BAB V
MESIN MILLING
11
13 10
4
2
12
6
9
3
b. Surface Milling
Untuk produksi masal, kepala spindle dan cutter dinaik turunkan.
c. Copy Milling
Untuk pembuatan benda kerja yang mempunyai bentuk tidak beraturan.
Merupakan mesin milling yang digunakan untuk mengerjakan bentukan yang rumit.
Maka dibuat master/mal yang dipakai sebagai referensi untuk membuat bentukan
yang sama.
2. Pembuatan Celah
Mesin frais universal dapat diubah-ubah digunakan untuk pembuatan celah.
6. Membuat Alur
Mesin frais adalah salah satu mesin konvensional yang mampu mengerjakan
pembuatan alur.
Hasil akhir yang dicapai lebih baik dibandingkan metode pengefraisan berlawanan
arah karena pada umumnya bram terputus pada garis singgung atau tangent permukaan
akhir pengefraisan.
2. Up Milling (Conventional)
Untuk metode pengefraisan berlawanan arah (up milling), gerakan pemotongan
(benda kerja) berlawanan dengan putaran cutter.
Beram bekas pemotongan langsung terbuang bebas keluar searah dengan arah
pemotongan tiap-tiap gigi yang memotong dari permukaan benda kerja ke arah Luar. Pada
awal pemotongan, mula-mula cutter hanya menyentuh (tipis) kemudian semakin tebal.
untuk mendapatkan hasil pengefraisan yang baik gerakan meja sesuai kecepatannya. jika
dioperasikan secara manual operator harus memutar handel eretan dengan halus serta
kecepatannya tidak berubah ubah. Metode pengefraisan berlawanan arah cocok untuk
semua jenis mesin.
3. Metode Netral
Untuk metode pengefraisan, netral arah pemotongannya dari sebelah kanan benda
kerja atau kiri bisa dilakukan. Metode ini biasanya untuk pengefraisan permukaan benda
di mana lebar bahan lebih kecil daripada diameter cutter atau diameter pisau frais lebih
kecil daripada benda kerja misalnya pada pengefraisan alur tengah benda kerja.
f. T - Slott Cutter
Digunakan untuk mengefrais alur T, memiliki gigi silang. Ukurannya kecil,
sejenis side roll.
2. Plain Cutter
Ada beberapa macam jenis plain cutter diantaranya adalah :
a. Plain cutter
Gigi lurus pada bagian melingkarnya dan tidak potong pada bagian muka.
b. Plain cutter
Dengan heliks pada sisi melingkar, digunakan untuk pengefraisan mendatar,
dipasang pada arbor untuk pengerjaan permukaan benda kerja.
Tipe lunak
Dimana memiliki sudut heliks 350, jumlah giginya lebih sedikit, sudut
potongnya kecil. Biasanya untuk pengerjaan bahan lunak, seperti aluminium.
Tipe keras
Memiliki sudut heliks 250 , jumlah giginya lebih banyak. Bahan yang
dikerjakan seperti baja hingga 100 kp/mm2.
Tipe normal
Memiliki sudat heliks 300. Digunakan yang kekerasannya sedang hingga 70
kp/mm2.
c. Plain cutter
Dengan sisi potong ganda (shell end mill), yaitu pada sisi melingkar dan bagian
muka. Digunakan untuk pengefraisan dua permukaan yang saling tegak lurus, seperti
alur tepi suatu benda kerja. Biasanya dipasang pada posisi tegak (kepala vertikal)
dengan menggunakan adaptor. Pada ukuran besar gigi-gigi dipasang dengan sistem
insert, dengan pisau HSS atau tips carbide dan dinamakan face mill carbide.
e. Slitting saw
Mempunyai sisi potong pada bagian melingkamya. Digunakan untuk membuat
celah dan untuk pemotongan yang relatif kecil. Tebalnya dibuat 0,2 sampai dengan
0,6 mm.
f. Slotting Saw
Ukuran tebalnya lebih besar, mempunyai sisi potong lurus pada bagian
melingkarnya. Digunakan untuk mengefrais alur memanjang.
Keterangan gambar:
1. Handel/pengunci
2. Mur penyetel
3. Handel pemutar poros
4. Pelat pembagi dengan 12 bagian
5. Pelat penutup
6. Body (rumah kepla pembagi)
7. Pelat pembawa
8. Center poros kepala pembagi
9. Center kepala lepas
10. Alur lubang center
11. Baut pengunci center kepala lepas
12. Engkol kepala lepas
Keterangan :
1. Mur dan baut pengunci
2. Pen penyetel
3. Roda gigi cacing yang berlubang
4. Engkol pemutar
5. Pengunci poros pembagi
6. Celah pada bodi (untuk menjepit poros)
7. Kepala pembagi dengan roda gigi cacing yang dilengkapi dengan piring
pembagi.
Roda gigi cacing dan ulir cacing memepunyai perbandingan putaran 40:1. artinya
jika engkol diputar 40 putaran maka roda gigi cacing baru berputar satu putaran
sehinggga untuk pembagian keliling z bagian diperlukan putaran engkol sebanyak n
putaran yang dapat dihitung dengan persamaan:
40
N
z
Keterangan :
N = putaran engkol
Z = jumlah pembagian yang diperlukan
40 = angka perbandingan transmisi
360
z
Keterangan:
α = besarnya sudut putaran engkol
Z = jumlah pembagian
Bentuk dan bagian-bagian dari kepala pembagi dengan kelengkapan optik dapat
dilihat pada gambar berikut: