Anda di halaman 1dari 3

Menyoal Hoax

Oleh Antoni Abdul Fattah


“Kabarkan berita bohong secara terus menerus, kelak ia akan menjadi kebenaran yang
diyakini banyak orang.” (Kepala Divisi Propaganda NAZI Jerman, Dr Joseph Goebbels)
Minggu (23/9/2018) di berbagai wilayah di Provinsi Aceh di deklarasikan Pemilu
Damai. Tujuannya agar tidak ada konflik yang terjadi saat Pemilu 2019 mendatang yang
dihembuskan melalui isu SARA, hoax, politik uang dan sebagainya. Tulisan ini sendiri tidak
akan menyorot masalah deklarasi itu, tetapi mencoba menyoroti hoax yang sudah menjadi
makanan sehari-hari rakyat Indonesia sejak dahulu. Hoax sudah lama menyebar di Indonesia.
Namun istilah hoax (informasi bohong) baru terkenal sekarang, di saat banyaknya bertebaran
informasi-informasi di dunia maya yang kebenarannya harus dicek lagi.
Sekitar tahun 2000-an, saat telepon seluler baru merajai pangsa pasar tanah air dan
format nonton video di ponsel masih .3gp. Saat itu ada video anak durhaka yang dikutuk jadi
ikan pari. Video ini sempat populer di ponsel-ponsel milik orangtua saat itu. Dikemas dengan
lantunan ayat suci Alquran, video ini menjadi “mengerikan” dan tak pelak banyak anak-anak
yang menonton video ini pada masa itu menjadi trauma. Efeknya sama seperti habis
membaca buku komik siksa neraka yang juga popular pada masa itu. Di kemudian hari
barulah banyak yang sadar bahwa video itu bohong. Anak perempuan yang dikutuk itu
ternyata hanyalah badan seekor ikan pari yang dibalik. Video-video anak durhaka ini banyak
beredar kembali saat era VCD berjaya di Tanoh Rencong. Padahal anak durhaka itu banyak
diantaranya adalah patung chimera hasil karya pematung di Eropa. Era 90-an hingga 2000-an
itu bisa dikatakan adalah era jayanya video hoax di Aceh dan Indonesia, khususnya.
Penulis sendiri telah menikmati sajian hoax di internet sejak rajin nge-blog. Di saat
itu, banyak sekali informasi bohong (hoax) yang bertebaran, begitupula dengan videonya.
Posisinya mungkin seimbang dengan informasi yang benar. Informasi hoax-nya sendiri
beragam, dari mulai penampakan monster danau Locknes, hieroglif pesawat dan helikopter di
Piramida Mesir kuno, sejarah boneka Hello Kitty yang katanya hasil dari pemujaan setan,
penampakan Yesus di Google Map hingga video UFO di berbagai daerah di dunia. Informasi
hoax ini ada yang diterima mentah-mentah oleh blogger misteri di tanah air dan banyak juga
yang mengungkap kebohongannya. Dan lucunya, informasi-informasi yang tidak dapat diuji
kebenarannya ini banyak dikutip oleh media massa cetak ataupun elektronik di negeri ini apa
adanya. Mereka terjebak dalam kebohongan yang dibungkus dengan keilmiahan.
Informasi hoax ini sendiri sangat lah berbahaya. Hoax dapat mengubah persepsi
seseorang, seperti yang diterangkan oleh Kepala Propaganda NAZI Jerman diatas. Sangking
berbahayanya bahkan bisa menghilangkan nyawa. Laman Wikipedia pernah mengutip berita
tentang penduduk Hawaii yang disapu gelombang tsunami karena menganggap informasi
yang beredar adalah bohong. Saat itu peringatan tsunami ini disebar bertepatan dengan
tanggal 1 April yang diperingati sebagai hari berbohong sedunia. Mereka pun menganggap
informasi ini bohong sehingga tidak ada yang mau mengindahkan peringatan tersebut. Jadilah
mereka korban sapuan gelombang tsunami pada hari itu.
Strategi mengubah informasi benar menjadi bohong pernah dipakai oleh banker
dunia, Nathan Rotschild untuk meraup keuntungan pada peristiwa Palagan Waterloo.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 18 Juni 1815. Pada hari itu, Perancis yang dipimpin oleh
Napoleon Bonaparte sedang berperang dengan Eropa yang dipimpin oleh Panglima Perang
Kerajaan Inggris, Wellington. Berbekal informasi kelas satu dari agennya yang tersebar di
medan perang, Nathan Rotschild mengetahui bahwa tentara Bonaparte kalah perang. Dan
pemenangnya adalah Kerajaan Inggris. Ia pun dengan sebuah kode yang hanya dimengerti
oleh agennya di lantai bursa saham Inggris menyuruh agennya untuk membuang semua
kertas berharga milik perusahaannya di bursa saham. Kepanikan seketika melanda bursa.
Semua orang mulai mengikuti ulah Rothschild dengan membuang semua kertas berharga.
Harganya pun menukik turun. Namun, dengan wajah tetap dingin, ia pun kembali menyuruh
agennya untuk memborong semua kertas berharga yang ada disana. Dalam hitungan menit,
semua saham, kertas berharga, emas, perak dan sebagainya kini beralih kepemilikan menjadi
milik Nathan Rotschild. Beberapa hari kemudian, berita sesungguhnya pun tersebar:
Wellington menang! Namun terlambat, para pengusaha itu kini harus menelan pil pahit.
Perusahaan mereka kini telah menjadi milik Dinasti Rothschild hanya dalam waktu hitungan
menit! Semua gara-gara informasi hoax! Meletusnya revolusi Perancis juga disebut oleh para
sejarawan juga berasal dari kebohongan. Walaupun pada awalnya memang rakyat Perancis
sudah tidak percaya lagi kepada rajanya. Namun, semakin panas karena ditambah informasi
hoax. (Ridyasmara; 2007: 228-231).
Bila membuka buku sejarah, negeri ini juga sering diserang hoax . Seperti kasus video
porno mirip Presiden Soekarno yang ternyata hasil rekayasa dinas intelijen asing dan isu
perkosaan terhadap Vivian. Isu ini satu paket dengan isu pemerkosaan massal yang terjadi
saat kerusuhan di tahun Mei 1998. Pada akhirnya, setelah diselidiki oleh badan intelijen
negara dan kepolisian, terbukti isu ini hanyalah isapan jempol belaka alias hoax. Kebohongan
ini di tahun 2002 kembali dibongkar oleh Biro Imigrasi dan Bea Cukai Kepabeanan
Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat. Menurut para peneliti kerusuhan itu,
isu ini disebarkan oleh oknum untuk menjelek-jelekkan citra Presiden BJ Habibie saat itu
karena dianggap mewakili “pemerintahan Islam.” (Ridyasmara; 2009: 58-67)
Kebohongan sendiri menjadi sebuah perayaan yang selalu diperingati setiap tanggal 1
April (April Fool’s day/ April Mob). Di tanggal ini semua orang boleh berbohong. Meskipun
tujuannya hanya untuk lucu-lucuan, tetapi tetap saja, efek negatifnya tidak dapat
dikesampingkan. Contohnya peristiwa tsunami di Hawaii yang penulis ceritakan diatas tadi.
Di dalam dunia gelap Mafia, berbohong telah menjadi rutinitas mereka sehari-hari. Hal ini
disebabkan adanya peraturan dibolehkannya berbohong untuk melindungi rekannya sesama
Mafia yang terjerat kasus. Istilahnya adalah “omerta,” atau gerakan tutup mulut.
Adakalanya berbohong memang dibolehkan, misalnya tentara yang ditawan oleh
musuh lalu ia berbohong agar rahasia militer tidak bocor ke militer lawan. Atau untuk
mendamaikan dua orang yang bertikai. Setahu penulis, untuk kedua alasan diatas, maka Islam
membolehkannya. Apalagi ada hadis yang diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari dimana
Rasulullah saw bersabda, “Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya laksana bangunan
yang masing-masing bagian saling memperkuat.” (HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).
Terakhir, sudah saatnya kita lebih berhati-hati terhadap setiap informasi yang masuk.
Adakalanya informasi ‘kelas satu’ sekalipun bisa jadi informasi hoax yang disebarkan oleh
oknum untuk meraih sebuah tujuan tertentu. Harus dilihat dengan jelas siapa penyebar
informasi tersebut. Di dalam Islam dikenal sebagai sistem sanad. Dalam mengecek kebenaran
sebuah hadis misalnya, ulama hadis harus mengecek sanad setiap perawinya. Bila perawi
hadis itu terbukti berbohong walaupun hanya sekali, maka, hadis darinya tidak dapat dipakai.
Bahkan sistem sanad ini, dipakai juga oleh para ulama Islam dalam menulis sirah nabawiyah
dan tarikh khulafa. Ditambah lagi dalam Alquran, Allah SWT memperingatkan kaum
muslimin dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujuraat: 6). Nah!

Anda mungkin juga menyukai