Anda di halaman 1dari 30

Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugrahNya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih  kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
penulisan paper ini hingga bisa tersusun dengan baik.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan  yang kami peroleh dari
beberapa buku dan media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat
memahami tentang pengertian kesetimbangan ion, tetapan pengionan asam lemah,
tetapan pengionan basa lemah dan penentuan dan perhitungan tetapan pengionan
asam dan basa.
Akhirnya, kami  menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi  perbaikan penerbitan paper ini di masa mendatang.

Surabaya, 24 Desember 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Konsep kesetimbangan sangat penting dalam memahami reaksi yang


melihatkan ion, terutama ion dalam larutan. Kesetimbangan ion ditunjukkan
untuk penentuan kuantitatif konsentrasi ion yang berada pada kesetimbangan
untuk asam dan basa. Dalam air pengionan beberapa molekul asam kovalen

polar, seperti , pada hakekatnya berlangsung sempurna.

Bila dikatakan larutan asam klorida 0,5 M, diandaikan bahwa konsentrasi ion

dan masing-masing 0,5 M dan konsentrasi HCL yang tak terionkan

praktis nol Karena terdapat sedikit molekul yang tak terionkan pada
kesetimbangan, persamaan untuk reaksi pengionan ini umumnya ditulis
hanya dengan satu anak panah tunggal ke kanan. Sebaliknya untuk asam
lemah seperti asam asetat atau basa lemah seperti ammonia, transfer proton
keatau dari air jauh dari lengkap. Persamaan untuk reaksi pengionan ini
ditulis dengan anak panah rangkap untuk menekan bahwa system
kesetimbangan adalah reversible.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesetimbangan ion?
2. Apa yang dimaksud dengan Hidrolisis garam?
3. Bagaimana cara menentukan dan menghitung tetapan kesetimbangan asam
dan basa?
4. Bagaimana cara menentukan pH larutan asam dan basa?
1.3 Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
kesetimbangan ion.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan Hidrolisis
garam
3 Untuk mengetahui dan memahami cara menentukan dan menghitung
tetapan pengionan asam dan basa.
4.Untuk menentukan pH larutan asam dan basa
BAB II
ISI

PETA KONSEP
KESETIMBANGAN ION-ION DALAM LARUTAN

Kesetimbangan Air

Teori Asam Basa

Hidrolisis Garam Larutan Penyangga

Larutan Garam Larutan Garam Larutan Garam


Tidak Terhidrolisis Terhidrolisis Sebagian Terhidrolisis Total

Garam dari Garam dari Garam dari Garam dari


Asam Kuat Asam Kuat dan Asam Lemah Asam Lemah
dan Basa Basa Lemah dan Basa dan Basa
Kuat Kuat Lemah
2.1 Kesetimbangan Ion

Konsep kesetimbangan sangat penting dalam memahami reaksi yang


melihatkan ion, terutama ion dalam larutan. Kesetimbangan ion ditunjukkan
untuk penentuan kuantitatif konsentrasi ion yang berada pada kesetimbangan
untuk asam dan basa. Dalam air pengionan beberapa molekul asam kovalen

polar, seperti , pada hakekatnya berlangsung sempurna.

Sebagai contoh garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak
terhidrolisis. Oleh karena itu konsentrasi ion H+ dan OH- dalam air tidak
terganggu sehingga larutan bersifat netral atau memiliki pH = 7. Sebaliknya
untuk setiap garam yang mengandung kation dari basa kuat (seperti, Na + atau
K+) dan anion dari asam lemah akan membentuk larutan bersifat basa dan
akan terhidrolisis sebagian (parsial). Sedangkan garam yang berasal dari
asam lemah dan basa lemah di dalam airt akan terionisasi dan kedua ion
garam tersebut bereaksi dengan air sehingga kedua ion tersebut memengaruhi
pH larutan dan garam jenis ini mengalami hidrolisis total atau hidrolisis
sempurna.

2.2 Kesetimbangan air

Air merupakan pelarut universal yang bersifat elektrolit sangat lemah.


