Anda di halaman 1dari 32

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Ilmu fisika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, dimulai dari diri kita
sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi yang kita pergunakan setiap
hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita, seperti yang ada di lingkungan
kita. Dalam jenjang perguruan tinggi, seorang mahasiswa diharapkan tidak hanya
mengukuti perkuliahan semata, namun lebih dari itu juga dituntut untuk mendalami
dan menguasai disiplin ilmu yang dipelajarinya sehingga nantinya akan
menghasilkan sarjana - sarjana yang berkualitas dan mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan nyata dan bermanfaat bagi masyarakat,dan bangsa dan negara.
Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang eksak dan banyak
menerapkan ilmu-ilmu murni yang diterapkan kepada masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Sehingga ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
bidang-bidang keteknikan mutlak untuk dikuasai mahasiswa teknik, tidak hanya dari
segi teori juga dari segi prakteknya. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi saat
ini, serta pasar bebas yang akan segera kita masuki, lebih menuntut penguasaan dan
penerapannya dalam menghadapi masalah-masalah yang kompleks. Titik - titik yang
telah diperoleh kerangka dasar horizontal dan vertikal inilah yang akan membentuk
sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya garis - garis yang menghubungkan
titik - titik tersebut.
Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan melakukan
penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal yang akan
dilakukan pengukuran yaitu penentuan titik-titik yang ada di lapangan yang ditandai
dengan patok kayu, paku atau patok permanen yang dipasang dengan kerapatan
tertentu, fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan dengan penentuan titik-titik
inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan (reference) bagi penentuan
titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran yang
baru. Ternyata dalam aplikasi ilmu tersebut, tugas yang diberikan kepada mahasiswa
tidak akan dikuasai sempurna tanpa adanya praktek - praktek yang merupakan salah
satu sarana yang baik untuk menguasai ilmu sekaligus mempraktekannya. Demikian
juga dengan praktikum Fisika Dasar I ini (Muhammad, 2017).
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 TujuanPercobaan
1.2.1 Tujuan Instruks iUmum (TIU)
1. Kami dapat memahami konsep penyusun gaya.
2. Kami dapat menerapkan konsep poligon gaya pada sistem yang bekerja
lebih dari dua gaya.
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Kami dapat menentukan besarnya dari gaya yang terbentuk dan bisa
menggambarkannya.
2. Kami dapat menentukan nilai restultan gaya secara analitis dan grafis.

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Poligon

Poligon adalah suatu rangkaian garis lurus yang berurutan menghubungkan


titik – titik yang berkoordinat satu dengan lainnya menjadi bentuk tertentu (segi
banyak beraturan atau segi banyak tidak beraturan/tidak bersegi). Tujuan dari
Poligon adalah untuk memperbanyak koordinat titik-titik di lapangan yang
diperlukan untuk pembuatan peta. Poligon menurut titik ikatannya terbagi atas tiga
sebagai berikut :
a. Poligon terikat sempurna yaitu dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun
poligon terbuka. Suatu titik dikatakan sempurna jika sebagai titik ikat apabila
diketahui koordinat dan jurusannya minimum 2 buah titik ikat dan tingkatannya
berada di atas titik yang akan dihasilkan.
b. Poligon terikat tidak sempurna yaitu, suatu poligon yang tidak terikat tidak
sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun poligon terbuka. Dikatakan
titik ikat yang tidak sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui koordinatnya atau
hanya jrusannya.
c. Poligon tidak terikat atau bebas yaitu suatu poligon tidak terikat / bebas
apabila poligon tersebut terbuka tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas),
pengkukuran sepeti ini kan terjadi pada derah-daerah yang tiak ada titik tetapnya dan
sudut melakukan pengukuran baik secara artonimis maupun secara satelit.
2.1.1 Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon
segi banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1
kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan
membentuk segi banyak. (Muhammad, 2017)

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar 2.1 Poligon tertutup (sumber : (Kuswadi, Istanto, & Zulkarnain, 2018)
2.1.2 Poligon Terbuka
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai,
maupun irigasi. tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan
terbuka. namun tetap disarankan untuk menggunakan poligon tertutup apabila
mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini adalah poligon tersebut tidak
mempunyai sudut dalam seperti pada tertutup. jadi pengukuran di mulai dari titik
awal tapi tidak kembali ke titik awal.
Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan tidak
terikat sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-data
koordinat pada titik awal dan titik akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z).
Sedangkan terikat tidak sempurna adalah hanya mempunyai data koordinat dan
elevasi pada titik awal saja. Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat
sempurna dan tidak terikat sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila kita
mempunyai data-data koordinat pada titik awal dan titik akhir berupa data koordinat
yang tepat.

Gambar 2.2 Poligon terbuka (sumber : (Kuswadi et al., 2018))


Poligon terbuka terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak
kembali ke titik awal atau tidak terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau
lebih tinggi ordenya. Dilapangan, poligon ini biasanya dipakai untuk pengukuran
jalan dengan cara pintas,atau panjang jalan dalam radius pendek. Biasanya hasil yang
didapat, terdapat banyak kekeliruan (Muhammad, 2017).

2.2 Gaya

Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya
dapat menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada benda.
Gaya termasuk ke dalam besaran Vektor, karena memiliki nilai dan arah. Sebuah
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gaya disimbolkan dengan huruf F (Force) dan Satuan Gaya dalam SI (Satuan
Internasional) adalah Newton, disingkat dengan N. Pengukuran gaya dapat dilakukan
dengan alat yang disebut dinamometer atau neraca pegas. Untuk melakukan sebuah
gaya diperlukan usaha (Tenaga), semakin besar gaya yang hendak dilakukan, maka
semakin besar pula Usaha (tenaga) yang harus dikeluarkan (Muhammad, 2017).
2.2.1 Sifat – Sifat Gaya
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya memiliki
beberapa sifat berikut :
1. Gaya dapat mengubah arah gerak benda
2. Gaya dapat mengubah bentuk benda
3. Gaya dapat mengubah posisi benda dengan cara menggerakkan atau
memindahkannya
2.2.2 Macam – macam Gaya
Berdasarkan Sentuhannya dengan benda, gaya dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Gaya Sentuh
Gaya Sentuh adalah gaya yang bekerja dengan sentuhan. Artinya Suatu gaya
akan menghasilkan efek apabila terjadi sentuhan dengan benda yang akan diberikan
gaya tersebut, apabila tidak terjadi sentuhan, maka gaya tidak akan bekerja pada
benda. Gaya ini akan muncul ketika benda bersentuhan dengan benda lain yang
menjadi sumber gaya.
Contohnya, ketika seseorang hendak memindahkan meja, maka ia harus
menyentuh menja tersebut kemudian mendorongnya ke tempat tujuan, pada kasus ini
terjadi sentuhan antara manusia sebagai sumber gaya, dan meja sebagai target yang
henda diberikan gaya. Apabila tidak terjadi ∑F = m.a Faksi = -Freaksi sentuhan
antara keduanya maka meja tidak akan berpindah sesuai keinginan.
b. Gaya Tak Sentuh
Gaya Tak Sentuh adalah suatu gaya yang ditimbulkan dimana gaya yang akan
bekerja tanpa terjadinya dari suatu sentuhan. Artinya Efek dari suatu gaya yang
dikeluarkan oleh sumber gaya dimana tetap dapat dirasakan oleh setiap benda
walaupun mereka tidak bersentuhan. Contohnya adalah Gaya Magnet dan Gaya
Gravitasi, pada gaya magnet, ketika kita meletakkan besi di dekat magnet (tanpa
bersentuhan), maka besi tersebut diamana akan tertarik ke arah suatu magnet karena
merasakan efek-efek dari suatu gaya yang dikeluarkan oleh magnet tersebut.
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Berdasarkan Jenis Gaya Secara Umum dikenal 7 Jenis Gaya utama yang dijabarkan,
sebagai berikut :
a. Gaya Otot
Sesuai dengan namanya Gaya otot merupakan gaya yang dilakukan oleh
makhluk hidup yang memiliki otot. Gaya timbul dari koordinasi dari struktur otot
dengan rangka tubuh. Gaya Otot Termasuk ke dalam kelompok Gaya Sentuh.
Contohnya adalah seseorang yang mengangkat batu. Untuk mengangkat batu
tersebut, otot di dalam tubuhnya berkoordinasi sehingga mampu menggerakan tangan
untuk mengangkat batu
b. Gaya Pegas
Gaya Pegas adalah gaya dihasilkan oleh sebuah pegas. Gaya pegas disebut
juga gaya lenting pulih yang terjadi karena adanya sifat keelastisan suatu benda.
Gaya Pegas termasuk ke dalam kelompok Gaya Sentuh. Gaya Pegas timbul karena
pegas dapat memapat dan merenggang sehingga bentuknya dapat kembali seperti
semula setelah terjadi gaya tersebut. Contohnya adalah ketika seseorang pemanah
menarik anak panah kebelakang, maka busur pada panah tersebut akan mengikuti
arah busur yang ditarik, kemudian setelah anak panah dilepaskan, maka pegas pada
busur panah akan kembali ke bentuk semulanya. Contoh lainnya adalah ketapel,
sistem kerjanya sejenis dengan busur panah (Muhammad, 2017).
c. Gaya Gesek
Gaya Gesek adalah gaya yang timbul karena terjadinya persentuhan langsung
antara dua permukaan benda. Gaya Gesek merupakan gaya yang arahnya selalu
berlawanan dengan arah gerak benda atau arah gaya luar. Gaya gesek termasuk ke
dalam kelompok gaya sentuh. Besar kecilnya gaya gesekan ditentukan oleh halus
atau kasarnya permukaan benda. Semakin halus permukaan, maka semakin kecil
gaya gesekan yang timbul sehingga gaya yang dibutuhkan untuk membuat benda
tersebut bergerak semakin kecil juga. Contohnya apabila batu yang sama dengan
jumlah gaya luar yang sama di gerakan pada 2 permukaan , satu di lantai keramik
(Halus), satu lagi di lantai semen (kasar), maka pergerakan batu di lantai keramik
akan lebih cepat da mudah dibandingkan pergerakan batu pada lantai semen. Gaya
Gesek terbagi menjadi 2, yaitu :

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1. Gaya Gesek Statis, yaitu gaya gesek yang terjadi ketika benda diam. Gaya
gesek statis terjadi apabila gaya luar yang diberikan kepada benda nilainya sama
dengan gaya gesekan yang terjadi sehingga benda tersebut akan diam tidak bergerak
karena resultan (penjumlahan) gaya yang terjadi padanya sama dengan nol.
Contohnya, ketika ada sebuah benda diletakan pada bidang miring dan benda
tersebut kita tahan dengan tangan, maka benda itu tidak akan bergerak (tetap diam)
karena resultan gaya dari tangan kita sama dengan resultan gaya gesek yang terjadi,
namun apabila kita melepaskannya, maka benda tersebut akan kembali bergerak.
2. Gaya Gesek Kinetik, yaitu gaya gesek yang terjadi ketika benda dalam
keadaan bergerak. Gaya Gesek Kinetik terjadi ketika nilai gaya gesek selalu lebih
kecil dibandingkan gaya luar yang bekerja padanya, sehingga gaya luar menang dan
membuat benda tersebut bergerak. Contohnya adalah gaya gesek antara permukaan
mobil dengan aspal ketika mobil bergerak, gaya gesek yang terjadi lebih kecil, dari
gaya mesin sehingga mobil mampu bergerak.
d. Gaya Mesin
Gaya Mesin adalah gaya yang dihasilkan oleh kerja mesin, seiring
berkembangnya teknologi, mesin yang dibuatpun semakin canggih. Gaya Mesin
sangat membantu dalam meringankan aktivitas manusia. Contohnya adalah Kerja
Mobil dan Motor.
e. Gaya Gravitasi Bumi (Gaya Berat)
Gaya Gravitasi Bumi adalah Gaya tarik bumi terhadap seluruh benda
bermassa yang terdapat pada permukaannya. Sahabat pasti sudah mengetahui bahwa
dengan adanya gravitasi bumi, maka kita dapat berdiri tanpa masalah
dipermukaannya, apabila tidak terdapat gaya gravitasi bumi, maka setiap benda akan
melayang seperti halnya di luar angkasa.
f. Gaya Magnet
Gaya Magnet adalah gaya pada magnet yang mampu menarik benda – benda
tertentu. Benda yang mampu ditarik oleh magnet disebut benda magnetis, umumnya
terbuat dari besi atau baja, ataupun logam lainnya. Semakin dekat magnet dengan
benda magnetis, maka gaya tarik magnet tersebut semakin besar. Gaya magnet dapat
menarik benda meskipun tanpa menyentuhnya, oleh karena itu Gaya magnet
termasuk ke dalam kelompok Gaya Tak Sentuh (Muhammad, 2017).
g. Gaya Listrik
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gaya Listrik adalah gaya yang dihasilkan oleh benda – benda bermuatan
listrik dalam medan listrik. Contohnya adalah kipas angin bekerja dengan mengubah
energi listrik menjadi energi gerak.
2.3 Hukum Newton

Hukum newton terdiri dari hukum newton I, II dan III sebagai berikut:
2.3.1 Hukum Newton I
Hukum I Newton menyatakan bahwa: “Setiap benda tetap berada dalam
keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika
diberi gaya total yang tidak nol.” Kecenderungan sebuah benda untuk
mempertahankankeadaan diam atau gerak tetapnya pada garis lurus disebut inersia
(kelembaman). Sehingga, Hukum I Newton sering disebut Hukum Inersia.

∑ F=0 ………………………………………………………..(2.1.1)

Hukum I Newton tidak selalu berlaku pada setiap kerangka acuan. Sebagai
contoh, jika kerangka acuan kalian tetap di dalam mobil yang dipercepat, sebuah
benda seperti cangkir yang diletakkan di atas dashboard mungkin bergerak ke arah
kalian (cangkir tersebut tetap diam selama kecepatan mobil konstan). Cangkir
dipercepat ke arah kalian tetapi baik kalian maupun orang atau benda lain
memberikan gaya kepada cangkir tersebut dengan arah berlawanan. Pada kerangka
acuan yang dipercepat seperti ini, Hukum I Newton tidak berlaku. Kerangka acuan di
mana Hukum I Newton berlaku disebut kerangka acuan inersia.
2.3.2 Hukum Newwton II
Jika kita mendorong dengan gaya dua kali lipat semula, maka suatu kereta
belanja mencapai 4 km/jam dalam waktu setengah kali sebelumnya. Ini menunjukkan
percepatan kereta belanja dua kali lebih besar. Jadi, percepatan sebuah benda
berbanding lurus dengan gaya total yang diberikan. Selain bergantung pada gaya,
percepatan benda juga bergantung pada massa. Jika kita mendorong kereta belanja
yang penuh dengan belanjaan, kita akan menemukan bahwa kereta yang penuh
memiliki percepatan yang lebih lambat. (Goleman, Daniel, Boyatzis, Richard,
Mckee, 2019).
Dapat disimpulkan bahwa jika makin besar suatu massa maka akan semakin
kecil percepatan yang dihasilkan , meskipun gayanya yang dihasilkan sama. Jadi,

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
suatu percepatan sebuah benda yang berbanding terbalik dengan suatu massanya.
Sehingga hubungan ini selanjutnya dikenal sebagai Hukum II Newton, yang
bunyinya dijabarkan sebagai berikut: “Percepatan sebuah benda berbanding lurus
dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya.
Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.” (Sumarsono,
2009).
Hukum II Newton tersebut dirumuskan secaramatematis dalam persamaan:
…………………………………………………………..(2.1.2)
a = ∑F/m atau
∑F = m.a

Keterangan : a= percepatan (m/s2), m = massa benda (kg), ∑F = resultan gaya (N)


2.3.3 Hukum Newton III
Hukum II Newton menjelaskan secara kuantitatif bagaimana gaya-gaya
memengaruhi gerak. Sebagai contoh, seekor kuda yang menarik kereta, tangan
seseorang mendorong meja, martil memukul/ mendorong paku, atau magnet menarik
paku. Contoh tersebut menunjukkan bahwa gaya diberikan pada sebuah benda, dan
gaya tersebut diberikan oleh benda lain, misalnya gaya yang diberikan pada meja
diberikan oleh tangan. Hal ini merupakan inti dari Hukum III Newton, yaitu:
“Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut
memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda
pertama”. Hukum III Newton ini kadang dinyatakan sebagai hukum aksi-reaksi,
“untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Untuk menghindari
kesalahpahaman, sangat penting untuk mengingat bahwa gaya “aksi” dan
gaya“reaksi” bekerja pada benda yang berbeda.
Faksi =………………………………………………………………….(2.1.3)
- Freaksi

Kebenaran Hukum III Newton dapat ditunjukkan dengan contoh berikut ini.
Perhatikan tangan kalian ketika mendorong ujung meja. Bentuk tangan kalian
menjadi berubah, bukti nyata bahwa sebuah gaya bekerja padanya. Kalian bisa
melihat sisi meja menekan tangan kalian. Mungkin kalian bahkan bisa atau dapat
merasakan - merasakan bahwa meja tersebut memberikan gaya pada tangan kalian;
rasanya sakit! Makin kuat kalian mendorong meja tersebut, maka makin kuat pula
meja tersebut mendorong balik. (Goleman, Daniel, Boyatzis, Richard, Mckee, 2019).

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.4 Gerak

Suatu benda dapat dikatakan bergerak jika benda itu mengalami perubahan
kedudukan terhadap titik tertentu sebagai acuan. Gerak dapat dikatakan sebagai
perubahan kedudukan suatu benda dalam selang waktu tertentu. Dalam konsep gerak
ada beberapa hal yang terkait antara lain kedudukan, waktu, kecepatan dan
percepatan benda tersebut. “Jika suatu benda bergerak , maka benda tersebut dapat
dikatakan memiliki kecepatan, yaitu seberapa cepat kedudukan benda tersebut
berubah”. Definisi kecepatan adalah perubahan kedudukan / perpindahan yang
ditempuh tiap satuan waktu.
Gerak suatu benda menurut lintasannya dibagi menjadi gerak lurus, gerak
melingkar, dan gerak parabola. Dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut tentang
gerak lurus. Suatu benda yang bergerak dalam lintasan lurus disebut gerak lurus.
Beberapa contoh dari gerak lurus misalnya: Kereta api yang bergerak pada
lintasannya dan buah kelapa yang jatuh dari pohonnya. Gerak lurus dibagi menjadi
dua, yaitu gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan. Gerak lurus
beraturanterjadi apabila ada suatu benda yang bergerak dengan kecepatan tetap
(konstan). Syarat benda dikatakan bergerak lurus beraturan apabila gerak benda
tersebut menempuh lintasan lurus dan kecepatan benda tidak berubah. Pada gerak
lurus beraturan, tidak ada percepatan benda ( α = 0).
Grafik Hubungan antara Jarak Terhadap Waktu pada GLB Gerak lurus
berubah beraturan terjadi apabila ada suatu benda yang bergerak pada lintasan lurus
dengan kecepatan yang berubah secara teratur setiap detiknya. Perubahan kecepatan
setiap detiknya ini disebut percepatan. Dengan demikian, pada GLBB benda
mengalami percepatan secara teratur atau tetap. Hubungan antara besar kecepatan (v)
dengan waktu (t) pada gerak lurus berubah beraturan (GLBB). (Nisa, Widya P,
Santosa, & Rahmawati, 2014).
2.4.1 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemukanperistiwa yang
berkaitan dengan gerak lurus beraturan, misalnya orang yang berjalan dengan
langkah kaki yang relatif konstan, mobil yang sedang bergerak, dan sebagainya.
Suatu benda dikatakan mengalami gerak lurus beraturan jika lintasan yang ditempuh
oleh benda itu berupa garis lurus dan kecepatannya selalu tetap setiap saat. Sebuah

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
benda yang bergerak lurus menempuh jarak yang sama untuk selang waktu yang
sama. Sebagai contohnya, apabila dalam waktu 5 sekon pertama sebuah mobil yang
dimana menempuh jarak 100 m, maka untuk waktu 5 sekon berikutnya mobil itu juga
menempuh jarak 100 m. Begitulah terapan gerak lurus beraturan pada kehidupan
sehari hari yang di terapkan pada mobil sesuai yang di berikan (Sumarsono, 2009).
2.4.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Banyak situasi praktis terjadi ketika percepatan konstan atau mendekati
konstan, yaitu jika percepatan tidak berubah terhadap waktu. Situasi ketika besar
percepatan konstan dan gerak melalui garis lurus disebut gerak lurus
berubahberaturan (GLBB). Dalam hal ini, yang di maksud adalah dalam percepatan
sesaat dan percepatan rata-rata adalah sama.
2.4.3 Gerak Jatuh Bebas
Salah satu contoh gerak yang paling umum mengenai gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) adalah benda yang mengalami jatuh bebas dengan jarak yang
tidak jauh dari permukaan tanah. Kenyataan bahwa benda yang jatuh mengalami
percepatan, mungkin pertama kali tidak begitu terlihat. Sebelum masa Galileo, orang
mempercayai pemikiran bahwa benda yang lebih berat jatuh lebih cepat dari benda
yang lebih ringan, dan bahwa laju jatuh benda tersebut sebanding dengan berat benda
itu. Galileo menemukan bahwa semua benda akan jatuhdengan percepatan konstan
yang sama jika tidak ada udara atau hambatan lainnya. Ia menyatakan bahwa untuk
sebuah benda yang jatuh dari keadaan diam (Sumarsono, 2009).

2.4 Vektor

Besaran-besaran fisika dibedakan menjadi dua yaitu besaran skalar dan


besaran vektor. Beberapa besaran fisika seperti massa, waktu dan suhu sudah cukup
jika dinyatakan dengan suatu bilangan- bilangan dan sebuah satuan untuk
menyatakan besarnya nilai besaran tersebut. Tetapi banyak terdapat besaran lain yang
harus menyertakan persoalan arah untuk mendeskripsikan secara lengkap makna
besaran tersebut. Sebagai misal kecepatan sebuah kereta api, untuk mendeskripsikan
gerak tersebut, kita belum cukup hanya mengatakan seberapa cepat kereta api
berjalan, namun pada saat bersamaan juga kita harus mengatakan suatu ke arah mana
kereta bergerak. Besaran-besaran fisika tersebut jika ditinjau dari setiao pengaruh

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
arah terhadap besaran tersebut maka dapat dikelompokkan dan dijabarkan menjadi
sebagai berikut:
1. Besaran Skalar: besaran yang cukup dinyatakan besarnya saja(tidak
tergantung pada arah). Misalnya : massa, waktu, suhu dsb.
2 Besaran Vektor: besaran yang tergantung pada arah. Misalnya :kecepatan,
gaya, momentum dsb.
2.4.1 Menotasikan Vektor
Besaran vektor dituliskan dalam huruf bercetak tebal dan hurufmiringnya
digunakan untuk menyatakan nilai skalar (besar vektor tersebut). Contoh, vektor A
dituliskan dengan A dan besarnya dituliskan dengan A. selain itu, digunakan juga
tanda pembeda untuk menuliskan vektor seperti anak panah diatas lambang vektor
tersebut. Besaran dalam fisika terbagi menjadi dua yaitu besaran vektor dan besaran
Adan besarnya ditulis |A |. Untuk buku
skalar. Contoh, vektor A dituliskan dengan ⃗
cetakan lambing vektor juga dapat ditulis dengan menggunakan huruf kecil (bukan
kapital) yang dicetak tebal, misalnya a.
2.4.2 Menjumlakan dan Mengurangkan
Vektor Pada dasarnya dua buah vektor misalkan A dan B dapatdijumlahkan.
Hasil penjumlahan dari sejumlah vektor disebuut vektor resultan.Contoh,
penjumlahan dua vektor dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

A+B=R
………………………………………………………….(2.1.4)

Keterangan : A = vektor yang dapat di jumlahkan, B = vektor yang dapat


dijumlahkan dengan vektor A, R : Vektor sejultan.
Penjumlahan vektor berbeda dengan penjumlahan bilanganskalar, tetapi
penjumlahan vektor juga memenuhi hukum komutatif penjumlahan dan hukum
asosiatif penjumlahan. (Sabar Nurohman, 2019)
2.4.3 Vektor Satuan
Vektor satuan (unit vektor) merupakan suatu vektor yangbesarnya sama
dengan 1 (satu) dan tidak mempunyai satuan serta berfungsi untuk menunjukan suatu
arah dalam ruang. Besaran dalam fisika dibedakan menjadi besaran vektor dan
besaran skalar. Besaran vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai dan arah,

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
contoh: gaya, tekanan, kecepatan, percepatan, momentum dan sebagainya. Besaran
skalar adalah suatu besaran yang mempunyai nilai tetapi tidak mempunyai arah,
contoh: suhu, volume, massa, dan sebagainya.
Pada besaran skalar berlaku operasi-operasi aljabar, tetapi pada besaran vektor
operasi-operasi aljabar tidak berlaku. Penulisan besaran vektor secara internasional
disepakati dengan tanda panah di atas lambang atau dicetak tebal sedangkan untuk
besaran skalar dicetak biasa. Di samping hal ini, besaran vektor digambarkan dengan
anak panah. Panjang anak panah menyatakan nilai besar vektor, sedangkan arah mata
panah menyatakan arah vektor.
Perubahan posisi suatu partikel disebut pergeseran. Jika sebuah partikel
berpindah dari posisi A ke posisi B, pergeserannya dapat kita nyatakan dengan
menarik garis dari A ke B; arah dari pergeseran ditunjukkan dengan memasang
ujung anak panah di B yang menyatakan bahwa pergeseran tersebut mulai dari A ke
B. Jejak lintasan partikel itu sendiri tidak harus merupakan garis lurus dari A ke B;
anak panah hanya menunjukkan hasil gerak secara keseluruhan. Bukan gerakan yang
sesungguhnya.
Besaran-besaran yang memiliki sifat seperti pergeseran disebut vektor. Jadi
vektor adalah besaran-besaran yang memiliki besar dan arah dan memenuhi aturan-
aturan penjumlahan tertentu. Vektor pergeseran hanyalah salah satu contoh saja,
besaran-besaran fisis lain yang juga merupakan vektor antara lain; gaya, kecepatan,
percepatan, medan listrik dan medan magnet. Banyak kaidah fisika yang dapat
dinyatakan secara padat (kompak) bila menggunakan vektor; penurunan kaidahnya
pun seringkali nampak menjadi lebih sederhana. Besaran yang dapat dinyatakan
secara tepat hanya oleh sebuah bilangan dan satuannya saja disebut sebagai skalar.
Besaran-besaran fisis yang merupakan skalar adalah massa, panjang, waktu, rapat,
tenaga dan suhu. Perhitungan dengan skalar dapat dilakukan dengan menggunakan
aturan-aturan aljabar biasa. (David Halliday, 1978)
2.4.4 Ketentuan arah vektor
Sesuai dengan konsep yang dibahas, sebagai besaran vektor, besaran kerja,
daya, dan energi perlu ditetapkan memiliki arah, disamping memiliki besar. Untuk
itu, arah besaran-besaran tersebut harus ditetapkan mengacu kesepakatan para ahli
dan hukum-hukum gaya dalam Hukum Newton. Sesuai Hukum I Newton, arah gaya
berat yang memiliki arah kebawah (↓) adalah negatif (@). Sesuai Hukum III Newton,

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
arah gaya reaksi dan gaya gesek terhadap gaya berat yang memiliki arah keatas (↑)
adalah positif (+).
Sesuai dengan setiap ketentuan suatu arah gaya tersebut, maka suatu dari arah
gerak benda kebawah (↓) dinyatakan memiliki suatu arah yang bersifat negatif (@),
sehingga suatu arah tersebut untuk kecepatan, percepatan, kerja, daya, energi kinetik,
energi potensial, dan energi mekanis ke arah kebawah (↓) dan dimana harus
dinyatakan dan juga memiliki nilai negatif yang dimana dapat dinyatakan dalam
bentuk yang seperti (@). (Kerja & Energi, 2016)
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

(a) (b) (c)

Gambar 3.1 Peralatan Praktikum Poligon Gaya

(a) Busur Derajat, (b) Beban pemberat, dan (c) Peralatan poligon

gaya

3.2 Prosedur Percobaan

Mula – mula pasanglah alat sesuai gambar meminta petunjuk dari asisten.
Setelah itu kami memberikan beban pada masing-masing katrol, dengan besar sama
atau berbeda sesuai petunjuk dari asisten.Kemudian kami mencatat besarnya beban
masing-masing setiap katrol. Lalu kami menarik simpul tali (titik 0) ke pusat
keseimbangan (papan grafik atau perpotongan diagonal pada bidang), kemudian
melepaskannya. Setelah itu kami mengukur kemiringan masing-masing tali (sesuai
gambar) dengan menggunakan busur derajat, catat hasilnya. Kami mengubah

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
besarnya beban beberapa kali sesuai petunjuk asisten ulangi prosedur (3) sampai (5).
Lalu kami mencatat pula hasilnya.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Percobaan polygon gaya yang dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan


beban pemberat dan busur derajat, hasil pengukuranya sebagai berikut
4.1.1 Tabel Pengamatan

No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 29 45 36 21
2 25 40 40 25 m1=0.04 kg
3 24 43 39 25
4 25 45 40 23 m 2=0.06 kg
5 26 44 41 23
m3=0.07 kg
m 4 =0.05 kg

4.1.2 Tabel Pengamatan

No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 48 30 20 34
2 50 30 20 35 m1=0.05 kg
3 50 29 20 34
4 49 30 19 35 m 2=0.04 kg
5 49 29 20 34
m3=0.05 kg
m 4 =0.075 kg

4.1.3 Tabel Pengamatan Percobaan Tiga


|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 30 30 31 35
2 31 28 33 35 m1=0.08 kg
3 31 27 33 34
4 31 27 32 34 m 2=0.05 kg
5 30 26 33 34
m3=0.06 kg
m 4 =0.055 kg

Hari / Tanggal Praktikum : Jumat / 25 Oktober 2019


Frekuensi : I
Anggota Kelompok : 1. Wulandari (09220190110)
2. Hamra Syarifuddin (09220190146)
3. Jessica Hassan Armin (09220190111)
4. Nursyam (09220190112)
5. Eka Putriani (09220190133

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Makassar, 01 November 2019


Asisten

( )

BAB V
PENGOLAHAN DATA

5. 1 Perhitungan secara matematik

A. Sudut ( θ ) rata-rata

Tabel I :

ΣθM
θMn=
n

29+25+24+ 25+26 129


θ M1 = = = 25,8
5 5

45+ 40+43+ 45+ 44 217


θ M2 = = = 43,4
5 5

36+40+ 39+40+ 41 196


θ M3 = = = 39,2
5 5

21+ 25+25+23+23 117


θ M4 = = = 23,4
5 5

25,8+43,4 +39,2+ 23,4 131,8


θ Mt = = = 32,9
4 4

Tabel II :

48+50+50+ 49+ 49 246


θ M1 = = = 49,2
5 5

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
30+30+29+30+29 148
θ M2 = = = 29,6
5 5

20+20+20+19+20 99
θ M3 = = = 19,8
5 5

34+35+34 +35+34 172


θ M4 = = = 34,4
5 5

49,2+29,6+19,8+32,9 131,8
θ Mt = = = 32,9
4 4

Tabel III :

30+31+31+ 31+ 30 153


θ M1 = = = 30,6
5 5

30+28+27+27 +26 138


θ M2 = = = 27,6
5 5

31+ 33+33+32+33 162


θ M3 = = = 32,4
5 5

35+35+34+ 34+34 172


θ M4 = = = 34,4
5 5

30,6+27,6+32,4+ 34,4 125


θ Mt = = = 31,25
4 4

B. Gaya – gaya pada sumbu x


Tabel I
Fxn = m.g.cos θmn
Fx1 = 0,04 . 9,81 . cos 25,8
= 0,3924 . 0,9
= 0,3531
Fx2 = 0,06 . 9,81 . cos 43,4
= 0,5886 . 0,726
= 0,4273
Fx3 = 0,07 . 9,81 . cos 39,2
= 0,6867 . 0,774

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 0,5315
Fx4 = 0,05 . 9,81 . cos 23,4
= 0,4905 . 0,917
= 0,4497

Tabel II
Fx1 = 0,05 . 9,81 . cos 49,2
= 0,4905 . 0,653
= 0,3202
Fx2 = 0,04 . 9,81 . cos 29,6
= 0,3924 . 0,869
= 0,3409
Fx3 = 0,05 . 9,81 . cos 19,8
= 0,4905 . 0,940
= 0,4610
Fx4 = 0,075 . 9,81 . cos 34,4
= 0,7357 . 0,825
= 0,6069

Tabel III
Fx1 = 0,08 . 9,81 . cos 30,6
= 0,7848 . 0,860
= 0,6749
Fx2 = 0,05 . 9,81 . cos 27,6
= 0,4905 . 0,886
= 0,4345
Fx3 = 0,06 . 9,81 . cos 32,4
= 0,5886 . 0,844

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 0,4967
Fx4 = 0,055 . 9,81 . cos 34,4
= 0,5395 . 0,825
= 0,4450

C. Gaya – gaya pada sumbu y


Tabel I
Fyn = m.g.sin θmn
Fy1 = 0,04 . 9,81 . sin 25,8
= 0,3924 . 0,435
= 0,1706
Fy2 = 0,06 . 9,81 . sin 43,4
= 0,5886 . 0,687
= 0,4043
Fy3 = 0,07 . 9,81 . sin 39,2
= 0,6867 . 0,632
= 0,4339
Fy4 = 0,05 . 9,81 . sin 23,4
= 0,4905 . 0,397
= 0,1947

Tabel II
Fyn = m.g.sin θmn
Fy1 = 0,05 . 9,81 . sin 42,9
= 0,4905 . 0,756
= 0,3708
Fy2 = 0,04 . 9,81 . sin 29,6
= 0,3924 . 0,439
= 0,1934

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Fy3 = 0,05 . 9,81 . sin 19,8


