DISUSUN OLEH:
FADIL FAHRI BIN MANSUR 03220210035
BAYU SAPUTRA 03220210036
ULIL ALBAB 03220210037
AQSYAL SYAPUTRA 03220210038
KELOMPOK IVA/I
JURUSAN TEKNIK MESIN
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pegas
Pegas adalah elemen mesin flexibel yang digunakan untuk memberikan gaya,
torsi, dan juga untuk menyimpan atau melepaskan energi. Energi disimpan pada
benda padat dalam bentuk twist, stretch, atau kompresi. Energi di-recover dari sifat
elastis material yang telah terdistorsi. Pegas haruslah memiliki kemampuan untuk
mengalami defleksi elastis yang besar. Beban yang bekerja pada pegas dapat
berbentuk gaya tarik, gaya tekan, atau torsi (twist force). Pegas umumnya
beroperasi dengan ‘high working stresses’ dan beban yang bervariasi secara terus
menerus. Beberapa contoh spesifik aplikasi pegas adalah (Muliyani, R, 2018)
1. Untuk menyimpan dan mengembalikan energi potensial, seperti misalnya
pada ‘gunrecoilmechanism’
2. Untuk memberikan gaya dengan nilai tertentu, seperti misalnya pada
reliefvalve
3. Untuk meredam getaran dan beban kejut, seperti pada mobil
4. Untuk indikator / kontrol beban, contohnya pada timbangan
5. Untuk mengembalikan komponen pada posisi semula, contonya pada ‘brake
pedal’
Klasifikasi Pegas dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis fungsi dan beban
yang bekerja yaitu pegas tarik, pegas tekan, pegas torsi, dan pegas penyimpan
energi. Tetapi klasifikasi yang lebih umum adalah diberdasarkan bentuk fisiknya.
Klasifikasi berdasarkan bentuk fisik adalah :
1. Wire form spring (helical compression, helical tension, helical torsion,custom
form)
2. Spring washers (curved, wave,finger,belleville)
3. Flat spring (cantilever, simplysupportedbeam)
4. Flat wound spring (motor spring, volute, constant force spring) Pegas ‘helical
compression’ dapat memiliki bentuk yang sangat bervariasi.
Bentuk yang standar memiliki diameter coil, pitch dan spring rate yang konstan.
Pitch dapat dibuat bervariasi sehingga spring rate-nya juga bervariasi. Penampang
kawat umumnya bulat, tetapi juga ada yang berpenampang segi empat. Pegas konis
biasanya memiliki spring rate yang non-linear meningkat jika defleksi bertambah
besar. Hal ini disebabkan bagian diameter coil yang kecil memiliki tahanan yang
lebih besar terhadap defleksi, dan coil yang lebih besar akan terdefleksi lebih dulu.
Kelebihan pegas konis adalah dalam hal tinggi pegas, dimana tingginya dapat
dibuat hanya sebesar diameter kawat. Bentuk barrel dan hourglass terutama
digunakan untuk mengubah frekuensi pribadi pegas standar. (Muliyani, R, 2018)
Hukum Hooke menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja sebuah
gaya, maka pegas tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan besar gaya
yang bekerja padanya.
Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan
pertambahan panjang pegas dapat dituliskan sebagai berikut:
F = k.x …...…....................................................................................(4.2.1)
…
.
Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N), k = konstanta pegas (N/m), x = perubahan panjang pegas
(m)
Pegas ada yang disusun secara tunggal, ada juga yang di susun seri atau
paralel. Untuk pegas yang di susun seri, pertambahan panjang total sama dengan
jumlah masing- masing pertambahan panjang pegas. Sehingga pertambahan total
x adalah: x = x1 + x2. Sedangkan untuk pegas yang disusun paralel, pertambahan
panjang masing-masing pegas sama. Yaitu: x1 = x2 = x3. Dengan demikian: Kp =
k1 + k2. Perlu selalu di ingat bahwa hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah
elastik, tidak berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut
Hooke, regangan sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan
regangan adalah persentase perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang
menegangkan persatuan luas penampang yang dikenainya. Sebelum diregangkan
dengan gaya F, energi potensial sebuah pegas adalah nol, setelah diregangkan
energi potensialnya berubah menjadi :
E = k.x.2
.............................................................................................................(4.2.2)
Keterangan :
F=0 .................................................................................................(4.2.3)
keterangan:
∑ = Resultan gaya yang bekerja pada benda diam (v = 0)
b) Hukum newton II
Dalam hukum newton II ini dengan menjelaskan bahwa “Percepatan yang
dihasilkan oleh resultan yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan
resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”. Atau biasa juga
diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari
momentum linear benda tersebut terhadap waktu. Dapat di rumuskan sebagai
F = m.a
berikut:……………………………………………………………………….(4.2.4)
keterangan:
besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama, tetapi arahnya
berlawanan. (Alwi, E, 2017).
