BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Ilmu fisika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, dimulai dari diri kita
sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi yang kita pergunakan setiap
hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita, seperti yang ada di lingkungan
kita. Dalam jenjang perguruan tinggi, seorang mahasiswa diharapkan tidak hanya
mengukuti perkuliahan semata, namun lebih dari itu juga dituntut untuk mendalami
dan menguasai disiplin ilmu yang dipelajarinya sehingga nantinya akan
menghasilkan sarjana - sarjana yang berkualitas dan mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan nyata dan bermanfaat bagi masyarakat,dan bangsa dan negara.
Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang eksak dan banyak
menerapkan ilmu-ilmu murni yang diterapkan kepada masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Sehingga ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
bidang-bidang keteknikan mutlak untuk dikuasai mahasiswa teknik, tidak hanya dari
segi teori juga dari segi prakteknya. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi saat
ini, serta pasar bebas yang akan segera kita masuki, lebih menuntut penguasaan dan
penerapannya dalam menghadapi masalah-masalah yang kompleks. Titik - titik yang
telah diperoleh kerangka dasar horizontal dan vertikal inilah yang akan membentuk
sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya garis - garis yang menghubungkan
titik - titik tersebut.
Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan melakukan
penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal yang akan
dilakukan pengukuran yaitu penentuan titik-titik yang ada di lapangan yang ditandai
dengan patok kayu, paku atau patok permanen yang dipasang dengan kerapatan
tertentu, fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan dengan penentuan titik-titik
inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan (reference) bagi penentuan
titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran yang
baru. Ternyata dalam aplikasi ilmu tersebut, tugas yang diberikan kepada mahasiswa
tidak akan dikuasai sempurna tanpa adanya praktek - praktek yang merupakan salah
satu sarana yang baik untuk menguasai ilmu sekaligus mempraktekannya. Demikian
juga dengan praktikum Fisika Dasar I ini (Muhammad, 2017).
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 TujuanPercobaan
1.2.1 Tujuan Instruks iUmum (TIU)
1. Kami dapat memahami konsep penyusun gaya.
2. Kami dapat menerapkan konsep poligon gaya pada sistem yang bekerja
lebih dari dua gaya.
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Kami dapat menentukan besarnya dari gaya yang terbentuk dan bisa
menggambarkannya.
2. Kami dapat menentukan nilai restultan gaya secara analitis dan grafis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Poligon
2.2 Gaya
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya
dapat menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada benda.
Gaya termasuk ke dalam besaran Vektor, karena memiliki nilai dan arah. Sebuah
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gaya disimbolkan dengan huruf F (Force) dan Satuan Gaya dalam SI (Satuan
Internasional) adalah Newton, disingkat dengan N. Pengukuran gaya dapat dilakukan
dengan alat yang disebut dinamometer atau neraca pegas. Untuk melakukan sebuah
gaya diperlukan usaha (Tenaga), semakin besar gaya yang hendak dilakukan, maka
semakin besar pula Usaha (tenaga) yang harus dikeluarkan (Muhammad, 2017).
2.2.1 Sifat – Sifat Gaya
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya memiliki
beberapa sifat berikut :
1. Gaya dapat mengubah arah gerak benda
2. Gaya dapat mengubah bentuk benda
3. Gaya dapat mengubah posisi benda dengan cara menggerakkan atau
memindahkannya
2.2.2 Macam – macam Gaya
Berdasarkan Sentuhannya dengan benda, gaya dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Gaya Sentuh
Gaya Sentuh adalah gaya yang bekerja dengan sentuhan. Artinya Suatu gaya
akan menghasilkan efek apabila terjadi sentuhan dengan benda yang akan diberikan
gaya tersebut, apabila tidak terjadi sentuhan, maka gaya tidak akan bekerja pada
benda. Gaya ini akan muncul ketika benda bersentuhan dengan benda lain yang
menjadi sumber gaya.
Contohnya, ketika seseorang hendak memindahkan meja, maka ia harus
menyentuh menja tersebut kemudian mendorongnya ke tempat tujuan, pada kasus ini
terjadi sentuhan antara manusia sebagai sumber gaya, dan meja sebagai target yang
henda diberikan gaya. Apabila tidak terjadi ∑F = m.a Faksi = -Freaksi sentuhan
antara keduanya maka meja tidak akan berpindah sesuai keinginan.
b. Gaya Tak Sentuh
Gaya Tak Sentuh adalah suatu gaya yang ditimbulkan dimana gaya yang akan
bekerja tanpa terjadinya dari suatu sentuhan. Artinya Efek dari suatu gaya yang
dikeluarkan oleh sumber gaya dimana tetap dapat dirasakan oleh setiap benda
walaupun mereka tidak bersentuhan. Contohnya adalah Gaya Magnet dan Gaya
Gravitasi, pada gaya magnet, ketika kita meletakkan besi di dekat magnet (tanpa
bersentuhan), maka besi tersebut diamana akan tertarik ke arah suatu magnet karena
merasakan efek-efek dari suatu gaya yang dikeluarkan oleh magnet tersebut.
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Berdasarkan Jenis Gaya Secara Umum dikenal 7 Jenis Gaya utama yang dijabarkan,
sebagai berikut :
a. Gaya Otot
Sesuai dengan namanya Gaya otot merupakan gaya yang dilakukan oleh
makhluk hidup yang memiliki otot. Gaya timbul dari koordinasi dari struktur otot
dengan rangka tubuh. Gaya Otot Termasuk ke dalam kelompok Gaya Sentuh.
Contohnya adalah seseorang yang mengangkat batu. Untuk mengangkat batu
tersebut, otot di dalam tubuhnya berkoordinasi sehingga mampu menggerakan tangan
untuk mengangkat batu
b. Gaya Pegas
Gaya Pegas adalah gaya dihasilkan oleh sebuah pegas. Gaya pegas disebut
juga gaya lenting pulih yang terjadi karena adanya sifat keelastisan suatu benda.
Gaya Pegas termasuk ke dalam kelompok Gaya Sentuh. Gaya Pegas timbul karena
pegas dapat memapat dan merenggang sehingga bentuknya dapat kembali seperti
semula setelah terjadi gaya tersebut. Contohnya adalah ketika seseorang pemanah
menarik anak panah kebelakang, maka busur pada panah tersebut akan mengikuti
arah busur yang ditarik, kemudian setelah anak panah dilepaskan, maka pegas pada
busur panah akan kembali ke bentuk semulanya. Contoh lainnya adalah ketapel,
sistem kerjanya sejenis dengan busur panah (Muhammad, 2017).
c. Gaya Gesek
Gaya Gesek adalah gaya yang timbul karena terjadinya persentuhan langsung
antara dua permukaan benda. Gaya Gesek merupakan gaya yang arahnya selalu
berlawanan dengan arah gerak benda atau arah gaya luar. Gaya gesek termasuk ke
dalam kelompok gaya sentuh. Besar kecilnya gaya gesekan ditentukan oleh halus
atau kasarnya permukaan benda. Semakin halus permukaan, maka semakin kecil
gaya gesekan yang timbul sehingga gaya yang dibutuhkan untuk membuat benda
tersebut bergerak semakin kecil juga. Contohnya apabila batu yang sama dengan
jumlah gaya luar yang sama di gerakan pada 2 permukaan , satu di lantai keramik
(Halus), satu lagi di lantai semen (kasar), maka pergerakan batu di lantai keramik
akan lebih cepat da mudah dibandingkan pergerakan batu pada lantai semen. Gaya
Gesek terbagi menjadi 2, yaitu :
Hukum newton terdiri dari hukum newton I, II dan III sebagai berikut:
2.3.1 Hukum Newton I
Hukum I Newton menyatakan bahwa: “Setiap benda tetap berada dalam
keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika
diberi gaya total yang tidak nol.” Kecenderungan sebuah benda untuk
mempertahankankeadaan diam atau gerak tetapnya pada garis lurus disebut inersia
(kelembaman). Sehingga, Hukum I Newton sering disebut Hukum Inersia.
∑ F=0 ………………………………………………………..(2.1.1)
Hukum I Newton tidak selalu berlaku pada setiap kerangka acuan. Sebagai
contoh, jika kerangka acuan kalian tetap di dalam mobil yang dipercepat, sebuah
benda seperti cangkir yang diletakkan di atas dashboard mungkin bergerak ke arah
kalian (cangkir tersebut tetap diam selama kecepatan mobil konstan). Cangkir
dipercepat ke arah kalian tetapi baik kalian maupun orang atau benda lain
memberikan gaya kepada cangkir tersebut dengan arah berlawanan. Pada kerangka
acuan yang dipercepat seperti ini, Hukum I Newton tidak berlaku. Kerangka acuan di
mana Hukum I Newton berlaku disebut kerangka acuan inersia.
