Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KESETIMBANGAN ION

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Abyan Rustam


Stambuk : 09320220112
Kelas/ Kelompok : C4 / 1 (Satu)

Asisten

(NUR FIDELLA AMELINDA, ST)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesetimbangan kimia adalah reaksi yang dapat berlangsung dalam dua
arah, disebutreaksi dapat balik. Apabila dalam suatu reaksi kimia kecepatan reaksi
ke kanan sama dengankecepatan reaksi ke kiri, maka reaksi dinyatakan dalam
keadaan setimbang. Secara umumreaksi kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai
berikut:
A+B C+D
Kesetimbangan ada dua macam, yaitu kesetimbangan dalam sistem
homogen dankesetimbangan sistem heterogen. Hukum Guldberg dan Wange
menyatakan dalam keadaankesetimbangan pada suhu tetap, maka hasil kali
konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi denganhasil kali konsentrasi pereaksi yang
sisa dimana masing-masing konsentrasi itu dipangkatkandengan koefisien
reaksinya adalah tetap. Yang disebut juga sebagai hukum kesetimbangan.
Di dalam reaksi kimia ada reaksi dimana zat-zat pereaksi bereaksi
sempurna atau zat-zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi kembali untuk menentukan
zat-zat pereaksi. Tetapi ada juga reaksi yang zat-
zat reaksinya dapat bereaksi atau terurai kembali membentuk zat-zat pereaksi.
Reaksi semacam ini disebut reaksi kesetimbangan.
Kesetimbangan kimia didalamnya terdapat konsep pereaksi, hasil reaksi,
reaksi reversible, dan laju reaksi. Laju reaksi merupakan dasar pemahaman
kesetimbangan kimia. Untuk memahami kesetimbangan kimia dengan benar
diperlukan pemahaman dengan benar tentang konsep-konsep lain yang
mendasarinya, yaitu konsep pereaksi, hasil reaksi, reaksi reversible, dan laju
reaksi. Pada saat mempelajari laju reaksi, pengaruh temperatur melibatkan konsep
energi kinetik dan teori tumbukan, yaitu peningkatan temperatur akan
meningkatkan kecepatan gerakan molekul, peningkatan gerakan molekul akan
meningkatkan energi kinetik dan laju tumbukan molekul. Reaktan dapat bereaksi

1
menghasilkan produk jika molekul yang bertumbukan memiliki energi kinetik
total sama atau lebih besar dari energi aktivasi (Umam dkk.,2017).
Kesetimbangan ion adalah kesetimbangan antara ion kation (+) dan ion
anion (-) dalam air. misal: NaOH <--> Na+ + OH- dalam air kedua ion tersebut
saling menyeimbangkan.
Apa saja yang dapat mempengaruhi kesetimbangan larutan?
Bagaimanakah pengaruhnya terhadap kelarutan senyawa? Akan dibahas dalan
praktikum berikut.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Memperkirakan nilai pH dari berbagai macam larutan dengan
menggunakan larutan indikator.
b. Menentukan tetapan disosiasi dari suatu larutan yang Ph-nya diketahui.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air yang ada di alam, seperti air laut merupakan campuran berbagai
macam larutan garam yang dapat memengaruhi pH. Campuran tersebut juga dapat
mempertahankan harga pH, walaupun air sungai yang mengalir ke laut bersifat
asam atau basa. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Selain itu, ada juga garam-garam yang hampir tidak larut dalam air pada
pH tertentu, tetapi dapat larut dalam pH yang berbeda. Sifat-sifat garam seperti ini
dapat dimanfaatkan untuk memisahkan garam-garam yang terkandung dalam
mineral untuk kepentingan pemisahan logam-logam. Contoh-contoh di atas terjadi
karena adanya proses kesetimbangan ion-ion dalam larutan.
Untuk memahami kesetimbangan ion dalam larutan, maka dapat dilihat
dalam gambar berikut :

Gambar. 1 Peta konsep Kesetimbangan Ion

3
2.1 Larutan Asam Basa
Pada materi stoikiometri, Kita sudah belajar tentang titrasi asam kuat dan
basa kuat menghasilkan garam yang bersifat netral (pH = 7). Apa yang terjadi jika
zat yang dititrasi adalah asam lemah dan basa kuat atau asam kuat dan basa lemah
atau asam lemah dan basa lemah? Untuk dapat menjawab masalah ini, Kita perlu
memahami konsep hidrolisis dan prinsip larutan penyangga.
Kita sudah memahami bahwa reaksi asam kuat dan basa kuat akan
menghasilkan garam yang bersifat netral. Contoh :

HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

Di dalam air, garam NaCl bersifat netral karena tidak memiliki


kemampuan untuk bereaksi dengan air sebagai pelarutnya sehingga konsentrasi
molar H+ dan OH– dalam larutan tidak berubah, masing-masing sebesar 1,0 × 10–
7
 M (hasil ionisasi air). Perhatikan kurva titrasi pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva titrasi HCl-NaOH.

4
Dengan demikian, pada titrasi asam kuat dan basa kuat, titik stoikiometri
dicapai pada pH = 7 (netral). Setelah titik setara tercapai, penambahan sedikit basa
akan mengubah pH larutan sangat drastis. Jika asam lemah dan basa kuat atau
asam kuat dan basa lemah direaksikan, garam yang terbentuk memiliki sifat
berbeda dengan garamgaram netral seperti NaCl. Contoh :

HCl(aq) + NH3(aq) → NH4Cl(aq)

Garam amonium klorida yang terbentuk bersifat reaktif terhadap air


sebagai pelarutnya, khususnya ion NH4+ yang berasal dari basa lemah. Mengapa?
Di dalam larutan, NH4Cl berada dalam bentuk ion-ionnya. Jika Anda bandingkan
kekuatan asam antara ion NH4+ dan H2O, mana yang lebih kuat? Lihat kekuatan
asam basa konjugat pada materi Asam dan Basa.
Ion NH4+ merupakan asam konjugat yang lebih kuat dari H2O sehingga
ion NH4+ dapat melepaskan proton membentuk NH3 dan ion H3O+ (Gambar 3).

Gambar 3. Kurva titrasi HCl-NH4OH

5
Persamaan reaksinya : 
NH4+(aq) + H2O(l) ↔ NH3(aq) + H3O+(aq)

Pada materi stoikiometri, Anda sudah belajar tentang titrasi asam kuat dan


basa kuat yaitu reaksi yang menghasilkan air hingga air terurai menjadi ion-
ionnya. Oleh karena dalam larutan tersebut kelebihan ion H3O+ maka dapat
dipastikan larutan bersifat asam. Dengan demikian, jika Anda melakukan titrasi
asam kuat oleh basa lemah, titik stoikiometri tidak pada pH = 7, tetapi di bawah 7.
Setelah titik stoikiometri tercapai, penambahan NH3 tetes demi tetes tidak
meningkatkan pH larutan secara drastis, sebagaimana pada titrasi HCl dan NaOH,
tetapi naik secara perlahan. Mengapa?
Jika ke dalam larutan NH4Cl yang sudah terhidrolisis ditambah lagi NH3 ,
dalam larutan akan terjadi kesetimbangan antara ion NH4+ (dari NH4Cl)
dan NH3 dari basa yang ditambahkan. Persamaannya sebagai berikut.

NH4+(aq) ↔ NH3(aq) + H+(aq)

Sistem reaksi tersebut merupakan kesetimbangan basa lemah dan asam


konjugatnya (teori asam basa Bronsted-Lowry). Karena membentuk
kesetimbangan maka semua Hukum-Hukum Kesetimbangan berlaku di sini.
Akibatnya, penambahan NH3 akan bereaksi dengan proton (ion H+  dan sistem
akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri. Dengan demikian,
penambahan NH3 berlebih dianggap sebagai gangguan dan sistem berupaya
meminimalkan gangguan dengan cara menggeser posisi kesetimbangan untuk
memperkecil gangguan tersebut.
Dampak dari pergeseran posisi kesetimbangan asam basa konjugat adalah
kenaikan pH larutan relatif kecil. Inilah alasan mengapa penambahan basa setelah
titik stoikiometri tercapai, perubahan pH larutan relatif kecil. Sistem larutan yang
membentuk kesetimbangan antara basa lemah dan asam konjugatnya disebut
larutan penyangga. Salah satu sifat penting dari larutan penyangga adalah dapat
mempertahankan pH larutan dari gangguan penambahan asam atau basa.

