Anda di halaman 1dari 34

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari gerak menjadi salah satu hal yang paling
sering dilakukan oleh makhluk hidup. Gerak sendiri merupakan suatu
kegiatan yang terjadi perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain atau
terjadinya perubahan kedudukan. Gerak merupakan fenomena fisika yang
paling umum atau paling sering dilakukan yang dalam prosesnya
memerlukan energi.
Secara umumgerak terbagi menjadi dua yaitu GLB (Gerak lurus
beraturan) diamna gerak ini terjadi akibat dari gaya yang mempengaruhinya
terjadi secara konstan dan terus menerus.Sedangkan GLBB (Gerak urus
berubah beraturan) terjadi akibat gaya yang mempengaruhinya tidak konstan
atau berubah-ubah serta pengaruh dari percepatan baik itu gravitasi maupun
percepatan benda.Selain kedua gerak tersebut terdapat pula gerak rotasi yang
merupakan gerak melingkar suatu benda pada porosnya pada suatu lintasan
melingkar adapun gerak parabola dimana lintasannya berbentuk parabola
bukan bergerak lurus.Contohnya gerak yang terjadi pada bola saat dilempar.
Dalam percobaan pesawat Atwoodpara meter yang perlu diketahui
adalah jarak,waktu,kecepatan dan percepatan.Hal ini di karenakan pesawat
Atwood merupakan percobaan yang memperagakan skala kecil dari terjadinya
GLB dan GLBB.Fenome kedua gerak inilah yang perlu diamati dan dianalisa
untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan terjadinya gerak lurus
beraturan dan gerak lurus berubah beraturan.Selain itu percobaan juga
dilakukan untuk memahami proses terjadinya gerak lurus beraturan dan gerak
lurus berubah beraturan serta bagaimana penanganan yang tepat apabila
terjadi masalah dalam GLB dan GLBB tersebut.Maka dengan percobaan
yang telah dilakukan sangat membantu dalam memahami gerak lurus
beraturan dan gerak lurus berubah beraturan.(A.S.L.Tenri Dabeng,2018)

23
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

1.2 Tujuan Pesawat Atwood

1.2.1 Tujuan Instruksi Umum ( TIU )


Kami dapat memahami penggunaan Pesawat Atwood dalam
penentuan tetapan grafitasi
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus ( TIK )
1. Kami dapat menjelaskan peristiwa Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan
2. Kami dapat menentukan percepatan
3. Kami dapat menentukan nilai grafitasi

24
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

Dalam eksperimen Pesawat Atwoodini terdapat gerak lurus beraturan


(GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB), yang mana GLB adalah
gerak lurus pada arah mendatar dengan kecepatan tetap dengan percepatan
nol, sehingga jarak yang ditempuh hanya ditentukan oleh kecepatan yang
tetap dalam waktu tertentu . Sedangkan GLBB adalah gerak lurus pada arah
mendatar dengan kecepatan yang berubah setiap saat, karena adanya
percepatan yang tetap. Tak hanya gerak lurus beraturan maupun gerak lurus
berubah beraturan, tapi prinsip kerja katrol juga diterapkan .
Katrol merupakan sebuah roda yang sekelilingnya diberi tali dan
dipakai untuk mempermudah pekerjaan manusia . Jika kamu mengangkat
barang menggunakan katrol, maka kamu akan merasa lebih ringan jika
jumlah katrol yang kamu gunakan semakin banyak . Sifat inersial itu
dinyatakan oleh massa inersial yang biasa disebut secara singkat sebagai
massa .Momen inersial benda tegar adalah sifat benda tegar mempertahankan
keadaan geraknya atau berarti sama dengan kemalasan benda tegar untuk
mngubah keadaan geraknya . Momen inersia sebuah benda tegar bergantung
kepada bentuk geometriks, distribusi massa dan letak sumbu rotasinya.
Gerak Lurus Beraturan (GLB) didefinisikansebagai gerak suatu benda
dengan kecepatan tetap . Kecepatan tetap artinya baik besar maupun arahnya
tetap . Kecepatan tetap yaitu benda menempuh jarak ytang sama untuk selang
waktu yang sama . Misalnya sebuah mobil bergerak dengan kecepatan tetap
75km/jam atau 1,25km/menit, berarti setiap menit mobil itu menempuh jarak
1,25km . Karena kecepatan benda tetap, maka kata kecepatan pada gerak
lurus beraturan dapat diganti dengan kata kelajuan .Dengan demikian, dapat
juga kita definisikan bahwa gerak lurus beraturan memiliki kelajuan yang
tetap.

