PROSES MANUFAKTUR I
MESIN MILLING
Disusun oleh :
Dosen
Suhardjono, Ir., M.Sc., Dr.-Ing., Prof.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Definisi Proses Milling (Frais)
Proses Milling adalah salah satu proses cutting konvensional yang pada
umumnya menghasilkan bentukan bidang permukaan yang rata (datar) (bidang
datar ini terbentuk karena pergerakan dari meja mesin) dengan ukuran dan kualitas
tertentu dan menyisakan chip. Proses pengurangan material benda ini terjadi karena
adanya kontak antara alat potong yang berputar pada spindle dengan benda kerja
yang tercekam pada mesin. Pisau tersebut akan terus berputar apabila spindle mesin
diputar oleh motor listrik, agar sesuai dengan kebutuhan, gerakan dan banyaknya
putaran arbor dapat diatur oleh operator mesin frais. Mesin yang digunakan dalam
proses ini disebut mesin milling atau frais.
Mesin milling jika dikolaborasikan dengan suatu alat bantu atau alat potong
pembentuk khusus, akan dapat menghasilkan beberapa bentukan-bentukan lain
yang sesuai dengan tuntutan produksi ,misal : Uliran , Spiral ,Roda gigi,Cam, Drum
Scale, Poros bintang, Poros cacing,dll.
Pada Tahun 1818 mesin milling pertama kali ditemukan di New Heaven
Conecticut oleh Eli Whitney. Pada tahun 1952 John Parson mengembangkan
milling dengan kontrol basis angka (Milling Numeric Control) dalam
perkembangannya mesin milling mengalami berbagai perkembangan baik secara
mekanis maupun secara teknologi pengoperasiannya.
3
pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena material
penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan benda kerja.
Pada mesin milling ini pemasangan spindel-nya pada kepala mesin adalah
vertikal, biasanya digunakan juga untuk proses pengeboran.Pada
mesin milling jenis ini ada beberapa macam menurut tipe kepalanya, ada tipe
kepala tetap, tipe kepala yang dapat dimiringkan dan type kepala bergerak.
Kombinasi dari dua type kepala ini dapat digunakan untuk membuat variasi
pengerjaan pengefraisan dengan sudut tertentu.
4
Gambar 2.2 Arah Kerja Mesin Frais Vertikal
b. Mesin Frais Horizontal
5
Gambar 2.4 Arah Kerja Mesin Frais Horizontal
Mesin ini pada dasarnya adalah gabungan dari mesin frais horizontal dan
mesin frais vertikal. Mesin frais universal dapat digunakan untuk pekerjaan
yang mempunyai keragaman (kompleksitas) tinggi. Posisi spindel dapat
diubah menjadi horisontal maupun vertikal. Hampir semua pekerjaan dapat
dilakukan dengan mesin frais ini. Salah satu kelebihannya adalah meja mesin
yang dapat digerakkan secara manual maupun otomatis. Mesin ini juga dapat
mengerjakan pekerjaan pengefraisan muka, datar, spiral, roda gigi, pengeboran
dan reamer serta pembuatan alur luar dan alur dalam. Untuk melaksanakan
pekerjaannya mesin frais dilengkapi dengan peralatan yang mudah digeser,
diganti dan dipindahkan.
6
2.4. Gerakan pada Mesin Milling (Frais)
Pekerjaan yang dilakukan oleh mesin milling (frais) mempunyai 3 gerakan
kerja, antara lain:
a. Gerakan Pemotongan
Gerakan pemotongan yaitu gerakan dimana sisi potong cutter yang dibuat
berputar dengan pusat sumbu utama.
b. Gerakan Pemakanan
Gerakan pemakanan adalah gerakan dimana benda kerja digerakkan
sepanjang ukuran yang akan dipotong dan digerakkan mendatar searah gerakan
meja (bed).
c. Gerakan Penyetelan
Gerakan untuk mengatur posisi pemakanan, kedalaman pemakanan, dan
pengembalian, untuk memungkinkan benda kerja masuk ke dalam sisi potong
cutter, gerakan ini dapat juga disebut gerakan pengikatan.
a. Slab Milling
Proses frais ini disebut juga dengan proses peripheral milling.
Permukaan yang difrais dihasilkan oleh pahat (cutter) yang terletak pada
permukaan luar badan alat potongnya (selimut). Sumbu dari putaran pahat
biasanya pada bidang yang sejajar dengan permukaan benda kerja yang
disayat.
b. Face Milling
7
Pada face milling, pahat dipasang pada spindel yang memiliki sumbu
putar tegak lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses
frais dihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pahat .
c. End Milling
Pisau (pahat) pada proses frais end milling biasanya berputar pada
sumbu yang tegak lurus permukaan benda kerja. Pahat dapat digerakkan
menyudut untuk menghasilkan permukaan menyudut. Gigi potong pada
pisau terletak pada selubung pisau dan ujung badan pisau.
8
b. Down Milling
Arah gerak potong yang dilakukan pahat searah dengan gerak makan
yang dilakukan bendakerja.Tiap pahat freis memotong dengan arah
kedalam mulai dari permukaan benda kerja hinga permukaan
yang diinginkan.Gerak potong cenderung untuk menarik benda kerja ke
dalam pahat freis.Karena hal tersebut, maka hanya mesin yang mempunyai
alat pengatur keregangan yang dapat memakai metoda pemotongan ini.
Kelebihan dari metode Down Milling ini adalah getaran yang terjadi
lebih kecil karena arah sayatan ke bawah dan adanya meja yang menekan
lontaran yang searah, pengerjaan lebih cepat, dan hasil produksi dalam skala
lebih banyak. Sedangkan kekurangan daro metode down milling adalah
pisau pahat kurang awet dan daya yang dibutuhkan lebih besar karena
menyayat dari tebal sampai tipis, serta hasil pengerjaan lebih kasar dan
butuh pengerjaan tambahan karena geram terlempar ke daerah benda kerja
yang akan difrais.
9
Meja ini letaknya adalah di atas sadel, bentuknya segiempat panjang dan
mempunyai alur-alur T yang berfungsi untuk penempatan baut dan mur T yang berfungsi
sebagai pengikat.Untuk jenis mesin tetentu meja ini dapat diatur 0 samapai 45 derajat,
miring ke kiri atau ke kanan.
5. Sadel / Dudukan Meja
Sadel ini bentuknya persegi artinya mempunyai ukuran lebar sama
dengan ukuran panjangnya, dan sadel ini mempunyai alur ekor burung yang pas
kepada lutut , sehingga sadel ini dapat bergerak mundur maju searah dan sejajar
dengan gerakan lengan tadi, jadi sadel ini gerakannya tidak bisa kearah kiri atau
kearah kanan, artinya hanya dua arah saja yaitu mundur maju dan sadel ini dapat
dikunci kepada lutut apabila diperlukan.
6. Knee / Lutut
Lutut ini berbentuk rongga, dan dalam rongga itulah dipasang roda-roda
gigi untuk gerakan otomatis, mundur maju, naik turun dan kiri kanan. Gerakan
dari lutut ini hanya dua arah yaitu turun dan naik saja, lutut ini juga dapat
dikuncikan kepada kolom, agar kukuh pada waktu pengefraisan.
7. Alas Mesin
Alas mesin ini letaknya sama dengan namanya yaitu alas, artinya bagian
paling bawah dari mesin, alas ini berfungsi untuk menumpu seluruh beban yang
ada pada mesin, seperti berat mesin ditambah berat bahan yang dikerjakan dan
berat perlengkapan yang dipakai serta berat dari alas itu sendiri.
Pada alas mesin ini dibuat rongga sebagai bak penampung, yaitu untuk
menampung cairan pendingin. Pompa air untuk mengalirkan cairan pendingin
kepada cutter dan benda kerja, juga dipasang pada alas ini untuk membuat
sirkulasi air pendingin itu tadi.
8. Spindel
Spindel merupakan bagian paling penting dari mesin frais. Bagian ini
merupakan bagian yang menggerakkan arbor (yang digunakan sebagai tempat
pahat / cutter).
9. Arbor
Arbor digunakan untuk mencekan pahat frais yang terpasng pada
sumbu utama. Arbor juga disebut poros frais, berfungsi sebagai tempat
kedudukan pisau frais dan ditempatkan pada sumbu mesin. Bentuknya
panjang dan sepanjang badannya diberi alur spie (pasak), pada ujungnya
10
berbentuk tirus dan ujung lainnya berulir, dilengkapi ring penekan
(collar). Arbor juga dibuat dengan bentuk yang pendek untuk pengikatan
pisau-pisau frais sisi.
2.8 Drilling
Proses drilling adalah proses pembuatan lubang pada suatu benda kerja
dengan menggunakan mata pahat bor.
11
2.9 Elemen Dasar dari Proses Freis adalah sebagai berikut
1. Kecepatan potong
𝜋𝑑𝑛
𝑉=
1000
dimana V adalah kecepatan potong dengan satuan m/menit, d adalah
diameter luar Pahat Freis (mm), dan n adalah putaran Spindel Mesin
(rpm) (r/menit)
2. Gerak makan per gigi
𝑣𝑓
𝑓𝑧 =
𝑧𝑛
dimana fz adalah gerak makan per gigi dengan satuan mm/gigi, z adalah
jumlah gigi (mata potong), dan vf adalah kecepatan makan (mm/menit)
3. Waktu pemotongan
𝑙𝑡
𝑡𝑐 =
𝑣𝑓
dimana tc adalah waktu pemotongan (menit), vf adalah kecepatan
makan (mm/menit), dan lt didapatkan dengan persamaan sebagai
berikut
𝑙𝑡 = 𝑙𝑣 + 𝑙𝑤 + 𝑙𝑛
dengan lv adalah jarak pengawalan (mm), lw adalah panjang
pemotongan (mm), dan ln adalah jarak pengakhiran (mm)
4. Kecepatan penghasil geram
𝑣𝑓 𝑎𝑤
𝑍=
1000
dimana Z adalah kecepatan penghasil geram (cm3/menit), a adalah
kedalaman pemakanan (mm), dan w adalah lebar pemotongan (mm).
12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
13
RPM Spindel (n) untuk proses fendmilling dihitung
𝜋𝑑𝑛
𝑉=
1000
1000 𝑉
𝑛=
𝜋𝑑
𝑚
1000 × 10 (𝑚𝑛𝑡)
𝑛=
3.14 × 10 (𝑚𝑚)
𝑛 = 318.5 𝑟/𝑚𝑛𝑡
Kecepatan makan (Vf) untuk proses facing dihitung
𝑉𝑓 = 𝑓𝑧(𝑧. 𝑛)
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 0.12 (4 × 240)
𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 115.2
𝑚𝑛𝑡
Kecepatan makan (Vf) untuk proses endmilling dihitung
𝑉𝑓 = 𝑓𝑧(𝑧. 𝑛)
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 0.06 (2 × 270)
𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 32.4
𝑚𝑛𝑡
2. Pengoperasian Mesin Freis
Proses pembuatan ulir luar pada benda kerja tersebut dilakukan
dengan langkah sebagai berikut
Benda kerja dipasangkan pada Ragum Mesin
a. Proses Facing
Handle pengaturan RPM diatur sesuai hasil perhitungan RPM
Spindel untuk proses facing
Handle pengaturan Feeding diatur sesuai hasil perhitungan
kecepatan makan untuk proses facing
Tombol start-on Spindel ditekan, maka Spindel berputar CW
Titik nol benda kerja terhadap pahat diatur, selanjutnya benda
kerja dibebaskan dari pahat
Kedalaman pemakanan diatur
14
Tombol start-on feeding ditekan, maka akan dilakukan proses
pemotongan secara facing oleh pahat, waktu yang diperlukan
dicatat
Proses facing dilakukan beberapa kali sehingga permukaan
Benda Kerja menjadi rata
Tombol start-off feeding ditekan, maka gerak meja freis berhenti
bergerak
Tombol start-off Spindel ditekan, maka Spindel berhenti berputar
Proses facing selesai
b. Proses pembuatan Poket
Handle pengaturan RPM diatur sesuai hasil perhitungan RPM
Spindel untuk proses endmilling
Handle pengaturan Feeding diatur sesuai hasil perhitungan
kecepatan makan untuk proses endmilling
Tombol start-on Spindel ditekan, maka Spindel berputar CW
Pahat diposisikan pada titik yang dibuat poket
Titik nol benda kerja terhadap pahat diatur, selanjutnya dengan
gerakan manual pahat, dilakukan pemotongan ke arah bawah
dengan kedalaman 2 mm
Tombol start-on feeding ditekan, maka akan dilakukan proses
pemotongan oleh pahat, waktu yang diperlukan dicatat
Proses endmilling dilakukan beberapa kali sampai kedalaman
poket 5 mm
Tombol start-off feeding ditekan, maka gerak meja freis berhenti
bergerak
Tombol start-off Spindel ditekan, maka Spindel berhenti berputar
Proses pembuatan poket selesai
Selanjutnya Benda Kerja dilakukan proses drilling pada Mesin
Drill
c. Pembuatan lubang
Pembuatan lubang dilakukan dengan menggunakan mesin Drill,
pertama-tama dibuat tanda titik tengah sebagai pusat lubang pada
15
benda kerja sesuai dengan letak lubang yang dikehendaki dengan
cara center drilling
Dilakukan pembesaran lubang (drilling) pada titik tersebut.