6
Formula dari basa konjugat selalu memiliki jumlah atom H lebih sedikit
dan memiliki muatan lebih negatif dibandingkan formula asam konjugatnya.

2.2 Hidrasi dan Hidrolisis Garam-Garam


Garam adalah senyawa elektrolit yang dihasilkan dari reaksi netralisasi
antara asam dengan basa. Garam yang dihasilkan bisa bersifat asam, basa atau
netral. Begitu juga saat garam dilarutkan dalam air, maka ion-ion garam yang
berasal dari asam lemah atau basa lemah akan bereaksi dengan air yang
dinamakan reaksi hidrolisis.
 Hidrolisis berasal dari kata hidro yang berarti air dan lisis yang berarti
penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam dalam  air, yang
membentuk  kation (ion positif dan anion (ion negatif). Ion-ion tersebut akan
bereaksi dengan air membentuk asam (H3O+) dan basa (OH-) asalnya. Garam
yang dihasilkan dapat  bersifat netral, asam atau basa  tergantung kekuatan asam
dan basa pembentuk garam tersebut.
Hidrasi adalah proses dimana ion dikelilingi oleh molekul-molekul air
yang tersusun dalam keadaan tertentu.
2.2.1 Pengertian Hidrasi dan Hidrolisis
Suatu garam dalam pelarut air terurai membentuk ion-ionnya. Hasil
pelarutan garam ini dapat bersifat netral, asam, atau basa. Sifat larutan
garam ini bergantung pada sifat-sifat ionnya. Pelarutan garam dapat
memengaruhi keadaan kesetimbangan ionisasi air. Kita sudah mengetahui
bahwa air membentuk kesetimbangan dengan ion-ionnya.

H2O(l) ↔ H+(aq) + OH–(aq)

atau

2H2O(l) ↔ H3O+(aq) + OH–(aq)

7
Garam-garam yang terlarut di dalam air mungkin terhidrasi atau
terhidrolisis. Suatu garam dikatakan terhidrasi di dalam pelarut air jika
ionionnya dikelilingi oleh molekul air akibat antaraksi dipol antara ion-ion
garam dan molekul air. Antaraksi ion-ion garam dan molekul air
membentuk kesetimbangan dan tidak mempengaruhi pH larutan. Suatu
garam dikatakan terhidrolisis di dalam pelarut air jika ion-ionnya bereaksi
dengan molekul air. Reaksi ion-ion garam dan air membentuk
kesetimbangan dan mempengaruhi pH larutan.
Solvasi adalah proses ion atau molekul dikelilingi oleh pelarutnya.
Jika pelarutnya air, dinamakan hidrasi.
a. Hidrasi Kation dan Anion
Hidrasi kation terjadi karena adanya antaraksi antara muatan positif
kation dan pasangan elektron bebas dari atom oksigen dalam molekul air.
Kation yang dapat dihidrasi adalah kation-kation lemah, seperti ion kalium
(K+), yaitu kation yang memiliki ukuran besar dengan muatan listrik
rendah. Kation-kation seperti ini berasal dari basa kuat, seperti Na+, K+,
dan Ca2+. Contohnya :
K+(aq) + nH2O(l) ↔ [K(H2O)n]+

Anion-anion yang dihidrasi adalah anion dari asam kuat atau anion
yang bersifat basa konjugat sangat lemah. Anion-anion ini dihidrasi
melalui antar aksi dengan atom hidrogen dari air. Misalnya :

NO3–(aq) + mH2O(l) ↔ [NO3(H2O)m]–

Kation dan anion dari garam-garam yang terhidrasi di dalam air


tidak bereaksi dengan molekul air. Oleh karena itu, anion atau kation
seperti ini merupakan ion-ion bebas di dalam air (Gambar 4).

8
Gambar 4. Model hidrasi dari garam NaCl dalam pelarut air.

b. Hidrolisis Kation dan Anion


Kation-kation garam yang berasal dari basa lemah di dalam air
dapat mengubah larutan menjadi asam. Kation-kation ini merupakan asam
konjugat dari basa lemah, seperti Al3+, NH4+, Li+, Be2+, dan Cu2+. Karena
kation-kation tersebut merupakan asam konjugat dari basa lemah maka
tingkat keasamannya lebih kuat daripada air. Oleh karenanya, kation-
kation ini dapat menarik gugus OH– dari molekul air dan meninggalkan
sisa proton (H+) sehingga larutan bersifat asam.

Reaksi antara H2O dan kation logam membentuk kesetimbangan.


Dalam hal ini, molekul H2O berperan sebagai basa Lewis atau akseptor
proton menurut Bronsted-Lowry. Contohnya :

NH4+(aq) + H2O(l) ↔ NH3(aq) + H3O+(aq)

9
Al3+(aq) + 3H2O(l) ↔ Al(OH)3(aq) + 3H+(aq)

Anion-anion hasil pelarutan garam yang berasal dari asam lemah


dapat mengubah pH larutan menjadi bersifat basa karena bereaksi dengan
molekul air. Anion-anion seperti ini merupakan basa konjugat dari asam
lemah, yaitu basa yang lebih kuat dibandingkan molekul H2O. Karena itu,
anion-anion tersebut dapat menarik proton (H+) dari molekul air dan
meninggalkan sisa ion OH– yang menyebabkan larutan garam bersifat
basa. Contohnya:

F–(aq) + H2O(l) ↔ HF(aq) + OH–(aq)

CN–(aq) + H2O(l) ↔ HCN(aq) + OH–(aq)

Semua garam yang anionnya berasal dari asam lemah,


seperti CH3COONa, KCN, NaF, dan Na2S akan terhidrolisis ketika
dilarutkan di dalam air menghasilkan larutan garam yang bersifat basa.
Reaksi kation atau anion dengan molekul air disebut hidrolisis. Dengan
kata lain, hidrolisis adalah reaksi ion dengan air yang menghasilkan basa
konjugat dan ion hidronium atau asam konjugat dan ion hidroksida.
2.2.2 Derajat Keasaman Larutan Garam
Semua garam yang larut dalam air akan terurai membentuk
ionionnya. Karena ion-ion garam dalam air ada yang terhidrolisis maka
pelarutan garam-garam di dalam air dapat mengubah pH larutan menjadi
bersifat asam atau basa.
a. Larutan Garam Bersifat Netral
Jika garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat dilarutkan ke
dalam air, baik kation maupun anionnya tidak akan bereaksi dengan air
karena ion-ion yang dilepaskan akan segera terionisasi kembali secara
sempurna, Dengan demikian, garam yang berasal dari asam kuat dan

10
basa kuat tidak mengalami hidrolisis dalam air dan bersifat netral atau
memiliki pH = 7
Contoh :
NaCl(aq)  → Na+(aq)   +   Cl- (a

b. Larutan Garam Bersifat Basa


Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan
dalam air akan menghasilkan  anion yang berasal dari asam lemah. Anion
tersebut bereaksi dengan air menghasilkan ion OH- yang menyebabkan
larutan bersifat basa. Kation dari basa kuat tidak terhidrolisis sedangkan 
anion dari asam lemah akan mengalami hidrolisis. Jadi garam dari asam
lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis
parsial atau hidrolisis sebagian
Contoh : 
CH3COONa(aq)  →   CH3COO-(aq)  + Na+(aq)