25
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

2.1.1 Hukum I Newton


Setiap benda akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan jika
tidak ada resultan gaya yang bekerja pada benda itu. Newton
mengungkapkan hukum pertamanya dalam kata-kata sebagai
berikut :“Setiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan kecuali jika ia dipaksa untuk mengubah
keadaan itu oleh gaya-gaya yang berpengaruh padanya.”.

∑ F=0 ….....……...……………………………….....(2.2.1)

Dimana :
∑F = resultan gaya (N)

Karena itu, maka hukum I Newton sering juga dikatakan :


“Jika sebuah benda berada di dalam keadaan diam, atau bergerak
dengan laju yang konstan sepanjang sebuah garis lurus maka resultan
daripada semua gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah 0.”
Atau “Jika pada sebuah benda tidak ada gaya yang bekerja, maka
benda tersebut akan tetap diam, atau akan selalu bergerak dengan laju
yang konstan sepanjang sebuah garis lurus.”
Jika kita simpulkan, maka menurut hukum I Newton ini setiap
benda bersifat inersia yang berarti bersifat mempertahankan keadaan
geraknya. Kemudian yang dimaksud dengan resultan gaya pada benda
adalah jumlah vektor dari semua gaya yang bekerja pada benda itu .
2.1.2 Hukum II Newton
Jika resultan daripada semua gaya yang bekerja pada sebuah
benda tidak sama dengan nol, maka benda tersebut akan bergerak
dipercepat, dengan arah percepatan sejajar dengan arah resultan dari
pada gaya. Besarnya percepatan sebanding dengan besarnya resultan
dari pada gayadan berbanding terbalik dengan massa dari pada
benda.Jika sebuah gaya F bekerja pada sebuah benda yang massanya
m, maka menurut hukum Newton kedua, benda tersebut bergerak

26
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

dengan percepatan a yang dinyatakan dalam persamaan sebagai


berikut :
……..…………….....
∑ F=m. ………………………..(2.2.2)
a

Dimana:
F = gaya (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan (m/ s2 ¿
Pada persamaan diatas, m disebut massa inersia benda. Dimana
massa inersia benda diperoleh dengan cara membandingkan resultan
gaya yang bekerja pada benda itu dengan percepatan yang dialaminya
akibat resultan gaya tersebut.
2.1.3 Hukum III Newton
Untuk setiap gaya (aksi) terdapat sebuah pasangan gaya (reaksi)
yang besarnya sama dan arahnya berlawanan. Jika salah satu di antara
dua gaya yang muncul dalam interaksi dua benda disebut gaya aksi,
maka yang lain disebut gaya reaksi. Yang mana saja dapat dipandang
sebagai “aksi” dan yang lain reaksi. Disini tidak termasuk pengertian
sebab dan akibat, yang ada hanyalah interaksi timbal ballik secara
serempak. Sifat gaya ini pertama kali diungkapkan Newton dalam
hukum geraknya yang ketiga.
“Untuk setiap aksi selalu terdapat reaksi yang sama besar dan
berlawanan arah atau aksi timbal balik satu terhadap yang lain antara
dua benda selalu sama besar, dan berarah kebagian yang berlawanan.”
Hukum III Newton ini biasa dinyatakan sebagai berikut :

Faksi = -Freaksi………………….….………………...(2.2.3)

Dimana :
Faksi = Gaya yang diberikan pada benda

27
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

Freaksi = Perlawanan oleh benda yang diberi reaksi


denganarah berlawanan
Tanda negatif adalah tanda bahwa gaya tersebut berlawanan
arah terhadap gaya yang lainnya.
2.1.4 Gerak Translasi
Gerak translasi biasa juga disebut dengan gerak lurus adalah
gerak suatu objek yang lintasannya berupa garis lurus. Dapat pula
jenis gerak ini sebagai suatu translasi beraturan. Kepada rentang
waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama. Gerak
lurus dapat dikelompokkan dengan, menjadi gerak lurus beraturan dan
gerak lurus berubah beraturan yang dibedakan dengan ada dan
tidaknya percepatan.
1.Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan adalah gerak lurus suatu objek, dimana
dalam gerak ini kecepatannyatanpa percepatan, sehingga jarak yang
ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu
(Dinsdag,2013).

S = v.t
…………………..……….....…….……………..…...(2.2.4)

Dimana :
S= Jarak tempuh (m)
v = Kecepatan (m/s)
t = Waktu (s)
2.Gerak Lurus Beraturan Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus
suatu obyek, dimana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat
adanya perecepatan yang tetap. Akibat adanya percepatan, rumus
jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan kuadratik. Dengan
kata lain benda yang melakukan gerak dari keadaan diam atau
mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya karena
ada percepatan (a = +) atau perlambatan (a = -).

28
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

1
S=v 0 t + a . t2 ..……………………...…..(2.2.5)
2

Dimana :
S = Jarak tempuh pada benda (m)
v 0= Kecepatan awal (m/s)
t = waktu tempuh (s)
a = percepatan(m/ s2 ¿
GLBB dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1.GLBB dipercepat
GLBB dipercepat adalah yang kecepatannya GLBB yang
kecepatannya akan semakin lama makin cepat. Contoh GLBB
dipercepat adalah gerak buah dari pohonnya. Pada GLBB yang
dipercepat kecepatan benda semakin lama semakin bertambah
besar. Sehingga grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) pada
GLBB yang dipercepat berbentuk garis lurus condong ke atas
dengan gradien yang tetap. Jika benda melakukan GLBB yang
dipercepat dari keadaaan diam (kecepatan awal =Vo = 0), maka
grafik v-t condong ke atas melalui O(0,0).
2. GLBB diperlambat
GLBB diperlambat adalah GLBB yang kecepatannya akan makin
lama makin kecil (lambat). Contoh GLBB diperlambat adalah
gerak benda dilempar keatas. Grafik hubungan antara v terhadap t
pada GLBB diperlambat.
Persamaan yang digunakan dalam GLBB untuk menentukan
kecepatan akhir adalah :

Vt = Vo ± a t……….....……………………………(2.2.6)

Dimana:

Vt= Kecepatan akhir (m/s)


Vo = Kecepatan awal (m/s)

29
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

a = percepatan (m/ s2 ¿
t = waktu (s)
Untuk menentukan jarak yang ditempuh setelah t detik adalah

1 2 ……………………….....………(2.2.7)
S = v 0.t ± at
2
Dimana:
S = Jarak tempuh (km/jam)
v 0= Kecepatan awal (m/s)
t = waktu (s)
a = percepatan (m/ s2 ¿
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persamaan yang diatas
adalah saat GLBB diperlambat tanda yang digunakan adalah (-).
Catatan penting disini adalah nilai percepatan (a) yang akan
dimasukkan pada GLBB diperlambat bernilai (+) karena rumusnya
telah menggunakan tanda negatif.

2.1.5 Gerak Rotasi


Gerak melingkar atau gerak rotasi merupakan gerak melingkar
suatu benda pada porosnya pada suatu lintasan melingkar. Momen
inersia merupakan representasi dari suatu tingkat kelembapan lambat
dia berputar dari suatu ke keadaan diam dan semakin lambat juga ia
untuk benda yang bergerak rotasi.semakin besar momen inersia suatu
benda semakin mengubah kecepatan sudut ketika sedang berputar
sebagai contoh dalam ukuran yang sama sebuah silinder yang lebih
besar dari pada silinder kayu hal ini bisa diperkirakan karena tersa
lebih berat lagi bagi kita untuk memutar silinder besi di bandingkan
dengan silinder kayu.
Momen inersia pada gerak rotasi bisa dianalogikan dengan
massa ditranslasi.sedangkan pada gerak translasi dengan momennya
gerak pada gerak translasi jika gaya menyebabkan timbulnya
percepatan pada gerak translasi maka momen itulah yang
menyebabkan timbulnya percepatan sudut pada gerak rotasi

30
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

denganmenganalogikan gaya dengan momen gaya dengan momen


inersisa atau berputar .
Momen atau momen gaya merupakan hasil kali antara gayadengan
lengan momennya.Jadi,momen Inersia adalah ukuran
kelembaman/kecenderungan suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya.

Gambar2.2.1Gerak Rotasi

Momen inersia pada gerak rotasi bisa di analogikan dengan massa


pada gerak tranbslasi. Sedangkan gaya pada gerak translasi dapat pula
dianalogikan dengan momen gaya pada gerak translasi. Apabila gaya
menyebabkan timbulnya gaya pada gerak translasi maka momen gaya
itulah yang menyebabkan timbulnya percepatan sudut pada gerak
rotasi.
Dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa
dengan momen inersia dan percepatan dengan percepatan sudut, maka
akan kita temukan hasil adaptasi dari hukum II newton dalam gerak
rotasi.
2.1.6 Sistem Katrol
Katrol adalah suatu roda dengan bagian berongga disepanjang
sisinya untuk tempat tali atau kabel . Katrol biasanya digunakan dalam
suatu rangkaian yang dirancang untuk mengurangi jumlah gaya yang

31
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

dibutuhkan untuk mengangkat suatu beban . Walaupun demikian,


jumlah usaha yang dilakukan untuk membuat beban tersebut mencapai
titik tinggi yang sama adalah sama dengan yang diperlukan tanpa
menggunakan katrol . Besarnya gaya memang dikurangi, tapi gaya
tersebut harus bekerja atas jarak yang lebih jauh .Usaha yang
diperlukan untuk mengangkat suatu beban secara kasar sama dengan
berat beban.dibagi jumlah roda . semakin banyak roda yang ada,
sistem semakin tidak efisien karena akan timbul lebih banyak gesekan
antara tali dan roda.
Katrol adalah salah satu dari enam jenis pesawat sederhana .
Katrol yang digunakan dalam pesawat ini adalah katrol tetap, dimana
katrol tetap adalah katrol yang dipasang tetap pada suatu titik .
Biasanya digunakan untuk mengubah arah gaya yang kita keluarkan.

Gambar 2.2.2 Katrol pada pesawat Atwood

2.1.7 Momen Inersia Pada Katrol


Pada gambar katrol diatas dilukiskan sebuah sistem yang terdiri
dari dua buanh silinder yang massanya dibuat sama M1 dan M2
dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol . Pada sistem ini
gesekan katrol dan massa tali diabaikan, tali dianggap tidak mulur dan
tidak pernah slip terhadap katrol . Sistem yang demikian ini kemudian

32
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

disebut sebagai Pesawat Atwood. Pada M1 diberikan massa tambahan


M agar sistem bergerak lurus berubah beraturan . Karena ( M1+ M ) ¿
M2 maka ( M1 + M ) dan M2 kedua-duanya akan bergerak dipercepat
beraturan sesuai dengan Hukum II Newton . ( M 1 + m ) bergerak
turun, dan M2 bergerak naik dan katrol berotasi . Karena tali dianggap
tidak mulur, maka percepatan ( M1 + m ) akan sama besarnya dengan
percepatan M2 . Dengan menerapkan Hukum II Newton, dapat
diperoleh besar resultan gaya pada masing-masing silinder sesuai
dengan persamaan berikut ini . Pada ( M1+ m ) bekerja resultan gaya
sebesar :

W1 – T1 = ( M1+ m ) a ...........................…………………(2.2.9)

Dimana:
W1 = Usaha
T1 = Suhu
m = massa
a = percepatan
Sedangkan pada benda M2 bekerja resultan gaya sebesar :

W2 – T2 = M2 ..................................................................(2.2.10)
a
Dimana:
W2= Usaha
T2 = Suhu
a = Percepatan
Jadi, kedua persamaan (2) dan (3) di atas dijumlahkan maka dapat
diperoleh :

( W1– W2 ) – ( T1– T2 ) = ( M1 + M2 + m………….........(2.2.11)


)
a
Dimana:
W1= Usaha
T1 = Suhu

33
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

W1= Usaha
T2 = Suhu
Pada katrol, selisih tegangan tali ( T1 – T2 ) akan menyebabkan
momen gaya terhadap sumbu katrol sehingga katrol berotasi dengan
percepatan sudut α yang besarnya memenuh persamaan :

α
………….......……..……………………..(2.2.12)
( T2 – T1 ) = I.
R

Dimana:
T = Suhu
R = Jari-jari
Dengan I adalah momen inersia katrol
Bila kita hubungkan gerak translasi dengan ( M1 + m ) dan M2
dengan gerak rotasi katrol, maka terdapat hubungan a = α . Artinya
percepatan tali atau percepatan kedua silinder sama dengan percepatan
tangensial pinggira katrol .

