Anda di halaman 1dari 35

MODUL PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

Disusun Oleh :

Tim Fisika Dasar

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan buku penuntun praktkum ini. Shalawat
dan salam senantiasa kami sanjungkan kepada Rasulullah SAW dan semoga kita
mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir, amiin. Modul ini berjudul “ Modul
Praktikum Fisika Dasar” yang berisi panduan melaksanakan praktikum dalam
mata kuliah Fisika Dasar.

Praktikum ini merupakan bagian dari pemantapan dan pendalaman materi


Fisika Dasar sebagai kesempurnaan teori yang dibahas, maka diperlukan aplikasi
secara langsung melalui praktikum, sehingga mahasiswa mudah dalam memahami
konsep-konsep fisika dalam mata kuliah tersebut.

Harapan kami, semoga buku ini bermanfaat dan dapat digunakan untuk
mendukung konsepsi mata kuliah Fisika Dasar, khususnya dalam melakukan
praktikum.

Apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan dan gambar, kami mohon


maaf. Saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan buku panduan ini
sangat kami harapkan.

Bandar Lampung, November 2021


Penyusun,

Tim Fisika Dasar

1
PETUNJUK UMUM PESERTA PRAKTIKUM

1. Peserta praktikum wajib datang dan melakukan percobaan sesuai dengan


waktu yang ditentukan.
2. Peserta praktikum yang terlambat tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
3. Peserta yang kehadiran praktikumnya tidak lengkap, dinyatakan tidak lulus
praktikum fisika dasar. Perlu diperhatikan, apabila tidak lulus praktikum
Fisika Dasar maka tidak lulus dalam mata kuliah Fisika Dasar.
4. Peserta praktikum diwajibkan berpakaian rapi dan sopan, tidak memakai
kaos oblong dan sandal.
5. Sebelum praktikum dimulai peserta harus mempersiapkan diri dengan
mempelajari modul percobaan dan teori penunjangnya. Apabila peserta
dinyatakan tidak siap mengikuti percobaan, dosen yang
bersangkutan/asisten berhak menugaskan peserta untuk belajar atau
membatalkan percobaan.
6. Setiap kesulitan yang ditemui dalam percobaan dapat ditanyakan pada
asisten.
7. Untuk percobaan yang menggunakan arus listrik, jangan duu dihubungkan
dengan jaringan listrik PLN sebelum diperiksa dan disetujui oleh asisten.
8. Kejadian luar biasa atau kerusakan alat selama praktikum harus segera
dilaporkan kepada asisten. Kerusakan alat karena kelalaian peserta
menjadi tanggung jawab peserta.
9. Sesudah melakukan percoabaan peserta praktikum diharuskan membuat
laporan dalam bentuk laporan akhir yang diserahkan paling lambat pada
praktikum selanjutnya.

2
BAB I

TEORI KETIDAKPASTIAN

1.1 Pendahuluan
Azas semua cabang ilmu adalah pengamatan atau observasi.
Pengamatan atas suatu besaran fisika biasanya berupa pengamatan
kuantitas atau disebut dengan pengukuran. Dalam pengukuran suatu
besaran fisika, hasil-hasil yang diperoleh tidak dapat diterima begitu
saja sebab hasil pengukuran tersebut tidak seluruhnya terjamin
ketepatannya, dengan kata lain memiliki ketidakpastian dalam
pengukuran. Penyebab ketidakpastian alam pengukuran adalah suatu
tindak manusia, kedua alat yang digunakan tidak sempurna.
Untuk keperluan ini mutlak diperlukan teori ketidakpastian,
dengan teori ini dapat ditentukan ketidakpastian pada hasil
percobaan agar dapat memberi penilaian yang wajar pada pekerjaan
kita, meskipun hasilnya tidak dapat diharapkan tepat sama dengan
hasil percobaan ( sama dengan nilai benar x0 ). Tetapi selama hasil
itu terdapat dalam interval ,( adalah ketidakpastian yang
disebabkan keterbatasan alat, waktu, dan lain-lain) percobaan kita
memiliki arti dan dapat dipertanggungjawabkan.
Beberapa jenis ketidakpastian yang biasa dijumpai adalah
sebagai berikut :
a. Ketidakpastian bersistem, misalnya : kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, gesekan, paralak, keadaan saat bekerja.
b. Ketidakpastian rambang, misalnya : gerak brown molekul udara,
fluktuasi pada tegangan jarum listrik, landasan yang bergetar,
bising.
c. Kesalahan pengamat

3
1.2 Perhitungan Kesalahan
a. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal
Bila pengukuran hanya satu kali, biasanya ketidakpastian diambil
setengah kali nilai skala terkecil dari alat ukur

Contoh :
Mistar dengan nilai skala terkecil 1 mm. Biar tebal plat diukur
menggunakan mistar menghasilkan 8 cm, maka hasilnya ditulis :
( ) ( )
Apakah arti yang tersirat dalam penulisan ini ?
1. Pengamat menduga tebal plat yang diukur antara 79,5 mm sampai
80,5 mm.
2. Dalam penulisan ini tersirat juga tentang mutu skala alat. Mistar
yang dipakai hanya mampu dibaca sampai 1 desimal saja.
b. Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Untuk mencari nilai pengukuran dilakukan berulang-ulang dengan
melakukan pengukuran n kali, sehingga misalnya kita mendapatkan
hasil sebagai berikut :

Agar mendapatkan nilai terbaik (benar) dari pengukuran tersebut


dilakukan dengan merata-ratakan hasil pengukuran, dengan persamaan :

X

Karena X bukanlah , maka suatu penyimpangan atau ketidakpastian.


Ketidakpastian pada nilai rata-rata sampel ini adalah deviasi standar
nilai-rata-rata sampel :

√ X
√ ( )
Besaran ini yang dipakai sebagai pengukuran berulang.

4
Contoh :
Dari 10 kali pengukuran, didapat data pengamatan sebagai berikut :
X = 10 ; 10,2 ; 10,2 ; 10 ; 9,8 ; 10,1 ; 9,8 ; 10,3 ; 9,8 ; 10.
Maka nilai terbaik x serta ketidakpastiannya :
( ̅ ) dapat dicari sebagai berikut :

I
1 10 100
2 10,2 104
3 10 100
4 10 100
5 9,8 96,04
6 10,1 102,1
7 9,8 96,04
8 10,3 106,09
9 9,8 96,04
10 10 100
∑ = 100 ∑ = 1000,26

√ X
√ ( )


( )

Maka nilai terbaik adalah ( )

5
1.3 Angka Berarti
Perhatikan penulisan hasil pengukuran arus ( ) dan
( ) . Nilai I yang pertama menyatakan bahwa nilai benar
arus dalam selang (11,8-12,8) A, sedangkan yang kedua mempunyai
makna nilai benar arus berada dalam selang ( 11,4-12,06) A.
Dapat dikatakan bahwa arus pertama memiliki 3 angka berarti,
sedangkan arus kedua memiliki empat angka berarti. Semakin banyak
angka berarti yang ditulis dalam laporan hasil lebih jelas lagi dengan
mennggunakan pengertian ketidakpastian pengukuran yang dapat
dijelaskan sebaga berikut :
Kalau ( ̅ ) maka disebut ketidakpastian mutlak
besaran x, dan menggambarkan mutu alat uku yang digunakan. Semakin
baik mutu alat ukur, semakin kecil yang dilaporkan. Sedangkan ⁄
disebut ketidakpastian relative sering dinyatakan dalam %, setelah
dikalikan dengan 100%. Ketidakpastian relative dikaitkan dengan
pengertian ketelitian pengukuran. Semakin kecil ketidakpastian relative
semakin besar ketelitian yang telah dicapai dalam pengukuran.

Dari contoh diatas ⁄ untuk arus yang

pertama dan ⁄ untuk arus yang kedua (

dibulatkan ). Boleh dikatakan bahwa arus kedua diketahui dengan


ketelitian 8 kali lebih besar daripada arus pertama.
1.4 Ketidakpastian pada fungsi Variable
Jarang sekali besaran yang hendak kita ketahui dapat diukur secara
langsung. Lebih sering kita mendapatkan besaran merupakan fungsi
besaran-besaran lain yang dapat diukur.
Contoh :
Kita hendak mengukur rapat massa jenis padatan secara langsung tidak
ada, maka ρ akan ditentukan dari perhitungan setelah massa m dan volume
V diukur karena terdapat hubungan

6
Karena m maupun V diketahui dengan ketidakpastian tertentu
maka jelaslah ρ tidak akan memiliki ketidakpastian. Persoalan yang
dipecahkan adalah : Bagaimanakah hubungan antara ?
Secara umum persoalan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kalau ( ) dan diketahui bahwa ( ) dan
( ), maka apakah ( ) ? persoalan seluruhnya dapat
diselesaikan engan hitungan diferensial
( ) (
Setelah diuraikan dalam deret Taylor di sekitar titik menjadi :

( ) ( ) ⌊( ) ( ) ⌋

Suku selanjutnya diabaikan.


Apabila dibandingkan dengan ( ) dapat disimpulkan

[ ] [ ]

X harus dibedakan diantara tiga kasus sebagai berikut :


1. keduanya ditentukan nilai skala terkeci alat ukur
2. keduanya berupa deviasi standar
3. Salah satu berupa nst, yang lain berupa deviasi standar

1.4.1 ditentukan dari nst


Jika ditentukan dari nst maka :

[ ]| | [ ]| |

Jelaslah bahwa dibuat sebesar mungkin agar mencakup semua


simpangan.
Contoh :
Ukuran sepotong balok kayu adalah
( ) ( ) ( ) ,
tentukan menurut pengukuran ini
Menurut rumus diata V = PLT = 4,0 x 3,0 x 2,0 = 24,00 (hasil
pengukuran), maka dihitung dengan persamaan :

7
( )

√[ ] [ ]

Maka
Sehingga ( ) . Penulisan ini sesuai dengan ketelitian
percobaan yaitu sekitar 5% sehingga digunakan dua angka berarti dalam
penulisan hasil akhir.

1.4.2 keduanya berupa deviasi standar

√[ ] [ ]

1.4.3 berupa deviasi standar


Jika dari nst pengukuran tunggal dan dari deviasi satndar (diukur
berulang), maka makna statistik ketidakpastian keduanya tidak sama.
Untuk itu harus disamakan sebelum dapat dipandu. Misalnya dengan
membuat jaminan pada dari jaminan 100% menjadi 67% seperti
halnya jaminan pada .

8
PERCOBAAN 1

ALAT-ALAT UKUR DASAR

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat :
1. Memahami cara mengukur panjang dan satuan panjang
2. Memahami cara mengukur diameter luar, diameter dalam dan
kedalaman lubang.

II. TEORI DASAR


Ilmu fisika selalu berhubungan dengan pengukuran, selanjutnya
pengukuran menghasilkan angka-angka yang dapat dihitung dan akhirnya
diinterpretasikan. Semua hal yang bisa diukur dan dinyatakan dalam
angka disebut quantity atau besaran (besaran fisika).
Ilmu fisika juga banyak melibatkan angka dan perhitungan. Angka
dan perhitungan ini pada umunya diperoleh dari hasil pengukuran dan
percobaan. Sedangkan cara, aturan atau system untuk menyatakan
besaran fisika kedalam angka dinamakan system satuan. Salah satu badan
sistem internasional yang mengatur sistem satuan ini adalah International
Bureau of weights and Measures di Paris. Salah satu tugas lembaga ini
adalah membuat stanarisai untuk panjang (meter), waktu (detik), dan
massa (kilogram).
Seluruh dunia mengacu pada standar ini, sehingga disebut juga
dengan sistem Intrnasional (SI atau MKS). Sistem satuan juga
menunjukkan cara sebuah besaran diukur atau dibandingkan dengan
sejenis lain, dapat disimpulkan bahwa mengukur adalah membandingkan
sebuah besaran dengan besaran lain yang sejenis.
Alat uku utuk mengukur panjang adalah mistar selainitu ada jangka
sorong dan mikrometer sekrup. Kedua alat ini lebih teliti dibandingkan
mistar biasa. Kelebihan dari keduanya adlah dapat mengukur benda ang

9
lebih kecil dari 1 milimeter atau dikatakan ketelitiannya kurang dari 1
milimeter. seperti juga mistar baik jangka sorong maupun mikrometer
sekrup memiliki skala. Uniknya dalam jangka sorong dan mikrometer
sekrup terdapat 2 macam skala. Kedua skala tersebut yaitu skala utama
(SU) dan skala nonius (SN). Skala nonius inilah yang menjasikan
keduanya lebih teliti dari mistar.

Keterangan : jangka sorong pada gambar diatas memiliki ketelitian 0,05 mm (nilai pada
skala nonius)
Cara membaca hasil pengukuran jangka sorong (untuk gambar diatas) :
Perhatikan kedudukan nilai “nol” (0) pada skala nonius, kemudian cari garis skala
nonius yang segaris dengan garis skala utama. Dengan posisi skala sesuai gambar
diatas, maka nilai hasil pengukurannya : 23 mm (pada skala utama) + 0,45 mm (pada
skala nonius) = 23,45 mm

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

10
No Nama Alat dan Bahan Jumah
1 Jamgka sorong 1
2 Mikrometer sekrup 1
3 Baok persegi 1
4 Batang statif pendek 1
5 Kelereng (bola dari gelas) 1
6 Siinder ukur 1
7 Penggaris logam 1

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Dengan menggunakan jangka sorong, ukurlah dan catat hasil


pengukuran kedalam tabel :
a. Diameter batang statif
b. Diameter kelereng
c. Diameter bagian dalam dan bagian luar dari silinder ukur, serta
pula kedalaman silinder ukur
d. Panjang balok persegi

2. Dengan menggunakan mikrometer sekrup, ukurlah dan catat hasil


pengukuran kedalam tabel :
1. Diameter batang statif
2. Diameter kelereng
3. Diameter bagian luar dari silinder ukur
4. Panjang balok persegi

3. Dengan menggunakan penggaris ogam, ukurlah dan catat hasil


pengukuran kedalam tabel :
a. Panjang balok persegi

11
4. Kemasilah alat dan bahan yang telah dipakai, diskusikanlah seluruh
kegiatan untuk dapat ditarik kesimpulan tentang tingkat ketelitian dari
kedua alat ukur tersebut, dan manfaatnya.

V. HASIL PENGAMATAN

Objek Diameter objek dengan alat ukur


Jangka Micrometer Penggaris
sorong sekrup (dalam (dalam mm)
(dalam mm) mm)
Batang
statif
Baok
persegi
Kelereng
Silinder ⱷ Luar
ukur ⱷ Dalam
Kedalaman

VI. PERTANYAAN

1. Benarkah untuk mengukur tebal kertas buku secara tepat sebaiknya


digunakan micrometer sekrup, jelaskan !
2. Mengapa untuk mengukur diameter kelereng tidak mungkin
memakai penggaris logam?
3. Apakah hasil pengukuran pada balok persegi berbeda, pada masing-
masing alat ukur, jelaskan !

VII. KESIMPULAN

12
 Hasil pengukuran alat ukur micrometer sekrup lebih……..
dibandingkan dengan jangka sorong dan penggaris.
 Jangka sorong dapat digunakan untuk
mengukur…….,……..,…….,……….suatu benda.

13
PERCOBAAN 2

VEKTOR

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari


cara menentukan resultan dua vektor.

II. TEORI DASAR

Semua hal yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, dalam
ilmu fisika dinamakan “Besaran”. Besaran dibagi dalam dua kategori,
pertama besaran skalar yaitu besaran yang hanya memiliki nilai atau
besar saja. Kedua besaran vektor yaitu besaran fisika yang selain
memiliki nilai saja juga memiliki arah. Lebih lengkapnya vektor adalah
besaran yang memiliki nilai dan arah serta dapat memenuhi aturan-aturan
operasi matematika vektor.
Vektor dinyatakan dalam sebuah anak panah yang pangkalnya
disebut titik tangkap vektor dan ujung lainnya (mata panah)
menunjukkan arah vektor. Panjang anak panah tersebut mewakili nilai
atau besaran vektor (magnitude). Artinya jika sebuah vektor memiliki
panjang anak panah lebih besar dari yang lain, maka hal tersebut
menunjukkan nilai vektor yang lebih besar, adapun nilai sebuah vektor
ditunjukkan oleh ke arah mana vektor tersebut menunjuk.

B ( ujung)

A (titik tangkap)

14
Dua vektor dapat disebut “sama”, syaratnya jika : berjenis sama,
dan nilainya sama, waaupun letaknya berpindah. Penjumahan vektor
biasanya dilakukan antar besaran yang sejenis. Misal panjang dengan
lebar dan gaya dengan gaya.

Ada tiga metode penjumlahan dalam vektor :

1. Metode jajar genjang


Pada metode ini titik pangkal dua vektor yang akan di jumlahkan
diletakkan pada titik yang sama sehingga berhimpit. Resultan vektor
diperoleh melalui persamaan :

Dimana :
C = besar vektor penjumlahan
A = besar vektor pertama yang akan dijumlahan
B = besar vektor kedua yang akan dijumlahkan
= sudut terkecil antara vektor A dan B

2. Metode Polygon
Dilakukan dengan cara menghubungkan ujung suatu vector dengan
pangal vector ain. Hasil akhirnya (resultan) adalah dengan menarik
garis (anak panah) dari titik pangkal vector pertama keujung vector
terakhir.

3. Metode analitik (dua dimensi)


Pada metode ini vector diuraikan dalam komponennya, menurut
sistem koordinat yang dipergunakan. Besar vector resultannya
dihitung melalui hubungan berikut.

15
Dimana :
R= besar vector resultan
= jumlah total komponen dalam arah x
jumlah total komponen dalam arah y
Dan arahnya

= sudut yang dibentuk antara sumbu x dengan vector resultan.

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


NO Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Dasar Statif 2
2 Batang statif pendek 1
3 Batang statif panjang 2
4 Balok pendukung 2
5 Tali pada roda (tali nilon) 1
6 Beban (50gr) 2
7 Dynamometer 3.0 N 2
8 Jepit penahan 2
9 Busur derajat 1

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN


1. Rangkai kedua beban, lalu dengan memakai tali, bentuklah
frangkaian tali, dynamometer dan beban sesuai gambar 3.
2. Geser dasar statif (saling menjauhi atau mendekati, bila perlu gesek
balok pendukungnya keatas/kebawah) agar masing-masing tali yang
terkait dengan dynamometer membentuk sudut
terhadap garis tengah ( vertical). Untuk dapat menentukan sudut
secara tepat gunakan busur derajat.

16
3. Amati dan baca gaya kuasa ( dan ) yang diperlihatkan oleh
masing-masing dynamometer dan catat hasilnya kedalam
tabel.tentukan pula w (berat kedua beban) dengan kedua dengan
menggunakan salah satu dynamometer.
4. Ulangi langkah 2 & 3 untuk sudut-sudut yang sesuai dengan isian
dalam tabel.
5. Lukislah sudut dan dengan gaya dan dan w yang
masing-masing panjangnya sesuai dengan (gunakan aturan skala
pembanding) besarnya masing-masing gaya. Kemudian lukislah
jajaran genjang dengan gaya dan dan tarik garis
diagonalnya. Ukurlah.
6. Panjang diagonaldan gunakan skala pembandingnya untuk
menentukan besar resultan dari dan serta catat hasilnya
kedalam tabel.
7. Ulangi langkah 5 untuk sudut yang lain sesuai dengan isian dalam
tabel.
8. Kemasi alat dan bahan yang telah dipakai, diskusikan seluruh
kegiatan untuk dapat ditarik kesimpulan, terutama cara

17
menentukan resultan dari 2 gaya dan hubungan resultan gaya
dengan berat beban.

V. HASIL PENGAMATAN
a1 a2 Gaya (N) Gaya (N) Berat beban (N) Resultan Gaya (N)
(2 beban) =
(2 beban) =
(3 beban) =
(3 beban) =

VI. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan vector?.
2. Apa pengaruh beban terhadap resultan gaya yang dihasilkan?.

VII. KESIMPULAN
Dengan demikian apa yang anda dapat simpulkan dari hasil data yang
diperoleh?

18
PERCOBAAN 3

KECEPATAN DAN PERCEPATAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat:
Memahami pengertian dan cara menentukan kecepatan dan percepatan.

II. TEORI DASAR


Kecepatan dapat didefinisikan sebagai perubahan kedudukan benda
terhadap perubahan waktu. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai
berikut:

V=
Dimana
V = Kecepatan (m/s)
s = jarak (m)
t = waktu (s)
Sedangkan percepatan merupakan perubahan kecepatan benda terhadap
waktu. Setiap benda yang sedang bergerak terkadang kecepatan
berubah, sehingga benda tersebut dikatakan bergerak dipercepat atau
diperlambat.
Persamaan matematis:

a=

a=
dimana :
a = percepatan
v1 = kecepatan awal benda (m/s)
v2 = kecepatan akhir benda (m/s)

19
t1 = waktu awal benda (s)
t2 = waktu akhir benda (s)

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


No. Nama Alat Dan Bahan Jumlah
1. Penggaris logam 1
2. Beban (50 gr) 1
3. Steker perangkai 1
4. Pewaktu ketik (ticker timer) 1
5. Kereta dinamika 1
6. Balok bertingkat 1
7. Rel presisi 2
8. Penyambung rel 1
9. Kaki rel 2
10. Tumpukan berpenjepit 1
11. Pita perekam waktu 1
12. Catu daya 1
13. Kabel penghubung 1