Ion CH3COO- bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan 


CH3COO- (aq) + H2O ⇄ CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Nilai pH dari larutan garam yang anionnya terhidrolisis dapat
ditentukan berdasarkan nilai Kb basa konjugat dan konsentrasi ion-ion
dalam sistem kesetimbangan.
c. Larutan Garam Bersifat Asam
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan
dalam air akan menghasilkan  kation yang berasal dari basa lemah. Kation
tersebut bereaksi dengan air menghasilkan ion H+ yang menyebabkan
larutan bersifat asam. Kation dari asam kuat tidak terhidrolisis sedangkan 
anion dari basa lemah akan mengalami hidrolisis. Jadi garam dari asam
kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis
parsial atau hidrolisis sebagian
Contoh :
          NH4Cl (aq)    →    NH4+ (aq) + Cl– (a

11
Ion NH4+ bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan
          NH4+(aq) + H2O     ⇄      NH3 (aq)   + H3O+(aq)

d. Larutan Garam Terhidrolisis Total


Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah di dalam air
akan terionisasi dan kedua ion garam tersebut bereaksi dengan air.
         NH4CN (aq)  →    NH4 + (aq) + CN– (aq)

Ion NH4 + bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan:


         NH4+ (aq) + H2O (l)  ⇄    NH4OH (aq) + H+ (aq)

Ion CN– bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan:


         CN– (aq) + H2O (l)   ⇄  HCN (aq) + OH– (aq)

Kedua reaksi kesetimbangan tersebut menghasilkan ion H+ dan


ion OH–, maka garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah
mengalami hidrolisis sempurna  (total) di dalam air. Sifat larutannya
ditentukan oleh harga tetapan kesetimbangan asam (Ka) dan tetapan
kesetimbangan basa (Kb) dari kedua reaksi tersebut. 
Jika Ka > Kb, maka larutan akan bersifat asam,  dan jika Ka < Kb
maka larutan akan bersifat basa, dan jika Ka = Kb maka larutan akan
bersifat netral . 

2.3 Larutan Penyangga


Sebagaimana diuraikan sebelumnya, jika ke dalam larutan garam yang
kation atau anionnya terhidrolisis, misalnya larutan NH4Cl
ditambahkan NH3 maka akan terbentuk kesetimbangan antara ion NH4+ dan NH3 .
Sistem larutan seperti ini dinamakan larutan penyangga. Salah satu sifat penting
dari larutan penyangga adalah dapat mempertahankan pH larutan.

12
2.3.1 Prinsip Larutan Penyangga
Berdasarkan Teori Asam-Basa Arrhenius, larutan yang
mengandung campuran asam lemah dan garam yang anionnya senama
dengan asam lemah tersebut akan membentuk larutan penyangga.
Contohnya, NH3COOH dan CH3COONa. Demikian juga jika larutan
mengandung campuran basa lemah dan garam yang kationnya senama
dengan basa lemah akan membentuk larutan penyangga.
Contohnya, NH4OH dan NH4Cl.
Berdasarkan Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry, larutan yang
mengandung campuran dari pasangan asam lemah dan basa konjugat atau
basa lemah dan asam konjugatnya akan membentuk larutan penyangga.
Contoh:

a. NH3(aq) + H2O(l) ↔ NH4+(aq) + OH–(aq)


Basa lemah Asam konjugat

b. H2PO4–(aq) ↔ HPO42–(aq) H+(aq)


Asam lemah Basa konjugat

Prinsip larutan penyangga berdasarkan teori asam basa Arrhenius


terbatas hanya untuk campuran asam lemah dan garamnya atau basa lemah
dan garamnya, sedangkan prinsip berdasarkan Bronsted-Lowry lebih
umum, selain asam lemah dan garamnya (contoh a), juga mencakup
campuran garam dan garam (contoh b).
Tinjau contoh (b), sistem kesetimbangan asam lemah dan basa
konjugatnya dapat berasal dari garam NaH2PO4 dan Na2HPO4. Jika kedua
garam ini dicampurkan, akan terbentuk larutan penyangga.
Amonium hidroksida dapat digunakan untuk membuat larutan
penyangga dengan cara mencampurkannya dengan amonium fosfat
sebagai garamnya.