Iα ….....….....………….(2.2.13)
2
=( W 1−W 2 )−( M 1 + M 2+ m ) α ∙ R
R
Dimana:
R = Jari-jari
W = Usaha
m = massa

2.1.8 Gerak Parabola


Gerak Parabola juga dikenal sebagai Gerak Peluru. Dinamakan
Gerak parabola karena lintasannya berbentuk parabola, bukan
bergerak lurus. Contoh bentuk gerak ini dapat kita lihat pada gerakan
bola saat dilempar.
Jenis-jenis gerak parabola sebagai berikut:
1. Gerak benda berbentuk parabola, ketika dierikan kecepatan awal
dengan sudut teta terhadap garis horisontal, sebagaimana tampak

34
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

pada gambar di bawah. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat


banyak gerakan benda yang berbentuk demikian. Beberapa
diantaranya adalah gerakan bola yang ditendang oleh pemain
sepak bola, gerakan bola basket yang dilemparkan ke dalam
keranjang, gerakan bola tenis, gerakan bola volly, gerakan
lompat jauh, dan gerakan peluru atau rudal yang ditembakan dari
permukaan bumi.
2. Gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan
awal pada ketinggian tertentu dengan arah sejajar horisontal,
sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Beberapa contoh
gerakan jenis ini yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
meliputi gerakan bom yang dijatuhkan dari pesawat atau benda
yang dilemparkan ke bawah dari ketinggian tertentu.
3. Gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan
awal dari ketinggian tertentu dengan sudut teta terhadap garis
horisontal.

Gambar 2.2.3 Gerak parabola

35
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

36
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

1. Peraga Pesawat Atwood

2. Roll meter

3. Stopwatch

37
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

3. Beban pemberat 2 buah

4. Neraca analitik digital

3.2 Prosedur Kerja

Siapkan alat dan bahan sesuai arahan dari asisten. Setelah itu kita
mengatur posisi C,B,A lalu disejajarkan dan ditentukan jarakya setelah itu
dicatat masing – masing jaraknya.Kemudian silinder dipasang melalui katrol
pada pesawat Atwood agar silinder dapat melintasi titik C – B –A.Kemudian
letakkan salah satu silinder pada titik C kemudian letakkan beban di atas
silinder tersebut, sementara di sisi yang lain silinder dipertahankan pada
posisinya yaitu di bawah. Setelah itu lepaskan silinder yang berada di bawah
agar silinder di titik C bergerak ke bawah dan bersamaan dengan itu nyalakan
stopwacth pertama.Ketika silinder yang tadinya berada di titik C
mulaimenyentuh titik B matikan stopwacth pertama,sementara stopwach
kedua mulai dinyalakan.Ketika silinder yang tadinya berada di titik B
mencapai titik A matikan stopwach kedua.Catat waktunya,dan terakhir
timbang bebannya.

38
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

BAB IV
TABEL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

Jarak(m) Waktu (s)


Keterangan
Tbc Tba
Xb Xb 1 2 3 1 2 3
c a
0,3 0,7 1,06 1,06 1,07 1,43 1,43 1,44 Mb = 0,0121 kg
0,4 0,6 1,27 1,27 1,07 1,07 1,06 1,06 Ms = 0,157 kg

Hari/Tanggal Praktikum : Sabtu/05-01-2019

39
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

BAB V
PENGOLAHAN DATA

Tbc
5.1Menentukan∑ s
n

Tbc T 1+T 2+T 3


Tbc = ∑ =
n n
1,06+1,06+1,07
Tbc1 =
3
3,19
Tbc1 =
3
Tbc1 = 1,06 sekon

1,27+1,27+1,0 7
Tbc2 =
3
3,6 1
Tbc2 =
3
Tbc2 = 1,20 sekon

Tabel 2.5.1 Grafik hubungan antara Xbc dan Tbc


No Xbc Tbc
.
1 0,3 m 1,06 s
2 0,4 m 1,27 s

Xmax− Xmin
Skala X =
n
0,4−0,3
=
2
0,1
=
2
= 0,05 m
X 1−Xmin X 2−Xmin
X1 = X2 =
Skala X Skala X
0,3−0,3 0,4−0,3
= =
0.05 0,05

40
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

=0m =2m

Ymax−Ymin
Skala Y =
n
1,27−1,06
=
2
= 0,105 s
Y 1−Ymin Y 2−Ymin
Y1 = Y2 =
Sk alaY Skala Y
1,06−1,06 1,27−1,06
= =
0,105 0,105
=0s =2s
Tabel 2.5.2 Grafik hubungan antara x dan y
No X Y
.
1 0 0
2 2 2

2.5

1.5

Axis Title
1 Y-Values
Linear (Y-Values)
0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Axis Title

