Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES MANUFAKTUR I
MESIN MILLING

Disusun oleh :

Ivan R Arifin 02111540000152

Dosen
Suhardjono, Ir., M.Sc., Dr.-Ing., Prof.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2018/2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang


Berkembangnya dunia industri pada saat ini diiringi dengan semakin majunya
teknologi yang dipakai dalam industri, sangat diperlukan efisiensi dalam bekerja
dan menghasilkan produk sehingga diperlukan teknik-teknik tertentu dalam
produksi serta diperlukan pekerja yang profesional dan efisien dalam bekerja.
Proses produksi adalah ilmu manufaktur yang mempelajari cara pemakaian
dan pembuatan suatu produk dari barang mentah, setengah jadi sampai barang jadi.
Oleh karena itu, perlu dipelajari suatu proses manufaktur dengan berbagai media
permesinan yang ada demi mencapai suatu tingkat efisiensi yang tinggi dalam
pembuatan suatu produk.
Proses yang sering digunakan dalam proses industri salah satunya adalah
proses bubut baik turning ataupun facing, dan milling serta drilling. Untuk itu
sebelum melangkah lebih jauh dalam pembuatan produk industri yang lebih
kompleks, dipelajari ilmu-ilmu proses manufaktur dasar yang mengawali dari
proses pembuatan produk tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara melakukan proses milling?
2. Bagaimana cara menentukan RPM spindel freis dan kecepatan makan ?
3. Bagaimana cara menghitung waktu pemotongan dan kecepatan hasil
geram ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari proses permesinan dalam proses freis
2. Mempelajari dalam menentukan RPM spindel freis
3. Mempelajari dalam menentukan kecepatan makan
4. Mempelajari / menghitung waktu pemotongan
5. Mempelajari / menghitung kecepatan penghasil geram

2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Definisi Proses Milling (Frais)
Proses Milling adalah salah satu proses cutting konvensional yang pada
umumnya menghasilkan bentukan bidang permukaan yang rata (datar) (bidang
datar ini terbentuk karena pergerakan dari meja mesin) dengan ukuran dan kualitas
tertentu dan menyisakan chip. Proses pengurangan material benda ini terjadi karena
adanya kontak antara alat potong yang berputar pada spindle dengan benda kerja
yang tercekam pada mesin. Pisau tersebut akan terus berputar apabila spindle mesin
diputar oleh motor listrik, agar sesuai dengan kebutuhan, gerakan dan banyaknya
putaran arbor dapat diatur oleh operator mesin frais. Mesin yang digunakan dalam
proses ini disebut mesin milling atau frais.
Mesin milling jika dikolaborasikan dengan suatu alat bantu atau alat potong
pembentuk khusus, akan dapat menghasilkan beberapa bentukan-bentukan lain
yang sesuai dengan tuntutan produksi ,misal : Uliran , Spiral ,Roda gigi,Cam, Drum
Scale, Poros bintang, Poros cacing,dll.
Pada Tahun 1818 mesin milling pertama kali ditemukan di New Heaven
Conecticut oleh Eli Whitney. Pada tahun 1952 John Parson mengembangkan
milling dengan kontrol basis angka (Milling Numeric Control) dalam
perkembangannya mesin milling mengalami berbagai perkembangan baik secara
mekanis maupun secara teknologi pengoperasiannya.

2.2. Prinsip Kerja Mesin Milling


Tenaga yang digunakan untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang
diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama
tersebut akan diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan energi gerak
yang menyebabkan terjadinya gerakan putar pada spindlemesin milling.
Spindel mesin milling adalah bagian dari sistem utama mesin milling yang
bertugas untuk memegang dan memutar arbor, dimana arbor itu sendiri digunakan
sebagai tempat meletakkan pahat (cutter) hingga menghasilkan putaran atau
gerakan pemotongan.
Gerakan pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda kerja yang telah
dicekam maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan menghasilkan

3
pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena material
penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan benda kerja.

2.3. Jenis – Jenis Mesin Milling


Mesin milling (frais) terdiri dari beberapa jenis berdasarkan posisi peletakkan
spindle utamanya sebagai alat pemutar pahat (cutter). Ada beberapa jenis
mesin milling dalam dunia manufacturing antara lain:
a. Mesin Frais Vertikal

Gambar 2.1 Mesin Frais Vertikal

Pada mesin milling ini pemasangan spindel-nya pada kepala mesin adalah
vertikal, biasanya digunakan juga untuk proses pengeboran.Pada
mesin milling jenis ini ada beberapa macam menurut tipe kepalanya, ada tipe
kepala tetap, tipe kepala yang dapat dimiringkan dan type kepala bergerak.
Kombinasi dari dua type kepala ini dapat digunakan untuk membuat variasi
pengerjaan pengefraisan dengan sudut tertentu.

4
Gambar 2.2 Arah Kerja Mesin Frais Vertikal
b. Mesin Frais Horizontal

Gambar 2.3 Mesin Frais Horizontal

Mesin milling jenis ini mempunyai pemasangan spindel dengan arah


horizontal dan digunakan untuk melakukan pemotongan benda kerja dengan
arah mendatar. Umumnya proses penyayatan dilakukan pada bagian diameter
pisau frais / selimut. Alat potong mesin frais horizontal umumbya berbentuk
diameter besat dan berlubang untuk dipasangkan pada arbor.

5
Gambar 2.4 Arah Kerja Mesin Frais Horizontal

c. Mesin Frais Universal

Gambar 2.5. Mesin Frais Universal

Mesin ini pada dasarnya adalah gabungan dari mesin frais horizontal dan
mesin frais vertikal. Mesin frais universal dapat digunakan untuk pekerjaan
yang mempunyai keragaman (kompleksitas) tinggi. Posisi spindel dapat
diubah menjadi horisontal maupun vertikal. Hampir semua pekerjaan dapat
dilakukan dengan mesin frais ini. Salah satu kelebihannya adalah meja mesin
yang dapat digerakkan secara manual maupun otomatis. Mesin ini juga dapat
mengerjakan pekerjaan pengefraisan muka, datar, spiral, roda gigi, pengeboran
dan reamer serta pembuatan alur luar dan alur dalam. Untuk melaksanakan
pekerjaannya mesin frais dilengkapi dengan peralatan yang mudah digeser,
diganti dan dipindahkan.

6
2.4. Gerakan pada Mesin Milling (Frais)
Pekerjaan yang dilakukan oleh mesin milling (frais) mempunyai 3 gerakan
kerja, antara lain:
a. Gerakan Pemotongan
Gerakan pemotongan yaitu gerakan dimana sisi potong cutter yang dibuat
berputar dengan pusat sumbu utama.
b. Gerakan Pemakanan
Gerakan pemakanan adalah gerakan dimana benda kerja digerakkan
sepanjang ukuran yang akan dipotong dan digerakkan mendatar searah gerakan
meja (bed).
c. Gerakan Penyetelan
Gerakan untuk mengatur posisi pemakanan, kedalaman pemakanan, dan
pengembalian, untuk memungkinkan benda kerja masuk ke dalam sisi potong
cutter, gerakan ini dapat juga disebut gerakan pengikatan.

2.5. Klasifikasi Proses pada Mesin Milling (Frais)

Gambar 2.6 Klasifikasi Proses Mesin Milling

a. Slab Milling
Proses frais ini disebut juga dengan proses peripheral milling.
Permukaan yang difrais dihasilkan oleh pahat (cutter) yang terletak pada
permukaan luar badan alat potongnya (selimut). Sumbu dari putaran pahat
biasanya pada bidang yang sejajar dengan permukaan benda kerja yang
disayat.

b. Face Milling

7
Pada face milling, pahat dipasang pada spindel yang memiliki sumbu
putar tegak lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses

frais dihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pahat .
c. End Milling
Pisau (pahat) pada proses frais end milling biasanya berputar pada
sumbu yang tegak lurus permukaan benda kerja. Pahat dapat digerakkan
menyudut untuk menghasilkan permukaan menyudut. Gigi potong pada
pisau terletak pada selubung pisau dan ujung badan pisau.

2.6.Metode Proses pada Mesin Frais

Gambar 2.7 Metode Proses Mesin Frais.

A. Up Milling. B. Down Milling


a. Up Milling
Arah gerak potong yang dilakukan pahat berlawanan arah dengan arah
gerak makan yang dilakukan oleh benda kerja.Tiap gigi dari pahat freis
memotong dengan arah keluar mulai dari permukaan yang dikehendaki
sampai permukaan benda kerja.Pada pengefreisan ini pemotongan diawali
dengan geram yang tipis. Metoda ini dipakai pada semua mesin freis.
Keuntungan dari metode up milling ini adalah pahat tidak cepat rusak
jika dibandingkan dengan metode down milling karena pahat menyayat
benda kerja mulai dari yang tipis ke tebal dan hasil lebih halus serta tidak
memerlukan pengerjaan tambahan karena geram – geram terlempar ke
bagian benda kerja yang belum di frais. Sedangkan kekurangan dari metode
up milling adalah akan menimbulkan getaran yang membuat kebisingan,
hanya dapat memproduksi dalam skala kecil, dan permukaan benda keras
sehingga menurunkan kualitas produk.

8
b. Down Milling
Arah gerak potong yang dilakukan pahat searah dengan gerak makan
yang dilakukan bendakerja.Tiap pahat freis memotong dengan arah
kedalam mulai dari permukaan benda kerja hinga permukaan
yang diinginkan.Gerak potong cenderung untuk menarik benda kerja ke
dalam pahat freis.Karena hal tersebut, maka hanya mesin yang mempunyai
alat pengatur keregangan yang dapat memakai metoda pemotongan ini.
Kelebihan dari metode Down Milling ini adalah getaran yang terjadi
lebih kecil karena arah sayatan ke bawah dan adanya meja yang menekan
lontaran yang searah, pengerjaan lebih cepat, dan hasil produksi dalam skala
lebih banyak. Sedangkan kekurangan daro metode down milling adalah
pisau pahat kurang awet dan daya yang dibutuhkan lebih besar karena
menyayat dari tebal sampai tipis, serta hasil pengerjaan lebih kasar dan
butuh pengerjaan tambahan karena geram terlempar ke daerah benda kerja
yang akan difrais.

2.7.Bagian - Bagian Utama Mesin Milling (Frais)


1. Motor Drive
Bagian ini memiliki fungsi utama untuk menggerakkan bagian-bagian
dari mesin yang lain seperti meja, spindle, cooler dan lain-lain. Mesin frais
memiliki setidaknya tiga jenis motor yakni motor pendingin atau
cooling, motor gerakan pemanakan atau feeding serta motor spindle utama.
2. Kolom / Badan Mesin
Badan mesin ini adalah berdiri tegak dan kokoh karena ia dipakai sebagai
patokan dan merupakan dudukan dan rumah dari roda gigi. Selain dari itu juga
akan jadi dudukan dari sumbu utama, bahkan untuk jadi dudukan motor.
3. Arm / Lengan Mesin
Letaknya di bagian paling atas dari badan mesin dan bawahnya
mempunyai bentuk ekor burung yang pas kepada alur ekor burung pada badan
mesin, lengan ini dapat dikunci dan dilepas untuk kebutuhan tertentu. Pada
lengan ini dapat dipasang dukungan arbor (suport arbor) yang mempunyai alur
ekor burung pas kepada lengan tadi dan ia dapat dikunci pada posisi tertentu,
sehingga cocok untuk kebutuhan pekerjaan tertentu.
4. Table / Meja Mesin

9
Meja ini letaknya adalah di atas sadel, bentuknya segiempat panjang dan
mempunyai alur-alur T yang berfungsi untuk penempatan baut dan mur T yang berfungsi
sebagai pengikat.Untuk jenis mesin tetentu meja ini dapat diatur 0 samapai 45 derajat,
miring ke kiri atau ke kanan.
5. Sadel / Dudukan Meja
Sadel ini bentuknya persegi artinya mempunyai ukuran lebar sama
dengan ukuran panjangnya, dan sadel ini mempunyai alur ekor burung yang pas
kepada lutut , sehingga sadel ini dapat bergerak mundur maju searah dan sejajar
dengan gerakan lengan tadi, jadi sadel ini gerakannya tidak bisa kearah kiri atau
kearah kanan, artinya hanya dua arah saja yaitu mundur maju dan sadel ini dapat
dikunci kepada lutut apabila diperlukan.
6. Knee / Lutut
Lutut ini berbentuk rongga, dan dalam rongga itulah dipasang roda-roda
gigi untuk gerakan otomatis, mundur maju, naik turun dan kiri kanan. Gerakan
dari lutut ini hanya dua arah yaitu turun dan naik saja, lutut ini juga dapat
dikuncikan kepada kolom, agar kukuh pada waktu pengefraisan.
7. Alas Mesin
Alas mesin ini letaknya sama dengan namanya yaitu alas, artinya bagian
paling bawah dari mesin, alas ini berfungsi untuk menumpu seluruh beban yang
ada pada mesin, seperti berat mesin ditambah berat bahan yang dikerjakan dan
berat perlengkapan yang dipakai serta berat dari alas itu sendiri.
Pada alas mesin ini dibuat rongga sebagai bak penampung, yaitu untuk
menampung cairan pendingin. Pompa air untuk mengalirkan cairan pendingin
kepada cutter dan benda kerja, juga dipasang pada alas ini untuk membuat
sirkulasi air pendingin itu tadi.
8. Spindel
Spindel merupakan bagian paling penting dari mesin frais. Bagian ini
merupakan bagian yang menggerakkan arbor (yang digunakan sebagai tempat
pahat / cutter).
9. Arbor
Arbor digunakan untuk mencekan pahat frais yang terpasng pada
sumbu utama. Arbor juga disebut poros frais, berfungsi sebagai tempat
kedudukan pisau frais dan ditempatkan pada sumbu mesin. Bentuknya
panjang dan sepanjang badannya diberi alur spie (pasak), pada ujungnya

10
berbentuk tirus dan ujung lainnya berulir, dilengkapi ring penekan
(collar). Arbor juga dibuat dengan bentuk yang pendek untuk pengikatan
pisau-pisau frais sisi.

Gambar 2.8 Bagian – Bagian Mesin Milling

2.8 Drilling
Proses drilling adalah proses pembuatan lubang pada suatu benda kerja
dengan menggunakan mata pahat bor.

Gambar 2.3 Macam-macam drill

11
2.9 Elemen Dasar dari Proses Freis adalah sebagai berikut
1. Kecepatan potong
𝜋𝑑𝑛
𝑉=
1000
dimana V adalah kecepatan potong dengan satuan m/menit, d adalah
diameter luar Pahat Freis (mm), dan n adalah putaran Spindel Mesin
(rpm) (r/menit)
2. Gerak makan per gigi
𝑣𝑓
𝑓𝑧 =
𝑧𝑛
dimana fz adalah gerak makan per gigi dengan satuan mm/gigi, z adalah
jumlah gigi (mata potong), dan vf adalah kecepatan makan (mm/menit)
3. Waktu pemotongan
𝑙𝑡
𝑡𝑐 =
𝑣𝑓
dimana tc adalah waktu pemotongan (menit), vf adalah kecepatan
makan (mm/menit), dan lt didapatkan dengan persamaan sebagai
berikut
𝑙𝑡 = 𝑙𝑣 + 𝑙𝑤 + 𝑙𝑛
dengan lv adalah jarak pengawalan (mm), lw adalah panjang
pemotongan (mm), dan ln adalah jarak pengakhiran (mm)
4. Kecepatan penghasil geram
𝑣𝑓 𝑎𝑤
𝑍=
1000
dimana Z adalah kecepatan penghasil geram (cm3/menit), a adalah
kedalaman pemakanan (mm), dan w adalah lebar pemotongan (mm).

12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan bahan


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum proses milling
ini adalah sebagai berikut :
1. Mesin milling (facing dan endmilling)
2. Mesin drilling
3. Pahat facing
4. Pahat end mill (diameter 10mm)
5. Pahat drilling
6. Pahat inserts
7. Jangka sorong
8. Besi St 42, 50 mm x 50 mm x 10 mm
9. Holder face mill
10. Kunci drill chuck
11. Kacamata pelindung

3.2. Langkah Percobaan


1. Sebelum pengoperasian Mesin Freis
 Jenis material benda kerja diidentifikasi dan dilakukan pengukuran
dimensi benda kerja
 Holder pahat dipasang
 Pahat Karbida Inset dipasang
 Pahat Endmill (HSS) dipasang
 RPM Spindel (n) untuk proses facing dihitung
𝜋𝑑𝑛
𝑉=
1000
1000 𝑉
𝑛=
𝜋𝑑
𝑚
1000 × 60 (𝑚𝑛𝑡)
𝑛=
3.14 × 60 (𝑚𝑚)
𝑛 = 240 𝑟/𝑚𝑛𝑡

13
 RPM Spindel (n) untuk proses fendmilling dihitung
𝜋𝑑𝑛
𝑉=
1000
1000 𝑉
𝑛=
𝜋𝑑
𝑚
1000 × 10 (𝑚𝑛𝑡)
𝑛=
3.14 × 10 (𝑚𝑚)
𝑛 = 318.5 𝑟/𝑚𝑛𝑡
 Kecepatan makan (Vf) untuk proses facing dihitung
𝑉𝑓 = 𝑓𝑧(𝑧. 𝑛)
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 0.12 (4 × 240)
𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 115.2
𝑚𝑛𝑡
 Kecepatan makan (Vf) untuk proses endmilling dihitung
𝑉𝑓 = 𝑓𝑧(𝑧. 𝑛)
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 0.06 (2 × 270)
𝑔𝑖𝑔𝑖
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 32.4
𝑚𝑛𝑡
2. Pengoperasian Mesin Freis
Proses pembuatan ulir luar pada benda kerja tersebut dilakukan
dengan langkah sebagai berikut
 Benda kerja dipasangkan pada Ragum Mesin
a. Proses Facing
 Handle pengaturan RPM diatur sesuai hasil perhitungan RPM
Spindel untuk proses facing
 Handle pengaturan Feeding diatur sesuai hasil perhitungan
kecepatan makan untuk proses facing
 Tombol start-on Spindel ditekan, maka Spindel berputar CW
 Titik nol benda kerja terhadap pahat diatur, selanjutnya benda
kerja dibebaskan dari pahat
 Kedalaman pemakanan diatur

14
 Tombol start-on feeding ditekan, maka akan dilakukan proses
pemotongan secara facing oleh pahat, waktu yang diperlukan
dicatat
 Proses facing dilakukan beberapa kali sehingga permukaan
Benda Kerja menjadi rata
 Tombol start-off feeding ditekan, maka gerak meja freis berhenti
bergerak
 Tombol start-off Spindel ditekan, maka Spindel berhenti berputar
 Proses facing selesai
b. Proses pembuatan Poket
 Handle pengaturan RPM diatur sesuai hasil perhitungan RPM
Spindel untuk proses endmilling
 Handle pengaturan Feeding diatur sesuai hasil perhitungan
kecepatan makan untuk proses endmilling
 Tombol start-on Spindel ditekan, maka Spindel berputar CW
 Pahat diposisikan pada titik yang dibuat poket
 Titik nol benda kerja terhadap pahat diatur, selanjutnya dengan
gerakan manual pahat, dilakukan pemotongan ke arah bawah
dengan kedalaman 2 mm
 Tombol start-on feeding ditekan, maka akan dilakukan proses
pemotongan oleh pahat, waktu yang diperlukan dicatat
 Proses endmilling dilakukan beberapa kali sampai kedalaman
poket 5 mm
 Tombol start-off feeding ditekan, maka gerak meja freis berhenti
bergerak
 Tombol start-off Spindel ditekan, maka Spindel berhenti berputar
 Proses pembuatan poket selesai
 Selanjutnya Benda Kerja dilakukan proses drilling pada Mesin
Drill
c. Pembuatan lubang
 Pembuatan lubang dilakukan dengan menggunakan mesin Drill,
pertama-tama dibuat tanda titik tengah sebagai pusat lubang pada

15
benda kerja sesuai dengan letak lubang yang dikehendaki dengan
cara center drilling
 Dilakukan pembesaran lubang (drilling) pada titik tersebut.
Proses tersebut dilakukan dengan cara dipegangnya pahat mesin
drilling menuju benda kerja
 Proses pembuatan lubang (drillling) selesai
d. Pembuatan Ulir pada Lubang
 Benda kerja yang akan dibuat ulir dijepit pada ragum
 Lubang pada benda kerja yang akan diberi ulir dilumasi oleh oli
agar mudah dalam proses pembuatan ulir
 Pembuatan ulir dilakukan dengan pahat endmill 1,2, dan 3, yakni
dengan cara setiap pahat endmill diputar Clockwise pada lubang
benda kerja secara bertahap dari pahat endmill 1,2, dan 3
 Telah terbentuk ulir dalam pada lubang benda kerja
Selain pada benda kerja tersebut, dalam praktikum ini, juga
dilakukan pembentukan ulir luar pada benda kerja lain. Proses pembuatan
ulir luar pada benda kerja tersebut dilakukan dengan langkah sebagai
berikut
 Benda kerja yang akan dibuat ulir luar dijepit pada ragum
 Pada benda kerja yang akan diberi ulir dilumasi oleh oli agar mudah
dalam proses pembuatan ulir
 Pembuatan ulir dilakukan dengan cara pembuat ulir diputar
Clockwise pada benda kerja pada kedua sisi
 Telah terbentuk ulir dalam pada lubang benda kerja

16
BAB IV
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

4.1. Data Percobaan


Proses Milling
 Panjang pemotongan L = 15 mm
 Kedalaman milling a = 0,25 mm
 Diameter (d) = 10 mm
 Kecepatan makan tiap gigi f = 0,02 mm/put
 Putaran mesin n = 210 rpm
 Waktu potong yang diamati t = 304.5detik

Proses Drilling
 Diameter 8,5 mm
 Kedalaman drilling L = 12 mm
 Putaran mesin n = 240 rpm
 Kecepatan makan f = 0,05 mm/put
 Waktu potong yang diamati t = 164 detik

4.2. Perhitungan

Skema Proses Permesinan

17
Hasil Proses Permesinan

4.2.1 Perhitungan Waktu Teoritis


4.2.1.1 Proses Drilling

 Diameter 8,5 mm

 Kedalaman drilling d = 12 mm

 Putaran mesin n = 240 rpm

 Kecepatan makan f = 0,05 mm/min

 Jumlah langkah pemotongan = 1

 Waktu teoritis :
t = ltotal/(f.n) ; ltotal : panjang pemotongan

n :putaran mesin

f :gerak makan

t = 12 mm / (0,05 mm/min . 240 rpm) = 1 menit

4.2.1.2 Proses Tapping

 Diameter 10 mm

 Kedalaman drilling d = 2 mm

 Putaran mesin n = 240 rpm

 Kecepatan makan f = 0,05 mm/min

 Jumlah langkah pemotongan = 1

 Waktu teoritis :

18
 t = ltotal/(f.n)
t = 2 mm / (0,05 mm/min . 240 rpm) = 0,16 menit

4.2.1.3 Proses Milling

 Panjang pemotongan l = 15 mm

 Kedalaman milling d = 1 mm

 Jumlah langkah pemotongan = 3

 Kecepatan makan tiap gigi fz = 0,02 mm/gigi

 Putaran mesin n = 210 rpm

 Jumlah gigi z = 6

 Waktu teoritis :
t = (l.i)/(fz.z.n) ; l : panjang pemotongan

i :jumlah langkah pemotongan

fz: kecepatan makan tiap gigi

z :banyaknya gigi

n :Putaran mesin

t = (15 mm . 3)/( 0,02 mm/gigi . 6 gigi . 210 rpm) = 1,79 menit

Total waktu permesinan teoritis = 1 + 0,16 + 1,79

= 2,95menit

4.2.2 Hasil Pengamatan Waktu Aktual


4.2.2.1 Proses drilling :1,4 menit

4.2.2.2 Proses tapping : 0,2 menit

4.2.2.3 Proses milling : 1,4 menit

4.2.3 Perbandingan Waktu Teoritis dan Waktu Aktual

19
Tabel 2. Perbandingan Waktu Teoritis dan Aktual Benda 2

No Proses Waktu Potong

Sebenarnya Berdasarkan Perhitungan


1. Drilling 1,4 menit 1 menit

2. Tapping 0,2 menit 0,16 menit


3. Milling 1,4 menit 1,79 menit

Total 3 menit 2,95 menit

4.2.4 Penyebab Perbedaan Waktu PermesinanTeoritis dan Aktual


Perbedaan waktu permesinan secara teoritis dan actual dapat disebabkan karena :

 Pembulatan putaran mesin hasil perhitungan dengan angka-angka yang terdapat


pada mesin milling.

 Proses pada drilling secara actual dengan drill and dwell sehingga membutuhkan
waktu lebih lama

 Proses pengerjaan yang lebih perlahan-lahan daripada yang dihitung secara


teoritis.

 Ketidaktelitian pengukuran dimensi awal dan akhir selama proses.

 Ketidaktelitian dalam pengukuran waktu.

 Adanya tambahan waktu yang dibutuhkan untuk menentukan bidang referensi.

 Performance mesin sudah tidak optimal.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Untuk Benda 2dilakukan proses sebagai berikut:
 Facing untuk meratakan permukaan benda kerja (menggunakan mesin
milling)
 Endmilling untuk pembuatan poket (menggunakan mesin milling)
 Drilling untuk membuat lubang pada benda kerja (menggunakan mesin
drill)
 Pembuatan ulir dalam pada lubang (menggunakan alat pembuat ulir)
2. Perbandinganwaktupotongantarawaktupotongsebenarnyadenganwaktupot
ongperhitungan pada benda kerja 2 dapat dilihat pada table 4.1.

5.2. Saran
1. Pastikan dengan baik langkah-langkah pengerjaan untuk membuat suatu
produk.
2. Pelajari dan pahami terlebih dahulu tentang mesin-mesin yang akan
digunakan dalam proses kerja.
3. Berhati-hati dalam menggunakan sebuah mesin, karena mesin sangat
beresiko untuk terjadi sebuah kecelakaan.
4. Pastikan mesin dalam kondisi baik sebelum dipakai.
5. Gunakan alat-alat keselamatan kerja seperti wearpack, kaca mata, masker,
sarung tangan dan pelindung telingan untuk pekerjaan yang menimbulkan
kebisingan tinggi.

21

Anda mungkin juga menyukai