Sebagian kecil molekul air terionisasi menjadi ion H+ dan OH- , menurut
reaksi:

Dari reaksi tersebut tetapan kesetimbangan air dirumuskan sebagai


berikut:

Karena air adalah zat murni, dan fraksi molekul air yang terionisasi sangat
kecil maka konsentrasi air tidak berubah. Sehingga persamaan tetapannya
menjadi:
Tetapan kesetimbangan ini disebut tetapan ionisasi air, dilambangkan
dengan Kw.
Berdasarkan reaksi ionisasi air, kita tahu bahwa perbandingan ion H+ dan
OH dalam air murni (larutan netral) adalah [H+] = [OH-] Sehingga rumusan
Kw dapat ditulis sebagai berikut:

Tabel nilai Kw pada beberapa suhu tertentu.

pada suhu 25oC mempunyai nilai Kw = 1×10-14

2.3 Pengertian asam basa

2.2.1 Teori asam basa menurut Arrhenius


Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat melepaskan ion H + ( ion
hydronium ) di dalam air sehingga konsentrasi ion H+ dalam air meningkat.

Jika HaX adalah asam, maka reaksi ionisasi senyawa HaX dalam air
adalah sebagai berikut:
Berikut adalah contoh senyawa yang termasuk asam dan reaksi
ionisasinya dalam air. Senyawa berikut ini jika dilarutkan dalam air akan
terurai membentuk ion H+ dan ion negatif sisa asam.

Menurut Arrhenius, Basa adalah zat yang dapat melepaskan ion OH– (ion
hidroksida ) di dalam air sehingga konsentrasi ion OH– dalam air
meningkat.

Jika L(OH)b adalah asam, maka reaksi ionisasi senyawa L(OH)b dalam
air adalah sebagai berikut:

Berikut adalah contoh senyawa yang termasuk basa dan reaksi


ionisasinya dalam air. Senyawa ini jika dilarutkan dalam air akan terurai
membentuk ion OH– dan ion positif sisa basa.

Senyawa NH3 tetapi bersifat basa karena dalam air dapat menghasilkan
ion hidroksida.
2.2.2 Teori asam basa Bronsted-Lowry

Bronsted-lowry menjelaskan asam adalah spesi (ion atau molekul) yang


dapat memberikan ion H+ (donor proton), sedangkan basa adalah spsesi yang
dapat menerima ion H+ (akseptor proton). ciri : Selisih 1 H⁺

Asam = donor H+ (pemberi ion H+)

Basa = akseptor H+ (penerima ion H+)

Berikut adalah contoh teori ini dalam menjelaskan sifat asam dan basa
suatu larutan.

Dari peristiwa transfer proton tersebut maka masing-masing larutan dapat


dijelaskan sifat asam dan basanya sebagai berikut:

HCl bersifat asam karena memberikan ion H+ pada molekul H2O,


kemudian H2O bersifat basa karena menerima ion H+ dari HCl. Spesi HCl
dan Cl- seperti ini dinamakan pasangan konjugat asam basa.

Basa Konjugasi : H⁺ lebih sedikit 


Cl- adalah basa konjugasi dari HCl, berikut reaksi penjelasannya:

Asam Konjugasi : H⁺ lebih banyak


H3O+ adalah asam konjugasi dari H2O, berikut reaksi penjelasannya:

Jadi, Asam dan basa konjugasi atau basa dan asam konjugasi disebut
sebagai pasangan asam basa konjugasi. Garis hubung berikut menunjukkan
pasangan asam basa konjugasi
Menurut Bronsted- Bronsted-lowry menjelaskan asam adalah spesi (ion
atau molekul) yang dapat memberikan ion H+ (donor proton), sedangkan basa
adalah spsesi yang dapat menerima ion H+ (akseptor proton). (ciri : Selisih 1
H⁺  )

Asam = donor H+ (pemberi ion H+)

Basa = akseptor H+ (penerima ion H+)

Berikut adalah contoh teori ini dalam menjelaskan sifat asam dan basa
suatu larutan.

Dari peristiwa transfer proton tersebut maka masing-masing larutan dapat


dijelaskan sifat asam dan basanya sebagai berikut:

HCl bersifat asam karena memberikan ion H+ pada molekul H2O,


kemudian H2O bersifat basa karena menerima ion H+ dari HCl. Spesi HCl
dan Cl- seperti ini dinamakan pasangan konjugat asam basa.

