Anda di halaman 1dari 14

BAB V

GERAK MENGGELINDING

Gerak menggelinding atau biasa disebut rolling merupakan kombinasi


antara gerak translasi dan rotasi. Jadi, selain benda itu berputar terhadap porosnya
maka benda tersebut juga berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara
translasi. Untuk mempermudah pembahasan, dalam buku ini tidak terjadi selip
antara gerak translasi dan rotasi. Walaupun pada kenyataannya terjadi selip antara
gerak translasi dan rotasinya.
Pembahasan gerak menggelinding menggunakan dua cara, yaitu
menggunakan teori dan prinsip dinamika serta teori dan prinsip energi.
Penggunaan teori dan prinsip energi lebih sederhana karena hanya menggunakan
kekekalan energi mekanik.

1. Gerak Menggelinding Metode Dinamika


Perhatikan Gambar 5.1, sebuah roda bergerak ke kanan dengan kecepatan
linier v pada permukaan mendatar tanpa mengalami selip, sehingga roda bergerak
ke kanan sambil berputar dengan kecepatan angular ω sekaligus memiliki
kecepatan translasi v.

O v
ω
R

x=2πR

Gambar 5.1. Gerak menggelinding kecepatan konstan satu putaran rotasi

1
Bila roda berputar satu putaran, maka sumbu roda sudah bergerak ke
kanan sejauh keliling roda. Sudut tempuh untuk satu putaran terlihat pada
persamaan (5.1).

θ = 2π (5.1)

Jarak tempuh roda ke arah kanan adalah seperti terlihat pada persamaan (5.2)

x=Rθ

x=2πR (5.2)

Bila roda menggelinding dengan kecepatan sudut konstan sebesar ω (rad/s)


dan sumbu roda bergerak ke kanan dengan kecepatan konstan v (m/s), serta waktu
yang digunakan sebesar t (s) untuk sekali putaran, maka berlaku persamaan (5.3).

θ = 2π = ω t

x=2πR=vt

Sehingga berlaku

v=ωR (5.3)

Bila silinder bergerak ke kanan dari keadaan diam kemundian


menggelinding ke dengan percepatan sudut konstan α (rad/s2) dan percepatan
linier konstan a (m/s2) dalam selang waktu t (s) untuk sekali putaran perhatikan
Gambar 5.2, maka berlaku hubungan antara percepatan sudut dan percepatan
linier seperti pada persamaan (5.4).

2
O a
ω α
R

x=2πR

Gambar 5.2. Gerak menggelinding percepatan konstan satu putaran rotasi

Sudut tempuh

θ=2π

1 2
θ αt
2

Jarak tempuh translasi

x=2πR

1 2
x at
2

Sehingga berlaku

a=Rα (5.4)

3
Contoh soal 5.1
Silinder pejal bermassa m dan jari-jari Rditarik dengan gaya F ke kanan. Silinder
bergerak tanpa selip. Tentukan percepatan linier pusat massa silinder tersebut!

O F

W
fg

Jawab:
Menurut hukum Newton kedua pada gaya arah sumbu x, sumbu y dan momen
terhadap sumbu putar berlaku

Arah sumbu x

ΣFx = F - fg = m ax

F  fg
ax 
m (S.1)

Arah sumbu y

ΣFy = N - W = m ay di mana ay = 0 karena tidak bergerak ke arah sumbu y

N=W (S.2)

4
Momen terhadap sumbu putar

ΣMO = Io α

fg R = Io α

Io α
fg 
R
1
m R2 α
2 1
fg   mRα
R 2 (S.3)

Persamaan (S.3) disubstitusikan ke (S.1) diperoleh

1 1
F- m R α F  m ax
ax  2  2
m m

1
m ax  F  m ax
2

3
m ax  F
2

2 F
ax 
3m (S.4)

Besarnya percepatan ini lebih kecil dari pada percepatan benda yang bergerak
linier saja. Benda bermassa m yang bergerak linier (meluncur) bila terkena gaya F
ke kanan maka percepatannya seperti pada persamaan (S.5).

5
F
ax 
m (S.5)

Contoh soal 5.2


Roda memiliki massa m dan berjari-jari R menggelinding menuruni bidang miring
seperti pada gambar di bawah ini. Tentukan percepatan linier pusat massa roda!

O y
fg W sin θ
W cos θ

W
x

Jawab:
Sumbu x dan y untuk soal ini didefinisikan seperti pada gambar yang sebelah
kanan. Hukum Newton kedua diberlakukan pada arah x dan y.

