Anda di halaman 1dari 33

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupann sehari – hari, ilmu fisika tidak terlepas dari setiap
kegiatan yang kita, dimulai dari hal kecil yang dilakukan diri kita sendiri seperti
gerak yang kita lakukan setiap saat, energi yang kita pergunakan setiap hari sampai
pada sesuatu yang berada diluar diri kita, seperti yang ada di lingkungan kita.
Seorang mahasiswa diharapkan tidak hanya mengikuti perkuliahan semata, namun
lebih dari itu juga dituntut untuk mendalami dan menguasai disiplin ilmu yang
dipelajarinya sehingga nantinya akan menghasilkan sarjana - sarjana yang
berkualitas dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata dan
bermanfaat bagi orang lain.. Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang
eksak dan banyak menerapkan ilmu - ilmu murni yang nantinya bisa kita terapkan
kepada masalah - masalah yang kita hadapi dalam kehidupan sehari – hari, sehingga
ilmu yang berhubungan dengan keteknikan mutlak untuk dikuasai mahasiswa
teknik . Dalam menghadapi era globalisasi saat ini, serta pasar bebas yang akan
segera kita masuki, lebih menuntut penguasaan dan penerapannya dalam
menghadapi masalah - masalah yang kompleks.
Tahapan awal sebelum melakukan suatu kegiatan pengukuran adalah
dengan melakukan penentuan titik - titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau
areal yang akan dilakukan pengukuran, fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan
dengan penentuan titik - titik inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan
bagi penentuan titik - titik lainnya dan juga akan dipakai sebagai titik kontrol bagi
pengukuran yang baru. Titik - titik yang telah diperoleh kerangka dasar horizontal
dan vertikal inilah yang akan membentuk sebuah poligon yang dapat dilihat dengan
adanya garis - garis yang menghubungkan titik - titik tersebut.Ternyata dalam
aplikasi ilmu tersebut, tugas yang diberikan kepada mahasiswa tidak akan dikuasai
sempurna tanpa adanya praktek - praktek yang merupakan salah satu sarana yang
baik untuk menguasai ilmu sekaligus mempraktekkannya. Demikian juga tujuan
dengan dilakukannya praktikum Fisika Dasar ini (Muhammad, 2017).

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


1. Kami dapat rnemahami konsep penyusun gaya.
2. Kami dapat menerapkan konsep metode poligon gaya pada sistem yang
bekerja lebih dari dua gaya.
1.2.2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Kami dapat menentukan besarnya sudut dari gaya yang terbentuk dan
menggambarkannya.
2. Kami dapat menentukan nilai resultan gaya secara analitis dan grafis

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Gaya

Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya
dapat menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada benda.
Gaya termasuk ke dalam besaran Vektor, karena memiliki nilai dan arah. Sebuah
Gaya disimbolkan dengan huruf F (Force) dan Satuan Gaya dalam SI (Satuan
Internasional) adalah Newton disingkat dengan N. Pengukuran gaya dapat
dilakukan dengan alat yang disebut dinamometer atau neraca pegas. Untuk
melakukan sebuah gaya diperlukan usaha (tenaga), semakin besar gaya yang
hendak dilakukan, maka semakin besar pula usaha (tenaga) yang harus dikeluarkan.
(David Robert Halliday, 2014)
Gaya dapat menyebabkan sebuah benda berubah bentuk, berubah posisi, dan
juga berubah arah. Besar kecilnya atau kuat lemahnya gaya harus kita keluarkan
untuk suatu kegiatan, tergantung pada jenis kegiatannya. Sebuah gaya disimbolkan
dengan huruf F singkatan dari Force secara singkat gaya merupakan besaran vektor.
Selain besaran pokok dan besaran turunan, besaran fisika dibagi menjadi dua
kelompok yaitu besaran vektor dan besaran skalar. Besaran vektor adalah besaran
yang mempunyai besar dan arah. Contohnya perpindahan, kecepatan, percepatan
gaya. Besaran skalar adalah besaran fisika yang mempunyai besar saja dan tidak
mempunyai arah. Contohnya massa, jarak, waktu, dan volume. Besaran vektor
dinontasikan dengan huruf diatasnya. Ada anak panah atau huruf dicetak tebal.
Untuk menghitung resultan dari vektor dapat menggunakan metode jajar genjang
poligon dan analitik.
2.2.1 Sifat-sifat gaya
Gaya memiliki beberapa sifat seperti berikut;
1. Gaya dapat mengubah arah gerak benda.
2. Gaya dapat mengubah bentuk benda.
3. Gaya dapat mengubah posisi benda dengan cara mengerakkan atau
memindahkannya.

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

4. Gaya dapat membuat benda diam menjadi bergerak.


5. Gaya dapat mengubah kecepatan gerak benda.
6. Besar kecilnya gaya dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
yang disebut dengan Dinamo-Meter.
2.2.2 Rumus dan Satuan Gaya
Gaya dirumuskan dengan tiga rumusan dasar yang menjelaskan kaitan gaya
dengan gerak benda. Tiga Rumusan dasar ini adalah Hukum Newton 1, Newton 2,
dan Newton 3.
1. Hukum Newton 1
Jika Resultan (Penjumlahan atau pengurangan gaya) yang bekerja pada suatu
benda sama dengan nol, maka benda yang semula diam akan tetap diam, dan benda
yang bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan. Jadi Rumus
Hukum Newton 1 adalah :

∑F = 0 ........................................................................................... (1.2.1)

Keterangan :
∑F = Resultan gaya (Kg m/s2).
2. Hukum Newton 2
Percepatan gerak benda selalu berbanding lurus dengan resultan gaya yang
bekerja pada suatu benda dan selalu berbanding terbalik dengan massa benda.
(Martin Kangiman, 2014). Jadi Rumus Hukum Newton 2 adalah

∑F = m.a ………………………………………………………...(1.2.2)

Keterangan :
∑F = Resultan gaya (Kg m/s2), m = Massa Benda (Kg), a = percepatan (m/s2)
3. Hukum Newton 3
Setiap aksi akan menimbulkan suatu reaksi artinya jika suatu benda
mengerjakan gaya terhadap benda kedua, maka benda kedua akan membalas gaya
dari benda pertama dengan arah yang berlawanan. Jadi rumus Hukum Newton 3
adalah :
...............................................................................................................
Faksi = -Freaksi (1.2.3)

Keterangan :
Faksi = Gaya yang bekerja pada benda, -Freaksi = Gaya reaksi benda dari aksi

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

2.2.3 Macam - macam Gaya


1. Berdasarkan sentuhannya dengan benda, gaya dibagi menjadi 2, yaitu;
a. Gaya Sentuh
Gaya Sentuh adalah gaya yang bekerja dengan sentuhan. Artinya suatu gaya
akan menghasilkan efek apabila terjadi sentuhan dengan benda yang akan diberikan
gaya tersebut, apabila tidak terjadi sentuhan, maka gaya tidak akan bekerja pada
benda. Gaya ini akan muncul ketika benda bersentuhan dengan benda lain yang
menjadi sumber gaya. Contohnya, ketika seseorang hendak memindahkan meja,
maka ia harus menyentuh menja tersebut kemudian mendorongnya ke tempat
tujuan, pada kasus ini terjadi sentuhan antara manusia sebagai sumber gaya, dan
meja sebagai target yang henda diberikan gaya. Apabila tidak terjadi sentuhan
antara keduanya maka meja tidak akan berpindah sesuai keinginan.
b. Gaya Tak Sentuh
Gaya Tak Sentuh adalah gaya yang akan bekerja tanpa terjadinya sentuhan.
Artinya efek dari gaya yang dikeluarkan oleh sumber gaya tetap dapat dirasakan
oleh benda walaupun mereka tidak bersentuhan. Contohnya adalah Gaya Magnet
dan Gaya Gravitasi, pada gaya magnet, ketika kita meletakkan besi di dekat magnet
(tanpa bersentuhan), maka besi tersebut akan tertarik ke arah magnet karena
merasakan efek dari gaya yang dikeluarkan oleh magnet tersebut.
2. Berdasarkan jenis gaya secara umum dikenal 2 Jenis gaya utama, yaitu :
a. Gaya otot
Sesuai dengan namanya gaya gesek merupakan gaya yang dilakukan oleh
makhluk hidup yang memiliki otot. Gaya timbul dari koordinasi dari struktur otot
dengan rangka tubuh. Gaya Otot Termasuk ke dalam kelompok Gaya Sentuh.
Contohnya adalah seseorang yang mengangkat batu. Untuk mengangkat batu
tersebut, otot di dalam tubuhnya berkoordinasi sehingga mampu menggerakan
tangan untuk mengangkat batu.
b. Gaya Pegas
Gaya Pegas adalah gaya dihasilkan oleh sebuah pegas. Gaya pegas
disebut juga gaya lenting pulih yang terjadi karena adanya sifat keelastisan
suatu benda. Gaya Pegas termasuk ke dalam kelompok Gaya Sentuh. Gaya Pegas
timbul karena pegas dapat memapat dan merenggang sehingga bentuknya dapat

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

kembali seperti semula setelah terjadi gaya tersebut. Contohnya adalah ketika
seseorang pemanah menarik anak panah kebelakang, maka busur pada panah
tersebut akan mengikuti arah busur yang ditarik, kemudian setelah anak panah
dilepaskan, maka pegas pada busur panah akan kembali ke bentuk semulanya.
Contoh lainnya adalah ketapel, sistem kerjanya sejenis dengan busur panah.
(Muhammad, 2017).

2.2 Poligon

Poligon adalah suatu rangkaian garis lurus yang berurutan menghubungkan


titik-titik yang berkoordinat satu dengan lainnya menjadi bentuk tertentu (segi
banyak beraturan atau segi banyak tidak beraturan/tidak bersegi). Tujuan dari
Poligon adalah untuk memperbanyak koordinat titik-titik di lapangan yang
diperlukan untuk pembuatan peta 1.
1. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon
segi banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik
1 kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan
membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk
mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut.

Gambar 1.2.1 Poligon Tertutup.


2. Poligon Terbuka
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai,
maupun irigasi. tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

terbuka. Namun tetap disarankan untuk menggunakan poligon tertutup apabila


mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini adalah poligon tersebut tidak
mempunyai sudut dalam seperti pada tertutup. Poligon gaya adalah bentuk dasar
yang terdiri dari garis lurus yang bergabung untuk membentuk sirkuit atau rantai
tertutup.
Poligon gaya berasal dari kata poligon yang berarti poli (banyak) dan gon
(titik), yang kita maksud disini adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka
dasar pemetaan yang dimiliki titik-titk dimana titik ini mempunyai sebuah
koordinator x dan y. Poligon juga dapat di sebut pengukuran segi banyak yang
merupakan salah satu titik di lapangan. Jadi dapat di simpulkan bahwa poligon
adalah suatu rangkaian garis lurus koordinat suatu dengan lainya menjadi bentuk
tertentu segi banyak berurutan atau segi banyak tidak beraturan dengan tidak
persegi. Jadi pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik awal
seperti pada gambar di bawah ini;

Gambar 1.2.2 PoligonTerbuka.

Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan tidak
terikat sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-data
koordinat pada titik awal dan titik akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z).
Sedangkan terikat tidak sempurna adalah hanya mempunyai data koordinat dan
elevasi pada titik awal saja. Poligon terbuka tidak terikat sempurna ini tidak bisa
dikoreksi sehingga hanya surveyor-surveyor handal dan berpengalaman banyak lah
yang bisa menggunakan ini karena yakin ketelitian dan kesalahan sudut hanya kecil.

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

Tingkat kesalahan pada pengukuran sangat tergantung dari pengukurnya sendiri


seberapa akurat bisa melakukannya. Poligon terbuka terdiri atas serangkaian garis
yang berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau tidak terikat pada sebuah
titik dengan ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya.
Dilapangan, poligon ini biasanya dipakai untuk pengukuran jalan dengan
cara pintas, atau panjang jalan dalam radius pendek. Biasanya hasil yang didapat,
terdapat banyak kekeliruan. Untuk itulah metode yang diambil guna menghindari
kesalahan yang kemudian akan muncul adalah pengukuran dilakukan berulang kali
(lebih dari 3 kali tiap titik), guna meminimalisir besarnya kesalahan yang terjadi.
Jarak yang digunakan dalam poligon adalah jarak datar yang akan pula kita dapat
hasilkan dari berbagai cara diantaranya :
1. Dari pengamatan sebuah pita ukur, hal ini bersifat kasar dikarenakan
ketelitian dari pita ukur hanya mencapai cm dan untuk memenuhi metode
pengukuran jarak datar sangatlah susah untuk diterapkan.
2. Dari pengamatan rambu ukur dengan theodolite, bersifat kasar karena
ketelitiannya tergantung dari jauh dan dekatnya jarak tersebut.

2.3 Gaya Berat gravitasi dan Gaya Normal

Galileo menemukan bahwa semua benda yang dilepaskan di dekat permukaan


bumi akan jatuh dengan percepatan yang sama dengan g, jika gesekan udara
diabaikan. Gaya dengan percepatan g ini disebut gaya gravitasi atau sering pula
disebut gaya berat. Gaya gravitasi dipandang sebagai penerapan hukum newton
kedua dengan mengganti percepatan a dengan percepatan gravitasi g. Arah gaya ini
menuju pusat bumi, jadi gaya gravitasi sebuah benda dapat ditulis, Dalam satuan SI
g = 9,81 m/𝑠 2 = 9,8 N/kg dengan demikian berat 1 kg massa di bumi adalah 1 kg x
9,81 m/𝑠 2 = 9,8 N/kg. Nilai g bervariasi di tempat yang berada di permukaan bumi
karena pengaruh bentuk bumi yang tidak benar-benar bulat.
Gaya gravitasi akan terlihat pada objek jika ia jatuh jika objek diam di
permukaan bumi, gravitasi tidak terlihat namun jika objek disimpan di atas
permukaan maka gaya gravitasi akan terlihat meskipun objek benda di atas
permukaan bidang dan objek diam. Ini berarti setiap objek mengalami gaya
gravitasi sebagai konsekuensi hukum newton kedua. Pengertian Gaya adalah

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

dorongan atau tarikan yang diberikan pada suatu benda. Untuk melakukan suatu
gaya, diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga mempunyai arti yang tidaksama, namun
keduanya saling berhubungan. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat
dirasakan. Tarikan dan dorongan yang dilakukan memerlukan tenaga. Gaya ada
yang kuat dan ada pula yang lemah. Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula
tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut
dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N). Gaya dapat
memengaruhi gerak dan bentuk benda. Gerak adalah perpindahan posisi atau
kedudukan suatu benda. Gaya gravitasi dipandang sebagai penerapan hukum
newton kedua dengan mengganti percepatan a dengan percepatan gravitasi g.

Gambar 1.2.3 Gaya Normal dan Gaya Berat untuk Benda


yang Berada pada Bidang Lurus dan Bidang Miring.