Grafik 2.5.1 hubungan x dan y


Tba
5.2 Menentukan∑
n
Tba T 1+T 2+T 3
Tba = ∑ =
n n
1,43+1,43+1,44
Tba1 =
3

41
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

4,3
Tba1 =
3
Tba1 = 1,43 s

1,07+1,06+1,06
Tba2 =
3
3,19
Tba2 =
3
Tba2 = 1,06 s

Tabel 2.5.3 grafik hubungan antara Xba dan Tba


No X Y
1 0,7 m 1,43 s
2 0,6 m 1,06 s

Xmax− Xmin
Skala X =
n
0,7−0,6
=
2
0,1
=
2
= 0,05m
X 1−Xmin X 2−Xmin
X1 = X2 =
Skala X Skala X
0,7−0,6 0,6−0,6
= =
0,05 0,05
=2m =0m

Ymax−Ymin
Skala Y =
n
1,43−1,06
=
2
= 0,185 s

42
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

Y 1−Ymin Y 2−Ymin
Y1 = Y2 =
SkalaY Skala Y
1,43−1,06 1,06−1,06
= =
0,185 1,185
=2s =0s

Tabel 2.5.4 grafik hubungan antara x dan y


No X
2.5 y

1 22 2
2 0 0
1.5

Axis Title
1 Y-Values
Linear (Y-Values)
0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Axis Title

Grafik 2.5.2 hubungan antara x dan y

5.3 gravitasi hubungan antara Xbc dan Tbc dari grafik tersebut. Hitunglah
percepatan benda dan percepatan gravitasi berdasarkan linier Y = ax±b
Tabel 2.5.5 hubungan Xbc dan Tbc

43
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

No Xbc(x) Tbc2(y) x.y x2


1 0,3 1,1236 0,33708 0,09
2 0,4 1,6129 0,64516 0,16
∑❑ 0,7 2,7365 0,98224 0,25

Mencari a dan b
a = n ( ∑ xy ) −¿ ¿
2 ( 0,98224 )−( 0,7 ) (2,7365)
=
2 ( 0,25 )−¿ ¿

0,04893
=
0,01
= 4,893
b = ( ∑ x 2 ) −¿ ¿
( 0,25 )−( 0,7 ) (2,7365)
=
2 ( 0,25 ) −¿ ¿
−1,66555
=
0,01
= -166,555

yn = ax±b
y1 = ax1 – b
y1 = (4,893)(0,3) - (-166,555)
y1 = 168,0229

y2 = ax2 – b
y2 = (4,893)(0,4) – (-166,555)
y2 = 168,5122

Xmax− Xmin
Skala X =
n
0,4−0,3
=
2

44
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

0,2
=
3
= 0,05 m
X 1−Xmin X 2−Xmin
X1 = X2 =
Ska la X Skala X
0,3−0,3 0,4−0,3
= =
0,05 0,05
=0m =2m
Ymax−Ymin
Skala Y =
n
142,524−142,13175
=
2
= 0,196 s
Y 1−Ymin Y 2−Ymin
Y1 = Y2 =
SkalaY Skala Y
168,0229−168,0229 168,5112−168,0229
= =
0,196 0,196
=0s =2,49 s
Tabel 2.5.6 hubungan x dan y
No X Y

1 0 0

2 2 2,49

45
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

2.5

1.5
Axis Title
Y-Values
1 Linear (Y-Values)

0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Axis Title

Grafik 2.5.3 hubungan x dan y

Ymax−Ymin
Tan ∝ =
Xmax− Xmin

168,5122−168,0229
Tan ∝ =
2−0

Tan ∝ = 0,24

5.4 gravitasi hubungan antara Xba dan Tba dari grafik tersebut. Hitunglah
percepatan benda dan percepatan gravitasi berdasarkan linier Y = ax±b
Tabel 2.5.7 hubungan Xba dan Tba
No Xba(x) Tba2(y) x.y x2
1 0,7 2,0449 1,43143 0,49
2 0,6 1,0854 0,65124 0,36
∑❑ 1,3 3,1303 2,08267 0,85

Mencari a dan b
a = n ( ∑ xy ) −¿ ¿

46
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

2 ( 2,08267 )−( 1,3 ) (3,1303)


=
2 ( 0,85 )−¿ ¿
0,09595
=
0,01
= 9,595
b = ( ∑ x 2 ) −¿ ¿
( 0,85 )−( 1,3 ) (3,1303)
=
2 ( 0,85 )−¿ ¿
= -321,939
yn = ax±b
y1 = ax1 – b
y1 = (9,595)(0,7) - (-321,939)
y1 = 328,6555

y2 = ax2 – b
y2 = (9,595)(0,6) – (-321,939)
y2 = 327,696

Xmax− Xmin
Skala X =
n
0,7−0,6
=
2
0,1
=
2
= 0,05 m
X 1−Xmin ¿
X1 = X2 = X 2− Xm∈ Skala X ¿
Skala X
0,7−0,6 0,6−0,6
= =
0,05 0,05
=2m =0m
Ymax−Ymin
Skala Y =
n
328,6555−327,696
=
2
= 0,479 s
Y 1−Ymin Y 2−Ymin
Y1 = Y2 =
SkalaY Skala Y

47
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

328,6555−327,696 327,696−327,696
= =
0,479 0,479
= 2.00 s =0s
Tabel 2.5.8 hubungan x dan y
No X Y
1 2 2
2 0 0

2.5

1.5

Axis Title
1 Y-Values
Linear (Y-Values)

0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Axis Title

Grafik 2.5.4 hubungan x dan y

5.5 Percepatan benda dan percepatan gravitasi


Xb a2
an =
2 Xbc .Tba2
0,72 0,62
a1= a2 =
2 ( 0,3 ) .(1,43)2 2 ( 0,4 ) (1,06)2
= 0,39 m/s2 a2 = 0,40m/s2
0,39+0,40❑
maka, a rata-rata = = 0,395 m/s2
2

48
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

( Ms+ Mb ) a
g=
Mb ❑

( 157+12,1 ) 0,395
g=
12,1❑
g = 5,25m/s2

5.6Teori Ketidakpastian

Untuk Percepatan
XB A2 0,49
α= 2 = ¿¿ = = 0,571
2 XBC . TB A 0,858

δa 2 δa 2 2
( ∆ xbc 2 ) + δ a (∆ Tba2 ¿ )¿
∆ a=
√( δ xba )
(∆ xb a 2)+
δ xbc( ) δ Tba ( )
δa u' . v−u . v '
=
δ XBA v2
Dimana :
U = XBA2 U’ = 2XBA
V = 2XBC.TBA2 V’= 0
(2 XBA )(2 XBC .TB A2 )−0. XB a2
= 2
( 2 XBC .TBA 2 )
XBA
= XBC .TB a 2
( 0,7 )
= ( 0,3 ) ¿¿
0,7
= ( 0,3 ) (2,0449)

= 1,141
1
∆ XBa= skala terkecil
2
1
¿ .10−3
2
¿ 5.10−4
δa 2 u' . v −u . v '
( δXBC
= ) v2

49
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

Dimana:
U = XBA2 U’= 0
V = 2XBC.TBA2 V’= 2TBA2
0(2 XBC .TB A2 )−XB A2 .2T B A2
¿ 2
( 2 XBC .TB A2 )
−XB A 2
¿
2 XBC 2 . TB A 2
¿−¿ ¿
( 0,49)
¿
0,3680
¿1,33
1
∆ xbc= skalaterkecil
2
1
¿ 5.10−3
2
¿ 5.10−4
δa u' . v−u . v '
=
δTBA v2
Dimana:
u = XBA2 u’ = 0
v = 2XBC.TBA2 v’ = 2XBC
(XBA ¿¿ 2 .2 XBC )
¿ 0(2 XBC . TB A 2)− ¿
(2 XBC . TBA )2
− XB A 2
¿
2 XBC . TBA 2
−0,7 2
¿
2(0,3)(1,43)2
0,25
¿ 2
2(0,3)(1,43)
¿ 0,85
TB A 1+ TB A 2 1,43+1,06
TB A n= = =1,245
2 2
2 2
( TB A1 −TBA n ) + ( TBA 2−TBA n )
∆ TBA =
√ n ( n−1 )

50
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

2 2
=
√ ( 1,43−1,245 ) + ( 1,06−1,245 )
2 (2−1 )
0,034225+ 0,034225
=√ 2

0,06845
=√ 2

= 0,1843
δa 2 δa 2 2
( ∆ xbc 2 ) + δ a (∆ Tba2 ¿ )¿
∆ a=
√( δ xba)(∆ xb a 2)+
δ xbc( ) (
δ Tba )
2 2 2

∆ a= ( 2,31 )2 ( 5 × 10−4 ) + ( 0,4588 )2 ( 5 ×10−4 ) +¿ ¿

¿ √ 5,3361 ( 25 ×10−8 ) + ( 0,210 ) ( 25 ×10−8 ) ( 0,332 )( 0,007569)

¿ √ ( 133,4025× 1 0−8 ) + ( 5,25 ×1 0−8 ) +(0,00025)

¿ √ ( 138,6525× 1 0−8 ) +(0,00025)


¿ √ 2,5138 x 10−4
¿0,0158
0,0158
KR= × 100 %
2 ( 0,578+0,0158 )
0,0158
¿ ×100 %
1,1876
¿ 0,0133 %
KB=100 %−KR
¿ 100 %−0,0133 %
¿ 99,9867%

Untuk Gravitasi
( ms+ mb ) a
g=
mb

δg 2 δg δg 2
∆ g=
√( δms )
( ∆ ms )2+ ( )
δmb
( ∆ mb )2 + ( )
δa
( ∆ a )2

δg u' . v−u . v '


=
δms v2

51
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

Dimana :
u =( ms+mb ) a u’ = a
v = mb v’ = 0
δg a(mb)−( ms+mb ) a .0
=
δms mb
2

a
¿
mb
0,578
¿ =47,76
0,0121
1
∆ ms= . skalaterkecil
2
¿ 0,5. 10−3
¿ 5.10−4
δg u' . v−u . v '
=
δmb v2
Dimana :
u = ( ms+mb ) a u’ = a
v = mb v’ = 1
a(mb)−( ms+ mb ) a .1
¿
mb2
a−a ( mb )
¿
mb
0,578−0,578 ( 0,0121 )
¿
0,0121
¿ 47,19
1
∆ mb= . skalaterkecil
2
¿ 5.10−4
¿ 5.10−5
δg u' . v−u . v '
=
δa v2
Dimana :
u =( ms+mb ) a u’ = (ms+ mb)
v = mb v’ = 0

52
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

( m s+mb ) ( mb )−a ( ms+ mb ) .0


¿
mb 2
( ms+mb )
¿
mb
( 0,157+0,0121 )
=
0,0121
¿ 14,04
∆ a=√ ¿ ¿ ¿
= √¿ ¿ ¿
= 2,89
2

∆ g= ( 47,76 )2 ( 5 ×10−4 ) + ( 47,19 )2 ¿ ¿
¿ √ 57025× 10−8 +55672 ×10−8 + 40,57
¿ √ 112697 ×10−8+ 40,57
¿ 6,36
∆g
KR= × 100 %
2( g+ ∆ g)
6,36
¿ ×100 %
2 ( 8,42+6,36 )
¿ 0,2151 %
KB=100 %−KR
¿ 100 %−0,2151 %
¿ 99,7849 %

53
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

BAB VI
ANALISA DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisa Data

Dari hasil pengolahan data diperoleh data sebagai berikut :


No Xbc Tbc Xba Tba
1 0,3 1,06 0,7 1,43
2 0,4 1,27 0,6 1,06

6.2 Pembahasan

Dari tabel di atas dapat dilihat, pada percobaan pertama waktu yang
dibutuhkan benda untuk menempuh lintasan Xba 0,7m adalah 1,43 detik,
waktu yang dibutuhkan benda untuk menempuh lintasan Xba 0,6 m adalah
1,06 detik, dan Untuk lintasan Xbc, waktu yang dibutuhkan benda untuk
menempuh lintasan Xbc 0,3m adalah 1,06 detik, untuk lintasan Xbc 0,4m
membutuhkan 1,27 detik. Maka, dapat disimpulkan bahwa semakin besar
jarak yang ditempuh suatu benda maka waktu yang dibutuhkan juga akan
semakin besar atau bisa dikatakan jarak berbanding lurus dengan waktu.
Sebaliknya, jika waktu dan jaraknya semakin kecil maka grafitasi dan
percepatannya juga akan semakin kecil.

54
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesempulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, kami telah memahami penggunaan


pesawat Atwooddalam menetukan percepatan. Telah diketahui bahwa gerak
lurus berubah beraturan adalah gerak lurus suatu objek, dimana kecepatannya
berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang tetap.Sedangkan gerak
lurus beraturan adalah gerak lurus suatu objek,dimana dalam gerak ini kecepatan
tanpa percepatan sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan
adalah kelajuan kali waktu. Begitupun kita telah mengetahui cara menentukan
kecepatan dan nilai grafitasi.
7.2 Saran

1. Saran untuk laboratorium


Pelengkapan atau alat-alat yang digunakan untuk percobaan sebaiknya di
lengkapi, seperti stopwatch.
2. Saran untuk asisten
Pada saat praktikum sebaiknya lebih baik dalam hal menjelaskan agar
praktikan mudah dalam memahami materi atau teori yang di pelajari.
7.3 Ayat yang berhubungan dengan percobaan

Q.S. Al-Furqan Ayat 2


"Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi rapinya”

55
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD

56

Anda mungkin juga menyukai