Proses tersebut dilakukan dengan cara dipegangnya pahat mesin
drilling menuju benda kerja
Proses pembuatan lubang (drillling) selesai
d. Pembuatan Ulir pada Lubang
Benda kerja yang akan dibuat ulir dijepit pada ragum
Lubang pada benda kerja yang akan diberi ulir dilumasi oleh oli
agar mudah dalam proses pembuatan ulir
Pembuatan ulir dilakukan dengan pahat endmill 1,2, dan 3, yakni
dengan cara setiap pahat endmill diputar Clockwise pada lubang
benda kerja secara bertahap dari pahat endmill 1,2, dan 3
Telah terbentuk ulir dalam pada lubang benda kerja
Selain pada benda kerja tersebut, dalam praktikum ini, juga
dilakukan pembentukan ulir luar pada benda kerja lain. Proses pembuatan
ulir luar pada benda kerja tersebut dilakukan dengan langkah sebagai
berikut
Benda kerja yang akan dibuat ulir luar dijepit pada ragum
Pada benda kerja yang akan diberi ulir dilumasi oleh oli agar mudah
dalam proses pembuatan ulir
Pembuatan ulir dilakukan dengan cara pembuat ulir diputar
Clockwise pada benda kerja pada kedua sisi
Telah terbentuk ulir dalam pada lubang benda kerja
16
BAB IV
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN
Proses Drilling
Diameter 8,5 mm
Kedalaman drilling L = 12 mm
Putaran mesin n = 240 rpm
Kecepatan makan f = 0,05 mm/put
Waktu potong yang diamati t = 164 detik
4.2. Perhitungan
17
Hasil Proses Permesinan
Diameter 8,5 mm
Kedalaman drilling d = 12 mm
Waktu teoritis :
t = ltotal/(f.n) ; ltotal : panjang pemotongan
n :putaran mesin
f :gerak makan
Diameter 10 mm
Kedalaman drilling d = 2 mm
Waktu teoritis :
18
t = ltotal/(f.n)
t = 2 mm / (0,05 mm/min . 240 rpm) = 0,16 menit
Panjang pemotongan l = 15 mm
Kedalaman milling d = 1 mm
Jumlah gigi z = 6
Waktu teoritis :
t = (l.i)/(fz.z.n) ; l : panjang pemotongan
z :banyaknya gigi
n :Putaran mesin
= 2,95menit
19
Tabel 2. Perbandingan Waktu Teoritis dan Aktual Benda 2
Proses pada drilling secara actual dengan drill and dwell sehingga membutuhkan
waktu lebih lama
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Untuk Benda 2dilakukan proses sebagai berikut:
Facing untuk meratakan permukaan benda kerja (menggunakan mesin
milling)
Endmilling untuk pembuatan poket (menggunakan mesin milling)
Drilling untuk membuat lubang pada benda kerja (menggunakan mesin
drill)
Pembuatan ulir dalam pada lubang (menggunakan alat pembuat ulir)
2. Perbandinganwaktupotongantarawaktupotongsebenarnyadenganwaktupot
ongperhitungan pada benda kerja 2 dapat dilihat pada table 4.1.
5.2. Saran
1. Pastikan dengan baik langkah-langkah pengerjaan untuk membuat suatu
produk.
2. Pelajari dan pahami terlebih dahulu tentang mesin-mesin yang akan
digunakan dalam proses kerja.
3. Berhati-hati dalam menggunakan sebuah mesin, karena mesin sangat
beresiko untuk terjadi sebuah kecelakaan.
4. Pastikan mesin dalam kondisi baik sebelum dipakai.
5. Gunakan alat-alat keselamatan kerja seperti wearpack, kaca mata, masker,
sarung tangan dan pelindung telingan untuk pekerjaan yang menimbulkan
kebisingan tinggi.
21