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN


1. Dengan memegangi kereta dinamika yang berada di dekat pewaktu
ketik diatas rel presisi, letakkan ujung kiri rel presisi pada tingkat
teratas dari balok bertingkat, sesuai gambar 3.
2. Hidupkan pewaktu ketik ( ON kan catu daya), kemudian lepaskan
dan biarkan kereta dinamika bergerak sepanjang rel presisi.
3. Kerjakan langkah berikut:

20
4. Tepat saat kereta dinamika bergerak hampir menyentuh tumpukan
berpenjepit, tangkaplah kereta dan matikan (OFF kan) pewaktu
ketik.
5. Lepaskan pita perekam waktu dari kereta dinamika dan pewaktu
tidak jelas, ganti kertas karbonnya dan ulangi langkah 1 sampai 3.
6. Bila telah diperoleh data berupa jarak antar titik yang terlihat
cenderung semakin jauh/ lebar, ukurlah jarak dari titik ke 10 sampai
ke 20, dan dari titik ke 20 sampai titik ke 30. Catat hasil pengukuran
kedalam table.
7. Ulangi langkah 1 sampai langkah 5 tetapi terlebih dahulu diatas
kereta diletakan beban 25 geam ( dengan bantuan steker prangkai
yang ditancapkan di bagian atas kereta dinamika)
8. Kemasi alat dan bahan yang telah dipakai. Diskusikan seluruh
kegiatan untuk dapat ditarik kesimpulan.

21
V. HASIL PENGAMATAN

Kereta dinamika tanpa Kereta dinamika dengan


beban beban
Antara titik 10 dan 20 20 dan 30 10 dan 20 20 dan 30
ke:
Jarak (s) …... mm …….mm ……mm ….mm
Selang waktu 0,2 s 0,2 s 0,2 s 0,2 s
(t)
Kecepatan V1 = V2 = V1 = V2 =
( v = s/t) ….mm/s ….mm/s ….mm/s ….mm/s
Percepatan a = …………..mm/s2 a = …………..mm/s2
( a = v2-v1)

VI. PERTANYAAN
Jelaskan perbedaan percobaan kereta dinamika tanpa beban dengan
kereta dinamika menggunakan beban.
VII. KESIMPULAN
Dengan demikian apa yang anda dapat simpulkan dari hasil data yang
diperoleh?

22
PERCOBAAN 4
PENDULUM SEDERHANA

I. TEORI DASAR
Pendulum ialah beban yang diikat dengan tali dan digantungkan
pada statif yang panjang. Apabila tali pendulum dalam keadaan tetap
tegang menyimpang secara horizontal dengan sudut , maka
komponen gaya berat g dalam arah tegak lurus tegangan tali memenuhi
persamaan sebagai berikut:

Dengan massa beban pendulum adalah m, gaya Tarik gravitasi


adalah g.

Gambar 4.1 Pendulum Sederhana

23
Jika panjang tali l maka sin = AB/l dan tg = AC/l. Sedangkan
apabila sudut penyimpangan kecil, maka AB dapat dianggap berimpit
dengan AO, begitu pula AC berhimpit dengan AO.

Dengan demikian sin = tg = AO/l. Dan apabila jarak


penyimpangan AB sebesar x, maka:

EP adalah energi potensial pendulum


Terhadap titik O, dan

Fb adalah gaya beban pendulum

Besar gaya beban pendulum tersebut berbanding langsung dengan


besar simpangan x, sedangkan arahnya berlawanan dengan arah
penyimpangan. Dengan demikian apabila beban pendulum dilepaskan
maka pendulum akan melakukan gerak selaras, karena ayunan tersebut
dipengaruhi oleh gaya yang besarnya selalu sebanding dengan besar
simpangan dan arahnya berlawanan dengan arah penyimpangan.

Periode getar T dari gerak selaras pendulum dapat diturunkan dari periode
getar dari gerak selaras pegas. Pada gerak selaras pegas, waktu getar

Dimana k adalah tetapan pegas

Pada gerak selaras pendulum, harga k menjadi ratio antara gaya beban
pendulum dengan simpangan pendulum

(4.5)

24
Dengan mensubstitusikan persamaan (4.5) ke persamaan (4.4),
maka didapatkan persamaan sebagai berikut:

Dimana g adalah kuat medan gravitasi bumi yang mempunyai


satuan N/kg atau dinyatakan pula sebagai percepatan gravitasi bumi, yang
mempunyai satuan m/s2.

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Melihat hubungan antara panjang tali pendulum dengan periode
getarnya
2. Membandingkan percepatan gravitasi yang ada sesuai dengan referensi
( 9,8 m/s2 atau 10 m/s2 ) dengan hasil percobaan yang dilakukan.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Pendulum
2. Tali pendulum
3. Mistar ukur ( 0 – 30 cm )
4. Stopwatch

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Gantungkanlah pendulum dengan tali pendulum sepanjang 100 cm,
diukur dari tali gantung sampai ke titik beban pendulum.
2. Ayunkan pendulum dengan sudut α dibuat tidak lebih besar dari 5ᴼ.
Untuk keperluan ini ditentukan simpangan x sebesar 8,7 cm.
Diusahakan ayunan pendulum tidak membentuk gerakan kerucut.
3. Lihatlah waktu yang dibutuhkan pendulum untuk melakukan 10 kali
getaran dengan menggunakan stopwatch.
4. Ulangi percobaan 1, 2, dan 3 sebanyak 3 kali !

25
5. Percobaan yang sama juga dilakukan dengan menambah panjang tali
pendulum ( l ) menjadi 150 cm dengan simpangan x = 13,08 cm, dan
panjang tali pendulum menjadi 200 cm dengan x = 17,44 cm.

V. DATA HASIL PERCOBAAN

L = 100 cm Dev L = 100 cm Dev L = 100 cm Dev


100T (s) 100T (s) 100T (s)

VI. TUGAS
1. Sebutkan dan jelaskan Hukum Newton I dan III
2. Sebutkan dan jelaskan gaya-gaya yang bekerja pada pendulum saat
disimpangkan, gambarkan pula diagram gaya-gaya tersebut
3. Apakah yang menyebabkan getaran selaras itu? Dan jelaskan pula
apa yang dimaksud satu ayunan/satu periode
4. Faktor apakah yang mempengaruhi nilai percepatan gravitasi di suatu
tempat di permukaan bumi?
5. Tentukan harga rata-rata periode ayunan pendulum untuk setiap
percobaan diatas
6. Tentukan percepatan gravitasi g nya secara grafik dan perhitungan
7. Simpulkan hubungan antara panjang tali bandul dengan periodenya

26
PERCOBAAN V

GETARAN PADA PEGAS

I. TINJAUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat :

Menyelidiki pengaruh massa beban dan amplitude pada getaran selaras


pegas.

II. TEORI DASAR


Getaran adalah suatu gerak bolak-balik disekitar kesetimbangan.
Kesetimbangan disini maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda
berada pada posisi diam jika tidak ada yang bekerja pada benda tersebut.
Getaran memiliki amplitude (jarak simpangan terjauh dengan titik tengah)
yang sama.

Getaran bebas terjadi bila system mekanis dimulai dengan gaya awal lalu
dibiakan bergetar secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul
garpu tala dan membiarkan bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan
seimbang lalu dilepaskan. Getaran paksa terjadi bila gaya bolak-balik atau
gerakan diterapkan pada system mekanis. Contohnya adalah getaran
gedung pada saat gempa bumi.
Bila mana kita menganggap bahwa kita mulai getaran system dengan
meregangkan pegas sejauh A kemudian melepaskannya. Solusi persamaan
diatas dapat memberikan gerakan massa adalah :

( ) ( )

27
Solusi ini menyatakan bahwa massa akan berosilasi dalam gerak harmonis
sederhana yang dimiliki amplitude A dan frekuensi . Bilangan adalah
satu besaran yag terpenting dalam analisis getaran. Dan dinamakan
frekuensi alami takredam. Untuk system masa pegas sederhana,
didefinisikan sebagai :

Catatan : frekusenis sudut ( ) dengan satuan radian per detik


kerap kali digunakan dalam persamaan karena menyederhanakan
persamaan, namun besaran ini biasanya diubah dalam frekuensi “standar”
(satuan Hz) ketika menyatakan frekuensi system.

Bila massa dan kekakuan (tetapan k) diketahui frekuensi getaran system


akan dapat ditentukan menggunakan rumus di atas.

28
III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
No Alat dan Bahan Jumlah
1 Penggaris logam (50 cm) 1
2 Beban (25 gr) 5
3 Steker poros 1
4 Stop Watch 1
5 Batang statif pendek 1
6 Batang statif panjang 1
7 Pegas spiral 0,1 N/m 1
8 Dasar statif 1
9 Kaki statif 1
10 Balok Pendukung 1

IV. LANGAKAH-LANGKAH PERCOBAAN

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Rangkaikan dasar statif, kaki statif, batang statif pendek dan panjang, serta
balok pendukung sesuai gambar 1.
3. Tancapkan steker poros pada balok pendukung, kemudian gantungkan
pegas spiral pada steker poros. Kaitkan beban gantung pada ujung bawah
pegas spiral, sesuai Gambar 2.

