Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

BAB V
MESIN MILLING

5.1 Prinsip Kerja Mesin Milling


1. Main Drive
Fungsi utama dari main drive adalah untuk menggerakkan spindle yang terletak pada
arbor. Putaran dari motor listrik diteruskan ke speed gear box dan diteruskan ke spindle
melalui mekanisme pulley and belt. Putaran spindle akan menggerakkan arbor dan
memutar milling cutter.
2. Feed Drive
Gerakan ini adalah gerakan pemakanan benda kerja terhadap milling cutter dengan
memutar table transverse handwheel untuk menggerakkan table kearah longitudinal,maka
benda kerja akan terpotong oleh milling cuter.

5.2 Bagian-bagian Mesin Milling

11
13 10

4
2

12
6

9
3

Gambar 2.15 Mesin Milling


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya (2019)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Bagian – Bagian Mesin Milling :


Pada dasarnya mesin milling mempunyai bagian – bagian sebagai berikut
1. Spindle
Spindle menyediakan tenaga bagi putaran pisau frais dengan menyalurkannya ke
arbor. Spindle merupakan poros utama mesin milling.
2. Arbor
Arbor adalah tempat kedudukan pahat / pisau frais.
3. Knee
Knee atau lutut adalah tempat kedudukan saddle, dan knee dapat digerakkan
kearah vertikal (naik/ turun) dengan diatur oleh poros berulir yang menopangnya.
4. Table
Table terletak diatas saddle, dan mempunyai fungsi sebagai tempat benda kerja.
Table dapat digerakkan ke arah longitudinal.
5. Saddle
Saddle terletak antara knee dan table. Saddle berfungsi untuk menggerakkan
benda kerja pada table secara transversal.
6. Cross Feed handwheel
Berfungsi sebagai penggerak meja mesin ke arah melintang.
7. Table Transverse Handwheel
Engkol yang berfungsi untuk menggerakkan carriage secara manual dalam arah
vertikal.
8. Working Light
Lampu yang berfungsi untuk memberikan pencahayaan saat bekerja.
9. Base
Base adalah bagian yang menahan seluruh mesin, didalamnya terdapat bagian
penting mesin seperti speed gear box dan sistem pelumas.
10. Over Arm
Merupakan penopang ujung poros frais yang secara umum ditemukan pada
mesin.
11. Speed Gear Box
Speed Gear Box merupakan sistem transmisi yang berfungsi untuk mengatur
kecepatan putar pahat.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

12. Index Dividing Head


Digunakan untuk membagi benda kerja melalui sudut tertentu sehingga
menghasilkan pemotongan dengan jarak yang sama.
13. Vertical Feed
Digunakan untuk menggerakkan knee dalam arah vertikal.

5.3 Macam-macam Mesin Milling


Penggolongan mesin milling menurut jenisnya penamaannya disesuaikan dengan posisi
spindle utamanya dan fungsi pembuatan produknya, ada beberapa jenis mesin milling
dalam dunia manufacturing antara lain:
1. Berdasarkan posisi spindle utama
a. Mesin Milling Horizontal
Mesin milling jenis ini mempunyai pemasangan spindle dengan arah horizontal
dan digunakan untuk melakukan pemotongan benda kerja dengan arah mendatar.

Gambar 5.2 Mesin Milling Horizontal


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya (2019)

b. Mesin Milling Vertikal


Kebalikan dengan mesin milling horizontal, pada mesin milling ini pemasangan
spindle-nya pada kepala mesin adalah vertikal, pada mesin milling jenis ini ada
beberapa macam menurut tipe kepalanya, ada tipe kepala tetap, tipe kepala yang
dapat dimiringkan dan tipe kepala bergerak. Kombinasi dari dua tipe kepala ini dapat
digunakan untuk membuat variasi pengerjaan pengefraisan dengan sudut tertentu.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.3 Mesin Milling Vertikal


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya (2019)

c. Mesin Milling Universal


Mesin milling ini mempunyai fungsi bermacam-macam sesuai dengan
prinsipnya, seperti frais muka, frais spiral, frais datar, pemotongan roda gigi,
pengeboran, reaming, boring, pembuatan celah.

Gambar 5.4 Mesin Milling Universal


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya (2019)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

2. Berdasarkan fungsi penggunaan


a. Plano Milling
Merupakan mesin yang digunakan untuk memotong permukaan dengan benda
kerja yang besar dan berat.

Gambar 5.5 Plano Milling


Sumber : Hidayat (2017)

b. Surface Milling
Untuk produksi masal, kepala spindle dan cutter dinaik turunkan.

Gambar 5.6 Surface Milling Machine and Cylinder Boring


Sumber : Murat Can (2017)

c. Copy Milling
Untuk pembuatan benda kerja yang mempunyai bentuk tidak beraturan.
Merupakan mesin milling yang digunakan untuk mengerjakan bentukan yang rumit.
Maka dibuat master/mal yang dipakai sebagai referensi untuk membuat bentukan
yang sama.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.7 Copy Milling


Sumber : Hidayat (2017)

d. Mesin Milling Hobbing


Merupakan mesin milling yang digunakan untuk membuat roda gigi dan
sejenisnya. Alat potong yang digunakan juga spesifik, yaitu membentuk profil roda
gigi dengan ukuran yang presisi.

Gambar 5.8 Mesin Milling Hobbing


Sumber : Hidayat (2017)

e. Mesin Milling Gravier


Merupakan mesin yang digunakan untuk membuat gambar atau tulisan dengan
ukuran yang dapat diatur sesuai keinginan dengan skala tertentu.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.9 Mesin Milling Gravier


Sumber : Hidayat (2017)

f. Mesin Milling CNC


Merupakan mesin yang digunakan untuk mengerjakan benda kerja dengan
bentukan-bentukan yang lebih komplek. Merupakan pengganti mesin milling copy
dan gravier. Semua control menggunakan sistem elektronik yang komplek.
Dibutuhkan operator yang ahli dalam menjalankan mesin ini. Harga mesin CNC ini
sangat mahal.

Gambar 5.10 Mesin Milling CNC


Sumber : Hidayat (2017)

5.4 Fungsi Mesin Milling


1. Pembuatan Roda Gigi
Pada mesin frais horizontal dapat digunakan untuk membuat roda.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.14 Pembuatan roda gigi


Sumber : Kalpakjian (2009, p.683)

2. Pembuatan Celah
Mesin frais universal dapat diubah-ubah digunakan untuk pembuatan celah.

Gambar 5.15 Pembuatan celah


Sumber : Kalpakjian (2009, p.668)

3. Pemotongan Benda Kerja


Proses pemotongan benda kerja yang diam dengan meja yang bergerak menuju alat
potong yang berputar.

Gambar 5.16 Pemotongan benda kerja


Sumber: Kalpakjian (2009, p.668)

4. Pemotongan Radius Cembung dan Cekung


Pada mesin frais horizontal dapat digunakan untuk membuat benda kerja yang
bentuknya memiliki radius luar (cembung) maupun radius dalam (cekung).

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.17 Pemotongan radius cembung


Sumber : Kalpakjian (2009, p.668)

5. Membuat Sudut Tertentu pada Benda


Mesin milling berguna untuk membuat alur berbentuk sudut yang hasilnya sesuai
sudut pisau yang digunakan. Pisau jenis ini memiliki sudut-sudut yang berbeda
diantaranya 30, 45, 50, 60, 70, 80 derajat.

Gambar 5.18 Membuat sudut tertentu


Sumber : Kalpakjian (2009, p.674)

6. Membuat Alur
Mesin frais adalah salah satu mesin konvensional yang mampu mengerjakan
pembuatan alur.

Gambar 5.19 Membuat alur


Sumber : Kalpakjian (2009, p.660)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

7. Pemerataan Permukaan Benda Kerja


Mesin milling dapat digunakan untuk meratakan permukaan atau disebut pengerjaan
mekanis logam.

Gambar 5.20 Pemerataan permukaan benda kerja


Sumber : Asyari (2008)

5.5 Jenis-jenis Pemotongan pada Mesin Milling


1. Down Milling (Climb)
Pada pengefraisan searah (down milling) gerakan benda kerja searah dengan putaran
cutter yang berputar pada sumbunya. Pemotongan tiap gigi lebih tebal pada awal
pemotongan dan semakin tipis pada akhir potongan.

Gambar 5.11 Down milling


Sumber : Sugiri (2017)

Hasil akhir yang dicapai lebih baik dibandingkan metode pengefraisan berlawanan
arah karena pada umumnya bram terputus pada garis singgung atau tangent permukaan
akhir pengefraisan.

2. Up Milling (Conventional)
Untuk metode pengefraisan berlawanan arah (up milling), gerakan pemotongan
(benda kerja) berlawanan dengan putaran cutter.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.12 Up milling


Sumber : Sugiri (2017)

Beram bekas pemotongan langsung terbuang bebas keluar searah dengan arah
pemotongan tiap-tiap gigi yang memotong dari permukaan benda kerja ke arah Luar. Pada
awal pemotongan, mula-mula cutter hanya menyentuh (tipis) kemudian semakin tebal.
untuk mendapatkan hasil pengefraisan yang baik gerakan meja sesuai kecepatannya. jika
dioperasikan secara manual operator harus memutar handel eretan dengan halus serta
kecepatannya tidak berubah ubah. Metode pengefraisan berlawanan arah cocok untuk
semua jenis mesin.

