris) Bahasa Aceh (http://www.ethnologu
e.com/show_language.asp?code=ace) di
Ethnologue
(Indonesia) Portal Belajar Bahasa Aceh (htt
p://bahasaaceh.com/)
(Indonesia) Belajar Bahasa Aceh (http://meur
unoe.nasabe.com/)
Ucapan dan contoh perkataan dalam bahasa
Aceh (https://www.youtube.com/watch?v=-
6L0Uxzf5-Y&ab_channel=I LoveLanguages%2
1) - kanal I Love Languages di Youtube

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?


title=Bahasa_Aceh&oldid=22657971"

Halaman ini terakhir diubah pada 15 Januari 2023, pukul


13.10. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai