BAB II
PENGUJIAN KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR
• Buatan : Jerman
• Skala Pembebanan : HRA = 588N
HRB = 980N
HRC = 1471N
3. Dapur Listrik
Dapur ini digunakan untuk proses pemanasan (heating), penahanan
(holding), dan pendinginan (cooling) dalam dapur. Spesifikasi dapur listrik
yang digunakan adalah :.
• Merk : OPENBAU HOFFMAN
• Type : E/90
• Voltage : 220V
• Dava : 3 kW
• Suhu Max : 1100˚C
• Buatan : Austria
4. Tang Penjepit
Digunakan untuk mengambil benda uji dari dapur listrik pada proses
perlakuan panas.
5. Stopwatch
Digunakan untuk mengukur waktu holding.
6. Kertas Gosok
Digunakan untuk membersihkan spesimen dari terak dan kotoran.
7. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi spesimen.
8. Penggaris
Digunakan untuk mengukur dimensi spesimen.
Uji Mikrostruktur
1. Mikroskop Logam
Digunakan untuk melihat mikrostruktur spesimen. Dalam pengujian ini
digunakan pembesaran 450 kali. Spesifikasi mikroskop logam yang
digunakan :
• Merk : Nikon
• Buatan : Jepang
2. Kamera
3. Etsa
Digunakan untuk memperjelas penampakan struktur mikro spesimen.
Etsa berupa cairan kimia yang akan bereaksi dengan atom tertentu pada
logam, terutama atom - atom yang tidak stabil, misalnya atom pada batas
butir. Etsa yang digunakan pada pengujian ini adalah nital, yang merupakan
campuran 1-5 ml white nitric acid dalam 100 ml ethyl/methyl alcohol 95-
100 %. Nital akan menggelapkan perlit, menampakkan batas butir cementite.
4. Metal Polish
Digunakan untuk menghaluskan dan mengkilapkan permukaan
spesimen.
5. Kain Flanel
Digunakan untuk menghaluskan dan membersihkan spesimen dari metal
polish yang tersisa.
Tabel 2.1
Komposisi Kimia Spesimen
No Logam Komposisi Suhu Eutectoid %C
1 Mn 1.10 % 720 0,76
2 Si 0.25 % 730 0,76
3 Cr 0.55 % 840 0,37
1412,8
Tc =
1,89
Tc = 747,51 ˚C
Kadar karbon Eutectoid
∑(𝑇𝑐.%𝐶)
%C= ............................................................................. (2-2)
%𝐶
(720 𝑥 0,76)+ (730 𝑥 0,76)+ (840 𝑥 0,37)
%C=
840+730+725
1412,8
%C =
2290
%C = 0,616 %
Dari hasil foto mikrostruktur tersebut diambil sepuluh sampel untuk dihitung
presentase warna hitam dan putih, dengan ukuran 1x1 menggunakan kertas millimeter.
Tabel 2.2
Sampel dari Foto Mikrostruktur Tanpa Perlakuan
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
Dari tabel distribusi standar dengan α = 5% maka diperoleh nilai Z (α⁄2) = ± 1,96
interval penduga rata – rata proporsi warna putih :
α α
p1 − Z ( 2 ) × δ1 < p1 < p1 + Z (2 ) × δ1 ...................................................... (2-3)
Gambar 2.16 Mikrostruktur material dengan perlakuan panas 750°C media pendingin
tungku
Dari hasil foto mikrostruktur tersebut diambil sepuluh sampel untuk dihitung
presentase warna hitam dan putih.
Tabel 2.4
Sampel dari Foto Mikrostruktur dengan Perlakuan Panas 750°C Media Pendingan
Tungku
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
Tabel 2.5
Presentase Warna Hitam dan Putih Spesimen Perlakuan Panas 750°C Media Pendingin
Tungku
No. Putih (%) Hitam (%)
1 41 59
2 91 9
3 76 24
4 96 4
5 82 18
6 86 14
7 91 9
8 98 2
9 82 18
10 78 22
∑ 821 179
Dari table distribusi standar dengan α = 5% maka diperoleh nilai Z (α⁄2) = ± 1,96
interval penduga rata – rata proporsi warna putih :
α α
p2 − Z (2 ) . δ2 < p2 < p2 + Z (2 ) . δ2 .......................................................... (2-4)
Zhitung
Zhitung = 5,49019608 = 5,5
-5.5 5.5
Gambar 2.18 Kurva Zhitung
Dari kurva uji Z diketahui bahwa Zhitung terletak pada daerah tolak berarti ada
perbedaan antara presentase warna putih untuk spesimen tanpa perlakuan panas dan
spesimen dengan perlakuan panas 750°C media pendingin tungku.
Kekerasan rata-rata:
ΣX 47
̅
X= = = 4,7 HRC
n 10
Standar deviasi:
̅ ]2
Σ[X−X 3,8
δ=√ = √10−1 = 0,65
n−1
Jadi kekerasan spesimen rata-rata tanpa perlakuan panas berkisar antara 4,236
HRC sampai 5,163 HRC dengan tingkat keyakinan 95 %.
B. Analisa Kekerasan Spesimen Dengan Perlakuan Panas
Tabel 2.7
Data Spesimen Perlakuan Panas 750°C Media Pendinginan Tungku
No X [ X –𝑋] [ X –𝑋]2
1 2 -2,1 4,41
2 4,8 0,7 0,49
3 4,9 0,8 0,64
4 4,1 0 0
5 5,0 0,9 0,81
6 5,0 0,9 0,81
7 4,0 -0,1 0,01
8 4,7 0,6 0,36
9 3,5 -0,6 0,36
10 3,0 -1,1 1,21
Σ 41 0 9,1
Kekerasan rata-rata
ΣX 41
̅
X= = = 4,1 HRC
n 10
Standar deviasi
̅ ]2
Σ[X−X 9,1
δ=√ = √10−1 = 1
n−1
Gambar 2.20 Kurva uji T spesimen dengan perlakuan panas 750°C media pendingin
Tungku
4.7 − 4,1
=
2 2
√{(10 − 1) × 0,65 + (10 − 1) × 1 } × ( 1 + 1 )
10 + 10 − 2 10 10
0,6
=
√3,8025 + 9 × 2
18 10
t hitung = −1,590834910282977 = 1,591
Gambar 2.21 Kurva THitung pada distribusi uji T spesimen perlakuan panas 750°C media
pendingin tungku
Pada kurva uji t diketahui bahwa thitung terletak didaerah terima. Hal ini
menandakan adanya perbedaan antara kekersan rata-rata spesimen tanpa perlakuan
dengan spesimen degan perlakuan panas 750°C media pendingin tungku, serta dapat
dikatakan bahwa perlakuan panas berpengaruh pada kekerasan spesimen.
HRC
HRC
Grafik 2.1 Hubungan Perlakuan Panas dengan Tingkat Kekerasan Pada Spesimen
20
Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur
Kelompok 05 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur
a. Pengujian Mikrostruktur
Harga kekerasan suatu material dipengaruhi beberapa faktor seperti kadar karbon,
unsur paduan dan perlakuan panas yang ada pada praktikum ini. Pada pengujian kali
ini digunakan spesimen baja Bohler Amutits dengan komposisi kimia berupa 0.85%
C, 1,10% Mn, 0,25% Si, dan 0,55% Cr. Kadar karbon 0,85% mempengaruhi
kekerasan karena terbentuk fasa perlit dan sementit dimana perlit memiliki sifat keras
dan ulet sementara sementit memiliki sifat keras dan getas, unsur Mn-Si-Cr
memperkuat sifat mekanik dan ketahanan korosinya. Perlakuan panas yang diberikan
yakni pemasan pada suhu 750°C, holding 60 menit, serta pendinginan tungku
menjadikan spesimen bersifat ulet karena laju pendinginannya lambat sehingga
jumlah martensitnya sedikit menyebabkan menurunnya kekerasan baja jika
dibandingan dengan spesimen tanpa perlakuan panas.
Dari perlakuan tersebut setelah diuji kekerasannya didapatkan nilai kekerasan
rata-rata 4,1 HRC. Dengan perhitungan menggunakan rumus interval penduga
kekerasan spesimen diperoleh bahwa nilai kekerasan dari spesimen tersebut berkisar
antara 3,385 HRC sampai 4,814 HRC dengan tingkat keyakinan 95%, sedangkan pada
spesimen tanpa perlakuan didapatkan nilai kekerasan rata-rata 4,7 HRC. Dengan
perhitungan menggunakan rumus interval penduga kekerasan spesimen diperoleh
bahwa nilai kekerasan dari spesimen tersebut berkisar antara 4,236 HRC sampai
5,163 HRC dengan tingkat keyakinan 95 %.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai kekerasan spesimen perlakuan
panas 750°C media pendingin tungku memiliki kekerasan yang lebih rendah
dibandingkan dengan spesimen tanpa perlakuan panas ditinjau dari faktor – faktor
yang mempengaruhi sifat mekaniknya.
b. Pengujian Mikrostruktur
Dari faktor mikrostruktur kita dapat menghitung proporsi warna putih dan hitam
yang terbentuk. Diasumsikan bahwa putih ialah fasa ferrite dan hitam ialah fasa
pearlite. Tujuannya untuk mengetahui nilai kekerasan spesimen dengan cara
pendekatan atau perkiraan nilai kekerasan. Data yang didapatkan akan dimasukkan ke
dalam kurva z yang nantinya dapat dilihat dimana perbedaan dua proporsi itu terletak.
Jika terletak di dalam daerah tolak berarti ada perbedaan diantara keduanya dan
menurut data yang didapatkan beda dua proporsi terletak pada daerah tolak yaitu
terlihat perbedaan dari perbandingan dua proporsi warna hitam dan putih dari
spesimen tersebut. Warna putih lebih mendominasi, artinya kandungan ferrite lebih
banyak. Ini menandakan bahwa spesimen bersifat ulet.
2.6.2 Saran
1. Sebaiknya laboratorium memperbarui alat agar data yang didapatkan akurat.
2. Semoga di praktikum selanjutnya uji mikrostruktur dapat langsung dipraktikan oleh
praktikan supaya praktikan dapat mengetahui secara jelas cara penggunaan alat.
3. Asisten sudah cukup baik dalam menjelaskan mengenai materi tertentu.
4. Praktikan selalu memperhatikan timeline dan mempersiapkan laporan dengan sebaik
– baiknya agar bebas dari sidang. Sebaiknya praktikan selalu menjaga komunikasi
dengan asisten agar sesuatu yang dibingungkan bisa diselesaikan bersama.