13
2.3.2 Aplikasi Larutan Penyangga
Cairan darah dalam tubuh manusia memiliki sifat penyangga
karena mampu mengendalikan pH dalam darah. Salah satu fungsi darah
adalah membawa oksigen untuk disebarkan ke seluruh sel. Fungsi ini
bergantung pada pH darah.
Sel darah merah, khususnya atau hemoglobin bekerja optimal
sebagai pembawa oksigen pada pH sekitar 7,4. Jika pH cairan darah
berubah maka kerja hemoglobin akan menurun, bahkan kemampuannya
akan hilang jika pH cairan darah di atas 10 atau di bawah 5.
Cairan darah mengandung asam lemah H2CO3 dan basa
konjugatnya : HCO3– (dari garam NaHCO3 dan KHCO3). Kedua spesi ini
bertanggung jawab dalam mempertahankan pH cairan darah agar sel darah
merah bekerja secara optimal.
Jika seseorang meminum sedikit asam atau basa, seperti air jeruk
atau minuman bersoda maka minuman tersebut akan terserap oleh darah.
Kemudian, cairan darah akan mempertahankan pH-nya dari gangguan
asam atau basa yang dimakan atau diminum seseorang.
Jika cairan darah tidak memiliki sifat penyangga maka akan
bersifat asam, yang tentunya mengganggu kinerja darah. Akan tetapi,
karena cairan darah memiliki sifat penyangga, penambahan sedikit asam
atau basa tidak mengubah pH cairan darah sehingga kinerja darah tetap
optimal.
Air laut juga memiliki sifat penyangga yang berasal dari garam-
garam dan udara yang terlarut dalam air laut. Di dalam air laut terkandung
garam-garam natrium, kalium, magnesium, dan kalsium dengan anion-
anion seperti klorida, sulfat, karbonat, dan fosfat.
Sifat penyangga air laut dapat berasal dari NaHCO3 dan
gas CO2 dari udara yang terlarut. Di dalam air laut, gas CO2 terlarut dan
bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Persamaan reaksinya
sebagai berikut.
H2O(l) + CO2(g) ↔ H2CO3(aq)

14
Oleh karena asam karbonat adalah asam lemah dan dalam air laut
terkandung garam natrium hidrogen karbonat maka kedua senyawa itu
akan membentuk larutan penyangga, melalui reaksi kesetimbangan:

H2CO3(aq) ↔ HCO3–(aq) + H+(aq)

Konsentrasi H2CO3 berasal dari gas CO2 terlarut dan


konsentrasi HCO3– berasal dari garam yang terkandung dalam air laut. Jika
air hujan yang umumnya besifat asam tercurah ke laut atau air dari sungai-
sungai mengalir ke laut dengan berbagai sifat asam dan basa maka sifat
asam dan basa itu tidak akan mengubah pH air laut. Dengan kata lain, pH
air laut relatif tetap.
Jika Anda ingin memiliki larutan yang mempunyai nilai pH mulai
dari 1 sampai 14 dan tahan lama di laboratorium, Anda dapat membuat
larutan-larutan tersebut dari larutan penyangga. Nilai pH larutan
penyangga tidak berubah walaupun disimpan dalam kurun waktu yang
lama.
2.3.3 Larutan Penyangga dalam Darah
Darah manusia mempunyai pH normal sekitar 7,35 – 7,45. Jika pH
dalam darah tidak berada dalam keadaan normal maka akan mengganggu
kestabilan dari membran sel, struktur protein, dan aktivitas enzim. Kondisi
pH darah < 7,35 disebut asidosis dan kondisi pH > 7,45 disebut alkalosis.
Darah memiliki sistem penyangga untuk mengontrol pH agar pH darah
stabil. Larutan penyangga dalam darah mengandung asam karbonat
(H2CO3) dan ion karbonat (HCO3–). Dengan persamaan kesetimbangan
sebagai berikut.

H+(aq) + HCO3– (aq) ↔ H2CO3(aq) ↔ H2O(l) + CO2(g)

Sumber: Chemistry: The Central Science, 2000

15
a. Penambahan Asam atau Basa Secara Kuantitatif

Gambar 6. Dua prinsip utama dalam menentukan pH larutan


penyangga setelah asam atau basa ditambahkan.

Ada dua prinsip utama dalam menentukan pH larutan penyangga


ketika sejumlah kecil asam atau basa ditambahkan (Gambar 5), yaitu:
1) Prinsip Stoikiometri : diasumsikan bahwa penambahan asam atau basa
bereaksi sempurna dengan ion-ion dalam larutan penyangga.
2) Prinsip kesetimbangan : ion-ion dalam larutan penyangga membentuk
kesetimbangan yang baru setelah ditambah sedikit asam atau basa.

16
2.4 Reaksi Pengendapan

Reaksi pengendapan adalah suatu jenis reaksi yang dapat berlangsung


dalam cairan, misalnya air. Suatu reaksi dapat dikatakan reaksi pengendapan
apabila reaksi tersebut menghasilkan endapan. Endapan yaitu zat padat yang tidak
larut dalam cairan tersebut. Senyawa-senyawa yang sering digunakan dalam
reaksi pengendapan yaitu senyawa-senyawa ionik. Sebagai contoh reaksi antara
larutan timbal nitrat [Pb(NO3)2] yang ditambahkan ke dalam larutan natrium
iodida (NaI) dan terbentuk endapan timbal iodida (PbI2) yang berwarna kuning.

Pb(NO3)2(aq)+ 2NaI (aq) → PbI2(s) + 2NaNO3 (aq)

Terbentuknya endapan atau tidak dalam suatu reaksi, tergantung


pada kelarutan dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan
larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Dalam hal ini zat dapat
di bagi, yaitu dapat larut, sedikit larut atau takdapat larut. jika suatu zat dapat larut
dalam air maka termasuk dapat larut, jika tidak dapat larut dalam air maka
termasuk sedikit larut atau takdapat larut. Semua senyawa ionik
merupakan elektrolit kuat, tetapi daya larutnya tidak sama.

Pengendapan dapat terjadi jika konsentrasi suatu senyawa


melebihi kelarutannya (seperti saat mencampur pelarut atau mengubah suhunya).
Pengendapan dapat terjadi dengan cepat dari larutan jenuhnya.

Contoh reaksi pengendapan yang umum diantaranya reaksi perak


nitrat (AgNO3) yang ditambahkan dalam larutan yang mengandung kalium
klorida (KCl), menghasilkan endapan putih, perak klorida (AgCl).

Reaksi ini dapat ditulis dengan emperlihatkan ion yang terdisosiasi dalam


campuran larutan. Persamaan ini dikenal sebaga persamaan ionik. Reaksi
keseluruhan dari ion-ion yang bereaksi disebut reaksi ionik bersih.
Terbentuknya produk reaksi yang dapat mengendap atau tidak dari suatu
reaksi sebenarnya tidak bisa ditentukan hanya dari muatan ion saja. Jadi, suatu
reaksi pengendapan dapat terjadi atau tidak bisa kita ketahui melalui observasi
eksperimen.

17
Sebagai contoh, apabila sebuah larutan NaOH bercampur dengan Mg
(NO3)2, apakah mereka akan mengalami pengendapan?
Kedua senyawa tersebut sebenarnya termasuk ke dalam senyawa ionik
yang mudah larut. Mereka juga memiliki elektrolit yang kuat. Setelah mereka
tercampur di dalam suatu larutan, maka akan menciptakan ion-ion MG2+ H-,
Na+, dan juga NO3-. NaNO3 merupaan senyawa mereka yang mudah larut.
Sedangkan MG(OH)2 menjadi senyawa yang sulit larut dan akan mengendap.
Jadi, hasil pengendapan dari campuran kedua senyawa NaOH dan
Mg9NO3)2 adalah Mg(NO3)2(aq) beserta 2NaOH(aq). Keduanya akan dijumlah
dan menghasilkan Mg (OH)2(s) dan 2NaNO3(aq). Jika mempelajari mengenai
kelarutan garam dalam materi kimia, maka secara otomatis juga harus memahami
reaksi pengendapannya. Hal itu karena mereka pada dasarnya saling berhubungan
satu sama lain.
Dapat kita simpulkan bahwa kelarutan garam dalam air tidak selalu terjadi.
beberapa dari senyawa ini ada yang mudah larut dan tidak. Mereka yang tidak
larut akan mengendap dan akhirnya menghasilkan reaksi pengendapan.
2.4.1 Reaksi Pengendapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Reaksi pengendapan pada umumnya digunakan ada bidang kimia
analitik dan berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dari kation dan
anion yang merupakan bagian garam dalam analisa kuantitatif. Adapun
untuk penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain;
1. Garam Kation dan Anion
Adanya garam kation dan anion tertentu mampu diketahui dengan
menggunakan agen pengendap. Hasilnya adalah endapan, apabila hasil
dari endapan positif, maka endapan akan memiliki warna khas untuk setiap
jenis kation dan anionnya.
2. Mendeteksi Logam Berat pada Limbah Cair
Metode atau teknik ini berguna dalam mendeteksi adanya ikatan
logam berat pada limbah cair yang ada di dalam perairan tertentu. Selain
itu, pengendapan juga berguna dalam desalinasi air laut, yaitu proses

18
menghilangkan kadar garam dari air. reaksi pengendapan juga berguna
untuk mengisolasi produk tertentu dalam pembuatan pigmen warna.
3. Menghilangkan Kandungan Logam
Salah satu contoh penggunaan reaksi pengendapan yaitu untuk
menghilangkan kandungan logam berat pada suatu larutan berair. Yaitu
pada ion perak yang terdapat dalam bentuk larutan garam yang larut
didalam air, misalnya perak nitrat mampu diendapkan menggunakan agen
pengendap yang memiliki kandungan ion klorida seperti natrium klorida
atau kalium klorida.
Selain itu, ion logam barlium juga dapat diendapkan oleh ion sulfat,
dan kalsium dapat diendapkan menggunakan ion oksalat. Setiap reaksi
pengendapan terjadi secara spesifik dan juga selektif. Dengan demikian
adanya reaksi pengendapan memudahkan untuk menghasilkan endapan.
4. Mensintesis Kromik Tetrapenilporphyrin Klorida
Reaksi pengendapan juga digunakan untuk mensintesis kromik
tetrapenilporphyrin klorida. Dalam sintesis senyawa ini pelarut akan
dimasukkan dengan antisolvent sehingga kelarutan dari produk yang akan
dibentuk oleh reaksi akan berkurang secara drastis akhirnya mengendap.
Antisolvent pada pembuatan kromik tadi yaitu air.  Kegunaan arti
air sangat penting dalam mengendapkan DNA dengan bantuan etanol
sebagai antisolventnya. Didalam ilmu metalurgi, reaksi pengendapan
berguna dalam membuat campuran logam agar menjadi lebih kuat.

BAB III

19
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

a. Gelas piala100 ml

b. Pipet tetes

c. Tabung reaksi

3.2 Bahan

a. Larutan Na2CO3 0,2 M


b. Larutan NaCl 0,2 M
c. Larutan CH3COOH 0,2 M
d. Larutan NH4Cl 0,2 M
e. Larutan Indikator MM, MO, MV, BTB, Alizarin (Al), dan Kuning Titan
(KT).

3.3 Cara Kerja


a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menyiapkan tabung reaksi (sesuai jumlah yang diperlukan) dan isilah
dengan larutan Na2CO3 0,2 M masing -masing 5 mL (5 tetes).
c. Tambahkan masing -masing tabung reaksi dengan larutan indikator (2
tetes) yang tersedia.
d. Catat perubahan warnanya dan tentukan harga pH masing-masing
larutan dalam tabung reaksi.
e. Ulangi prosedur diatas, dengan menggunakan larutan NaCl 0,2 M,
CH3COOH 0,2 M, dan NH4Cl 0,2 M.

20

Anda mungkin juga menyukai