 Basa Konjugasi : H⁺ lebih sedikit 

Cl- adalah basa konjugasi dari HCl, berikut reaksi penjelasannya:


 Asam Konjugasi : H⁺ lebih banyak

H3O+ adalah asam konjugasi dari H2O, berikut reaksi penjelasannya:

 Jadi, Asam dan basa konjugasi atau basa dan asam konjugasi disebut
sebagai pasangan asam basa konjugasi. Garis hubung berikut
menunjukkan pasangan asam basa konjugasi

Menurut Bronsted-Lowry, kekuatan asam basa konjugat adalah


kebalikannya. Jika suatu senyawa merupakan asam kuat, basa konjugatnya
adalah basa lemah. Kekuatan asam basa konjugat dapat digunakan untuk
meramalkan arah reaksi asam basa. Suatu reaksi asam basa akan terjadi jika
hasil reaksinya merupakan asam lebih lemah atau basa lebih lemah. Dengan
kata lain, reaksi akan terjadi ke arah pembentukan spesi yang lebih
lemah.Lowry, kekuatan asam basa konjugat adalah kebalikannya. Jika suatu
senyawa merupakan asam kuat, basa konjugatnya adalah basa lemah.
Kekuatan asam basa konjugat dapat digunakan untuk meramalkan arah reaksi
asam basa. Suatu reaksi asam basa akan terjadi jika hasil reaksinya
merupakan asam lebih lemah atau basa lebih lemah. Dengan kata lain, reaksi
akan terjadi ke arah pembentukan spesi yang lebih lemah.

Pengaruh asam basa terhadap sistem kesetimbangan air

a. Pengaruh asam
Berdasarkan konsep pergeseran kesetimbangan, penambahan ion H+ dari
suatu asam, akan menyebabkan [H+] dalam larutan bertambah, tetapi tidak
akan mengubah Kw atau hasil kali [H+] dan [OH-]. Hal ini menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kiri dan [OH-] mengecil sehingga perbandingan
ion H+ dan OH- dalam larutan asam : [H+] > [OH-].
b. Pengaruh basa
Penambahan ion OH- dari suatu basa, akan menyebabkan [OH-] dalam
larutan bertambah, tetapi tidak akan mengubah Kw atau hasil kali [H+] dan
[OH-]. Hal ini menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri dan [H+]
mengecil. Hal ini menyebabkan perbandingan ion H+ dan OH-dalam larutan
basa sebagai berikut:
[H+] < [OH-]
1. Asam Kuat
Suatu asam dikatakan sebagai asam kuat jika basa tersebut dapat
terionisasi secara sempurna.

Untuk menghitung konsentrasi ion H+ dalam larutan asam dapat


menggunakan rumus sebagai berikut:

Untuk menghitung konsentrasi ion H+ dan ion OH- dalam larutan asam
kuat perhatikan contoh berikut:

Berapa konsentrasi ion H+ dan ion OH- dalam larutan HCl 0,1M pada suhu
25 0C?

Diketahui : Ma = 0,1 M

Ditanya :[H+] = ?

[OH-] = ?

Jawab : HCl adalah asam kuat, rumus menghitung [H+] adalah


Untuk menghitung [OH-], kalian bisa menggunakan rumusan Kw,
sebagai berikut:

2. Basa Kuat
Basa kuat adalah basa yang dapat terionisasi dengan sempurna.
Contoh senyawa yang termasuk basa kuat:

Dalam larutan basa, jumlah ion OH lebih banyak dibanding ion H+.
Untuk menghitung konsentrasi ion OH- dalam larutan basa dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
Contoh soal: Berapa konsentrasi ion H+ dan ion OH larutan NaOH 0,1M pada
suhu 25OC?

Penyelesaian cara ke 1:
3. Asam Lemah
Asam lemah adalah asam yang terionisasi sebagian dalam air.
Contoh senyawa asam lemah:

Dalam air, hanya sebagian molekul asam lemah terurai menjadi ion-
ionnya, sehingga derajat ionisasinya 0 < α < 1. Jika konsentrasi awal
larutan asam lemah HA dinyatakan sebagai Ma, maka:
Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah dinamakan tetapan ionisasi
asam, dilambangkan dengan Ka . Rumusnya sebagai berikut.

Tetapan ionisasi beberapa asam dapat dilihat pada tabel berikut:

Jika nilai tetapan ionisasi asam diketahui, konsentrasi ion H+ dan ion sisa
asam lemah dapat ditentukan menggunakan rumus:
4. Basa Lemah
Basa lemah adalah basa yang terion sebagian ketika larut dalam air.
Contoh senyawa yang termasuk basa lemah adalah

Dalam air, hanya sebagian basa lemah terurai menjadi ion-ionnya,


sehingga derajat ionisasinya 0 < α < 1. Jika konsentrasi awal larutan
basa lemah LOH dinyatakan sebagai Mb, maka:
Tetapan kesetimbangan basa lemah atau tetapan ionisasi basa
dilambangkan dengan Kb Besarnya tetapan ionisasinya sebagai
berikut.

Tetapan ionisasi beberapa basa dapat dilihat pada tabel berikut:

untuk menghitung konsentrasi ion OH− dapat digunakan nilai Kb


ataupun nilai α.

Dengan : Kb = tetapan ionisasi basa lemah. Mb = molaritas basa lemah


α = derajat ionisasi basa lemah.
2.3 Hidrolisi garam
2.3.1 Pengertian Hidrolisis
Hidrolisis berasal dari kata hidro dan lisis. Hidro artinya air, sedangkan
lisis artinya penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam dalam air,
yang membentuk ion positif dan ion negatif. Ion-ion tersebut akan bereaksi
dengan air membentuk asam (H3O+) dan basa (OH-) asalnya. Reaksi hidrolisis
berlawanan dengan reaksi penggaraman atau reaksi penetralan. Reaksi
penggaraman yaitu reaksi antara asam dengan basa yang membentuk garam.
Garam yang dihasilkan tidak selalu bersifat netral tetapi tergantung kekuatan asam
dan basa pembentuk garam tersebut.

2.3.2 Jenis – jenis Hidrolisis garam


Larutan garam di dalam air ada yang bersifat asam, basa dan netral.
Sebagaimana diungkapkan pada awal materi bahwa sifat asam basa atau netral
dari garam tersebut terjadi akibat adanya interaksi antara ion garam dengan air.
Karena ion-ion garam dalam air ada yang terhidrolisis maka pelarutan garam-
garam di dalam air dapat mengubah pH larutan menjadi bersifat asam atau basa.
Garam merupakan hasil reaksi dari suatu asam dengan basa maka ditinjau dari
kekuatan asam dan basa pembentuknya, ada empat jenis garam sebagai berikut.

1. Larutan Garam Bersifat Netral (Garam yang Terbentuk dari Asam


Kuat dan Basa Kuat)

Ion-ion yang dihasilkan dari garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat
tidak ada yang bereaksi dengan air, sebab jika dianggap bereaksi maka akan
segera terionisasi kembali secara sempurna membentuk ion-ion semula.
Ion-ion garam yang berasal dari basa kuat dan asam kuat tidak mengubah
konsentrasi ion H+ dan OH– hasil ionisasi air. Jadi, garam tersebut bersifat netral
di dalam larutan atau memiliki pH = 7.
Contoh :

Ion Cl- di dalam larutan tidak mengalami reaksi dengan air, sebab jika
dianggap bereaksi dengan air maka ion akan menghasilkan NaOH yang akan
segera terionisasi kembali menjadi ion Na+. Hal ini disebabkan NaOH merupakan
basa kuat yang terionisasi sempurna. Demikian pula jika ion Cl- dianggap
bereaksi dengan air, maka HCl yang terbentuk akan terionisasi sempurna menjadi
ion Cl kembali. Hal ini disebabkan HCl merupakan asam kuat. Kesimpulannya
garam yang berasaldari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis. Oleh karena
itu konsentrasi ion H+ dan OH- dalam air tidak terganggu sehingga larutan
bersifat netral atau memiliki pH = 7

2. Larutan Garam Bersifat Basa ( Garam yang Terbentuk dari Asam Lemah
dan Basa Kuat )

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air
akan menghasilkan anion yang berasal dari asam lemah. Anion tersebut bereaksi
dengan air menghasilkan ion OH- yang menyebabkan larutan bersifat basa.
Contoh :

Dalam larutan CH3COONa, spesi utamanya adalah ion Na+, ion CH3COO– ,
dan molekul H2O.
Ion Na+ adalah asam konjugat yang lebih lemah dari air sehingga tidak dapat
menarik gugus OH– dari air, tentunya tidak mengubah pH larutan.
Sedangkan ion CH3COO– merupakan basa konjugat dari asam lemah atau
basa yang lebih kuat dari air sehingga CH3COO– dapat menarik proton dari
molekul air menghasilkan CH3OOH dan OH– . Akibatnya, larutan menjadi basa.
Reaksi ion asetat dan air membentuk kesetimbangan, persamaan reaksinya

Dari dua ion yang dihasil oleh garam tersebut, hanya ion CH3COO- yang
mengalami hidrolisis sedangkan ion Na+ tidak bereaksi dengan air. Hidrolisis ini
disebut hidrolisis sebagian atau hidrolisis parsial.
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini adalah
Bagaimanakah menentukan nilai Kb dari ion asetat (Kb CH3COO-)?
Hal ini dapat ditentukan dari hubungan Ka , Kb , dan Kw.
Jika persamaan Ka asam asetat dikalikan dengan persamaan Kb , ion asetat
akan menghasilkan nilai Kw.
Penentuan nilai Kb di atas sebagai berikut.