3. Metode Netral
Untuk metode pengefraisan, netral arah pemotongannya dari sebelah kanan benda
kerja atau kiri bisa dilakukan. Metode ini biasanya untuk pengefraisan permukaan benda
di mana lebar bahan lebih kecil daripada diameter cutter atau diameter pisau frais lebih
kecil daripada benda kerja misalnya pada pengefraisan alur tengah benda kerja.

Gambar 5.13 Plain cutter gigi lurus


Sumber : Sugiri (2017)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

5.6 Macam-macam Milling Cutter


1. Relief Cutter
a. Module cutter
Digunakan untuk membuat roda gigi.

Gambar 5.21 Module Cutter


Sumber : Soefiyandono (2017)

b. Double angle cutter


Double angle cutter sering disebut pisau frais bentuk yang digunakan untuk
mengefrais alur sudut (vee guide) dengan beberapa ukuran sudut dari 450, 600, 900.

Gambar 5.22 Double angle cutter


Sumber : Sugiri (2017)

c. Corner rounding cutter


digunakan untuk mengefrais alur radius tepi/ujung luar benda kerja.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.23 Corner rounding cutter


Sumber : Sugiri (2017)

d. Convex Radius Cutter


Digunakan untuk mengefrais alur radius cekung (convex).

Gambar 5.24 Convex Radius Cutter


Sumber : Sugiri (2017)

e. Concav Radius Cutter


Digunakan untuk mengefrais alur radius timbul / concav.

Gambar 5.25 Concav Radius Cutter


Sumber : Sugiri (2017)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

f. T - Slott Cutter
Digunakan untuk mengefrais alur T, memiliki gigi silang. Ukurannya kecil,
sejenis side roll.

Gambar 5.26 Concav Radius Cutter


Sumber : Sugiri (2017)

g. Dover tail cutter


Sesuai dengan namanya, pisau frais ini digunakan untuk mengfrais alur menyudut
seperti alur ekor burung. Dibuat dengan ukuran sudut 450 dan 600.

Gambar 2.27 Dover tail cutter


Sumber : Sugiri (2017)

2. Plain Cutter
Ada beberapa macam jenis plain cutter diantaranya adalah :
a. Plain cutter
Gigi lurus pada bagian melingkarnya dan tidak potong pada bagian muka.

Gambar 5.28 Plain cutter gigi lurus


Sumber : Sugiri (2017)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

b. Plain cutter
Dengan heliks pada sisi melingkar, digunakan untuk pengefraisan mendatar,
dipasang pada arbor untuk pengerjaan permukaan benda kerja.
 Tipe lunak
Dimana memiliki sudut heliks 350, jumlah giginya lebih sedikit, sudut
potongnya kecil. Biasanya untuk pengerjaan bahan lunak, seperti aluminium.

Gambar 5.29 Plain cutter dengan heliks tipe lunak


Sumber : Sugiri (2017)

 Tipe keras
Memiliki sudut heliks 250 , jumlah giginya lebih banyak. Bahan yang
dikerjakan seperti baja hingga 100 kp/mm2.

Gambar 5.30 Plain cutter dengan heliks tipe keras


Sumber : Sugiri (2017)

 Tipe normal
Memiliki sudat heliks 300. Digunakan yang kekerasannya sedang hingga 70
kp/mm2.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.31 Plain cutter dengan heliks tipe normal


Sumber : Sugiri (2017)

c. Plain cutter
Dengan sisi potong ganda (shell end mill), yaitu pada sisi melingkar dan bagian
muka. Digunakan untuk pengefraisan dua permukaan yang saling tegak lurus, seperti
alur tepi suatu benda kerja. Biasanya dipasang pada posisi tegak (kepala vertikal)
dengan menggunakan adaptor. Pada ukuran besar gigi-gigi dipasang dengan sistem
insert, dengan pisau HSS atau tips carbide dan dinamakan face mill carbide.

Gambar 5.32 Plain cutter dengan sisi potong ganda


Sumber : Sugiri (2017)

d. Straggered tooth side mill


Pisau frais ini sudut heliks giginya berseberangan satu sama lain (silang ke kanan
dan ke kiri). Mempunyai sisi potong pada bagian melingkar dan kedua perrnukaannya,
sehingga mampu untuk mengefrais celah yang dalam.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.33 Straggered tooth side mill


Sumber : Sugiri (2017)

e. Slitting saw
Mempunyai sisi potong pada bagian melingkamya. Digunakan untuk membuat
celah dan untuk pemotongan yang relatif kecil. Tebalnya dibuat 0,2 sampai dengan
0,6 mm.

Gambar 5.34 Slitting saw


Sumber : Sugiri (2017)

f. Slotting Saw
Ukuran tebalnya lebih besar, mempunyai sisi potong lurus pada bagian
melingkarnya. Digunakan untuk mengefrais alur memanjang.

Gambar 5.35 Slotting Saw


Sumber : Sugiri (2017)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

3. End Mills Cutter


Pisau frais jari digunakan dari ukuran diameter 5 mm ke atas. Di atas ukuran diameter
38 mm, bagian tangkai ada yang dibuat silindris dan ada yang dibuar konis (tirus). Pisau
frais end mill tangkai tirus disesuaikan dengan adaptor dengan maksud untuk mengurangi
getaran. Untuk pisau frais end mill tangkai silindris dipegang dengan alat khusus yang
dinamakan collet. Mempunyai sisi potong pada bagian muka dan melingkamya, dapat
untuk mengefrais permukaan yang saling tegak lurus. Pada umumnya mempunyai dua
bibir atau empat bibir potong namun dewasa ini ada yang dibuat dengan tiga bibir potong.
pisau frais end mills dengan dua bibir potong ada yang panjang bibirnya dibuat tidak sama
(salah satu lebih panjang), memungkinkan untuk pengeboran.

Gambar 5.36 End mills cutter


Sumber : Sugiri (2017)

5.7 Index Dividing Head


Kepala pembagi merupakan satu dari alat bantu yang penting dalam proses frais. Alat
ini digunakan untuk membagi lingkaran atau keliling benda kerja menjadi bagian yang
sama. Alat ini dapat pula digunakan untuk memutar benda kerja dengan perbandingan
relatif terhadap meja. Kepala pembagi berfungsi untuk membagi keliling benda kerja
menjadi n bagian yang sama besar.
Kepala pembagi terdiri dari roda gigi cacing dengan jumlah gigi 40 yang di pasang
pada spindle kepala pembagi. Hal ini berarti bahwa perbandingan putaran kepala pembagi
dan benda kerja berbanding 40.
1. Macam Kepala Pembagi
a. Kepala Pembagi dengan Pelat Pembagi
Pembagian menggunakan kepala pembagi terbatas pada pembagian 2, 3, 4, 6, dan
12 bagian saja.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.37 Kepala pembagi dengan pelat pembagi


Sumber : Agusnie (2017)

Keterangan gambar:
1. Handel/pengunci
2. Mur penyetel
3. Handel pemutar poros
4. Pelat pembagi dengan 12 bagian
5. Pelat penutup
6. Body (rumah kepla pembagi)
7. Pelat pembawa
8. Center poros kepala pembagi
9. Center kepala lepas
10. Alur lubang center
11. Baut pengunci center kepala lepas
12. Engkol kepala lepas

b. Kepala Pembagi dengan Penggerak Roda Gigi Cacing


Pembagian dengan kepala pembagi yang digerakkan oleh roda gigi cacing dan
ulir cacing yang dilengkapi dengan lubang-lubang, akan lebih banyak jika
dibandingkan dengan pembagian yang menggunakan pelat pembagi. Lubang yang
terdapat pada roda gigi cacing yaitu 16, 42, dan 60 lubang sehingga pembagian
kelilingnya dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Pada lingkaran yang berjumlah 16 lubang, dapat membagi keliling 2, 4, 8,
dan 16 bagian.
2. Pada lingkaran yang berjumlah 42 lubang, dapat membagi keliling sebanyak
2, 3, 6, 7, 14, 21, dan 42 bagian

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

3. Pada lingkaran yang berjumlah 60 lubang dapat membagi keliling sebanyak


2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 14, 15, 16, 20, 21, 30, 42, dan 60 bagian.
Kepala pembagi dengan penggerak roda gigi cacing dan ulir cacing dapat dilihat
pada gambar berikut :

Gambar 5.38 Kepala pembagi dengan penggerak roda gigi cacing


Sumber : Sundy (2017)

Keterangan :
1. Mur dan baut pengunci
2. Pen penyetel
3. Roda gigi cacing yang berlubang
4. Engkol pemutar
5. Pengunci poros pembagi
6. Celah pada bodi (untuk menjepit poros)
7. Kepala pembagi dengan roda gigi cacing yang dilengkapi dengan piring
pembagi.