2. Hukum kesetimbangan
Hukum kesetimbangan adalah kondisi dimana momentum benda sama
dengan nol. Artinya jika awalnya benda tersebut diam, maka ia akan tetap diam.
Namun jika awalnya benda tersebut bergerak dengan kecepatan konstan, maka ia
akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan. (Maulini.2018)
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, kamu pasti tahu jika suatu gaya
diberikan pada suatu benda, contohnya pada batang besi vertikal yang tergantung
seperti pada gambar dibawah, maka panjang batangbesi tersebut akan berubah.
keterangan:
F = besarnya gaya yang diberikan atau gaya Tarik (N), k = konstanta benda(N/m),
Δx = pertambahan panjang benda (m)
k merupakan koefisien elastisitas benda ataupun ukuran kelenturan pegas,
hubungan ini pertama kali diketahui oleh Robert Hooke (1635 – 1703), oleh karena
itu dikenal juga sebagai Hukum Hooke. Hukum Hooke hanya berlaku hingga batas
elastisitas. Batas elastisitas merupakan gaya maksimun yang dapat diberikan pada
benda sebelum benda berubah bentuk secara tahap dan panjang benda tidak dapat
kembali seperti semula (menjadi elastis ataupun hancur). (Maulini.2018)
Kita akan mengamati sebuah objek yaitu pegas, sebuah benda yang dapat
menjadi elastis. Pada kondisi pegas saat ditarik, terdapat gaya pada pegas yang
besarnya sama dengan gaya tarikan pada pegas tetapi arahnya berlawanan ( F aksi
= -F reaksi ). Jika gaya tersebut disebut dengan gaya pegas (Fp) maka gaya inipun
sebanding dengan pertambahan panjang pegas.
Fp = - F
Fp = ……….................................................................................................(4.2.7)
-k . x
keterangan :
FP = Gaya pegas (N), x = Pertambahan panjang pegas (m), k = Konstanta pegas
(N/m)
Kamu tidak perlu khawatir terhadap tanda minus (-). Tanda tersebut hanya
menyatakan arah gaya pegas yang berlawanan dengan arah gaya tarik.
Sifat pegas yang elastis banyak digunakan dalam kegunaan sehari-hari.
Contoh penggunaan pegas dapat kamu lihat pada kasur pegas (spring bed) atau pada
kendaraan bermotor. Pada kendaraan bermotor pegas digunakan sebagai peredam
kejut (shockbreaker). Penggunaan pegas biasanya dipakai secara bersamaan dalam
satu sistem pegas. Nilai konstanta pegas tersebut akan berubah tergantung
susunannya. (Yuvenda. 2017)
Rangkaian Gaya Pegas karena Gaya Pegas ini sama seperti hambatan, bahwa
Pegas juga dapat dirangkai (rangkaian pegas). Bentuk Rangkaian Pegas ini akan
menentukan suatu Nilai Konstanta Pegas Total yang akhirnya nanti akan
Konstanta Gaya Pegas
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
menentukan nilai dari gaya pegas itu sendiri. Lalu didalam Rangkaian Gaya Pegas
ini terbagi menjadi dua macam, yang antara lain:
1. Rangkaian Pegas Seri yakni Rangkaian Seri Pegas jika ada sebuah Konstanta
Pegas Totalnya, jika ada n Pegas yang identik (konstanta k) maka Rumus Konstanta
Total nya ialah Ks=K/n
2. Rangkaian Pegas Paralel yakni jika Rangkaian Pegas Paralel maka Total
Konstanta nya sama dengan Jumlah dari seluruh Konstanta Pegas yg disusun oleh
Paralel. Kemudian di dalam Energi Potensial Gaya Pegas itu mempunyai Energi
Potensial, entah itu Gayanya ditarik maupun ditekan karena usaha yg dilakukan
oleh Gaya F untuk menarik sebuah Pegas itu akan bertambah panjang sebesar x
besarnya sama, dengan perubahan energi potensial gaya pegas itu sendiri. (Yuvenda.
2017)
2.4 Gerak
Gerak adalah perubahan atau peralihan posisi, kedudukan atau tempat dari
suatu benda atau makhluk hidup dari posisi atau kedudukan awal. Gerak bersifat
relatif, yaitu tergantung pada pengamat. Gerak dapat terjadi pada semua benda baik
benda mati ataupun benda hidup. Hanya saja jenis gerakan dan penyebabnya
berbeda. Pada makhluk hidup, gerakan bisa terjadi karena faktor internal,
sedangkan pada benda mati, gerakan biasanya terjadi karena pengaruh faktor
eksternal. Dimana getaran adalah suatu gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan.
Kesetimbangan di sini maksudnya adalah keadaan di mana suatu benda berada
pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut.
Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
(a) Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier
Misalnya penghisap dalam silinder gas, gerak osilasi air raksa /air dalam pipa
U, gerak horizontal / vertikal dari pegas, dan sebagainya.
(b) Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular
Misalnya gerak bandul/ bandul fisis, osilasi ayunan torsi, dan sebagainya.
Prinsip energi memberi suatu dasar yang mudah untuk menganalisa berbagai
sesi gerak hormonik sederhana, kerja yang di lakukan gaya ini dapat di nyatakan
dalam suatu energi potensial V dan energi kinetik.dan menurut
2.5 Elastisitas
Fs = k.x
…………………………………………………………………………..….(4.2.8)
keterangan :
FS=Gaya, K=Tetapan Pegas, x= Panjang Peregangan
a. Tegangan
Tegangan (stress) pada benda, misalnya kawat besi, didefinisikan sebagaigaya
persatuan luas penampang benda tersebut.Tegangan diberi simbol σ (dibaca sigma).Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.
=……………………................................................................................(4.2.9)
Keterangan :
= Tegangan (N/m2),F = Besar gaya tekan/tarik (N),A = Luas penampang (m2)
Bila dua buah kawat dari bahan yang sama tetapi luas penampangnya berbeda
diberi gaya, maka kedua kawat tersebut akan mengalami tegangan yang berbeda.
Kawat dengan penampang kecil mengalami tegangan yang lebih besar
dibandingkan kawat dengan penampang lebih besar. (Sutarno, D, 2011)
Tegangan benda sangat diperhitungkan dalam menentukan ukuran dan jenis
bahan penyangga atau penopang suatu beban, misalnya penyangga jembatan
gantung dan bangunan yang bertingka
a. Regangan
Regangan (strain),didefinisikan sebagai perbandingan antara penambahan
panjang benda ΔX terhadap panjang mula-mula X. Regangan adalah bagian dari
deformasi,yang di deskripsikan sebagai perubahan relative dari pertikel-partikel di
dalam benda yang bukan merupakan benda kaku.dari pernyataan di atas dapat di
simpulakan bahwa regangan merupakan ukuran mengenai seberapa jauh batang di
atas sebagai perubahan relative dimensi/bentuk benda yang mengalami tegangan.
.
∆
= ………………............................................................................(4.3.12)
Keterangan :
= Regangan strain (tanpa satuan),∆ = Pertambahan panjang (m),A = Panjang
mula-mula (m)
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
a b c
d e
Gambar 4.3.1 alat percobaan konstanta gaya pegas a) pegas. b) ember kecil. c)
beban pemberat. d) stopwatch. e) alat peraga (statif)
BAB IV
TABEL DATA PENGAMATAN
( Mifthahul Jannah )
BAB V
PENGOLAHAN DATA
5.1 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaan statis untuk setiap
Fn = m . g
xa + xb + xc x
∑ = m
,
= m = 0,0145 m
0,023+0,032+0,033+0,034
∑ = m
,
= m = 0,0305 m
, , , ,
∑ = m
,
= m = 0,05 m
Kn =
,
K1 = 0,0145 = 0,6896551724 N/m
,
K2 = 0,0305 = 0,6557377049 N/m
,
K3 = 0,05 = 0,6 N/m
4.3,142
K= (0,0618 + 0,01 + 0,0349) N/m
11,602
4.9,8596
K= (0,1067)N/m
,
39,4384
K= (0,1067)N/m
134,56
K = 0.0312728692 N/m
T
Tn =
jumlah getaran
11,50
Ta1 = = 0,7666666667 s
15
11,52
Tb1 = = 0,768 s
15
11,59
Tc1 = = 0,7726666667s
15
11,60
Td1 = = 0,7733333333 s
15
11,55
Ta2 = = 0,77 s
15
11,69
Tb2 = = 0,7793333333 s
15
11,94
Tc2 = = 0,766 s
15
12,08
Td2 = = 0,8053333333 s
15
12,73
Ta3 = = 0,8486666667 s
15
12,78
Tb3 = = 0,852 s
15
12,78
Tc3 = = 0,852 s
15
12,82
Td3 = = 0,8546666667s
15
= 11,5525 s
∑ , 11,55 + 11,69 + 11,94 + 12,08 ,
T2 = = =
4
Konstanta Gaya Pegas
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 11,815 s
∑ , 12,73 + 12,78 + 12,78 + 12,82 ,
T3 = = =
4
= 12,7775
4 π2
Kn = (me + mb + mp)
T2
4 3,142
K1 = (0,0618 + 0,01 + 0,0349)
11,602
4.9,8596
= (0,1067)N/m
,
39,4384
= (0,1067)N/m
134,56
= 0.0312728692 N/m
4 3,142
K2 = (0,0618 + 0,02 + 0,0349)
12,082
4.9,8596
= (0,1167)N/m
,
39,4384
= (0,1167)N/m
145,9264
= 0.03153960682 N/m
4 3,142
K3= (0,0618 + 0,03 + 0,0349)
12,822
4.9,8596
= (0,1268)N/m
,
39,4384
= (0,1268)N/m
164.3524
= 0,03042723514 N/m
5. 1 Teori Ketidakpastian.
K=
ΔK = (ΔF) + (ΔX)
= =
–
= dimana u = F u’ = 1
( . )–( . )
v = x v’ = 0
= ( )
0,0145
= (0,0145 )
0,0145
= ,
= 68,9655
F=m.g
ΔF= (Δm)
= m. dimana
u = m u’ = 1
= (1 . g) + (0 . m) v = g v’ = 0
= (1 . 9,81) + 0
= 9,81
Δm = . skala terkecil
= . 10-3
= 0,5 . 10-3
= 5 . 10-3
Konstanta Gaya Pegas
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ΔF = (9,81) (5 . 10 )
= (96,2361)(25 . 10 )
= 0,004905
= = dimana
u = F u’ = 0
( . )–( . )
= v = x v’ = 1
( . )–( . )
= ( )
,
=( , )
,
= ,
= 466,5873
( ) ( ) ( )
Δx = ( )
( , – , ) ( , , ) ( , , ) ( , , )
= ( )
( , ) ( , ) ( , )
= ( )
( , ) ( , ) ( , )
=
= 0,0000003958
= 0,0006291
ΔK = (ΔF) + (Δx)
= 457722,0065 + 0,0861
= 457722,0926
= 676,551
KR = (
100%
)
,
= ( , )
,
= ,
= 0,499
KR= 100% - KR
= 100% - 0,499%
= 99,501 %
=99,5%
K= =
ΔK = (Δm) + (ΔT)
= = dimana u = 4π m u’ = 4π
– v=T v’ = 0
=
( . ) ( . )
= ( )
( , ) ( , )
= ( , )
( , )
=( , )
= 157,775
Δm = . skala terkecil
= . 10-3
= 0,5 . 10-3
= 5 . 10-4
–
= dimana
u = 4π m u’ = 0
( . ) ( )( ) v=T v’ = 2T
= ( )
( )
=
( , ) ( , ) ,
= ( , )
, . , . ,
= ,
,
= ,
= 0,157
( ) ( ) ( )
ΔT = ( )
( , – , ) ( , – , ) ( , , )
= ( )
( , ) ( , ) ( , )
=
, , ,
=
,
=
= √0,001313
= 0,036
ΔK = (ΔF) + (ΔX)
= (0,0062) + (2. ⁵)
= √0,006 224
= 0,078
KR = ( )
,
= ( , )
,
= ( , )
,
= ,
= 0,001
KB = 100% - KR
= 100% - 0,001 %
= 99,9 %
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
Massa
No
(kg)
Periode (s) K (N m) Keterangan
1 0.01 11.552 0.0312 Me=0.0168
2 0.02 11.815 0.0315 Mp=0.0349
3 0.03 12.777 0.0304 Jumlah getaran=15
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas untuk tabel (4.6.1) pada saat
keadaan statis dapat disimpulkan bahwa semakin besar massa yang bekerja
pada beban maka semakin besar gaya yang bekerja pada beban itu serta akan
menghasilkan simpangan yang besar juga.
Dan untuk tabel (4.6.2) saat dalam keadaan dinamis dapat
disimpulkan bahwa semakin besar massa yang bekerja pada beban maka
semakin besar juga periode yang bekerja pada beban tersebut. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa semakin besar gaya secara proporsional akan
berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya.
(Raymond, 2009)
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ikhtiardi, E. L., & Lesmono, A. D. (2015). Analisis Pengaruh Suhu Terhadap Konstanta
Pegas Dengan Variasi Jumlah Lilitan Dan Diameter Pegas Baja. JURNAL
PEMBELAJARAN FISIKA, 3(4).
Maulini, S., Kurniawan, Y., & Muliyani, R. (2018). The Three Tier-Test Untuk
Mengungkap Kuantitas Siswa Yang Miskonsepsi Pada Konsep Konstanta
Pegas. JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), 2(2), 28-29.
Setiawan, I., & Sutarno, D. (2011, June). Pembuktian Eksperimental Pengaruh Jumlah
Lilitan Pegas dan Diameter Pegas terhadap Konstanta Pegas. In Conference
Proceedings in Science.
Yuvenda, D., Sudarmanta, B., & Alwi, E. (2017). Analisis kekuatan pegas pressure
reducer sebagai penurunan tekanan pada mesin duel fuel. INVOTEK: Jurnal
Inovasi Vokasional dan Teknologi, 17(2), 31-38.