Jadi, untuk setiap pasangan asam lemah dan basa konjugatnya terdapat
hubungan Ka , Kb , dan Kw:

Dengan kata lain, jika Ka atau Kw diketahui maka nilai tetapan Kb dapat
ditentukan. Tetapan kesetimbangan untuk ion asetat adalah

Jadi, nilai Kb untuk ion asetat sebesar 5,6 × 10–10.

Dengan demikian, untuk setiap garam yang mengandung kation dari basa
kuat (seperti, Na+ atau K+) dan anion dari asam lemah akan membentuk
larutan bersifat basa dan akan terhidrolisis sebagian (parsial) Nilai pH dari
larutan garam yang anionnya terhidrolisis dapat ditentukan berdasarkan nilai
Kb basa konjugat dan konsentrasi ion-ion dalam sistem kesetimbangan~
Contoh soal :

3. Larutan Garam Bersifat Asam (Garam yang Terbentuk dari Asam


Kuat dan Basa Lemah )
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan
dalam air akan menghasilkan kation yang berasal dari basa lemah. Kation
tersebut bereaksi dengan air menghasilkan ion H+ yang menyebabkan
larutan bersifat asam.
Nilai pH dari larutan garam seperti ini dapat dihitung berdasarkan tetapan
kesetimbangan asam konjugatnya.
4. Larutan Garam Terhidrolisis Total(Garam yang Terbentuk dari
Asam Lemah dan Basa Lemah )
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah di dalam air akan
terionisasi dan kedua ion garam tersebut bereaksi dengan air sehingga kedua
ion tersebut memengaruhi pH larutan.
Jadi, garam jenis ini mengalami hidrolisis total atau hidrolisis sempurna.
Hidrolisis total adalah peristiwa hidrolisis dari seluruh garam, baik ion
positifnya maupun ion negatifnya membentuk basa dan asamnya kembali.
Harga 𝑝𝐻 larutan garam jenis ini tidak tergantung pada konsentrasi garamnya,
tetapi tergantung pada harga 𝐾𝑎 dan 𝐾𝑏.
Ketentuannya sebagai berikut.
1) Jika 𝐾𝑎 = 𝐾𝑏, maka larutan garam bersifat netral atau mempunyai 𝑝𝐻 = 7
2) Jika 𝐾𝑎 > 𝐾𝑏, maka larutan garam bersifat asam atau mempunyai 𝑝𝐻 < 7
3) Jika 𝐾𝑎 < 𝐾𝑏, maka larutan garam bersifat basa atau mempunyai 𝑝𝐻 > 7

Contoh : garam amonium sianida (𝑁𝐻4𝐶𝑁).


Garam jenis ini mengalami hidrolisis total atau hidrolisis sempurna.

NH4CN terionisasi di dalam air menurut reaksi berikut.


NH4CN(ag) → NH+4(aq) + CN–(aq)

Air akan terionisasi menurut reaksi berikut,


H2O(ℓ) ↔ H+(aq) + OH–(aq)

Ion NH+4 dari garam NH4CN akan terhidrolisis

NH+4(aq) + H2O(ℓ) → NH4OH(aq) + H+(aq) Atau


NH+4(aq) + H2O(ℓ) → NH3 (aq) + H3O+(aq)

Ion CN– dari garam NH4CN akan terhidrolisis.


CN–(aq) +H2O (ℓ) → HCN (aq) + OH–(aq)
Contoh soal :
Larutan Penyangga

Penambahan ion sejenis ke dalam larutan garam yang terhidrolisis


akan membentuk larutan penyangga. Salah satu sifat penting dari larutan
penyangga adalah dapat mempertahankan pH larutan.