= 0,4905 . 0,338
= 0,1657
Fy4 = 0,75 . 9,81 . sin 34,4
= 0,7357 . 0,564
= 0,4149

Tabel III
Fyn = m.g.sin θmn
Fy1 = 0,08 . 9,81 . sin 30,6
= 0,7848 . 0,509
= 0,3994
Fy2 = 0,05 . 9,81 . sin 27,6
= 0,4905 . 0,463
= 0,2271
Fy3 = 0,06 . 9,81 . sin 32,4
= 0,5886 . 0,535
= 0,3149
Fy4 = 0,055 . 9,81 . sin 34,4
= 0,5395 . 0,564
= 0,3042

D. Resultan gaya pada sumbu x


Tabel I
Rx = Fx1 + (-Fx2) + (-Fx3) + Fx4
Rx = (0,3531) + (-0,4273) + (-0,5315) + (0,4497)
= - 0,156

Tabel II
Rx = Fx1 + (-Fx2) + (-Fx3) + Fx4
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Rx = (0,3202) + (-0,4309) + (-0,4910) + (0,6069)


= 0,1252

Tabel III
Rx = Fx1 + (-Fx2) + (-Fx3) + Fx4
Rx = (0,6749) + (-0,4345) + (-0,4967) + (0,4450)
= - 0,1887

E. Resultan gaya pada sumbu y


Tabel I
Ry = Fy1 + Fy2 + (-Fy3) + (-Fy4)
Ry = (0,1706) + (0,4043) + (-0,4339) + (-0,1947)
= (0,5749) + (-0,6276)
= - 0,0537

= - 0,0537

Tabel II
Ry = Fy1 + Fy2 + (-Fy3) + (-Fy4)
Ry = (0,3708) + (0,1934) + (-0,1657) + (-0,4149)
= - 0,0159

Tabel III
Ry = Fy1 + Fy2 + (-Fy3) + (-Fy4)
Ry = (0,3994) + (0,2271) + (-0,3149) + (-0,3042)
= - 0,0074

F Junlah gaya yang bekerja pada system resultan


Tabel I :
R = √¿ ¿

R = √¿ ¿

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= √¿ ¿

= √ 0,0271
= 0,1646

Tabel II :
R = √¿ ¿

= √¿ ¿

= √ 001585
= 0,1258

Tabel I :
R = √¿ ¿

= √¿ ¿

= √ 0,0356
= 0,1888
G. Perhitungan gaya berdasarkan grafik
Tabel I
Fn = m.g.skala gaya

No M θ F Skala 1:10
Fx1 0,04 25,8 0,3924 3,924
1
2 0,06 43,4 0,5886 5,885
3 0,07 39,2 0,6867 6,867
= 40,04 . 9,81
0,05. 10 23,4 Fx
0,4905 4,905
4

= 0,05 . 9,81 . 10
= 0,3924 . 10 = 0,4905 . 10
= 3,9 N = 4,9 N
Fx2 = 0,06 . 9,81 . 10
= 0,5886 . 10
= 5,8 N

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Fx3 = 0,07 . 9,81 . 10


= 0,6867 . 10
= 6,8 N

Tabel II
No M θ F Skala 1:10
1 0,05 49,2 0,4905 4,905
2 0,04 29,6 0,3924 3,924
3 0,05 19,8 0,4905 4,905
4 0,075 34,4 0,7357 7,357

Fx1 = 0,05 . 9,81 . 10


= 0,4905 . 10
= 4,9 N
Fx2 = 0,04 . 9,81 . 10
= 0,3924 . 10
= 3,9 N
Fx3 = 0,05 . 9,81 . 10
= 0,4905 . 10
= 4,9 N
Fx4 = 0,075 . 9,81 . 10
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 0,7357 . 10
= 7,3 N

Tabel III

No M θ F Skala 1; 10
1 0,08 30,6 0,7848 7,848
Fx2 0,05 27,6 0,4905 4,905
3 0,06 32,4 0,5886 5,886
1 4 0,055 34,4 0,5395 5,395
= 0,08 . 9,81 . 10
= 0,7848 . 10
= 7,8 N
Fx2 = 0,05 . 9,81 . 10
= 0,4905 . 10
= 4,9 N
Fx3 = 0,06 . 9,81 . 10
= 0,5886 . 10
= 5,8 N
Fx4 = 0,055 . 9,81 . 10
= 0,5395 . 10
= 5,3 N

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

5.2 Teori Ketidakpastian

Fx = F cos θ

δFx 2 2
δFx 2
∆ Fx=
√( δF )
(∆ F ) × (
δ cos θ )
× ( ∆ cos θ )2

δFx
= F. Cos θ
δF
Dimana :
U=F U' = 1
V = cos θ V' = 0
δFx
=U ' . V +U . V '
δF
¿ 1 ×cos θ+ F ×0
¿ 1 ×cos 32,95 °
¿ 1 ×0,8391
¿ 0,8391
∆ F = m× g

δF 2
∆F =
√( δm )( ∆ m )2

δF
= m× g
δm

Dimana :

U=m U' = 1

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
V=g V' = 0
δF
=U ' .V +U . V '
δm

=1× g+m×0

= 1 × 9,81

= 9,81

1
∆ m=¿ × skala terkecil
2

¿ 0,5 × 10−3

¿ 5 × 10−4

−4 2
∆F = √ ( 9,81 ) ( 5 × 10
2
)

= √ 96,23661 x 25.10−5

= √ 2406 x 10−8
= 4,9 x 10−4
= 4,9 x 10−3 N

δFx
= F × cosθ
δ cos θ
Dimana :
U=F U' = 0
V = cos θ V ' = - sin θ
δF
=U ' . V +U .V '
δ cos θ
¿ 0 × cos θ+ F ×(−sin θ)

¿ F x ¿ θ)