2.4 Proses penyusunan gaya

Proses ini disebut penyusunan gaya dan merupakan kebalikan dari uraian gaya
menjadi komponen-komponennya. Jika lebih dari dua gaya yang bekerja pada suatu
titik maka untuk menyelesaikan komponen gaya tersebut digunakan metode
poligon. Jika dalam menyelesaikan digunakan metode analisis (matematis), maka
arah gaya (positif atau negatif) tergantung pada arah dan kuadran tempat gaya
tersebut berkerja dimana titik interaksinya sebagai titik 0 katresian (0,0). Komposisi
dari penggabungan beberapa gaya dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut
R =..........................................................................................................
R1 + R2 + R3 + ..Rn = ΣFn (1.2.4)
Keterangan;
R = Resultan gaya (N), Rn = Banyaknya resultan gaya, F = gaya (N) Jika
gaya-gaya tersebut disusun pada koordinat kartesian (X , Y) maka:

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

...............................................................................................................
R = Ux Rx +Uy Ry (1.2.5)

Rx = F1x + F2x +......+ Fnx = Σfix


Ry = F1y +F2y+......+ Fny = ΣFiy
Besarnya resultan R adalah :

...............................................................................................................
R = √(𝑅𝑥)2 + (𝑅𝑦)2 (1.2.6)

2.5 Penjumlahan Vektor

Penjumlahan vektor dapat dilakukan secara grafis (menggunakan gambar)


dan secara analitis. Beberapa besaran fisika seperti massa, waktu, dan suhu
dinyatakan dengan suatu bilangan dan sebuah satuan untuk dapat menyatakan
besarnya nilai besaran tersebut. Tetapi banyak besaran lain yang harus
menyertakan persoalan arah untuk mendeskripsikan secara lengkap makna besaran
tersebut. Misalnya kecepatan sebuah kereta api, untuk mendeskripsikan gerak
tersebut, belum cukup jika dikatakan seberapa cepat kereta api berjalan namun pada
saat bersamaan harus dikatakan ke arah kereta bergerak. Tanpa menyebutkan arah
gerak kereta, belum dapat diperoleh suatu informasi di atas besaran – besaran fisika.
Pada vektor dan titik ada dua titik yaitu titik lengkap vektor atau titik pangkal vektor
dan titik yang ujung vektor. Jika ditinjau dari pengaruh arah terhadap besaran
tersebut dapat dikelopokan menjadi
a) Besaran skalar
Besaran skalar yaitu besaran yang cukup dinyatakan besarnya saja (tidak
tergantung pada arah). Artinya, nilain besaran ini tidak ditentukan dari arahnya.
Dikatakan tidak mempunyai arah, karena besaran-besaran tersebut bernilai sama ke
semua arah. Misalnya massa, waktu, suhu, luas, jarak, volume, dan kerapatan
muatan. (Halliday, David, Robert, 2014).
b). Besaran vektor
Besaran vektor yaitu besaran yang tergantung pada arah. Misalnya kecepatan,
gaya, momentum dan sebagainya. Vektor merupakan besaran yang tergantung pada
sebuah arah. Penjumlahan dan perkalian besaran vektor sangat dipengaruhi oleh
arah dari masing – masing besaran vektor tersebut. Umumnya besaran vektor ditulis
menggunakan simbol yang berhuruf tebal dan digambarkan secara grafis dengan

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

garis berpanah. Arah panah menyatakan arah vektor. Misalnya vektor A,


dilambangkan dengan A sedangkan nilai saklarnya adalah A atau |A|. Panjang anak
panah melambangkan nilai saklar dari besaran vektor. Sedangkan arah anak panah
melambangkan besaran scalar. Pada vektor dan titik ada dua titik yaitu titik lengkap
vektor atau titik pangkal vektor dan titik yang ujung vektor. Vektor merupakan
besaran yang tergantung pada sebuah arah. Penjumlahan dan perkalian besaran
vektor dipengaruhi oleh arah dari masing – masing besaran vektor tersebut.
Umumnya besaran vektor ditulis menggunakan simbol yang berhuru=f tebal dan
digambarkan secara grafis dengan garis berpanah. Vektor merupakan besaran yang
tergantung pada sebuah arah (Mundilarto, 2009).
Dalam penggunaan vektor, dua buah atau lebih dapat dijumlah, dikurang,
dikalikan atau dibagi. Kegiatan ini disebut operasi vektor. Menjumlahkan dan
mengurangkan vektor dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara metode grafis seperti
metode poligon, jajar genjang dan segitiga.
a). Penjumlahan vektor dengan metode jajar genjang
Metode yang digunakan adalah dengan mencari diagonal jajargenjang yang
terbentuk dari dua vektor dan tidak ada pemindahan titik tangkap vektor. Untuk
vektor segaris, penjumlahannya adalah R = A + B + C + n dan seterusnya.
Pada metode ini dilakukan pemindahan titik tangkai vektor I ke ujung yang
lain titik pangkal vektor pertama dengan titik ujun vektor ke dua. Lihat ilustrasi
kedua gambar berikut ini. Mengenai penjumlahan vektor dengan metode jajar
genjang dan metude penjumlahan vektor dengan metode segitiga

2.6 Proses Penyusunan Gaya

Proses ini disebut penyusunan gaya dan merupakan kebalikan dari uraian gaya
menjadi komponen-komponennya. Jika lebih dari dua gaya yang bekerja pada suatu
titik maka untuk menyelesaikan komponen gaya tersebut digunakan metode
poligon. Jika dalam menyelesaikan digunakan metode analisis (matematis), maka
arah gaya (positif atau negatif) tergantung pada arah dan kuadran tempat gaya
tersebut berkerja dimana titik interaksinya sebagai titik 0 katresian (0,0). Komposisi
dari penggabungan beberapa gaya dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut :

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

R = R1 ………….................................................................................(1.2.7)
+ R2 + R3 + ..Rn = ΣFn

Keterangan;
R = Resultan gaya (N), Rn = Banyaknya resultan gaya, F = gaya (N) Jika
gaya-gaya tersebut disusun pada koordinat kartesian (X , Y) maka:

R = Ux Rx + Uv Ry
...………….................................................................................(1.2.8)

Rx = F1x + F2x +......+ Fnx = Σfix


Ry = F1y +F2y+......+ Fny = ΣFiy
Besarnya resultan R adalah :

...………….................................................................................(1.2.9)
R = √(𝑅𝑥)2
+ (Ry)2

Keterangan;
R = Vektor resultan.
Dan hubungan antara kedua komponen resultan gaya tesebut dapat
memberikan nilai sudut dari resultannya, yaitu :

.............................................................................................................
Tan α = Rx Ry (1.2.10)

R = Vektor resultan, α = Arah resultan

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

(a) (b)

(c)

Gambar 1.3.1 (a) Alat Peraga Poligon, (b) Beban pemberat, (c) Busur derajat.

3.2 Prosedur Percobaan

Pertama-tama kita menyiapkan alat dan bahan yaitu alat peraga poligon,
beban berat, busur derajat, dan sebelum melakukan percobaan poligon gaya.
Pasanglah alat sesuai petunjuk pada asisten. Kemudian berikan beban pada masing-
masing katrol dengan besar sama atau berbeda sesuai petunjuk asisten. Catat
besarnya beban masing-masing katrol. Lalu tarik simpul tali (titik 0) ke pusat
keseimbangan (perpotongan diagonal pada bidang/papan grafik), kemudian
lepaskan.Ukur kemiringan masing-masing tali (sesuai gambar) dengan
menggunakan busur derajat, kemudian catat hasilnya. Ubah besarnya beban
beberapa kali sesuai petunjuk asisten, ulangi prosedur beberapa kali. Kemudian
catat hasilnya.

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB IV
TABEL PENGAMATAN

4.1 Tabel data pengamatan

Hasil pengukuran percobaan Poligon Gaya dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel 1.4.1 Data Hasil Pengamatan 1
No. ƟM1 ƟM2 ƟM3 ƟM4 Keterangan;
1 32o 41o 52o 44o M1 = 0,07 kg
2 33o 40o 53o 44o M2 = 0,09 kg
3 32o 39o 53o 44o M3 = 0,06 kg
4 33o 40o 53o 44o M4 = 0,05 kg
5 32o 39o 53o 45o

Tabel 1.4.2 Data Hasil Pegamatan 2


No. ƟM1 ƟM2 ƟM3 ƟM4 Keterangan;
1 38o 41o 50o 43o M1 = 0,07 kg
2 36o 42o 51o 45o M2 = 0,08 kg
3 36o 41o 50o 44o M3 = 0,07 kg
4 36o 42o 49o 44o M4 = 0,05 kg
5 36o 41o 50o 44o

Hari/Tanggal praktikum : Rabu, 12 Oktober 2022


Frekuensi/kelompok : 2/1A
Anggota kelompok : 1. Rahmat Hidayat 09320220051
2. Syainal Salamun 09320220052
3. Muh. Arham Haerawan 09320220053
4. Alhasyir 09320220054
5. Nurul Uswa 09320220055
Makassar, 12 Oktober 2022
ASISTEN

( NURHASYMIN )

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB V
PENGOLAHAN DATA

5. 1 Perhitungan Secara Matematika

a. Sudut (θ) rata – rata

Tabel I
Σθmn θ1+ θ2+ θ3 + θ4 +θ5
θmn = =
n n
Σθm1 32°+ 33°+ 32° + 33° + 32°
θm1 = =
n 5
162
= = 32,4°
5
Σθm2 41°+ 40°+ 39° + 40° + 39°
θm2 = =
n 5
199
= = 39,8°
5
Σθm3 52° + 53° + 53° + 53° + 54°
θm3 = =
n 5
265
= = 53°
5
Σθm4 44°+ 44°+ 44°+ 44° + 45°
θm4 = =
n 5
221
= = 44,2°
5
Tabel II
Σθmn θ1+ θ2+ θ3 + θ4 + θ5
θmn = =
n n
Σθm1 38° +36° +36°+36° + 36°
θm1 = =
n 5
182
= = 36,4°
5
Σθm2 42°+ 42°+ 41° + 42° + 41°
θm2 = =
n 5
208
= = 41,6°
5
Σθm3 50°+ 51°+ 50° + 49° + 50°
θm3 = =
n 5

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
250
= = 50°
5
Σθm4 43° + 45° + 44° + 44° + 44°
θm4 = =
n 5
220
= = 44°
5
b. Gaya – gaya pada sumbu X
Tabel I
Fxn = m.g.cos θmn
Fx1 = m . g cos θ m1
= 0,07 x 9,81 x cos θ 32,4°
= 0,6867 x 0,844
= 0,579 N
Fx2 = m.g.cos θmn2
= 0,09 x 9,81 x cos θ 39,8°
= 0,8829 x 0,768
= 0,678 N
Fx3 = m.g.cos θmn3
= 0,06 x 9,81 x cos θ 53°
= 0,5886 x 0,601
= 0,353 N
Fx4 = m.g.cos θmn4
= 0,05 x 9,81 x cos θ 44,2°
= 0,4905 x 0,716
= 0,351 N
Tabel II
Fxn = m.g.cos θmn
Fx1 = m . g cos θ m1
= 0,07 x 9,81 x cos θ 36,4°
= 0,6867 x 0,804
= 0,552 N
Fx2 = m.g.cos θmn2
= 0,08 x 9,81 x cos θ 41,6°

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

= 0,7848 x 0,747
= 0,586 N
Fx3 = m.g.cos θmn3
= 0,07 x 9,81 x cos θ 50°
= 0,6867 x 0,642
= 0,440 N
Fx4 = m.g.cos θmn4
= 0,05 x 9,81 x cos θ 44°
= 0,4905 x 0,719
= 0,352 N
c. Gaya – gaya pada Sumbu Y

Fyn = m.g.sin θmn

Tabel I
Fy1 = m . g sin θ m1
= 0,07 x 9,81 x sin θ 32,4°
= 0,6867 x 0,535
= 0,367 N
Fy2 = m . g sin θ m2
= 0,09 x 9,81 x sin θ 39,8°
= 0,8829 x 0,640
= 0,565 N
Fy3 = m . g sin θ m3
= 0,06 x 9,81 x sin θ 53°
= 0,5886 x 0,798
= 0,469 N
Fy4 = m . g sin θ m4
= 0,05 x 9,81 x sin 44,2°
= 0,4905 x 0,697
= 0,341 N
Tabel II
Fy1 = m . g sin θ m1

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

= 0,07 x 9,81 x sin θ 36,4 °


= 0,6867 x 0,593
= 0,407 N
Fy2 = m . g sin θ m2
= 0,08 x 9,81 x sin θ 41,6°
= 0,7848 x 0,663
= 0,520 N
Fy3 = m . g sin θ m3
= 0,07 x 9,81 x sin θ 50°
= 0,6867 x 0,766
= 0,526 N
Fy4 = m . g sin θ m4
= 0,05 x 9,81 x sin θ 44°
= 0,4905 x 0,694
= 0,340 N
d. Resultan Gaya pada Sumbu X

Rx = Fx1+ (-Fx2) +(-Fx3) + Fx4


Tabel I
R X = 0,579 + (−0,678) + (−0,353) + 0,351
= -0,677 N
Tabel II
R X = 0,552 + (−0,586) + (−0,440) + 0,352
= 0,122
e. Resultan Gaya pada Sumbu Y

Ry = Fy1 + Fy2 + (-Fy3) + (-Fy4)


Tabel I
Ry = 0,367 + 0,565 + (−0,469) + (−0,341)
= 0,122 N
Tabel II
R y = 0,407 + 0,520 + (-0,526) + (-0,340)
= 0,061 N

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

f. Jumlah Gaya yang Bekerja pada Sistem Resultan


R = √(𝑅𝑥)2 + (𝑅𝑦)²
Tabel I

R = √(𝑅𝑥)2 + (𝑅𝑦)²

R = √(−0,677)2 + (0,122)2

=√0,458329 + 0,014884
= √0,473213
= 0,687 N
Tabel II
R = √(𝑅𝑥)2 + (𝑅𝑦)²

R = √(0,122)2 + (0,061)2
=√0,014884 + 0,003721
= √0,018605
= 0,136 N
g. Perhitungan gaya berdasarkan grafik
Fn = m.g. skala gaya
Tabel 1
F1 = 0,07.9,81.10
= 6,867
F2 = 0,09.9,81.10
= 8,829
F3 = 0,06.9,81.10
= 5,886
F4 = 0,05.9,81.10
= 4,905
Tabel 2
F1 = 0,07.9,81.10
= 6,867
F2 = 0,08.9,81.10
= 7,848
F3 = 0,07.9,81.10

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

= 6,867
F4 = 0,05.9,81.10
= 4,905

Tabel 1.5.1 Hasil Pengamatan 1


No. 𝜽 F (N) SKALA1:10
1 32,4o 0,686 6,867
2 39,8o 0,882 8,829
3 53o 0,588 5,886
4 44,2o 0,490 4,905

Gambar 1.5.1 Grafik data pengamatan untuk tabel 1


Tabel 1.5.2 Hasil Pengamatan 1
No. 𝜽 F (N) SKALA1:10
1 36,4o 6,867 6,867
2 41,6o 7,848 7,848
3 50o 6,867 6,867
4 44o 4,905 4,905

Gambar 1.5.2 Grafik data pengamatan untuk tabel 2

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

5.2 Teori Ketidakpastian


Tabel 1
Fx = F.cos θ
Fx = m.g.cos θ
2
δFx ) δFx
∆Fx = √( x (∆F)2 + ( δ cos θ )² x (∆ cos θ)
δF

δFx
= F. cos θ
δF

Dimana ;
u=F u’ = 1
v = cos θ v’ = 0
δFx
= u.v’ + u’.v
δF

= F. 0 + 1. cos θ
= 1. cos θ
= 1. cos 32°
= 0,8480 N
∆F = m.g
𝛿𝐹
= √(𝛿𝑚)²𝑁𝑥(∆𝑚)²
δF
= m.g
δm