Roda gigi cacing dan ulir cacing memepunyai perbandingan putaran 40:1. artinya
jika engkol diputar 40 putaran maka roda gigi cacing baru berputar satu putaran
sehinggga untuk pembagian keliling z bagian diperlukan putaran engkol sebanyak n
putaran yang dapat dihitung dengan persamaan:

40
N
z

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Keterangan :
N = putaran engkol
Z = jumlah pembagian yang diperlukan
40 = angka perbandingan transmisi

Gambar 5.39 Roda gigi cacing dengan piring pembagi


Sumber : Sundi (2017)

c. Kepala Pembagi Universal


Pada kepala pembagi universal poros pembagi dapat disetel secara horizontal,
vertikal, atau miring. Sehingga dengan kepala pembagi universal kita dapat membuat
roda gigi bentuk miring (helix), roda gigi kerucut (payung), maupun roda gigi cacing.
Kepala pembagi terdiri dari roda gigi cacing dengan jumlah gigi 40 yang di pasang
pada spindle kepala pembagi.

Gambar 5.40 Kepala pembagi universal


Sumber : Agusnie (2017)

d. Kepala Pembagi dengan Kelengkapan Optik


Kepala pembagi dengan kelengkapan optik digunakan untuk pembagian yang
sangat teliti. Besar sudut engkol untuk pembagian keliling dengan kepala pembagi
optik dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

360

z

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Keterangan:
α = besarnya sudut putaran engkol
Z = jumlah pembagian

Bentuk dan bagian-bagian dari kepala pembagi dengan kelengkapan optik dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.41 Kepala pembagi dengan kelengkapan optik


Sumber : Agusnie (2017)

5.8 Table Rotary


Rotary table dilengkapi dengan skala pembagi dalam derajat hingga menit dan detik
serta skala pembagi dalam mikron. Fungsi dari rotary table untuk pembagian langsung,
pembagian sudut, mengerjakan alur lurus, serta alur melingkar.

Gambar 5.42 Rotary table


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya (2019)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

5.9 Friction Stir Welding


Friction welding adalah sebuah metode pengelasan simpel dan efisien yang sekarang
ini mulai banyak dipakai dalam proses produksi pada perusahaan-perusahaan di dunia
industri. Metode pengelasan ini sangat sederhana, dimana dua buah permukaan logam
digesekkan sehingga menimbulkan panas, kemudian diberikan tekanan agar dapat
menyatu. Friction welding pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kecepatan putaran dan
tekanan gesek. Friction welding mampu menghasilkan lasan yang baik, dimana bagian
lasan mempunyai kekuatan sambungan-sambungan, bahkan lebih besar dari logam induk
maupun logam yang dilas menggunakan metode pengelasan yang umum (konvensional).
Dalam metode friction welding panas dihasilkan dari perubahan energi mekanik
kedalam energi panas pada bidang interface benda kerja karena adanya gesekan selama
gerak putar dibawah tekanan (gesekan). Beberapa keuntungan dari friction welding ini
adalah penghematan material dan waktu untuk penyambungan dua material yang sama
maupun berbeda. Sedangkan parameter proses yang penting adalah waktu gesekan,
tekanan gesekan, waktu tempa, tekanan tempa dan kecepatan putar. Proses ini melibatkan
baik penggunaan deformasi atau difusi dan deformasi terbatas untuk menghasilkan
sambungan yang berkualitas tinggi antara bahan serupa maupun berbeda.
Dari hasil tinjauan pustaka didapatkan beberapa penelitian seputar friction welding
antara lain Motensen Jensen, Conrad and Losee, (2001) bahan stainless tidak
direkomendasikan untuk dilas dengan metode fusion welding, mengingat adanya peristiwa
resulfurrized, tetapi dengan metode friction welding maka bahan tersebut dapat dilas
dengan baik. Akbari Mousavi dan Rahbar Kelishami (2008), adanya struktur mikro yang
sangat halus didaerah tengah (weld zone) yang menyebabkan terjadinya nilai kekerasan
yang tinggi sesuai dengan hall-petch relation. Sehingga kekuatan pada daerah tengah akan
lebih tinggi. Juga didapatkan bahwa tekanan awal lebih efektif dibandingkan dengan
tekanan akhir. Ho-Seung Jeong dkk (2010), Meneliti tentang aplikasi friction welding pada
produk poros rotor kapal. Dengan mengevaluasi kekuatan tarik sambungan dan struktur
mikro sambungan serta uji kekerasan, uji kelelahan dapat disimpulkan bahwa dihasilkan
kekuatan sambungan yang sangat baik.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

Gambar 5.43 Hasil friction stir welding


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya (2019)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFATUR I 1

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I

Anda mungkin juga menyukai