Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada umumnya perkembangan teknologi ini akan selalu berperan aktif dalam
kemajuan pada setiap bidang. Dengan kata lain teknologi mempengaruhi proses kinerja
dan hasil dari setiap bidang.
Oleh karena itu Fakultas Teknik UMSU, khususnya teknik Jurusan Mesin
sebagai salah satu lembaga pendidikan telah mendesain kurikulum tersebut dan sebagai
salah satu lembaga pendidikan yang memiliki peran dalam kemajuan Fakultas Teknik
UMSU pada umumnya dan jurusan Teknik Mesin khususnya. Setiap mahasiswa dapat
mengenbangkan materi yang di dapat dari luar kampus.
Praktikum merupakan mata kuliah yang wajib dilaksanakan oleh setiap
mahasiswa jurusan Teknik Mesin.
Dapat dinyatakan oleh beberapa hal yang melatar belakangi pelaksanaan
praktikum Proses Produksi antara lain sebagai berikut :
1. Praktikum Proses Produksi dilaksanakan dengan harapan mahasiswa jurusan
Teknik Mesin UMSU dapat mengoperasikan dan menguasai mesin-mesin
produksi.
2. Masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan yang berkompetensi.
3. Untuk meningkatkan kemampuan yang berkompetensi.

1.2.Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang diharapkan dengan di adakannya praktikum Proses
Produksi ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat merasakan langsung bagaimana mengoperasikan mesin-
mesin produksi.
2. Untuk mengetahui proses-proses kerja yang terdapat pada proses produksi.
3. Untuk menambah pengetahuan dan kemampuan setiap mahasiswa.
4. Untuk menanamkan sifat tanggung jawab atas pekerjaan yang telah
dikerjakan.

1
1.2. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum proses produkasi adalah penulis dapat membagi
ke dalam dua manfaat secara garis besar yaitu manfaat langsung maupun tidak
langsung. Adapun manfaat langsung yang didapat yaitu :
 Dalam praktikum dituntut untuk mampu dalam melihat presisi sebuah benda
kerja pada pekerjaan bangku, mampu menyekrap dengan baik dapat membubut
benda kerja logam dan mengelas logam secara tepat
 Pada praktikum dituntut untuk disiplin baik disiplin waktu maupun disiplin
dalam menggunakan peralatan dan bahan seperti membersihakan peralatan
setelah selesai melakukan pekerjaan

Adapun manfaat tidak langsung yang didapat yaitu :


 Keterampilan dalam mengelas, membubut, menyekrap serta mengikir rata
permukaan benda kerja pada kerja bangku diharapkan nantinya menjadi bekal
bagi mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja yang menuntut ketrampilan yang
banyak bidang.
 Praktikum ini juga menuntut mahasiswa agar dapat membuat laporan penulisan
dengan sistematika yang tel;ah ditentukan, jadi secara tidak langsung dapat
mengajarkan mahasiswa bagaimana cara menulis, baik itu didalam menulis
laporan praktikum maupun pada penulisan hasil karya ilmiah lainnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. MESIN BUBUT


Mesim bubut ialah suatu mesin perkakas dengan gerak kerja utama berputar.
Prinsip kerja mesin bubut ialah pahat bergerak mendatar dalam arah memanjang
(longitudinal) atau arah melintang (cross lide) menyayat benda kerja yang sedang
berputar pada sumbu utamanya.

Gambar. 2.1.1. Mesin Bubut


Mesin bubut mempunyai gerak utama berputar yang digunakan untuk
pengerjaan benda kerja tyang berbentuk silindris. Daya mesin bubut dihasilkan dari
motor penggerak berupa motor listrik yang dipasangkan disamping mesin. Daya dari
motor penggerak ditransmisikan ke poros utama melalui sistem transmisi sabut.
Jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan pada mesin bubut antara lain :
 Membubut bulat lurus rata / bertingkat
 Membubut bulat tirus
 Membubut bentuk alur
 Membubut bentuk ulir
 Membubut Form
 Membubut bor
 Membubut pemakanan dalam

3
Ukuran dari mesin bubut ada beberapa macam yaitu diantaranya dengan
pengukuran panjang dan tinggi dari mesin tersebut. Panjang dari mesin bubut diukur
dari jarak antara dua center yaitu center kepala lepas dan center kepala tetap (chuck).

2.1.1. Bagian-Bagian Utama Pada Mesin Bubut


 Kepala tetap (head stock)
 Kepala lepas (tail stock)
 Support (carriage)
 Eretan memanjang (longitudinal)
 Eretan melintang (cross lide)
 Eretan alas (compound rest)
 Alas (bed) dan lain-lain.

2.1.2. Perlengkapan Mesin Bubut


Cekam (chuck) : untuk menjepit benda kerja yang akan dibubut yang terlebih
dahulu benda kerja diikatkan pada chuck. Benda chuck ada dua macam yaitu :
 cekam rahang tiga (three jaw chuck)
 cekam rahang empat (independent chuck)
cekam rahang tiga dipergunakan untuk menjepit benda kerja dengan bentuk
bulat, benda segi beraturan yang habis dibagi tiga.
Cekam rahang empat digunakan untuk menjepit benda kerja berbentuk bulat,
segi empat, elips, maupun benda kerja dengan bentuk tidak beraturan.

2.1.3. Pahat Bubut


Berdasarkan bahan yang digunakan pahat bubut dapat dibedakan atas :
1. High Carbon Steel (HCS)
Baja karbon tinggi yang tahan terhadap suhu ± 450 ℃.
2. High Speed Steel (HSS)
Baja kecepatan tinggi yang tahan terhadap suhu sampai 600 ℃.
3. Cemented Carbida
Pahat ini sangat keras hamper mendekati kekerasan intan yang tahan sampai
suhu 1000 ℃.

4
4. Pahat Intan
Pahat intan mempunyai kekerasan yang cukup tinggi dan sangat tahan aus,
digunakan untuk pembubutan benda kerja berupa baja paduan tinggi.

Ditinjau dari segi bentuknya pahat bubut dapat dibedakan atas :


1. Pahat rata
2. Pahat muka
3. Pahat potong
4. Pahat ulir
5. Pahat bentuk
6. Pahat dalam

Pahat bubut diatas pada prinsipnya satu sama lain tidak dapat digunakan untuk
bermacam-macam pengerjaan. Ditinjau dari gerakan pemakanan pahat dapat dibedakan
atas :
1. Pahat sisi kanan
2. Pahat sisi kiri

Gambar. 2.1.2. Pahat Bubut

2.1.4. Jenis-Jenis Mesin Bubut


1. Mesin Bubut Otomatis
Mesin bubut ini dapat melakukan semua pembuatan yang dilakukan atau
menghasilkan dan akan mengikat dalam tempo konstan.

5
Gambar.2.1.3. Mesin Bubut Otomatis

2. Mesin bubut kepala


Mesin bubut ini digunakan untuk membubut benda-benda kerja yang berbentuk
piringan, roda gigi, tutup, dan segitiga.

Gambar.2.1.4. Mesin Bubut Kepala

3. Mesin Bubut Horizontal


Mesin ini mempunyai gerak lurus utama berputar yang digunakan untuk
pengerjaan yang berbentuk silindris.

6
Gambar.2.1.5. Mesin Bubut Horizontal

4. Mesin Bubut Revolt


Mesin bubut ini bekerja lebih ekonomis semua perkakas yang dilakukan untuk
pengerjaan yang dipasang kepala revovle, perkakas didudukan pada posisi pengerjaan
secara berurutan penyayat dalam beberapa perkakas secara bersama-sama.

Gambar.2.1.6. Mesin Bubut Revolt

5. Mesin Bubut Peropil


Mesin bubut ini digunakan untuk pembuatan profil-profil panjang.

7
Gambar.2.1.7. Mesin Bubut Peropil

2.1.5. Konstruksi Mesin Bubut


Mesin bubut termasuk mesin kerja yang paling bagus dalam perkembangan ini
pada prinsipnya konstruksi mesin bubut terdiri atas :
 Bagian mekanis
 Bagian hidrolik (pompa untuk pelumasan dan coolant)
 Bagian elektris (saklar, motor, kabel, dsb.)

2.2. MESIN SEKRAP


Mesin sekrap (shaping machine) disebut juga mesin ketam atau serut. Mesin ini
digunakan untuk mengerjakan bidang-bidang yang rata, cembung, cekung, beralur, dan
lain-lain pada posisi mendatar, tegak, atau miring. Mesin sekrap adalah suatu mesin
perkakas dengan gerakan utama lurus bolak-balik secara vertical maupun horizontal.
Prinsip pengerjaan mesin sekrap adalah benda yang disayat atau dipotong dalam
keadaan diam (dijepit pada ragum) kemudian pahat bergerak lurus bolak-balik atau
maju mundur melakukan penyayatan. Hasil gerakan maju mundur lengan mesin/pahat
diperoleh dari motor yang dihubungkan dengan roda bertingkat melalui sabuk (belt).
Dari roda bertingkat putaran diteruskan ke roda gigi penggerak engkol yang besar. Roda
gigi tersebut beralur dan dipasang engkol melalui tap. Jika roda gigi berputar maka tap
engkol berputar eksentrik menghasilkan gerakan maju mundur lengan. Kedudukan tap
dapat digeser sehingga panjang eksentrik berubah dan berarti pula panjang langkah
berubah.

8
Bentuk bidang yang dapat dikerjakan mesin sekrap adalah :
 Bidang datar
 Bidang siku
 Bidang siku dan bertingkat
 Bidang beralur dan tembus
 Bidang sudut lebih kecil dari sudut siku..

2.2.1. Jenis-Jenis Mesin Sekrap


Mesin sekrap adalah mesin yang relatif sederhana. Biasanya digunakan dalam
ruang alat atau untuk mengerjakan benda kerja yang jumlahnya satu atau dua buah
untuk prototype (benda contoh). Pahat yang digunakan sama dengan pahat bubut.
Proses sekrap tidak terlalu memerlukan perhatian / konsentrasi bagi operatornya ketika
melakukan penyayatan. Mesin sekrap yang sering digunakan adalah mesin sekrap
horizontal. Selain itu, ada mesin sekrap vetikal yang biasanya dinamakan mesin
slotting/sletter. Proses sekrap ada dua macam yaitu proses sekrap (shaper) dan planner.
Proses sekrap dilakukan untuk benda kerja yang relatif kecil, sedang planner untuk
benda kerja yang besar.

a. Mesin Sekrap Datar atau Horizontal (shaper)


Mesin jenis ini umum dipakai untuk produksi dan pekerjaan serbaguna terdiri
atas rangka dasar dan rangka yang mendukung lengan horizontal. Benda kerja
didukung pada rel silang sehingga memungkinkan benda kerja untuk digerakkan
kearah menyilang atau vertikal dengan tangan atau penggerak daya. Pada mesin ini
pahat melakukan gerak bolak-balik, sedangkan benda kerja melakukan gerakan
ingsutan. Panjang langkah maksimum sampai 1.000 mm, cocok untuk benda pendek
atau tidak terlalu berat.

9
Gambar.2.1. Mesin Sekrap Horizontal

b. Mesin Sekrap Vertikal (Slotter)


Mesin sekrap jenis ini digunakan untuk pemotongan dalam, menyerut dan
bersudut serta untuk untuk pengerjaan permukaan-permukaan yang sukar dijangkau.
Selain itu mesin ini juga bias digunakan untuk operasi yang memerlukan
pemotongan vertikal. Gerakan pahat dari mesin ini naik turun secara vertikal,
sedangkan benda kerja bisa bergeser kearah memanjang dan melintang. Mesin ini
juga dilengkapi dengan meja putar, sehingga dengan mesin ini bisa dilakukan
pengerjaan pembagian bidang yang sama besar.

Gambar.2.2. Mesin Sekrap Vertical

c. Mesin Planner
Digunakan untuk mengerjakan benda kerja yang panjang dan besar (berat).
Benda kerja dipasang pada eretan yang melakukan gerak bolak-balik, sedangkan

10
pahat melakukan gerakan ingsutan dan gerakan penyetelan. Lebar benda ditentukan
oleh jarak antar tiang mesin. Panjang langkah mesin jenis ini ada yang mencapai 200
sampai 1.000 mm.

Gambar.2.3. Mesin Sekrap Eretan (planner)

2.2.2. Mekanisme Kerja Mesin Sekrap


Mekanisme yang mengendalikan mesin sekrap ada dua macam yaitu mekanik
dan hidrolik. Pada mekanisme mekanik digunakan crank mechanism. Pada mekanisme
ini roda gigi utama (bull gear) digerakkan oleh sebuah pinion yang disambungkan pada
poros motor listrik melalui gear box dengan empat, delapan, atau lebih variasi
kecepatan. RPM dari roda gigi utama tersebut menjadi langkah per menit (stroke
perminute,SPM). Mesin dengan mekanisme sistem hidrolik kecepatan sayatnya dapat
diukur tanpa bertingkat, tetap sama sepanjang langkahnya. Pada tiap saat dari langkah
kerja, langkahnya dapat dibalikkan sehingga jika mesin macet lengannya dapat ditarik
kembali. Kerugiannya yaitu penyetelan panjang langkah tidak teliti.

2.2.3. Bagian-Bagian Utama Mesin Sekrap


Bagian yang utama dari mesin sekrap yang berfungsi untuk mengatur gerakan
mekanik dan juga membantu pelaksanaan benda kerja dari mesin tersebut. Bagian mesin
tersebut terdiri dari :

11
a. Badan Mesin
Badan mesin merupakan keseluruhan mesin tempat mekanik penggerak dan tuas
pengatur.

b. Meja Mesin
fungsinya merupakan tempat kedudukan benda kerja atau penjepit benda kerja.
Meja mesin didukung dan digerakkan oleh eretan lintang dan eretan tegak. Eretan
lintang dapat diatur otomatis.

c. Lengan
Fungsinya untuk menggerakkan pahat maju mundur. Lengan diikat dengan
engkol menggunakan pengikat lengan. Kedudukan lengan diatas badan dan dijepit
pelindung lengan agar gerakannya lurus.

d. Eretan Pahat
Fungsinya untuk mengatur ketebalan pemakanan pahat. Dengan memutar roda
pemutar maka pahat akan turun atau naik. Ketebalan pemakanan dapat dibaca pada dial.
Eretan pahat terpasang dibagian ujung lengan dengan ditumpu oleh dua buah mir baut
pengikat. Eretan dapat dimiringkan untuk penyekrapan bidang bersudut atau miring.
Kemiringan eretan dapat dibaca pada pengukur sudut eretan.

e. Pengatur Kecepatan
Fungsinya untuk mengatur atau memilih jumlah langkah lengan mesin per
menit. Untuk pemakanan tipis dapat dipercepat. Pengaturan harus pada saat mesin
berhenti.

f. Tuas Panjang Langkah


Berfungsi mengatur panjang pendeknya langkah pahat atau lengan sesuai
panjang benda yang disekrap. Pengaturan dengan memutar tap kearah kanan atau kiri.

g. Tuas Posisi Pahat


Tuas ini terletak pada lengan mesin dan berfungsi ubtuk mengatur kedudukan
pahat terhadap benda kerja. Pengaturan dapat dilakukan setelah mengendorkan pengikat
lengan.

12
h. Tuas Pengatur Gerakan Otomatis Meja Melintang
Untuk menyekrap secara otomatis diperlukan pengaturan-pengaturan panjang
engkol yang merubah gerakan putar mesin pada roda gigi menjadi gerakan lurus meja.
Dengan demikian meja melakukan gerakan ingsutan.
Sedang perlengkapan mesin sekrap adalah :
 Ragum
 Pendukung meja
 Tuas atau engkol pemutar

2.2.4. Alat Potong


a. Prinsip Dasar Pemotongan
Pahat bergerak maju mundur, benda kerja bergerak kearah melintang.
Pemotongan hanya terjadi pada gerak langkah maju, pada saat langkah mundur benda
kerja bergeser.

b. Bentuk Pahat Sekrap


1. Pahat sekrap kasar lurus
2. Pahat sekrap kasar lengkung
3. Pahat sekrap datar
4. Pahat sekrap runcing
5. Pahat sekrap sisi
6. Pahat sekrap sisi kasar
7. Pahat sekrap sisi datar
8. Pahat sekrap profil

c. Sudut Asah Pahat


Sudut-sudut pahat
α =sudut b € ebas
β=sudut mata potong
γ =sudut buang
δ =sudut potong ( α + β )

13
d. jenis bahan pahat
1) H.S.S digunakan untung memotong material yang mempunyai tegangan
tarik tinggi.
2) Carbide digunakan untuk benda-benda tuangan.

2.3. PENGELASAN
Pengelasan merupakan suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat
panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefenisikan sebagai ikatan
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antar atom. Bila dua permukaan
yang rata dan bersih ditekan, beberapa Kristal akan bersinggungan dan tertekan. Bila
tekanan diperbesar maka daerah singgung ini akan bertambah luas. Lapisan oksida yang
rapuh, pecah logam mengalami deformasi plastik. Batas antara dua permukaan kristal
dapat menjadi satu dan terjadilah sambungan, proses ini disebut pengelasan dingin. Bila
disamping tekanan, permukaan tadi dipanaskan pula, kedua permukaan tadi akan
melebur dan terjadilah sambungan las.

Peralatan yang biasa digunakan dalam pengelasan berupa :


1. Mesin las
2. Berus baja
3. Tang baja
4. Tang jepit
5. Kacamata las
6. Martil
7. Penggaris
8. Elektroda

2.3.1. Jenis-Jenis Las


1. Pengelasan Thermit
Las thermit adalah satu-satunya proses pengelasan dimana digunakan reaksi
kimia eksotermis sebagai sumber panas. Aluminium mempunyai kapasitas yang besar
terhadap oksigen. Thermit terdiri dari campuran serbuk aluminium oksida besi dengan
perbandingan 1 : 3.

14
Pada last hermit, panas yang dihasilkan berasal dari reaksi eksotermis. Las
thermit adalah satu-satunya yang menggunakan reaksi kimia :
Fe2O3 + 2Al  2Fe + Al2O3 + 850 kj
Proses ini diakukan didalam cetakan / mal yang diisi dengan campuran besi
oksida dan serbuk aluminium. Dengan bantuan pemanasan dengan Brander, campuran
tersebut dipanaskan sampai 900℃

Gambar.2.1. Progres Las Thermit

2. Pengelasan Tempa
Las tempa adalah pengelasan yang dilakukan dengan cara memanaskan logam
yang kemudian ditempa (ditekan) sehingga terjadi penyanbungan. Pemanasan dilakukan
didalam dapur kokas atau pada dapur minyak ataupun gas. Jenis logam yang banyak
digunakan dalam pengelasan tempa adalah baja karbon rendah dan besi tempa karena
memiliki daerah suhu pengelasan yang besar.

3. Pengelasan Dengan Gas


Las gas adalah pengelasan dimana digunakan campuran gas sebagai sumber
panas. Nyala gas yang banyak digunakan adalah gas alam, asetilin, dan hydrogen yang
dicampur dengan oksigen.

a. Nyala oksiasetilin
Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan asetilin. Suhu nyala
bisa mencapai 3500 ℃. Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam
pengisi.

15
.
Gambar.2.2. Tabung Gas Asetilin dan Oksigen.

b. Pengelasan Oksihidrogen
Nyala pengelasan oksihidrogen mencapai 2000 ℃, lebih rendah dari oksigen
asetilin. Pengelasan ini digunakan pada pengelasan lembaran tipis dan paduan
dengan titik cair yang rendah.

c. Pengelasan udara-asetilin
Nyala dalam pengelasan ini mirip dengan penbakar Bunsen. Untuk nyala
dibutuhkan udara yang dihisap sesuai dengan kebutuhan. Suhu pengelasan lebih
rendah dari lainnya maka kegunaannya sangat terbatas yaitu hanya untuk patri
timah dan patri suhu rendah.

d. Pengelasan gas bertekanan


Sambungan yang akan di las dipanaskan dengan nyala gas oksiasetilin hingga
suhu 1200 ℃ kemudian ditekankan. Ada dua cara yaitu sambungan tertutup dan
sambungan terbuka. Pada sambungan tertutup digunakan nyala ganda dengan
pendingin air sedangkan pada sambungan terbuka menggunakan nyala ganda
pipih.

16
Gambar.2.3. Skema Cara Pengelasan Tumpu Dengan Gas Bertekanan.

e. Pemotongan nyala oksiasetilin


Pemotongan dengan nyala juga suatu proses produksi. Nyala untuk pemotongan
berbeda dengan nyala untuk pengelasan dimana disekitar lubang utama yang
dialiri oksigen terdapat lubang kecil untuk pemanasan pula. Fungsi nyala
pemanas mula ialah untuk pemanasan baja sebelum dipotong sehingga baja akan
menjadi terbakar dan mencair ketika dialiri oksigen.

Gambar.2.4. Skema Mesin Pemotong Dengan Nyala Oksiasetilin.

17
4. Pengelasan Resistansi Listrik
Pengelasan ini pertama dikembangkan oleh Elihu Thompson diakhir abad 19.
Pada proses ini digunakan arus listrik yang cukup besar yang dialirkan ke logam yang
disambung sehingga menimbulkan panas kemudian sambungan ditekan dan menyatu.

a. Las titik
Las titik adalah pengelasan memakai metoode resistansi listrik dimana pelat
lembaran dijepit dengan dua elektroda. Ketika arus dialirkan terjadi sambungan
las pada posisi jepitan.
Peralatan mesin las titik ad tiga jenis yaitu :
1) mesin las titik tunggal stasioner,
2) mesin las titik tunggal yang dapat dipindahkan , dan
3) mesin las titik ganda yang terdiri atas jenis lengan ayun dan jenis tekanan
langsung.

Gambar.2.5. Diagram Alat Las Titik.

b. Pengelasan proyeksi
Pengelasan ini mirip dengan las titik hanya bagian yang di las dibuat
proyeksi/tonjolan terlebih dahulu, tinggi tonjolan lebih kurang 60% dari tebal
pelat. Hasil pengelasan ini biasanya lebih baik dari pengelasan titik.

18
Gambar.2.6. Pengelasan Proyeksi.

c. Las kampuh (seam weld)


Las kampuh adalah proses las untuk menghasilkan lasan yang berkelanjutan
pada pelat logam yang ditumpuk. Sambungan terjadi oleh panas yang
ditimbulkan oleh tahanan listrik. Ada tiga jenis las kampuh yaitu : las kampuh
tumpang, las kampuh tindih, dan las kampuh yang mulus.

Gambar.2.7. Jenis-Jenis Las Kampuh.

19
d. Las tumpul (butt weld)
Dua batang logam saling tekan dan arus mengalir melalui sambungan batang
logam tsb dan menimbulkan panas. Panas yang terjadi tidak sampai mencairkan
logam namun menimbulkan sambungan las dimana sambungannya akan
menghasilkan tonjolan yang bisa dihilangkan dengan pemesinan.

Gambar.2.8. Sketsa Pengelasan Tumpul

5. Pengelasan Busur
Pengelasan busur adalah pengelasan dengan memanfaatkan busur listrik yang
terjadi antara elektroda dengan benda kerja. Elektroda dipanaskan sampai cair dan
diendapkan pada logam yang akan disambung sehingga terbentuk sambungan las. Panas
busur bisa mencapai 5.500 ℃.
Elektroda yang digunakan pada pengelasan jenis ini ada 3 macam yaitu :
elektroda polos, elektroda fluks,dan elektroda berlapis tebal.

20
Gambar.2.9. Skema Nyala Busur.

a. Pengelasan busur hydrogen atomik


Proses pengelasan ini adalah dimana dua elektroda tunsten dialirkan busur arus
bolak-balik dan hydrogen dialirkan ke busur tsb. Ketika hydrogen mengenai
busur, molekulya pecah menjadi atom yang kemudian bergabung kembali
menjadi molekul hydrogen. Reaksi ini diiringi pelepasan panas yang bisa
mencapai 6100 ℃.

Gambar.2.10. Las Busur Hydrogen Atomik.

21
b. Las busur dengan pelindung gas mulia
Proses pengelasan ini sambungan dibentuk oleh panas yang ditimbulkan oleh
busur yang dibangkitkan diantara elektroda dan benda kerja dimana busur
dilindungi oleh gas mulia seperti argon, helium atau gas CO2 atau campuran
gas lainnya.
Ada dua jenis pengelasan dengan cara ini yaitu : las TIG (tungsten inert gas)
yang menggunakan elektroda wolfram dengan logam pengisi, dan las MIG
(metal inert gas) yang menggunakan elektroda terumpan.

Gambar.2.11. Diagram Proses Las Busur Wolfram Gas Gulia.

Gambar.2.12. Diagram Las Busur Gas Mulia Elektroda Terumpan.

22
c. Pengelasan busur rendam
Proses pengelasan busur rendam adalah proses pengelasan busur dimana logam
cair dilindungi oleh fkuks selama pengelasan. Busur listrik yang digunakan
untuk mencairkan logam tertutup oleh serbuk fluks yang diberikan disepanjang
alur las dan proses proses pengelasan berlangsung didalam fluks tsb.

Gambar.2.13. Skema Pengelasan Busur Rendam

2.3.2. Persiapan Pengelasan


1. Benda kerja :
 Penentuan bentuk kampuh las
 Menentukan jenis kawat las yang digunakan
 Menentukan besar arus yang digunakan

2. Bentuk kampuh las :


 Las tumpul
 Las tumpang
 Las pinggir
 Las sudut

3. Elektroda :
 Jenis kawat las disesuaikan dengan logam dasar
 Diameter kawat las yang disesuaikan dengan volume kampuh las dan tebal
benda kerja
 Polaritas yang ditentukan dari tebal benda kerja.

23
4. Posisi pengelasan
Posisi pengelasan :
Untuk plate :
 Flat (down hand), dibawah tangan (posisi alami)
 Horizontal = mendatar
 Vertical = tegak
 Overhead = diatas kepala

Untuk pipa :
 Horizontal rolled : pipa dapat diputar dengan kedudukan
maksimal 30 dari eleven horizontal plane.
 Horizontal fixed : pipa tidak dapat diputar
 Vertical : kedudukan pipa <10 terhadap reverence vertical
plane
 Inclined position : posisi 45 tidak dapat diputar

Posisi elektroda :
 Flate : membentuk sudut 70−80 ° dengan sumbu las, 90 °
dengan garis tegak lurus sumbu las.
 Horizontal : membentuk sudut 15 ° dengan sumbu las dan 15 °
dengan sumbu potong antara bidang las dan bidang tegak
lurus bidang las melalui kawat las.
 Vertical :
a. Naik : membentuk sudut 70−80 ° dengan sumbu las dan
90 ° dengan garis tegak lurus sumbu las.
b. Turun : membentuk sudut 60 ° dengan sumbu las dan 90 °
dengan garis tegak lurus sumbu las.
 Overheat : membentuk sudut 80 ° dengan sumbu las dan 90 °
dengan sumbu tegak lurus sumbu las.
 Las sudut : membentuk sudut 70−80 ° dengan sumbu las dan
45 ° dengan sumbu potong antara bidang elektroda yang tegak
lurus terhadap bidang horizontal.

24
 Posisi filler : 15 ° terhadap sumbu las di muka toreh (untuk
las gas dan TIG).

5. Kecepatan pengelasan : ditentukan oleh ketebalan benda kerja bentuk kampuh


las, diameter elektroda dan giometri sambungan.

2.3.3. Jenis-Jenis Sambungan Las


a. Sambungan tumpul
b. Sambungan tumpul dengan alur V tunggal
c. Sambungan tumpul dengan alur V ganda untuk plat tebal
d. Sambungan tumpul dengan alur U untuk coran tebal
e. Sambungan tekuk untuk logam tipis
f. Sambungan tumpul dengan pita lapis
g. Sanbungan tumpang dengan las sudut tunggal atau ganda
h. Sambungan tumpul tekuk tunggal atau ganda
i. Sambungan tumpul T
j. Sambungan sisi untuk pelat tipis
k. Sambungan sudut pelat tipis
l. Sambungan sumbat.

Gambar.2.14. Jenis Sambungan Las

25
2.3.4. Cacat-Cacat Lasan
Jenis-jenis cacat lasan yang biasa dijumpai antara lain :
 Retak (crack)
 Voids
 Inklusi
 Kurangnya fusi atau penetrasi (lack of fusion or penetration)
 Bentuk yang tak sempurna (imperfect shape)

Tabel nilai pedoman titik untuk diameter elektroda dan kekuatan.


TABEL DIAMETER KEKUATAN
BAHAN ELEKTRODA ARUS(A)
(mm)
1 1,5 20 : 35
1 : 1,5 2 30 : 60
1,5 : 2,5 2,5 60 : 100
2,5 : 4 3,25 90 : 150
4:6 4 100 : 180
6 : 10 5 150 : 220
10 : 16 4 200 : 300
DIATAS 8 280 : 400

2.4. KERJA BANGKU


Kerja bangku adalah salah satu pengerjaan yang digunakan untuk memotong
benda kerja, meratakan permukaan, membuat atau membentuk sudut pada benda kerja,
serta menghaluskan permukaan benda kerja. Dalam hal ini kerja bangku perlu untuk
melatih mahasiswa supaya menambah daya ketelitian uutk melakukan pekerjaan suatu
benda kerja.
Kerja bangku merupakan suatu pengerjaan yang dilakukan secara manual. Kikir
dan ragum adalah sebagai alat utama dalam kerja bangku ini. Ragum untuk menjepit
benda kerja dan kikir sebagai alat untuk meratakan dan menghaluskan benda kerja. Dan
ada juga mesin untuk memotong benda kerja, agar cepat digunakan mesin gergaji. Dan
untuk melobangi benda kerja digunakan mesin bor.

26
Perkakas yang digunakan dalam kerja bangku dipakai juga dalam perbengkelan
otomatis, karena kerja bangku diperlukan sebagai pekerjaan penyelesaian juga.
Pekerjaan pembenukan dalam bidang permesinan secara definisi kerja bangku juga
merupakan suatu pengerjaan yang dilakukan secara manual dengan tenaga manusia
yang bertujuan untuk melatih tingkat ketelitian dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Peralatan yang biasa digunakan, yaitu :


1. Ragum
2. Kikir kasar
3. Gergaji besi ( gergaji tangan )
4. Siku baja
5. Penggores
6. Sigmat

Tabel Pengelompokan Kikir Berdasarkan Kode Kekerasan gigi dan penggunaannya

No. Jenis Kode Banyak gigi Penggunaan


tiap 1 cm
1 Kasar 00 12 Pekerjaan kasar dan tidak
0 15
presisi
1 20
2 Medium 2 25 Pekerjaan sedang
3 31
4 38
3 Halus 5 46 Pekerjaan finishing dan presisi
6 56
8 84

Kecepatan langkah mengikir harus disesuaikan dengan kondisi badan dan


peralatan serta bahan yang dikikir.

27
BAB III
MODUL PRAKTIKUM

3.1. MEMBUBUT
3.1.1. Tujuan Praktikum Membubut
a) Mahasiswa dapat menjelaskan persiapan kerja dengan mesin bubut.
b) Mahasiswa dapat mengidentifikasi peralatan kerja dengan mesin bubut.
c) Meningkatkan wawsan serta keterampilan mahasiswa mengenai mesin bubut.

3.1.2. Spesimen
Bahan yang digunakan adalah baja paduan lunak / mild steel (S30C) dengan
ukuran ∅ 16 mm x 190 mm.

Gambar.3.1. Spesimen Benda Kerja Sebelum Dibubut

Gambar. 3.2. Hasil Spesimen Benda Kerja Pertama

28
3.1.3. Alat-Alat Yang Digunakan
a) Mesin Bubut berfungsi sebagai alat untuk pembubutan benda kerja.
EMCO MAXIMAT V – 13 IP 54
6,2 A ; 380 V
50 Hz ; 3 HP
Fabr – Nr : D 1 L D 9 – EI – 032
Made in Austria.

Gambar.3.3. Mesin Bubut

b) Pahat bubut berfungsi untuk menyayat atua pemakanan benda kerja.

Gambar.3.4. pahat bubut

29
c) Siku baja berfungsi untuk mengukur kesikuan sudut pada benda kerja.

Gambar.3.5. Siku Baja

d) Kunci T berfungsi untuk pengunci dan membuka chuck pada mesin bubut.

Gambar.3.6. Kunci T

e) Sigmat berfungsi untuk mengukur diameter benda kerja.

Gambar.3.7. Sigmat

f) Sikat pembersih berfungsi untuk membersihkan mesin bubut setelah


proses selesai.

30
Gambar.3.8. Sikat Pembersih

g) Center berfungsi untuk pemegang lubang titik pusat yang ada pada ujung
benda kerja sehingga memudahkan untuk proses pembubutan.

Gambar.3.9. Center

h) Kunci L berfungsi untuk mengunci dan membuka penjepit mata pahat.

Gambar.3.10. Kunci L

i) Center bor berfungsi untuk pencengkram mata bor saat membuat lubang
senter pada ujumg benda kerja.

31
Gambar.3.11. Center Bor

3.1.4. Langkah-Langkah Kerja


Adapun langkah – langkah kerja yang dilakukan sebagai berikut :
1. Mempersiapkan terlebih dahulu alat-alat yang dipergunakan.
2. Menjepit benda kerja pada cekam dengan 1/3 bagian bagian benda kerja (usahakan
benda kerja senter).
3. Memasang dan menyetel pahat (usahakan ujung mata pahat senter dengan ujung
kepala lepas).
4. Menstering (mengatur) handel putaran yang akan kita sesuaikan dengan petunjuk
putaran.
5. Memulai membubut permukaan benda kerja (muka).
6. Mengebor dengan senter drill, agar benda kerja dapat disanggah pada kepala lepas.
7. Membubut lurus benda kerja hingga berdiameter 16 mm dengan mata pahat
melakukan gerak makan setebal 0,5 mm, setelah itu bubut bagian tengah, hingga
berdiameter 10mm dan panjangnya 100 mm,
8. Kemudian eretan atas kita putar 31° untuk membubut tirus.
9. Setelah itu, finishing benda kerja dan bubut benda hingga panjang
keselulruhaannya 190 mm..
10. Bersihkan semua peralatan dan benda kerja.

3.1.5. Keselamatan Kerja


- Menggunakan pakaian praktek
- Ikuti petunjuk yang telah dijelaskan
- Jangan bertindak diluar prosedur yabg telah ditetapkan
- Pinjam dan kembalikan peralatan sesuai daftar

32
3.1.6. Analisa data
Dari hasil pengukuran didapat ;
 Diameter benda kerja sebelum di bubut (D1) = 16 mm
 Diameter benda kerja setelah di bubut (D2) = 10 mm.
 Panjang benda kerja sebelum dibubut (L) = 195 mm.
 Kecepatan putar (N) = 440 rpm.
 Sudut pemotongan utama (kr) = 90 °
1. Kecepatan pemotongan
Dik : D1 = 16 mm, maka r1 = 8 mm
D2 = 10 mm, maka r2 = 5 mm
n = 260 rpm
r = r1 + r2 / 2 = 6,5 mm
Dit : Vc ( kecepatan potong )
Penyelesaian :
Vc = 2.π.n.r
= 2 . 3,14 . 260 . 6,5
= 2 . 3,14 . 1690
= 10613,2 mm/menit

2. Kecepatan pemakanan
Dik : n = 260 rpm
f = 0,450 mm/put
Dit : Vf ( kecepatan pemakanan )
Penyelesaian :
Vf = f x n
= 0,450 x 260
= 117 mm/menit

3. Kedalaman potong
Dik : D1 = 16 mm
D2 = 10 mm
Dit : kedalaman potong (a)
Penyelesaian :

33
D 1−D 2
a=
2
16−10
¿
2
¿ 3 mm

4. Lebar geram yang terbuang saat pemotongan


Dik : sin kr = 90 °
a = 3 mm
Dit : b
Penyelesaian :
a
b=
sin kr
3
¿
sin 90°
¿ 3 mm

5. Tebal geram yang terbuang pada saat pemotongan


Dik : f = 0,450 rpm
Sin kr = 90 °
Dit : h = ?
Penyelesaian :
h=f × sin kr
¿ 0,450 ×sin 90 °
¿ 0,450 mm

6. Volume geram yang terbuang


Dik : Lc = 100 mm
r1 = 8 mm
r2 = 5 mm
Dit : Vg = ?
Penyelesaian :
Vg = . Lc . ( r12 – r22 )
= 3,14 . 100 . ( 82 – 52 )
= 3,14 . 100 . 39

34
= 12246 mm3

7. Kapasitas geram yang terbuang pada saat pemotongan


Dik : Vc = 10613,2 mm/menit
A =axb
Dit : Q = ?
Penyelesaian :
Q = A x Vc
Q = (a x b) x Vc
= (3 x 3) x 10613,2
= 95518,8 mm3/menit

8. Gaya potong utama


Dik : A = 3 mm2
Fs = 2,9 kN/mm2
Dit : Fc = ?
Penyelesaian :
Fc = A x Fs
= 3 x 2,9
= 8,7 kN

9. Daya potong utama


Dik : Fc = 8,7 kN
Vc = 10613,2 mm/menit
Dit : Nc = ?
Penyelesaian :
Fc .Vc
Nc =
60000
8,7 .10613,2
=
60000
= 1,538 kW

10. Daya pemakanan


Dik : Vf = 117 mm/mennit
Ff = 40 kN
35
Dit : Nf = ?
Penyelesaian :
Ff . Vf
Nf =
60000
40 . 117
=
60000
= 0,078 kW

11. Waktu pemotongan


Dik : Lc = 100 mm
Vc = 10613,2 mm/mennit
h = 0,450 mm
Dit : Tc = ?
Penyelesaian :
Lc
Tc =
Vc . h
100
=
10613,2. 0,450
100
=
4775,94
= 0,020 menit/mm

12. Waktu pemakanan


Dik : Lf = ½ D1 + 2 = ½ . 16 + 2 = 9 mm
Vf = 117 mm/menit
Dit : Tf = ?
Penyelesaian :
Lf
Tf =
Vf
9
=
117
= 0,076 menit/mm

36
3.2. MENYEKRAP
3.2.1. Tujuan Praktikum Menyekrap
a) Mahasiswa dapat memahami fungsi mesin sekrap dan cara pengoperasiannya
b) Meningkatkan tingkat ketelitian dalam bekerja bagi para mahasiswa
c) Meningkatkan keterampilan dan skil mahasiswa dalam proses menyekrap

3.2.2. Spesimen
Bahan yang digunakan adalah Aluminium dengan ukuran benda kerja : 50 mm x
50 mm.

Gambar.3.1. Benda Kerja Sebelum Disekrap

Gambar.3.2. Benda Kerja Sesudah Disekrap

3.2.3. Alat Yang Digunakan


a) Mesin sekrap

Gambar.3.3. Mesin Sekrap

37
b) Jangka sorong berfungsi untuk mengukur panjang dan tebal benda kerja.

Gambar.3.4.Jangka Sorong

c) Siku baja berfungsi mengukur kesikuan sudut benda kerja.

Gambar.2.5. Siku Baja

d) Kuas berfungsi untuk membersihkan benda kerja saat proses penyekrapan.

Gambar.2.6. Kuas

e) Tuas atau engkol pemutar berfungsi untuk menggerakkan ragum pada


mesin sekrap.

38
Gambar.3.7. Tuas atau Engkol Pemutar

f) Mata pahat berfungsi untuk menyayat benda kerja.

Gambar.3.8. Mata Pahat

3.2.4. Langkah Kerja


1. Pertama kita persiapkan alat yang akan kita pergunakan dalam melakukan
penyekrapan.
2. Lalu mempersiapkan benda kerja yang akan kita sekrap.
3. Menjepit benda kerja pada ragum yang ada pada mesin sekrap.
4. Mengusahakan agar pemasangan benda kerja pada ragum seimbang dan tidak
miring dan mengunci kuat ragum
5. Lalu menghidupkan mesin dengan menarik handle penyala mesin dan lakukan
penyetelan langkah penyekrapan
6. Setelah itu mengatur kedalaman penyekrapan sesuai dengan ukuran yang
ditentukan

39
7. Mulai melakukan penyekrapan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dengan
mengubah kedalaman pemakanannya.
8. Setelah selesai bersihkan mesin dari sisa-sisa penyekrapan.

3.2.5. Keselamatan Kerja


- Menggunakan pakaian praktek
- Sebelum bekerja periksa dulu kelengkapan peralatan
- Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
- Ikuti prosedur kerja yang telah ditentukan

3.2.6. Analisa Data


Perhitungan panjang langkah
L = Cs x 500 x C / S
Dik : l = 50 mm = 0,050 m
Cs = 3 m/min
C = ½ x 60 = 30 min
S : l + x + ½ x = 0,05 + 0,02 + 0,01
α : 20 mm = 0,02 m
½ x 20 = 10 mm = 0,01 m

Keterangan :
L : panjang langkah
Cs : kecepatan potong ( 3 m/min)
S : langkah pahat
C : perbandingan waktu
X : langkah bebas maju
½ x : langkah bebas mundur
Dit. L (panjang langkah)
Penyelesaian.

L = Cs x 500 x C/S
= 3 x 500 x 30/0,050 + 0,02 + 0,01)
= 1500 x 30 / 0,08
= 562500 m

40
Daya mesin
Dik. Pd = 1,5 KW /0,736 = 2,03 HP
Fc = 0,8
Dit. P (daya mesin)
Penyelesaian.
Pd = P x Fc
2,01 KW = P x 0,8
P = 2,03 HP / 0,8
P = 2,54 HP.

Keterangan
Pd : daya mesin
P : daya yang ditransmisikan
Fc : Faktor koreksi

41
3.3. MENGELAS
3.3.1. Tujuan Praktikum Mengelas
a) Mahasiswa mampu memahami proses dan cara kerja mesin las
b) Melatih kemampuan mahasiswa dalam melakukan proses pengelasan
c) Mahasiswa mengetahui bagian-bagian dari mmesin las

3.3.2. Spesimen
Spesimen yang digunakan adalah pelat strip dengan ukuran benda kerja : 100
mm x 50 mm x 5 mm.

Gambar.3.1. Spesimen Sebelum Pengelasan

Gambar.3.2. Spesimen Hasil Kerja

42
3.3.3. Alat-Alat Yang Digunakan
a) Mesin las AC berfungsi sebagai sumber arus.

Gambar.3.3. Mesin Las AC

b) Elektroda 2,6 berfungsi sebagai perantara arus dan juga sebagai bahan
penyambungan pada proses pengelasan.

Gambar.3.4. Elektroda

c) Tang berfungsi sebagai penjepit benda kerja saat masih panas.

Gambar.3.5. Tang

43
d) Kacamata alas berfungsi untuk melindungi mata dari kilau cahaya las dan
asap las.

Gambar.3.6. Kap Las

e) Martil berfungsi untuk memukul terak benda kerja setelah selesai


pengelasan.

Gambar.3.7. Martil

f) Brus/sikat berfungsi untuk membersihkan benda kerja.

Gambar.3.8. Berus/Sikat

44
g) Sarung tangan berfungsi untuk menghindari panas dari material.

Gambar.3.9 Sarung Tangan


3.3.4. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja dalam praktek pengelasan adalah sebagai berikut :
1. Siapkan benda kerja dengan ukuran yang sesuai dengan gambar.
2. Menyiapkan peralatan las lisrtrik.
3. Menjepit benda kerja dengan tang setel /titik las supaya tidak tergeser geser diatas
meja las dengan posisi yang baik.
4. Mengatur besar arus sesuai dengan tebal plat yang akan dilas tebal plat 5 mm
elektroda 2,6 dan arus 160 amper .
5. Las pada setiap jalur ang telah ditandai dengan dengan pelan dan menarik busur
nyala dengan teratur.
6. Melanjutkan pengelasan pada semua garis yang sudah di tandai sampai semuanya
selesai.
7. Setelah selesai pengelasan tunggu benda kerja yang baru siap dilas sampai dingin
supaya gampang untuk melepas teraknya.
8. Bersihkan hasil pengelasan dengan palu dan sikat baja.
9. Rapikan dan bersihakan peralatan yang telah digunakan.

3.3.5. Keselamatan Kerja


1. Memakai baju praktek dan peralatan –peralatan dengan baik dan benar
2. Jangan mengelas tanpa menggunakan kaca mata las
3. Jangan menyentuh benda kerja hasil pengelesan tanpa menggunakan sarung
tangan atau tang
4. Hindari mengirup asap hasil pengelasan secara langsung
5. Waktu melakukan proses pengelasan hindari benda-benda yang mudah terbakar

45
3.4. KERJA BANGKU
3.4.1. Tujuan Praktikum Kerja Bangku
a) Melatih tingkat ketelitian mahasiswa dalam melakukan suatu pekerjaan
b) Melatih mahasiswa untuk bekerja secara manual tanpa bantuan mesin
c) Melatih kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam menggukan alat ukur
dan peralatan manual.

3.4.2. Spesimen
Bahan yang digunakan adalah besi profil segi empat dengan ukuran benda
kerja : 12 mm x 12 mm x 60 mm.

Gambar.3.1. spesimen awal

Gambar.3.2. specimen hasil kerja

Ukuran hasil benda kerja :


Panjang : 56 mm
Lebar : 9 mm
Kedalaman tirus : 2 mm

46
3.4.3. Alat-Alat Yang Digunakan
a) Kikir kasar berfungsi untuk mengikir permukaan benda kerja.

Gambar.3.3. Kikir Kasar

b) Kikir halus berfungsi untuk mengikir benda kerja saat mendekati ukuran.

Gambar..3.4. Kikir Halus

c) Kikir segitiga berfungsi untuk mengikir permukaan benda kerja yana


membentuk sudut siku.

Gambar.3.5. Kikir Segitiga

47
d) Sigmat berfungsi untuk mengukur diameter, panjang, dan tinggi benda
kerja.

Gambar..3.6. Sigmat

e) Ragum berfungsi untuk menjepit benda kerja saat pengikiran.

Gambar.3.7. Ragum

f) Gergaji tangan berfungsi untuk memotong benda kerja.

Gambar.3.8. Gergaji Tangan

48
3.4.4. Langkah Kerja
1. Mengikir atau membuat alur pada bagian tengah benda kerja dengan kikir segitiga
sesuai ukuran Mempersiapkan seluruh benda/ perlengkapan kerja.
2. Mempersiapkan dan mengikat benda kerja pada ragum.
3. Mengukur panjang benda sesuai dengan ketentuan.
4. Mengikir permukaan benda kerja dan mengukur kerataan dengan siku baja.
5. Menghaluskan seluruh permukaan benda kerja sesuai dengan ketentuan dengan
kikir plat..
6. yang ditentukan.
7. Membersihkan seluruh peralatan dan benda kerja.

3.4.5. Keselamatan Kerja


1. Menggunakan pakaian praktek
2. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
3. Gunakan alat keamanan yang disediakan
4. Bekerja sesuai dengan prosedur kerja
5. Pastikan keadaan ragum dalam keadaan baik dan jangan memukul-mukul ragum
6. Mengikir benda kerja dengan hati – hati.
7. Dalam pengerjaan sebaiknya praktikan bersungguh – sungguh
8. Sebelum memotong benda kerja stel mata gergaji dengan baik.
9. Membersihkan segala peralatan yang telah digunakan agar tetap terjaga dan
terawat dengan baik.

49
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
 Setelah pelaksanaan praktikum proses Proses Produksi penulis banyak
mendapatkan informasi dan penjelasan mengenai mesin produksi yang
digunakan dalam praktikum.
 Hasil dari spesimen yang dikerjakan saat praktikum terdapat berbagai
kekurangan, hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian baik pada saat
pengukuran maupun saat proses pengerjaannya.
 Hasil teori yang diberikan pada saat berlangsungnya perkuliahan sangat erat
hubungannya dengan pelaksanaan praktikum.
 Dengan dilaksanakannya praktikum ini peserta merasakan adanya hasil yang
nyata dari ilmu yang sudah diperoleh.

4.2. Saran
 Perlunya melakukan peningkatan atau menambah peralatan yang masih kurang.
 Adanya tindakan dari asisten bagi praktikan yang melanggar peraturan untuk
meningkatkan kedisiplinan peserta praktikum.
 Agar menambah sarana dan prasarana yang digunakan demi kelancaran proses
praktikum.

50
DAFTAR PUSTAKA

Milling Operations,Chapter 8,TC 9-524

Machining and Metrologi Unit, The Hongkong Polytechnic University,Industrial Centre

Widarto (2008), Teknik pemesinan jilid I, BSE, Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan, Depdiknas

Widarto (2008), Teknik Pemesinan jilid II, BSE, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Depdiknas

WWW.http//Wikipedia.com

51

Anda mungkin juga menyukai