29
4. Siapkan stopwatch (sudah ditangan dan siap digunakan)
5. Simpangkan beban (bandul) arah ke bawah (sebagai simpangan awal)
sejauh kira-kira 2 cm (lihat Gambar 3)
6. Secara bersamaan lepaskan beban (biarkan mengayun) dam tekan .
(hidupkan) stopwatch. Hitunglah jumlah ayunan getaran beban. Tepat saat
hitungan yang kesepuluh, tekan (matikan) stopwatch. Amati dan catat
selang waktu untuk 10 getaran beban tadi. Masukan kedalam table hasil
pengamatan.
7. Ulangi langkah 2, tetapi dengan simpangan awal sejauh 4 cm.
8. Ulangi langkah 1 sampai langkah 3 tetapi dengan menggunakan 2 beban, 3
beban, 4 bebam.
9. Kemasi alat dan bahan yang telah dipakai, lengkapi seluruh isian table.
10. Untuk simpangan 4 cm, masukkan data , versus m. selanjutnya dengan
data tersebut tentukan grafik hubungan terhadap m dan tentukan pula k
(tetapan gas) yang sedang diteliti dengan mengingat rumus frekuensi
getaran :

V. HASIL PENGAMATAN

a. Simpangan awal x = 2 cm
Massa t t f
beban (waktu untuk 10 (waktu untuk 1 ayunan) (frekuensi =
ayunan) 1/T)
25 gr
50 gr
75 gr
100 gr

30
b. Simpangan awal x = 4 cm
Massa t t f
beban (waktu untuk 10 (waktu untuk 1 ayunan) (frekuensi =
ayunan) 1/T)
25 gr
50 gr
75 gr
100 gr

VI. GRAFIK DAN PERHITUNGAN

x (m)
VII. KESIMPULAN

Dengan demikian apa yang dapat anda simpulkan dari data hasil yang
diperoleh?

VIII. Kemungkinan penerapan dalam kehidupan sehari-hari?

31
PERCOBAAN VI

KALOR

I. TINJAUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan kali ini adalah agar mahasiswa dapat : menyelidiki
pengaruh kalor pada perubahan suhu.

II. TEORI DASAR


Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan suhu
ternyata sebanding dengan hasil massa benda dan perubahan suhunya:

Dengan :
Q = kalor yang dibutuhkan (kalori/joule)
m = massa zat (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg )
= perubahan suhu

Menurut fisikawan Sir James Joule (1818 - 1889) melalui


serangkaian percobaan mendefinisikan bahwa : “Suatu bentuk energy yang
bepindah daru satu zat ke zat yang lain akibat perubahan temperature”

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Dua buah dasar statif
2. Sebuah batang statif panjang
3. Sebuah batang statif pendek
4. Sebuah labu Erlenmeyer
5. Sebuah Boss-head
6. Klem Universal
7. Thermometer

32
8. Air
9. Stop watch
10. Kertas grafik
11. Sumbat kecil karet satu lubang

IV. PERSIAPAN PERCOBAAN

1. Rakitlah statif secara berurutan sesuai gambar


2. Pasanglah boss-head dan klem universal dalam tiang statif pada
ketinggian 15 cm dari meja
3. Isi labu Erlenmeyer dengan setengah air dan letakkan thermomether
kedalamnya
4. Letakkan pembakar spirtus tepat dibawah labu Erlenmeyer
5. Nyalakan pembakar spirtus
6. Amati perubahan suhu air dengan cara melihat thermomether
7. Setelah 2 menit pertama catat dan masukkan hasil kedalam table
8. Amati terus perubahan suhu air sampai 2 menit kelima
9. Buatlah grafik hubungan perubahan suhu dengan kalor (gunakan data
waktu)

33
V. HASIL PENGAMATAN

No Waktu Perubahan Suhu


1
2
3
4
5

VI. PERTANYAAN
1. Pada waktu keberapa, mencapai perubahan suhu paling besar?
2. Jelaskan pengertian kalor? Berikan contoh

VII. KESIMPULAN

34

Anda mungkin juga menyukai