Dimana :
u=m u’ = 1
v=g v’ = 0
δF
= u.v’ + u’.v
δm

= m.0 + 1. g
= 1. 9,81
= 9,81
1
∆m = 2 x skala terkecil
1
= 2 x 10-3

= 5 x 10-4
= 0,0005

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

𝛿𝐹
∆F = √(𝛿𝑚)2 x (∆m)2

= √(9,81)2 𝑥 (5 𝑥 10−4 )2

= √96,2361 + 0,00000025
= √0,0000240
= 0,0048 N
δFx
= F. cos θ
δ cos θ

Dimana ;
u=F u’ = 0
v = cos θ v’ = -Sin θ
δF
= u.v’ + u’.v
δm

= F. (-Sin θ) + 0 . cos θ
= F.(-Sin θ)
= 0,68 . (-Sin 32,4o)
= 0,68.(-0,53)
= -0,36 N
(𝑐𝑜𝑠𝜃−𝑐𝑜𝑠𝜃1)²+(𝑐𝑜𝑠𝜃−𝑐𝑜𝑠𝜃2)²+(𝑐𝑜𝑠𝜃−𝑐𝑜 𝑠 𝜃3)²(𝑐𝑜𝑠𝜃−𝑐𝑜𝑠𝜃4)²
∆ cos θ = √ 𝑛 (𝑛−1)

(𝑐𝑜𝑠32,4−𝑐𝑜𝑠32,4)2 +(𝑐𝑜𝑠32,4−𝑐𝑜𝑠39,8)2 +(𝑐𝑜𝑠32,4−𝑐𝑜𝑠53)2 +(𝑐𝑜𝑠32,4−𝑐𝑜𝑠44,2)²


= 4 (4−1)

(0,844−0,844)2 +(0,844−0,768)2 +(0,848−0,601)2 +(0,848−0,716)²


=√ 4(3)

(0)2 +(0,76)2 +(0,243)2 +(0,128)²


=√ 12

= √0,054
= 0,232 N

𝛿𝐹𝑥 2 𝛿𝐹𝑥 2
∆Fx = √( 𝛿𝐹 ) x (∆F)² + (𝛿 cos 𝜃) x (∆ cos θ)²

= √(0,84)2 x(0,0048)2 + (−0,25)²x(0,232)²

= √0,705 𝑥 0,00002304 + 0,62 𝑥 0,053


= √0,03287
= 0,18130

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
ẟ𝐹𝑋
KR = 2 (ẟ𝐹𝑋+𝐹𝑋) 𝑋 100%
0,18130
= 2 ( 0,18130+0,68) 𝑋 100%
0,18130
= 𝑋 100%
1,7226

= 10,52 %
KB = 100 % - KR
= 100 % - 10,52%
= 89,48 %
Tabel 2
Fx = F.cos θ
Fx = m.g.cos θ
2
δFx ) δFx
∆Fx = √( x (∆F)2 + ( δ cos θ )² x (∆ cos θ)
δF

δFx
= F. cos θ
δF

Dimana ;
u=F u’ = 1
v = cos θ v’ = 0
δFx
= u.v’ + u’.v
δF

= F. 0 + 1. cos θ
= 1. cos θ
= 1. cos 36,4°
= 0,804 N
∆F = m.g
𝛿𝐹
= √(𝛿𝑚)²𝑥(∆𝑚)²
δF
= m.g
δm

Dimana :
u=m u’ = 1
v=g v’ = 0
δF
= u.v’ + u’.v
δm

= m.0 + 1. g
= 1. 9,81
POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

= 9,81
1
∆m = 2 x skala terkecil
1
= 2 x 10-3

= 5 x 10-4
= 0,0005
𝛿𝐹
∆F = √(𝛿𝑚)2 x (∆m)2

= √(9,81)2 𝑥 (5 𝑥 10−4 )2

= √96,2361 + 0,00000025
= √0,0000240
= 0,0048 N
δFx
= F. cos θ
δ cos θ

Dimana ;
u=F u’ = 0
v = cos θ v’ = -Sin θ
δF
= u.v’ + u’.v
δm

= F. (-Sin θ) + 0 . cos θ
= F.(-Sin θ)
= 0,68 . (-Sin 36,4o)
= 0,68.(-0,59)
= -0,401 N
(𝑐𝑜𝑠𝜃−𝑐𝑜𝑠𝜃1)²+(𝑐𝑜𝑠𝜃−𝑐𝑜𝑠𝜃2)²+(𝑐𝑜𝑠𝜃−𝑐𝑜 𝑠 𝜃3)²(𝑐𝑜𝑠𝜃−𝑐𝑜𝑠𝜃4)²
∆ cos θ = √ 𝑛 (𝑛−1)

(𝑐𝑜𝑠36,4−𝑐𝑜𝑠36,4)2 +(𝑐𝑜𝑠36,4−𝑐𝑜𝑠41,6)2 +(𝑐𝑜𝑠36,4−𝑐𝑜𝑠50)2 +(𝑐𝑜𝑠36,4−𝑐𝑜𝑠44)²


= 4 (4−1)

(0,804−0,804)2 +(0,804−0,747)2 +(0,804−0,642)2 +(0,804−0,719)²


=√ 4(3)

(0)2 +(0,057)2 +(0,162)2 +(0,085)²


=√ 12

= √0,003
= 0,054 N

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

𝛿𝐹𝑥 2 𝛿𝐹𝑥 2
∆Fx = √( 𝛿𝐹 ) x (∆F)² + (𝛿 cos 𝜃) x (∆ cos θ)²

= √(0,804)2 x(0,0048)2 + (0,401)²x(0,054)²


= √0,646 𝑥 0,00002304 + 0,160 𝑥 0,002
= √0,0000334
= 0,00577
∆𝐹𝑋
KR = 2 (ẟ𝐹𝑋+𝐹𝑋) 𝑋 100%
0,00577
= 2 ( 0,00577+0,68) 𝑋 100%
0,00577
= 0,68577 𝑋 100%

= 0,841 %
KB = 100 % - KR
= 100 % - 0,841%
= 99,159%

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel Hasil Pengolahan

Berdasarkan perhitungan poligon gaya pada BAB V didapatkan data hasil


perhitungan sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.6.1 Hasil pengolahan tabel 1
No Massa (kg) Θ Rx(N) Ry(N) R(N)
1 0,07 32,4º
2 0,09 39,8º
-0,677 0,122 0,687
3 0,06 53º
4 0,05 44,2º

Tabel 1.6.2 Hasil pengolahan tabel 2


No Massa (kg) Θ Rx(N) Ry(N) R(N)
1 0,07 36,4º
2 0,08 41,6º
0,122 0,061 0,136
3 0,07 50º
4 0,05 44º

6.2 Pembahasan hasil pengolahan data

Berdasarkan pengolahan data pengamatan poligon gaya di atas pada tabel I


diperoleh nilai massa 0,07 terbentuk sudut 32,4º, pada massa 0,09 terbentuk sudut
39,8º, pada massa 0,06 terbentuk sudut 53º, dan pada massa 0,05 terbentuk sudut
44,2º. Dengan resultan gaya pada sumbu x = 0,687, resultan gaya pada sumbu y =
0,122 dan nilai resultan keseluruhan = 0,217. Sedangkan, pada tabel II diperoleh
nilai massa 0,07 terbentuk sudut 36,4º, pada massa 0,08 terbentuk sudut 41,6º, pada
massa 0,07 terbentuk sudut 50º, dan pada massa 0,05 terbentuk sudut 44º. Dengan
resultan gaya pada sumbu x = 0,122, resultan gaya pada sumbu y = 0,061, dan nilai
resultan keseluruhan = 0,136.

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti proses pratikum poligon gaya kami dapat menarik


kesimpulan bahwa nilai suatu besaran sudut yang terbentuk berbeda-beda nilainya
karena beban yang telah di gunakan pada tiap-tiap katrol berbeda-beda. Jika lebih
dari dua gaya yang bekerja pada satu titik maka untuk menyelesaikanya gaya
tersebut di gunakan dalam metode poligon gaya yang menggunakan grafik atau
gambar pada perhitungan matematis.

7.2 Saran

7.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Sebaiknya dalam ruang laboratorium diperbesar lagi dan menambahkan
fasilitas AC untuk kenyamanan para praktikan dan asisten, agar dalam proses
pratikum berjalan lebih efisien dan baik.
7.2.2 Saran Untuk Asisten
Sebaiknya saat mejelaskan materi kakak tidak terlalu cepat agar kami dapat
memahami materi dengan baik dan kami harap kakak dapat selalu sabar dalam
membimbing kami.
7.2.3 Saran Praktikum
Saat pertemuan praktikum selanjutnya agar lebih menambah waktu pada saat
praktikum sehingga semua praktikan satu per satu dapat melakukan percobaan
untuk mengetahui kegunaan alat dan bahan dari percobaan tersebut.

7.3 Ayat Yang Berhubungan

(Asy-Syarh:5-8) Yang Artinya;


“Maka sesungguhnya disetiap kesulitan ada kemudahan. Maka apabila telah selesai
(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya
kepada Tuhanlah engkau berharap.”(Asy-Syarh:5-8).
Dalam surah ini dijelaskan kesulitan ada kemudahan dan sesudahnya
kesulitan ada kemudahan sampai di ulang dua kali dalam ayat 5 dan 6.

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, (2017).Laporan Poligon dan Gaya. Diambil kembali dari

https://id.scribd.com/document/479640663/5B-POLIGON-DAN-GAYA-
docx

Halliday, D. R. (2014). Besaran Skalar. Diambil kembali dari


https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jtsp/article/viewFile/7230/5177

Halliday, D. R. (2014). Gaya. Diambil kembali dari


https://library.ui.ac.id/detail?id=20487510

Kangiman, M. (2014). hukum. Diambil kembali dari


https://id.scribd.com/document/410731899/TP-POLIGON-GAYA-docx

Mundilarto. (2009). Besaran Vektor. Diambil kembali dari


https://id.scribd.com/document/320880408/Besaran-Vektor-Dan-Skalar

Mundilarto. (2009). Poligon. Laporan . Diambil kebali dari


https://id.scribd.com/document/428068123/Laporan-praktikum-Fisdas

Mundilarto, E. I. (2009). Macam Gaya. Diambil kembali dari


http://digilib.unimed.ac.id/39549/8/14.%20NIM.%204153121029%20BIB
LIOGRAPHY.pdf

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

POLIGON GAYA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

POLIGON GAYA

Anda mungkin juga menyukai