2.3.2 Hukum Newwton II
Jika kita mendorong dengan gaya dua kali lipat semula, maka suatu kereta
belanja mencapai 4 km/jam dalam waktu setengah kali sebelumnya. Ini menunjukkan
percepatan kereta belanja dua kali lebih besar. Jadi, percepatan sebuah benda
berbanding lurus dengan gaya total yang diberikan. Selain bergantung pada gaya,
percepatan benda juga bergantung pada massa. Jika kita mendorong kereta belanja
yang penuh dengan belanjaan, kita akan menemukan bahwa kereta yang penuh
memiliki percepatan yang lebih lambat. (Goleman, Daniel, Boyatzis, Richard,
Mckee, 2019).
Dapat disimpulkan bahwa jika makin besar suatu massa maka akan semakin
kecil percepatan yang dihasilkan , meskipun gayanya yang dihasilkan sama. Jadi,
Kebenaran Hukum III Newton dapat ditunjukkan dengan contoh berikut ini.
Perhatikan tangan kalian ketika mendorong ujung meja. Bentuk tangan kalian
menjadi berubah, bukti nyata bahwa sebuah gaya bekerja padanya. Kalian bisa
melihat sisi meja menekan tangan kalian. Mungkin kalian bahkan bisa atau dapat
merasakan - merasakan bahwa meja tersebut memberikan gaya pada tangan kalian;
rasanya sakit! Makin kuat kalian mendorong meja tersebut, maka makin kuat pula
meja tersebut mendorong balik. (Goleman, Daniel, Boyatzis, Richard, Mckee, 2019).
Suatu benda dapat dikatakan bergerak jika benda itu mengalami perubahan
kedudukan terhadap titik tertentu sebagai acuan. Gerak dapat dikatakan sebagai
perubahan kedudukan suatu benda dalam selang waktu tertentu. Dalam konsep gerak
ada beberapa hal yang terkait antara lain kedudukan, waktu, kecepatan dan
percepatan benda tersebut. “Jika suatu benda bergerak , maka benda tersebut dapat
dikatakan memiliki kecepatan, yaitu seberapa cepat kedudukan benda tersebut
berubah”. Definisi kecepatan adalah perubahan kedudukan / perpindahan yang
ditempuh tiap satuan waktu.
Gerak suatu benda menurut lintasannya dibagi menjadi gerak lurus, gerak
melingkar, dan gerak parabola. Dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut tentang
gerak lurus. Suatu benda yang bergerak dalam lintasan lurus disebut gerak lurus.
Beberapa contoh dari gerak lurus misalnya: Kereta api yang bergerak pada
lintasannya dan buah kelapa yang jatuh dari pohonnya. Gerak lurus dibagi menjadi
dua, yaitu gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan. Gerak lurus
beraturanterjadi apabila ada suatu benda yang bergerak dengan kecepatan tetap
(konstan). Syarat benda dikatakan bergerak lurus beraturan apabila gerak benda
tersebut menempuh lintasan lurus dan kecepatan benda tidak berubah. Pada gerak
lurus beraturan, tidak ada percepatan benda ( α = 0).
Grafik Hubungan antara Jarak Terhadap Waktu pada GLB Gerak lurus
berubah beraturan terjadi apabila ada suatu benda yang bergerak pada lintasan lurus
dengan kecepatan yang berubah secara teratur setiap detiknya. Perubahan kecepatan
setiap detiknya ini disebut percepatan. Dengan demikian, pada GLBB benda
mengalami percepatan secara teratur atau tetap. Hubungan antara besar kecepatan (v)
dengan waktu (t) pada gerak lurus berubah beraturan (GLBB). (Nisa, Widya P,
Santosa, & Rahmawati, 2014).
2.4.1 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemukanperistiwa yang
berkaitan dengan gerak lurus beraturan, misalnya orang yang berjalan dengan
langkah kaki yang relatif konstan, mobil yang sedang bergerak, dan sebagainya.
Suatu benda dikatakan mengalami gerak lurus beraturan jika lintasan yang ditempuh
oleh benda itu berupa garis lurus dan kecepatannya selalu tetap setiap saat. Sebuah
2.4 Vektor
A+B=R
………………………………………………………….(2.1.4)
(a) Busur Derajat, (b) Beban pemberat, dan (c) Peralatan poligon
gaya
Mula – mula pasanglah alat sesuai gambar meminta petunjuk dari asisten.
Setelah itu kami memberikan beban pada masing-masing katrol, dengan besar sama
atau berbeda sesuai petunjuk dari asisten.Kemudian kami mencatat besarnya beban
masing-masing setiap katrol. Lalu kami menarik simpul tali (titik 0) ke pusat
keseimbangan (papan grafik atau perpotongan diagonal pada bidang), kemudian
melepaskannya. Setelah itu kami mengukur kemiringan masing-masing tali (sesuai
gambar) dengan menggunakan busur derajat, catat hasilnya. Kami mengubah
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 29 45 36 21
2 25 40 40 25 m1=0.04 kg
3 24 43 39 25
4 25 45 40 23 m 2=0.06 kg
5 26 44 41 23
m3=0.07 kg
m 4 =0.05 kg
No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 48 30 20 34
2 50 30 20 35 m1=0.05 kg
3 50 29 20 34
4 49 30 19 35 m 2=0.04 kg
5 49 29 20 34
m3=0.05 kg
m 4 =0.075 kg
( )
BAB V
PENGOLAHAN DATA
A. Sudut ( θ ) rata-rata
Tabel I :
ΣθM
θMn=
n
Tabel II :
20+20+20+19+20 99
θ M3 = = = 19,8
5 5
49,2+29,6+19,8+32,9 131,8
θ Mt = = = 32,9
4 4
Tabel III :
= 0,5315
Fx4 = 0,05 . 9,81 . cos 23,4
= 0,4905 . 0,917
= 0,4497
Tabel II
Fx1 = 0,05 . 9,81 . cos 49,2
= 0,4905 . 0,653
= 0,3202
Fx2 = 0,04 . 9,81 . cos 29,6
= 0,3924 . 0,869
= 0,3409
Fx3 = 0,05 . 9,81 . cos 19,8
= 0,4905 . 0,940
= 0,4610
Fx4 = 0,075 . 9,81 . cos 34,4
= 0,7357 . 0,825
= 0,6069
Tabel III
Fx1 = 0,08 . 9,81 . cos 30,6
= 0,7848 . 0,860
= 0,6749
Fx2 = 0,05 . 9,81 . cos 27,6
= 0,4905 . 0,886
= 0,4345
Fx3 = 0,06 . 9,81 . cos 32,4
= 0,5886 . 0,844
= 0,4967
Fx4 = 0,055 . 9,81 . cos 34,4
= 0,5395 . 0,825
= 0,4450
Tabel II
Fyn = m.g.sin θmn
Fy1 = 0,05 . 9,81 . sin 42,9
= 0,4905 . 0,756
= 0,3708
Fy2 = 0,04 . 9,81 . sin 29,6
= 0,3924 . 0,439
= 0,1934
Tabel III
Fyn = m.g.sin θmn
Fy1 = 0,08 . 9,81 . sin 30,6
= 0,7848 . 0,509
= 0,3994
Fy2 = 0,05 . 9,81 . sin 27,6
= 0,4905 . 0,463
= 0,2271
Fy3 = 0,06 . 9,81 . sin 32,4
= 0,5886 . 0,535
= 0,3149
Fy4 = 0,055 . 9,81 . sin 34,4
= 0,5395 . 0,564
= 0,3042
Tabel II
Rx = Fx1 + (-Fx2) + (-Fx3) + Fx4
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Tabel III
Rx = Fx1 + (-Fx2) + (-Fx3) + Fx4
Rx = (0,6749) + (-0,4345) + (-0,4967) + (0,4450)
= - 0,1887
= - 0,0537
Tabel II
Ry = Fy1 + Fy2 + (-Fy3) + (-Fy4)
Ry = (0,3708) + (0,1934) + (-0,1657) + (-0,4149)
= - 0,0159
Tabel III
Ry = Fy1 + Fy2 + (-Fy3) + (-Fy4)
Ry = (0,3994) + (0,2271) + (-0,3149) + (-0,3042)
= - 0,0074
R = √¿ ¿
= √¿ ¿
= √ 0,0271
= 0,1646
Tabel II :
R = √¿ ¿
= √¿ ¿
= √ 001585
= 0,1258
Tabel I :
R = √¿ ¿
= √¿ ¿
= √ 0,0356
= 0,1888
G. Perhitungan gaya berdasarkan grafik
Tabel I
Fn = m.g.skala gaya
No M θ F Skala 1:10
Fx1 0,04 25,8 0,3924 3,924
1
2 0,06 43,4 0,5886 5,885
3 0,07 39,2 0,6867 6,867
= 40,04 . 9,81
0,05. 10 23,4 Fx
0,4905 4,905
4
= 0,05 . 9,81 . 10
= 0,3924 . 10 = 0,4905 . 10
= 3,9 N = 4,9 N
Fx2 = 0,06 . 9,81 . 10
= 0,5886 . 10
= 5,8 N
Tabel II
No M θ F Skala 1:10
1 0,05 49,2 0,4905 4,905
2 0,04 29,6 0,3924 3,924
3 0,05 19,8 0,4905 4,905
4 0,075 34,4 0,7357 7,357
= 0,7357 . 10
= 7,3 N
Tabel III
No M θ F Skala 1; 10
1 0,08 30,6 0,7848 7,848
Fx2 0,05 27,6 0,4905 4,905
3 0,06 32,4 0,5886 5,886
1 4 0,055 34,4 0,5395 5,395
= 0,08 . 9,81 . 10
= 0,7848 . 10
= 7,8 N
Fx2 = 0,05 . 9,81 . 10
= 0,4905 . 10
= 4,9 N
Fx3 = 0,06 . 9,81 . 10
= 0,5886 . 10
= 5,8 N
Fx4 = 0,055 . 9,81 . 10
= 0,5395 . 10
= 5,3 N
Fx = F cos θ
δFx 2 2
δFx 2
∆ Fx=
√( δF )
(∆ F ) × (
δ cos θ )
× ( ∆ cos θ )2
δFx
= F. Cos θ
δF
Dimana :
U=F U' = 1
V = cos θ V' = 0
δFx
=U ' . V +U . V '
δF
¿ 1 ×cos θ+ F ×0
¿ 1 ×cos 32,95 °
¿ 1 ×0,8391
¿ 0,8391
∆ F = m× g
δF 2
∆F =
√( δm )( ∆ m )2
δF
= m× g
δm
Dimana :
U=m U' = 1
=1× g+m×0
= 1 × 9,81
= 9,81
1
∆ m=¿ × skala terkecil
2
¿ 0,5 × 10−3
¿ 5 × 10−4
−4 2
∆F = √ ( 9,81 ) ( 5 × 10
2
)
= √ 96,23661 x 25.10−5
= √ 2406 x 10−8
= 4,9 x 10−4
= 4,9 x 10−3 N
δFx
= F × cosθ
δ cos θ
Dimana :
U=F U' = 0
V = cos θ V ' = - sin θ
δF
=U ' . V +U .V '
δ cos θ
¿ 0 × cos θ+ F ×(−sin θ)
¿ F x ¿ θ)
¿ 0,5395 x (-0,5439)
∆ cos θ = √ ¿ ¿ ¿ ¿
=
2 2 2
( cos 32,95−cos 25,8 ) + ( cos 32,95−cos 43,4 ) + ( cos 32,95−cos 39,2 )
√ 2
4(4−1)
¿
√ 4 (4−1)
∆ Fx
KR = x 100 %
2(∆ Fx+ Fx 1)
0,0044
= × 100 %
2 ( 0,0044 +0,3292 )
0,0044
= × 100%
0,6672
= 0,0065 x 100%
BAB VI
ANALISA PERHITUNGAN
No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 29 45 36 21
2 25 40 40 25 m 1=0.04 kg
3 24 43 39 25
4 25 45 40 23 m 2=0.06 kg
5 26 44 41 23
m 3=0.07 kg
m4 =0.05 kg
No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 48 30 20 34
No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 30 30 31 35
2 31 28 33 35 m 1=0.08 kg
3 31 27 33 34
4 31 27 32 34 m2=0.05 kg
5 30 26 33 34
m 3=0.06 kg
m4 =0.055 kg
6.2 Pembahasan
Pada tabel data di atas kami dapat menganalisa bahwa data diperoleh dari
interval waktu masing-masing jarak berbeda karena dipengaruhi oleh suatu gaya.
Semakin besar massa bola yang digunakan. Maka waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh suatu jarak ke jarak maksimal semakin kecil.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dikulakn dapat disimpulkan bahwa gaya yang
dihasilkan pada saaat terjadinya sebuah pergerakan pada benang yang
mengakibatkan adanya gaya yang di berikan oleh beban apabilah gaya yang
diberikan oleh beban kepada tali itu berbeda,maka sudut yang dihasilkan akan
berbeda. Adapun pada percobaan ini di pengaruhi oleh beban yang diberikan pada
setiap lengan yang ada pada tali. Semakin besar beban yang dirikan maka sudut
yang dihasilkan akan semakin kecil begitupun sebaliknya.
7.2 Saran
Ayat diatas berhubungan dengan poligon gaya karna ayat diatas menyebutkan
DAFTAR PUSTAKA