Jumlah gaya pada sumbu x

ΣFx  W sin θ  f g  m a x

Wsin θ  f g
ax 
m (S.1)
Jumlah gaya pada sumbu y

6
ΣFy  N  Wcos θ  0

N  Wcos θ (S.2)

Jumlah momen terhadap pusat massa sama seperti pada gerak menggelinding
pada tanah datar

Momen terhadap sumbu putar

ΣMO = Io α

fg R = Io α

Io α
fg 
R
1
m R2 α
2 1
fg   mRα
R 2
1
fg  m ax
2 (S.3)

Persamaan (S.3) disubstitusikan ke (S.1) diperoleh

1
Wsin θ  m a x
ax  2
m
3
m a x  Wsin θ
2
2 2
m ax  W sin θ  m g sin θ
3 3 (S.4)
2
ax  g sin θ
3

7
Besarnya percepatan ini lebih kecil dibandingkan bila roda meluncur menuruni
bidang miring tanpa gesekan yang besarnya seperti terlihat pada persamaan (S.5).

ax = g sin θ (S.5)

2. Gerak Menggelinding Metode Energi


Gelak menggelinding metode energi ini menggunakan prinsip hukum
kekekalan energi. Seperti telah disebutkan di atas bahwa pada gerak
menggelinding terjadi gerakan rotasi dan translasi. Oleh Karena itu pada gerak
menggelinding akan terjadi energi kinetik translasi dan energi kinetik rotasi.
Besarnya energi kinetik karena gerakan ini juga sama dengan energi
kinetik yang sudah dipelajari pada bab sebelumnya, yaitu energi kinetik translasi
dan rotasi. Persamaan (5.5) menunjukkan energi kinetik transalsi, sedangkan
persamaan (5.6) menunjukkan energi kinetik rotasi.

1
Ek  m v2 (J)
2 (5.5)

1
Ek  Ioω2 (J)
2 (5.6)

Apabila pada benda memiliki ketinggian dari titik datum, maka benda
tersebut memiliki energi potensial, Apabila terjadi pergerakan benda dalam arah
vertikal maka benda tersebut juga terjadi perubahan energi potensial. Energi
potensial karena benda pada ketinggian tertentu bisa dilihat pada persamaan (5.7).

Ep = m g h (J) (5.7)

Kedua energi bisa digabungkan menjadi energi mekanik. Energi mekanik


suatu benda bersifat kekal atau biasa disebut konservasi energi. Energi tidak dapat

8
diciptakan atau dihilangkan, namun energi bisa diubah dari bentuk energi satu ke
bentuk energi yang lain.

Contoh soal 5.3


Sebuah roda bergerak menggelinding menuruni bidang miring tanpa selip seperti
terlihat pada gambar di bawah. Tentukan percepatan pada saat menuruni bidang
miring.

θ 2
x

Jawab:
Kita perhatikan benda bergerak dari posisi 1 ke posisi 2. Pada posisi 1 roda dalam
keadaan diam sehingga hanya memiliki energi potensial. Ketika bergerak turun
maka energi potensialnya berkurang dan energi kinetiknya bertambah. Ketika
sampai ke titik 2 energi potensial menjadi nol dan semua berubah menjadi energi
kinetik. Penjelasan di atas bisa dibuat menjadi rumus kekekalan energi mekanik
sebagai berikut.

Em1 = Em2

9
EK(T)1 + EK(T)1 + EP1 = EK(T)2 + EK(R)2 + EP2

1 1 1 1
m v12  I o ω12  m g h 1  m v 22  I o ω 22  m g h 2
2 2 2 2

2
1 11 v
0  0  m g (x sin θ)  m v 22   mR 2  22  0
2 22 R
1 1
m g (x sin θ)  m v 22  m v 2
2 4

3 2
g (x sin θ)  v
4
4
v2  g (x sin θ)
3

Pada gerak dengan percepata konstan berlaku

v 22  v12  2 a x x

v 22  2 a x x

4 
 g (x sin θ) 
ax  
3   2 g sin θ
2x 3

3. Sumbu Sesaat
Pembahasan sebelumnya, gerak menggelinding pada gerakan benda
dipandang sebagai getak translasi dan rotasi. Gerakan menggelinding juga bisa
dipandang sebagai sebuah gerakan rotasi murni pada titik tumpu antara roda
dengan lantai. Titik tumpu ini bukan pada pusat massa, namun berupa pusat sesaat
dan setiap saat berubah posisi.

10
Perhatikan Gambar 5.3 untuk menggambarkan penjelasan di atas. Titik G
sebagai pusat sesaat dari rotasi roda. Sebelumnya kita harus menentukan momen
inersia massa pada titik G. Pada Bab sebelumnya sudah pernah dibahas momen
inersia pada suatu titik bisa dicari apabila momen inersia pada titik tertentu sudah
diketahui. Momen inersia roda pada pusa massa bisa diketahui.

O F

Gambar 5.3 Roda menggelinding dengan G sebagai pusat sesaat

Momen inersia tergadap titik G terlihat pada persamaan (5.8)

IG  Io  m r 2 (5.8)

Energi kinetik roda terlihat [pada persamaan (5.9)

1
Ek  IG ω2
2 (5.9)

Contoh soal 5.4


Roda memiliki massa m dan berjari-jari R menggelinding menuruni bidang miring
seperti pada gambar di bawah ini. Tentukan percepatan linier pusat massa roda
dengan metode sumbu sesaat!

11
N

O
fg W sin θ
W cos θ

G
W

Jawab:
Besarnya torsi terhadap sumbu sesaat G

TG = m g sin θ . R

Momen inersia terhadap titik G

IG = Io + m R2

1 3
IG  m R2  m R2  m R2
2 2
TG = IG α dimana α adalah percepatan sudut sesaat roda terhadap G

TG m g R sin θ 2g sin θ
α  
IG 3 3R
m R2
2

Percepatan titik pusat massa roda dipandang sebagai percepatan tangensial


terhdap titik G, sehingga diperoleh

12
a=Rα

2
a g sin θ
3

Contoh soal 5.5


Sebuah gerbong mempunyai massa 32 ton sudah termasuk massa dua pasang roda
kanan dan kiri @2 ton. Jari-jari girasi 76 cm dan diameter roda 80 cm. Gerbong
bergerak dari titik 1 ke titik 2 sejauh 500 m dengan kecepatan awal 1 m/s. Rel
dimiringkan dengan sudut 2 derajat. Pada roda terdapat hambatan sebesar 30 N.
Tentukan kecepatan ketika gerbong sampai pada titik 2.

Jawab:
Untuk mengerjakan soal ini cukup menggunakan kekekalan energi mekanik
dengan penambahan atau pengurangan energi lainnya.

E1 + energi tambahan = E2 + energi hilang


EP1 + EK(T)1+ EK(R)1 + 0 = EP2 + EK(T)1+ EK(R)1 + fg . x
1 1 1 1
m g h1  m v12  I ω12  m g h 2  m v 22  I ω 22  f g x
2 2 2 2
2
 v 
2
1 11  1  1 11
32000 . 9,81 . 500 sin 2  32000 . 12   4000 .0,76 2    0  32000 v 22   4000 .0,76 2  2   30 . 500
2 22  0,4  2 22  0,4 

V2 = 0,513 m/s

Soal-soal
1. Tunjukkan bahwa sebuah silinder dan bola yang berdiameter sama dan
bermassa sama akan mempunyai kecepatan yang berbeda bila menuruni sebuah
bidang miring yang sama. Kedua roda dan bola sama-sama tidak terjadi selip.
2. Seperti pada soal nomor 1, tunjukkan dan bandingkan apabila gerakannya
meluncur tanpa selip.
3. Sebuah mobil mempunyai massa seluruhnya 2000 kg. Mobil mula-mula diam
kemudian dipercepat hingga kecepatannya 50 km/jam dalam waktu 12 detik.

13
Mobil memiliki 4 buah roda, masing-masing rodanya mempunya massa 30 kg
dengan jari-jari 30 cm dan jari-jari roda 35 cm. Tentukan energi kinetik masing-
masing roda pada akhir selang waktu itu. Tentukan juga energi kinetik total
mobil tersebut.
4. Sebuah gerbong mempunyai massa 32 ton sudah termasuk massa dua pasang
roda kanan dan kiri @2 ton. Jari-jari girasi 76 cm dan diameter roda 80 cm.
Gerbong bergerak dari titik 1 ke titik 2 sejauh 500 m dengan kecepatan awal 1
m/s. Rel dimiringkan dengan sudut 2 derajat. Pada roda terdapat hambatan
sebesar 30 N tetapi selama perjalanan mendapat tambahan energi sebesar
100.000 J. Tentukan energi gerbong di titik 2 dan kecepatan gerbong ketika
sampai di titik 2
5. Sebuah roda dengan massa m dan jari-jari R diam di atas lantai datar yang
sangat licin. Pada tepi roda diberi gaya F ke kanan sehingga roda
menggelinding. Tentukan besarnya percepatan sudut dan percepatan linier roda
tersebut.

14

Anda mungkin juga menyukai