1. Prinsip Larutan Penyangga


Menurut Teori Asam Basa Arrhenius, larutan penyangga adalah
campuran asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya.
Contohnya, NH3COOH dan CH3COONa. Demikian juga jika larutan
mengandung campuran basa lemah dan garam yang kationnya senama
dengan basa lemah akan membentuk larutan penyangga. Contohnya,
NH4OH dan NH4Cl.
Berdasarkan Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry, larutan yang
mengandung campuran dari pasangan asam lemah dan basa konjugat atau
basa lemah dan asam konjugatnya akan membentuk larutan penyangga.
Contoh:

Prinsip larutan penyangga berdasarkan teori asam basa Arrhenius terbatas hanya
untuk campuran asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya,
sedangkan prinsip berdasarkan Bronsted-Lowry lebih umum, selain asam lemah
dan garamnya (contoh a), juga mencakup campuran garam dan garam (contoh b).

1. Aplikasi Prinsip Larutan Penyangga


Cairan darah dalam tubuh manusia memiliki sifat penyangga
karena mampu mengendalikan pH dalam darah. Salah satu fungsi darah
adalah membawa oksigen untuk disebarkan ke seluruh sel. Fungsi ini
bergantung pada pH darah. Sel darah merah, khususnya atau hemoglobin
bekerja optimal sebagai pembawa oksigen pada pH sekitar 7,4. Jika pH
cairan darah berubah maka kerja hemoglobin akan menurun, bahkan
kemampuannya akan hilang jika pH cairan darah di atas 10 atau di bawah
5.
Cairan darah mengandung asam lemah H2CO3 dan basa konjugatnya:
HCO3– (dari garam NaHCO3 dan KHCO3 ). Kedua spesi ini bertanggung
jawab dalam mempertahankan pH cairan darah agar sel darah merah
bekerja secara optimal. Jika seseorang meminum sedikit asam atau basa,
seperti air jeruk atau minuman bersoda maka minuman tersebut akan
terserap oleh darah. Kemudian, cairan darah akan mempertahankan pH-
nya dari gangguan asam atau basa yang dimakan atau diminum seseorang.
Jika cairan darah tidak memiliki sifat penyangga maka akan bersifat asam,
yang tentunya mengganggu kinerja darah. Akan tetapi, karena cairan darah
memiliki sifat penyangga, penambahan sedikit asam atau basa tidak
mengubah pH cairan darah sehingga kinerja darah tetap optimal.
Air laut juga memiliki sifat penyangga yang berasal dari garam-
garam dan udara yang terlarut dalam air laut. Di dalam air laut terkandung
garam-garam natrium, kalium, magnesium, dan kalsium dengan
anionanion seperti klorida, sulfat, karbonat, dan fosfat. Sifat penyangga air
laut dapat berasal dari NaHCO3 dan gas CO2 dari udara yang terlarut. Di
dalam air laut, gas CO2 terlarut dan bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat. Persamaan reaksinya sebagai berikut.

Oleh karena asam karbonat adalah asam lemah dan dalam air laut
terkandung garam natrium hidrogen karbonat maka kedua senyawa itu
akan membentuk larutan penyangga, melalui reaksi kesetimbangan:

Konsentrasi H2CO3 berasal dari gas CO2 terlarut dan konsentrasi HCO3
berasal dari garam yang terkandung dalam air laut. Jika air hujan yang
umumnya besifat asam tercurah ke laut atau air dari sungai-sungai
mengalir ke laut dengan berbagai sifat asam dan basa maka sifat asam dan
basa itu tidak akan mengubah pH air laut. Dengan kata lain, pH air laut
relatif tetap.
3. Penentuan pH Larutan Penyangga
Persamaan untuk menentukan pH dan pOH larutan penyangga dirumuskan
pertama kali oleh Henderson-Hasselbalch.
Secara umum, persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.

Untuk larutan penyangga yang dibuat dari basa lemah dan asam
konjugatnya, nilai pOH diperoleh dengan cara serupa.

Contoh
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Novitalia Ablinda (2020). Modul pembelajaran kimia SMA kelas XI:
hidrolisis garam http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/22150 (diakses pada
25 Desember 2021)

Wiyati, Arni (2020) Modul pembelajaran kimia SMA kelas XI: larutan asam dan
basa. http://repositori.kemdikbud.go.id/22151/ (diakses pada 25 Desember 2021)

Sunarya Yayan., Dan Agus Setiabudi. (2009). Mudah Dan Aktif Belajar Kimia
Untuk Kelas Xi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai