PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penggunaan mesin bubut pada era sekarang merupakan keahlian yang
dibutuhkan baik pada sektor kota maupun desa. Karena penggunaan alat yang
serba canggih penggunaan teknologi di berbagai tempat, keterampilan
penggunaan mesin bubut dapat membantu dan mempermudah dalam
melakukan pekerjaan atau profesi.Sebagai mahasiswa Teknik Mesin salah satu
dasarnya mampu mengoprasikan mesin bubut oleh karena itu hal ini harus
dikuasai oleh setiap mahasiswa/i. serta mahasiswa Teknik Mesin dapat mampu
menguasai teknik-teknik dalam membubut pada mesin bubut, pada saat setelah
lulus mahasiswa/i akan mempunyai modal atau keahlian sehingga dapat
membantu melanjutkan kejenjang pekerjaan. Praktikum kali ini tentang mesin
bubut kita akan mempelajari pengertian pembubutan, cara membubut serta
proses-prosesnya dan alat-lat mesin bubut yang akan digunakan dalam
praktikum ini juga factor-faktor keamanan saat melakukan praktikum.
KELOMPOK 10
pula pada tinggi atau jarak dari ujung senter ke permukaan alas mesin (bed)
yakni sebagai setengah diameter benda kerja yang dapat dikerjakan.
2. Tujuan Praktikum
Berikut tujuan praktikum secara umum adalah:
A. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara
pengoperasiannya.
B. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin
perkakas.
KELOMPOK 10
BAB II
LANDASAN TEORI
Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang pada
umumnya proses sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja
kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar
dengan sumbu putar dari benda kerja. Kecepatan pada mesin bubut dapat diatur
sesuai kebutuhan dengan cara mengatur perbandingan roda gigi pada gearbox.
Meskipun mesin bubut umumnya digunakan untuk melakukan pekerjaan muka
(facing), namun dapat juga dipakai untuk beberapa pengerjaan lain.
KELOMPOK 10
A. Bagian-bagian mesin bubut
2 4 5
6 1
KELOMPOK 10
1) Mata potong pahat sangat tajam sehingga tidak menggosok atau
menggaruk benda kerja.
2) Deformasi terjadi hanya dalam dua dimensi.
3) Distribusi tegangan yang merata pada bidang geser.
4) Gaya aksi dan reaksi pahat terhadap bidang geram adalah sama besar dan
segaris (tidak menimbulkan momen kopel).
2. Bubut (Turning)
Operasi pemotongan logam merupakan salah satu aktifitas yang sering
dilakukan dalam industry manufaktur, khususnya untuk memproduksi bagian-
bagian permesinan. Proses pemotongan logam merupakan suatu proses yang
digunakan untuk mengubah logam dasar menjadi komponen mesin dengan
menggunakan pahat sebagai komponen utamanya. HSS (High Speed Steel)
merupakan jenis material yang banyak digunakan sebagai pahat potong. HSS
pertama kali ditemukan pada tahun 1898 merupakan baja paduan tinggi dengan
unsur paduan chrom (Cr) dan Tungstenl Wolfram (W). Melalui proses
penuangan (molten metallurgy) kemudian diikuti pengerolan ataupun
penempaan baja ini dibentuk menjadi batang atau silinder. Pada kondisi lunak
(annealed) bahan tersebut dapat diproses secara pemesinan menjadi berbagai
bentuk pahat potong. Setelah proses laku panas dilaksanakan, kekerasannya
cukup tinggi. Menurut Sudji Munaji (1980) salah satu karakteristik geometris
yang ideal dari suatu komponen adalah permukaan yang halus.
KELOMPOK 10
variabel, kecepatan putaran poros utama tidak lagi bertingkat melainkan
berkesinambungan (continue). Pahat dipasangkan pada kedudukan pahat dan
kedalaman potong adalah setengah harga tersebut. Pahat bergerak translasi
bersama-sama dengan eretan dan gerakannya diatur dengan lengan pengatur
pada rumah roda gigi (paridawati. 2015).
KELOMPOK 10
3. Pengertian Mesin Perkakas
Proses pemesinan dengan menggunakan prinsip pemotongan logam dibagi
dalam tiga kelompok dasar, yaitu proses pemotongan dengan mesin pres,
proses pemotongan konvensional dengan mesin perkakas, dan proses
pemotongan non konvensional. Proses yang meliputi pengguntingan
(shearing), pengepresan (pressing) dan penarikan (drawing, elongating)
merupakan proses pemotongan dengan menggunakan mesin pres. Dalam
proses bubut (turning), proses frais (milling), sekrap (shaping) merupakan
proses pemotongan konvensional dengan mesin perkakas. Proses pemotongan
logam ini biasanya dinamakan proses pemesinan, yaitu dilakukan dengan cara
membuang bagian benda kerja yang tidak digunakan menjadi geram (chips)
sehingga terbentuk benda kerja. Proses yang paling banyak dilakukan untuk
menghasilkan suatu produk jadi yang berbahan baku logam adalah proses
pemesinan. Diperkirakan sekitar 60% sampai 80% dari seluruh proses
pembuatan suatu mesin yang komplit dilakukan dengan proses pemesinan.
(Poeng, 2014).
KELOMPOK 10
menghasilkan permukaan yang kasar. Hal ini biasanya digunakan untuk
pekerjaan awal (roughting). Begitu sebalikhya, kecepatan potong yang tinggi
akan menghasilkan permukaan yang halus. Dan proses ini dilakukan pada
pengerjaan akhir (finishing).
KELOMPOK 10
pemotongan logam ini biasanya dinamakan proses pemesinan yang dilakukan
dengan cara membuang bagian benda kerja yang tidak digunakan menjadi
gram (chips) sehingga terbentuk benda kerja. Proses pemesinan adalah proses
yang paling banyak dilakukan untuk menghasilkan suatu produk jadi yang
berbahan baku logam. Diperkirakan sekitar 60% sampai 80% dari seluruh
proses pembuatan suatu mesin yang komplit dilakukan dengan proses
pemesinan. (Poeng, 2014)
Pembuatan alat pemotong strip plat yang digunakan pada mesin tekuk
hidrolik, sekaligus sebagai asesoris tambahan pada mesin tekuk Hidrolik
Promecam agar dapat digunakan untuk memotong strip plat dengan ketebalan
6 mm, khususnya dalam penyediaan bahan baku untuk praktikum pengelasan.
Untuk mendapatkan pemahaman yang komperhensif, penelitian difokuskan
pada pembuatan press tool pemotong strip plat dengan ketebalan hingga 6 mm
tetapi dengan lebar maksimum 100 mm. Kinerja program dianalisis
berdasarkan dari hasil pengujian di laboratorium pemesinan yang dilakukan
mesin press hasil rancangan. Keberhasilan pembuatan peralatan pemotong strip
plat ini akan menjadi tolak ukur dalam menambah fungsi dari mesin tekuk yang
dapat digunakan untuk memotong, sehingga mempunyai kelayakan dan
keunggulan dalam aplikasinya. Untuk mendapatkan pemahaman karakteristik
proses pembuatan press tool secara komperhensif (Carli, Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang).
KELOMPOK 10
degan tingkat kehalusan yang cukup tinggi menurut standar ukuran yang
berlaku dalam metrologi yang dikemukakan oleh para ahli pengukuran
geometris benda melalui pengalaman penelitian. Tingkat kehalusan suatu
permukaan memang peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu
komponen mesin khususnya yang menyangkut masalah gesekan pelumasan,
keausan, tahanan terhadap kelelahan dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam
perencanaan dan pembuatannya harus dipertimbangkan terlebih dulu mengenai
peralatan mesin yang mana harus digunakan untuk membuatnya serta berapa
ongkos yang harus dikeluarkan. Agar proses pembuatannya tidak terjadi
penyimpangan yang berati maka karakteristik permukaan ini harus dapat
dipahami oleh perencana lebih-lebih lagi oleh operator. Komunikasi
karakteristik permukaan biasanya dilakukan dalam gambar teknik. Akan tetapi
untuk menjelaskan secara sempurna mengenai karakteristik suatu permukaan
nampaknya sulit. Untuk mendapat hasil yang baik dalam pembubutan banyak
yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah kecepatan dan sudut potong.
Kecepatan potong (Cutting Speed / CS) adalah adalah kemampuan alat potong
menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang /waktu
(m/menit atau feet/menit). Sementara sudut potong adalah sudut yang dibentuk
oleh mata potong utama dengan kecepatan makan. Penelitian ini, secara
empiris akan melihat pengaruh kecepatan dan sudut potong terhadap kekasaran
benda kerja pada mesin bubut.
KELOMPOK 10
Gambar 2.6.3 Mekanisme gerakan mesin bubut
Sumber: http://heholecture.blogspot.com/2012/06/
Pada dasarnya prinsip kerja mesin bubut ada dua macam, yaitu:
A. Main Drive
Main drive adalah gerakan utama pada mesin bubut putaran motor
listrik berupa putaran motor listrik yang ditransmisikan melalui belt
menuju gear box. Di dalam gear box terdapat roda gigi yang berfungsi
untuk mengatur transmisi putaran spindel, sehingga menghasilkan putaran
pada chuck.
B. Feed Drive,
Feed drive yaitu gerakan pemakanan pahat pada benda kerja. (modul
praktiku mesin bubut). Fungsi utama mesin bubut konvensional adalah
untuk membuat/memproduksi benda-benda berpenampang silindris,
misalnya poros lurus, poros bertingkat, poros tirus, poros berulir, dan
berbagai bentuk bidang permukaan lainnya misalnya pembuatan buah
catur (raja, ratu, pion, dll). Mesin bubut umumnya dianggap sebagai
peralatan mesin tertua. Mesin bubut modern semuanya dilengkapi dengan
motor listrik individual. Mesin bubut dapat dikatakan sebagai mesin
konvensional karena untuk membedakan mesin-mesin yang dikontrol
dengan komputer CNC (Computer Numerically Controlled) ataupun
kontrol numerik (Numerical Control) dan karena jenis mesin konvensional
mutlak diperlukan keterampilan manual dari operatornya. Pada kelompok
mesin bubut konvensional juga terdapat bagian-bagian otomatis dan
KELOMPOK 10
pergerakannya bahkan juga ada yang dilengkapi dengan layanan sistim
otomasi baik yang dilayani dengan sistem hidraulik, pneumatik ataupun
elektrik. Ukuran mesinnya pun tidak semata-mata kecil karena tidak
sedikit mesin bubut konvensional.
Pada pembubutan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu untuk
pengerjaan maksimal. Menyesuaikan mata pahat dengan benda yang akan di
pahat. Pada proses pembubutan penyesuaian mata pahat terhadap sifat benda
sangat penting untuk meminimalisir kerusakan ataupun sampai terjadi patah
pada mata bubut. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan mata bubut
adalah:
A. Kekerasan, kekerasan dari pahat bubut harus melebihi kekerasan yang
lebih tinggi daripada benda kerja, kekerasan harus dapat bertahan pada
temperatur yang tinggi pada saat pembentukan geram berlangsung.
B. Keuletan, keuletan bertujuan untuk dapat menahan beban kejut yang
terjadi sewaktu memotong benda kerja.
KELOMPOK 10
C. Ketahanan beban kejut thermal diperlukan apabila terjadi perubahan
temperatur yang cukup besar secara berkala.
D. Sifat adhesi rendah untuk mengurangi laju keausan pada pahat bubut.
KELOMPOK 10
D. Waktu pemotongan (cutting time): tc (min)
E. Kecepatan penghasil geram: Z (cm3 /min)
KELOMPOK 10
Akan tetap pada umumnya celreance angles tidak dimasukkan dalam tool
signature karena dianggap sama dengan relief angles.
Keterangan gambar:
A. Sudut Garuk Belakang (back rake angle) sudut antara face dan garis yang
sejajar dengan base dan diukur pada bidang yang tegak lurus dengan mata
potong sisi (side cutting edge)
B. Sudut Garuk Sisi (side rake angle) Sudut antara face dan garis yang sejajar
dengan base dan diukur pada bidang yang tegak lurus pada base dan side
cutting edge.
C. Sudut Mata Potong Ujung (end cutting edge angle) Sudut antara ujung
cutting edge dan garis tegak lurus pada shank.
D. Sudut Mata Potong Sisi (side cutting edge angle) Sudut antara side cutting
edge dan sisi lain dari shank.
KELOMPOK 10
E. Sudut Celah Sisi (side relief angle) Sudut kedua langsung dibawah side
clearence angle.
F. Sudut Celah Ujung (end relief angle) Sudut kedua langsung dibawah end
clearence angle.
G. Radius Pojok (nose radius/tool point) Merupakan perpotongan antara side
cutting edge dengan end cutting edge.
KELOMPOK 10
Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja.
Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja faktor bahan
benda kerja dan bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan potong. Pada
dasarnya pada waktu proses bubut kecepatan potong ditentukan berdasarkan
bahan benda kerja dan pahat. Harga kecepatan potong sudah tertentu
tergantung jenis bahan/benda kerja, jenis alat potong, dan kekasaran
pemakanan pahat bubut.
KELOMPOK 10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
6 5
8 7
Gambar 3.1.1 Mesin bubut
Sumber: Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur
2) Coolen
Selama proses pembubutan dialirkan air melalui selang sebagai
pendingin bahan dan mata pahat.
3) Monitor
Monitor digunakan untuk melihat ukuran pemakanan benda kerja.
Terdapat dua sumbu, yaitu x dan z.
KELOMPOK 10
4) Kepala lepas (Tail Stock)
Berfungsi untuk memegang atau sebagai tempat senter tetep benda
kerja.
5) Hendel putaran
Hendel putaran berfungsi untuk memulai putaran chuck, putaran
dapat dapat berbalik arah. Jika kita menekan tuas kebawah arah
putaran menuju kedalam dan bila kita tekan tuas keatas maka
pergerakan putaran menuju keluar.
KELOMPOK 10
sumbu z. Switch oli berfungsi untuk menyemprotkan oli pada tool
post. Tuas otomatis feeding sumbu-x berfungsi untuk mengaktifkan
otomatis. Tuas ini digunakan untuk menggerakkan sumbu x secara
otomatis. Tuas ulir berfungsi untuk menggerakkan eretan dengan
sistem ulir. Tuas otomatis feeding sumbu-z berfungsi untuk
mengaktifkan otomatis. Tuas ini digunakan untuk menggerakkan
sumbu z secara otomatis.
B. Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter benda uji pada
saat sebelum dan sesudah pembubutan.
C. Stop Watch
Stopwatch digunakan untuk mengetahui waktu pembubutan baik saat
pembubutan rata maupun ulir. Hal ini untuk memudahkan pengolahan data
saat pembuatan laporan praktikum.
KELOMPOK 10
Gambar 3.1.3 Stop Watch
Sumber: Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur
D. Kunci Chuck
Kunci chuck berfungsi untuk mengencangkan dan mengendorkan
pencekam pada mesin bubut.
KELOMPOK 10
Gambar 3.1.5 Kunci pahat
Sumber: Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur
F. Pahat
Pahat berfungsi untuk memakan benda kerja. Terdapat dua pahat yang
digunakan pada praktikum kali ini, yaitu pahat untuk pembubutan rata dan
ulir. Material mata pahat yang digunakan terbuat dari karbida. Holder yang
digunakan pada mata pahat pembubutan rata menggunakan tipe
SDJCR1616H07 dan pada mata pahat pembutuan ulir menggunakan tipe
SER1616H16.
KELOMPOK 10
Gambar 3.1.7 Kunci tool post
Sumber: Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur
I. Face Shield
Face Shield merupakan salah satu alat safety yang berfungsi untuk
melindungi wajah pada saat pembubutan sehingga kecelakaan kerja saat
pembubutan dapat diminimalisir.
KELOMPOK 10
Gambar 3.1.9 Face shield
Sumber: Laboratorium Proses Manufaktur
J. Slop Tangan
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan pada saat
pembubutan sehingga tangan dapat terlindungi dari benda tajam dan
bahaya lainnya.
K. Sepatu Safety
Sepatu safety berfungsi untuk melindungi kaki agar tidak terluka
apabila terdapat benda-benda berat yang jatuh.
KELOMPOK 10
Gambar 3.1.6 Sepatu safety
Sumber: Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur
2. Prosedur Percobaan
A. Sebelum Proses Pembubutan / Persiapan
1) Sebelum menggunakan alat mengecek mesin yang akan digunakan.
2) Sebelum menggunakan mesin bubut hendaknya menyiapkan alat–
alat, bahan, dan gambar kerja yang dibutuhkan dalam praktikum.
3) Setelah mengukur dimensi benda kerja yang akan dipasang pada
chuck serta melakukan penandaan bagian-bagian yang akan dibubut.
4) Setelah memasang benda kerja pada chuck dengan bantuan kunci
chuck lalu melalukan penyenteran.
5) Ketika menyenterkan benda kerja lakukan menggunakan dial
indicator atau center gauge.
6) Setelah memasang pahat pada Tool Holder/tool post dan
kedudukannya disenterkan terhadap titik pusat benda kerja dengan
bantuan tail stock.
7) Sebelum memilih kecepatan putar spindle yang sesuai dengan benda
kerja, melakukan pengaturan posisi kedua tuas Spindle Change lever
(Tuas A, B, C dan 1, 2, 3). Tabel kecepatan putar berdasarkan posisi
tuas A, B, C dan 1, 2, 3 dapat dilihat pada mesin (menempel pada
headstock). Gunakan kecepatan yang lebih tinggi serta kedalaman
pemakanan yang kecil pada proses finishing.
8) Setelah menyalakan mesin dengan melakukan pemutaran switch on
pada mesin terlebih dahulu.
KELOMPOK 10
9) Sebelum mengatur titik nol dan mengatur kedalaman lakukanlah
pemakanan dengan cara menggoreskan ujung pahat pada benda kerja
yang berputar.
10) Ketika melakukan proses pembubutan lakukan sesuai gambar benda
kerja yang direncanakan.
Catatan:
1) Memastikan benda kerja terpasang dengan erat pada chuck
2) Memastikan benda kerja benar benar dalam kondisi center, gunakan
bantuan alat center gauge
3) Memastikan pahat dalam keadaan baik, terpasang dengan benar dan
erat pada toolpost.
4) Mengubah kecepatan spindle dan mengatur pitch and feed selector
lever pada beberapa jenis mesin bubut hanya dapat dilakukan (jika
mesin dalam keadaan mati). Jika dilakukan dalam keadaan hidup akan
menyebabkan kerusakan serius pada sistem transmisinya.
KELOMPOK 10
2) Ketika melepas benda kerja dari chuck, sebaiknya pahat juga
dilepaskan dari tool post.
3) Setelah selesai praktikum melakukan pembersihan mesin dan alat
yang digunakan dari chips (Geram).
4) Sebelum meninggalkan ruangan melakukan pengembalian alat –alat
ke tempat semula.
KELOMPOK 10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Praktikum
A. Data Hasil Praktikum
Proses Pembubutan Rata atau Permukaan spesimen
feeding (sumbu x) Timer l (sumbu z)
do dm rpm
mm (s) mm
0,75 0,37
28 -1,5 0,57 25
-2 1
-2,75 1,8
-3,5 0,44
25 18 400
-4,25 1,23
-5 0,49
-5,75 38
30 mm
23 -6,5 30 13
-7 1,06
Proses Pembubutan Ulir Baut
-0,25 20,28
-0,5 7
23 -0,75 7,5 13 55
-1 10,82
-1,25 8,18
Tabel 4.1.1 Data hasil praktikum
B. Rumus Perhitungan
𝑑0 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑚𝑚)
𝑑𝑚 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑚𝑚)
𝑙𝑡 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 (𝑚𝑚)
𝑎 = 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 (𝑚𝑚)
𝑑𝑚 − 𝑑0
𝑎 = (𝑚𝑚)
2 𝑚𝑚
𝑓 = 𝑓𝑒𝑒𝑑𝑖𝑛𝑔 (𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛) (𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛)
KELOMPOK 10
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑛 = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑐ℎ𝑢𝑐𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 ( (𝑅𝑃𝑀))
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Rumus perhitungan:
1) Diameter rata-rata:
𝑑 = {(𝑑𝑚 + 𝑑0 )/2} (𝑚𝑚)
2) Kecepatan Potong:
𝜋. 𝑑. 𝑛 𝑚
𝑣= ( )
1000 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3) Kecepatan pemakanan:
𝑚𝑚
𝑣𝑓 = 𝑓. 𝑛 ( )
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4) Waktu pemakanan:
𝑙𝑡
𝑡𝑐 = (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
𝑣𝑓
5) Kecepatan pengurangan volume benda:
𝑐𝑚3
𝑍 = 𝐴. 𝑣 = 𝑓. 𝑎. 𝑣 ( )
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1) d = {(28 + 30) / 2}
d = 29 mm (nilai mutlak)
4) tc = 25 mm / 300 mm/menit
tc = 0,083 menit
KELOMPOK 10
5) f = - 0,75 mm
a = (28-30) / 2
a = - 1 mm
KELOMPOK 10
akhir 25 mm menggunakan 400 rpm.
1) d = {(25 + 30) / 2}
d = 27,5 mm (nilai mutlak)
4) tc = 18 mm / 300 mm/menit
tc = 0,06 menit
5) f = - 0,75 mm
a = (25-30) / 2
a = - 2,5 mm
Keterangan
Perhitungan Hasil
Hasil
Diameter rata -
rata diperoleh
dari perhitungan
d (mm) (dm-do)/2 27,5
didapatkan hasil
perhitungan
sebesar 27,5 mm
Kecepatan
potong diperoleh
v (m/menit) (phi.d.n)/1000 0,035 dari perhitungan
didapatkan hasil
0,035 m/menit
KELOMPOK 10
Kecepatan
Pemakan
diperoleh dari
feeeding dikali
dengan putaran
Vf (mm/menit) f.n 300
chuck maka
didapatkan hasil
perhitungan
sebesar 300
mm/menit
Waktu pemakan
diperoleh dari
rata-rata panjang
pengerjaaan
dibagi dengan
tc (menit) lt / Vf 0,06 kecepatan
pemakanan
maka didapatkan
hasil perhitungan
sebesar 0,06
menit
Kecepatan
pengurangan
volume benda
diporeleh dari
feeding dikali
kedalaman
Z pengerjaan dikali
f.a.v 0,656
(cm^3/menit) hasil dari
kecepatan
pemotong maka
didapatkan hasil
perhitungan
sebesar 0,656
cm^3/menit
KELOMPOK 10
v = 0,033 m/menit
4) tc = 13 mm / 300 mm/menit
tc = 0,043 menit
5) f = 0,75 mm
a = (23-30) / 2
a = -3,5 mm
Keterangan
Perhitungan Hasil
Hasil
Diameter rata -
rata diperoleh
dari perhitungan
d (mm) (dm-do)/2 26,5
didapatkan hasil
perhitungan
sebesar 26,5 mm
Kecepatan
potong diperoleh
v (m/menit) (phi.d.n)/1000 0,033 dari perhitungan
didapatkan hasil
0,033 m/menit
Kecepatan
Pemakan
diperoleh dari
feeeding dikali
dengan putaran
Vf (mm/menit) f.n 300
chuck maka
didapatkan hasil
perhitungan
sebesar 300
mm/menit
KELOMPOK 10
Waktu pemakan
diperoleh dari
rata-rata panjang
pengerjaaan
dibagi dengan
tc (menit) lt / Vf 0,043 kecepatan
pemakanan
maka didapatkan
hasil perhitungan
sebesar 0,043
menit
Kecepatan
pengurangan
volume benda
diporeleh dari
feeding dikali
kedalaman
pengerjaan dikali
Z (cm^3/menit) f.a.v 0,866
hasil dari
kecepatan
pemotong maka
didapatkan hasil
perhitungan
sebesar 0,866
cm^3/menit
2. Pembahasan
Waktu pelaksanaan praktikum bubut dilaksanakan pukul 13.00 sampai
selesai 15.00 WIB. Tempat pelaksaan dibengkel proses manufaktur Institut
Teknologi Sumatera. Pada praktikum penggunaan mesin bubut yang terdapat
benda uji dengan diameter 30 mm. Kemudian dilakuakan pembubutan sampai
mendapat diameter akhir sebesar 28 mm dengan panjang 25 mm dan dilakukan
pembubutan rata dengan kecepatan 400 rpm dengan kedalaman 0.75 mm,
dilakukan sampai pengurangan 2 mm. Ketika pembubutan selesai dan diukur
hasilnya menggunakan jangka sorong, diameter yang didapat sebesar 27.78
mm, lebih kecil dari yang diinginkan tetapi masih dapat di toleransi.
KELOMPOK 10
panjang 18 mm selama pembubutan. Ketika pembubutan selesai dan diukur
hasilnya menggunakan jangka sorong, diameter yang didapat sebesar 25 mm.
KELOMPOK 10
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat setelah dilakukannya praktikum dengan
modul mesin bubut ini adalah:
A. Pada mesin perkakas dapat diartikan sebagai mesin yang megunakan
operator untuk membuat produk dari bahan logam/metal. Mesin perkakas
yang sering digunakan mencangkup mesin bubut, frais dan CNC
B. Dalam proses pembubutan sangat memperhatikan keterampilan dan fokus
yang baik agar benda uji yang dihasilkan sesuai dengan keinginan.
C. Benda uji yang akan mendapat perlakuan bubut dipasang pada kepala tetap
dan dilakuan menekan andel putaran untuk menjalankan mesin.
Pemakanan dapat dilakukan dengan penyesuaian yang dibituhkan
D. Ketika pembubutan berlangsung diperlukan air sebagai pendingin apabila
terjadi panas berlebihan saat proses pembubutan.
E. Proses pembubutan yang dilakuakn pada praktikum ini yaitu pembubutan
rata/permukaan dan pembubutan ulir.
2. Saran
Setelah melakukan praktikum kali ini terdapat saran yang diberikan
sehingga dapat motivasi yang membangun yaitu:
A. Praktikan harus mengetahu prosedur percobaan agar tau apa yang akan
dilakukan ketika melakukan pembubutan.
B. Praktikan memperhatikan keselamatan kerja saat menjalankan mesin dan
juga saat mengambil data kemudian mendengarkan intruksi asisten
praktikum.
KELOMPOK 10
C. Memakai alat keselamatan kerja saat mengoprasikan mesin, seperti sarung
tangan, kacamata, dan sepatu safety.
D. Praktikan harus selalu berhati-hati dalam menggunakan alat agar tidak
terjadi kecelakaan kerja.
E. Setelah praktikum selesai membersihkan laboratorium supaya tidak
mengganggu aktivis lainnya.
KELOMPOK 10
DAFTAR PUSTAKA
Dewangga, Sang Putu Fitrah. 2017. Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Mesin
Bubut Terhadap Keausan Pada Alat Potong Pahat Hss Tipe Bohler Mo
1/2x4. Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Vol : 7 No : 1 tahun 2017.
Poeng, Rudy, Fentje Abdul Rauf. 2015. Analisis Pengaruh Putaran Spindle
Terhadap Gaya Potong Pada Mesin Bubut. Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Tekno Mesin Vol 2 No
2.
Stella Daran Hindom, dkk. Pengaruh Variasi Parameter Proses Pemesinan Terhadap
Gaya Potong Pada Mesin Bubut Knuth Dm-1000a. Jurnal Online Poros Teknik
Mesin Volume 4 Nomor 1. Universitas Sam Ratulangi.
KELOMPOK 10