¿ 0,5395 x (-sin 32,95°)

¿ 0,5395 x (-0,5439)

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
¿ -0,2934

∆ cos θ = √ ¿ ¿ ¿ ¿
=

2 2 2
( cos 32,95−cos 25,8 ) + ( cos 32,95−cos 43,4 ) + ( cos 32,95−cos 39,2 )
√ 2
4(4−1)

+ ( cos 32,95−cos 23,4 )

¿
√ 4 (4−1)

( 0,8391−0,9003 )2 + ( 0,8391−0,7265 )2 + ( 0,8391−0,7749 )2+ ( 0,8391−0,9177 )2


√ 12

(−0,0612 )2+ ( 0,1126 )2 + ( 0,0642 )2+ (−0,0786 )2


¿
√ 12
0,0037+0,0126+0,0041+0,0061
=
√ 12
0,0265
=
√ 12
=√ 0,0022
= 0,0469
−3 2
∆ Fx = √ ( 0,8391 ) × ( 4,9 x 10
2
) + (−0,2934 )2 × ( 0,00469 )2
¿ √ ( 0,7040 ) ( 24,01 x 10−6 ) + ( 0,0,0860 )(0,0021)

¿ √ 16,93 x 10−6 +18,06 x 10−5


¿ √ 34,99× 10−5
= 0,0044
= 4,4. 10-3

∆ Fx
KR = x 100 %
2(∆ Fx+ Fx 1)
0,0044
= × 100 %
2 ( 0,0044 +0,3292 )
0,0044
= × 100%
0,6672
= 0,0065 x 100%

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,65%
KB = 100% −¿ KR
= 100 % −0,65 %
= 99,35%

BAB VI
ANALISA PERHITUNGAN

6.1 Tabel Analisa I

No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 29 45 36 21
2 25 40 40 25 m 1=0.04 kg
3 24 43 39 25
4 25 45 40 23 m 2=0.06 kg
5 26 44 41 23
m 3=0.07 kg
m4 =0.05 kg

6.2 Tabel Analisa II

No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 48 30 20 34

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2 50 30 20 35 m1=0.05 kg
3 50 29 20 34
m 2=0.04 kg
4 49 30 19 35
5 49 29 20 34 m3=0.05 kg
m 4 =0.075 kg

6.2 Tabel Analisa III

No θm 1 θm 2 θm 3 θm 4 Keterangan
.
1 30 30 31 35
2 31 28 33 35 m 1=0.08 kg
3 31 27 33 34
4 31 27 32 34 m2=0.05 kg
5 30 26 33 34
m 3=0.06 kg
m4 =0.055 kg

6.2 Pembahasan

Pada tabel data di atas kami dapat menganalisa bahwa data diperoleh dari
interval waktu masing-masing jarak berbeda karena dipengaruhi oleh suatu gaya.
Semakin besar massa bola yang digunakan. Maka waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh suatu jarak ke jarak maksimal semakin kecil.

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dikulakn dapat disimpulkan bahwa gaya yang
dihasilkan pada saaat terjadinya sebuah pergerakan pada benang yang
mengakibatkan adanya gaya yang di berikan oleh beban apabilah gaya yang
diberikan oleh beban kepada tali itu berbeda,maka sudut yang dihasilkan akan
berbeda. Adapun pada percobaan ini di pengaruhi oleh beban yang diberikan pada
setiap lengan yang ada pada tali. Semakin besar beban yang dirikan maka sudut
yang dihasilkan akan semakin kecil begitupun sebaliknya.

7.2 Saran

|Page POLIGON GAYA


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
A. Saran untuk laboratorium
Saya berharap agar ruang laboratorium lebih dilengkapi fasilitasnya dan
lebih dijaga kebersihannya.
B. Saran untuk Asistensi
Saya harap kepada asisten untuk tetap sabar dan membimbing praktikan.
C Saran untuk praktikan
Saya berharap agar teman-teman tetap kompak dalam proses praktikum.

7.3 Ayat Yang Berhubungan

“barang siapa yang berat timbangannya (kebaikannya), maka meraka


itulah orang-orang yang beruntung”. (QS.Al-Araf:8)
Penjelasan :

Ayat diatas berhubungan dengan poligon gaya karna ayat diatas menyebutkan

tentang pengukuran dan gaya.

DAFTAR PUSTAKA

goleman, daniel, boyatzis, Richard, Mckee, A. (2019). ANALISIS PEMAHAMAN


KONSEP VEKTOR PADA SISWA KELAS X SMA BOPKRI 1
YOGYAKARTA Skripsi. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kerja, R. B., & Energi, D. A. N. (2016). Redifinisi Besaran Kerja, Daya, Dan Energi
Sebagai Besaran Vektor. Jurnal Teknik Sipil Dan Perencanaan, 16(1), 39–50.
Kuswadi, D., Istanto, K., & Zulkarnain, I. (2018). Korelasi Perlakuan Lapang
terhadap Galat Tereduksi Poligon Terbuka Field Treatment Correlation to
Opened Traverse Reduced Error. 3(2004), 83–98.
Muhammad, A. (2017). 367970879-Laporan-Fisika-Poligon-Gaya-docx (pp. 1–27).
pp. 1–27.
Nisa, C., Widya P, N., Santosa, A., & Rahmawati, E. (2014). Perancangan
Instrumentasi Pengukur Waktu Dan Kecepatan Mengunakan Dt-Sense Infrared
Proximity Detector Untuk Pembelajaran Gerak Lurus Beraturan. Jurnal
Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA), 4(1), 36.
https://doi.org/10.26740/jpfa.v4n1.p36-41
sabar nurohman. (2019). V e k t o r. Vektor, 1–10.
|Page POLIGON GAYA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Sumarsono, J. (2009). Fisika Untuk SMA/MA Kelas X.

|Page POLIGON GAYA

Anda mungkin juga menyukai