Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Industri terus mengalami perkembangan yang signifikan. Berkembangnya dunia
industri pada saat ini diiringi dengan semakin majunya teknologi yang dipakai dalam
industri, di dunia industri sangat diperlukan efisiensi dalam bekerja dan menghasilkan
produk sehingga diperlukan teknik-teknik tertentu dalam produksi serta diperlukan
pekerja yang profesional dan efisien dalam bekerja.
Untuk menghasilkan sebuah produk jadi, tentunya selain ilmu bahan, salah satu ilmu
yang paling banyak digunakan dalam dunia industri dan proses produksi adalah ilmu
manufaktur yang mempelajari cara pemakaian dan pembuatan suatu produk dari barang
mentah, setengah jadi sampai barang jadi. Sebagai gambaran awal aktifitas inti dari
industri,
pengenalan
maupun
praktik
langsung
mengoperasikan
mesin-mesin
Rumusan Masalah
Bagaimana proses pemesinan dalam proses freis dan bubut?
Bagaimana cara menentukan RPM spindel/chuck dari proses freis dan bubut?
Bagaimana cara menentukan kecepatan makan pada proses freis dan bubut?
Bagaimana cara menghitung waktu pemotongan pada proses freis dan bubut?
Bagaimana cara menghitung kecepatan penghasil geram pada proses freis?
a.
b.
c.
d.
e.
Tujuan
Mempelajari proses pemesinan dalam proses freis dan bubut.
Mempelajari cara menentukan RPM spindel/chuck freis dan bubut.
Mempelajari cara menentukan kecepatan makan pada mesin bubut dan freis.
Mempelajari perhitungan waktu pemotongan pada proses freis dan bubut
Mempelajari perhitungan kecepatan penghasil geram pada proses freis.
1.3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Mesin Bubut
Mesin ini biasanya digunakan untuk mengerjakan benda kerja yang berbentuk selindris
dengan sistem kerja tool bergerak kearah kanan dan kiri atau bergerak mendekati dan
2
menjauhi operator. Sedangkan benda kerja berputar pada sumbu dengan arah putaran searah
jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.
Bed mesin ini berfungsi untuk mendukung semua bagian utama yang terdapat pada
mesin bubut
mesin dalam keadaan mati. Eretan melintang ditempatkan memanjang dan gunanya untuk
mengatur posisi pahat kearah melintang.Pahat bubut dapat diatur mendekati atau
menjauhi operator. Jika roda pemutar diputar kekiri maka gerakan atau posisi pahat akan
mendekati operator dan jika diputar kekanan maka akan menjauhi operator. Eretan atas
adalah antara eretan melintang dan eretan atas dipasang support yang dilengkapi dengan
skala derajat.
Feedrod terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari
kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan mekanisme apron dalam
arah melintang atau memanjang.
Cekam rahang empat ini, mempunyai empat rahang penjepit yang pada
permukaannya ada yang rata dan ada yang bergaris, hal ini bertujuan untuk
mempercepat benda kerja yang sentris. Cekam empat juga mampu mengerjakan
benda yang letak titik pusat putarannya digeser
2. Senter
Senter berfungsi untuk menyangga atau menahan benda kerja yang akan dikerjakan.
Untuk senter bubut terdapat dalam beberapa jenis senter sesuai bentuk dan fungsinya
diantaranya ialah:
a). Senter tetap.
Senter tetap biasanya digunakan untuk menahan benda keja yang kecil dan
panjang dengan bantuan pelumas agar benda kerja bisa berputar dengan baik
tanpa getaran yang kuat.
b). Senter putar.
Senter jenis ini dibagian kepalanya dilengkapi dengan rol sehingga bisa
berputar dan bentuk senter ini juga berbeda-beda ada yang besar, sedang dan
kecil.
c). Senter pipa.
Senter ini biasanya digunakan untuk benda kerja yang berlobang besar dan
sesuai dengan bentuk senter tersebut.
3. Pahat
Pahat ialah alat yang digunakan untuk memotong atau menyayat dan membentuk
benda kerja pada proses pembubutan. Adapun jenis-jenis pahat yaitu :
a). Pahat potong.
b). Pahat alur
c). Pahat serot.
d). Pahat serong 45o.
e). Pahat pisau kanan
f). Pahat lurus bulat
g). Pahat ulir luar
h). Pahat rata muka
i). Pahat rata bulat
Adapun bahan-bahan pahat bubut yang sering digunakan ialah antara lain :
8
(mm/min).
(mm).
(min)
dimana,
lt = panjang benda kerja.
5. Kecepatan penghasil geram: z (cm3/ min).
z = f .a .v ;
(cm3/ min).
dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris
atau bubut rata:
Dengan benda kerja yang berputar
Dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point cutting tool)
Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu
sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja
Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar spindel
(speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang lain
seperti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang
cukup besar, tetapi tiga parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator
langsung pada mesin bubut.
Kecepatan putar n (speed) selalu dihubungkan dengan spindel (sumbu utama)
dan benda kerja. Karena kecepatan putar diekspresikan sebagai putaran per menit
(revolutions per minute, rpm), hal ini menggambarkan kecepatan putarannya. Akan
tetapi yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (Cutting speed
atau V) atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/ keliling benda kerja.
Elemen dasar proses bubut dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus berikut
Keterangan :
Benda kerja :
do = diameter mula ; mm
dm = diameter akhir; mm
lt = panjang pemotongan; mm
Pahat :
r = sudut potong utama
Mesin Bubut :
A = kedalaman potong, mm
f
dn
1000
; m / menit.........................( 2.2)
3)
Waktu pemotongan
tc
lt
; menit.....................................................................( 2.4)
vf
11
dengan menggunakan referensi mal ulir (thread gauge). Atau bisa juga menggunakan
pahat tertentu ukurannya yangsudah di jual di pasaran, biasanya untuk ulir-ulir standar.
Drilling
Membuat lubang awal pada benda kerja
Boring
Memperbesar lubang pada benda kerja.
Kartel (knurling)
Membuat profil atau grif pegangan pada benda kerja seperti pada pegangan
Reaming
Memperhalus lubang pada benda kerja. Hal ini dilakukan untuk hasil pembubutan
dalam atau pengeboran di atas mesin bubut. Pada tingkatan tertentu dibutuhkan kehalusan
sesuai ketentuan. Untuk kegiatan tersebut dipergunakan alat Reamer. Benda berlubang
yang akan dihaluskan dikepit pada cekam kepala tetap, sementara reamer dipasang pada
hower dan dijepit di senter kepala lepas. Pada saat proses penghalusan, posisi kepala
lepas didekatkan sehingga reamer dapat masuk ke lubang benda kerja. Selanjutnya, mesin
dinyalakan dan putaran reamer digerakkan memasuki lubang sehingga geriginya bergesek
dengan dinding lubang. Pada saat itulah terjadi proses penghalusan dinding lubang.
2.2 Mesin Freis
Mesin freis (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja
pemotongannya dengan menyayat atau memakan benda kerja menggunakan alat potong
bermata banyak yang berputar (multipoint cutter). Pisau freis dipasang pada sumbu atau
arbor mesin yang didukung dengan alat pendukung arbor. Pisau tersebut akan terus
berputar apabila arbor mesin diputar oleh motor listrik, agar sesuai dengan kebutuhan,
gerakan dan banyaknya putaran arbor dapat diatur oleh operator mesin freis. Jenis
pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan mesin freis adalah :
1. Membentuk permukaan rata dan datar
2. Membentuk permukaan siku dan sejajar
3. Membentuk permukaan bersudut
4. Membuat ulir
5. Membuat roda gigi
6. Membentuk benda persegi
Ada 4 tipe dari mesin freis secara umum yaitu :
1. Knee and Column
Mesin ini digunakan untuk mengerjakan benda kerja berukuran kecil hingga
menengah. Knee and column dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Vertical spindle
b. Horizontal spindle
2. Bed type
Mesin jenis ini dipergunakan untuk pengerjaan benda kerja yang berat dan besar
berkisar 90 900 kg
Keuntungan mesin bed type dibandingkan knee and column
a. Lebih rigid sehingga dapat melakukan pemotongan berat dan benda kerja
lebih besar
b. Meja selalu pada posisi ketinggian yang sama sehingga memudahkan
pengangkatan benda kerja yang berat
13
Keuntungan up milling :
-
Kerugian
- Cenderung mengangkat benda kerja
- Geram kadang-kadang melekat pada pahat dan melukai benda kerja
b. Climb atau down milling
- Pada permukaan datar, pahat potong bergerak ke bawah menembus material
benda kerja, sehingga dimulai dengan pemotongan yang besar dan diakhiri
-
Keuntungan
-
Kerugian
-
Ada back lash, sehingga mesin akan bergetar bila gaya dorong lebih cepat
dibandingkan dengan kecepatan pemakanan
14
D : pahat [mm]
N : putaran pahat [rpm]
Perkiraan tebal geram sebelum terpotong (untuk gigi lurus):
15
16
3
2
1
17
18
Berdasarkan standar ISO, ketentuan ulir yang benar adalah sebagai berikut.
1) Tinggi Ulir Luar (h) : 0,6134 x Kisar Ulir
2) Tinggi Ulir Dalam (h) : 0,5413 x Kisar Ulir
19
Bab III
Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Proses Bubut (Turning)
3.1.1.1 Alat
Pahat bubut HSS " x 6"
Kunci L 8 mm
Countersink BS 4
Drill Chuck 0-13 mm
Kunci Drill Chuck
Drill 8 mm, 10 mm
Stopwatch
Jangka Sorong
Kaca mata pengaman
3.1.1.2 Bahan
Besi as St 42, 38 mm x 120 mm
3.1.2 Proses freis
3.1.2.1 Alat
Mesin milling vertikal
Mesin bor vertikal
Holder empat mata pahat
Jangka sorong
Kaca mata pengaman
Pahat HSS
3.1.2.2 Bahan
Baja St 42 (Dimensi: 14 mm x 35 mm x 50 mm)
3.2
Cara Kerja
3.2.1 Proses Bubut (turning)
3.2.1.1 Sebelum Pengoperasian Mesin Bubut
Identifikasi jenis material benda kerja dan lakukan pengukuran dimensi benda
kerja
Pemilihan jenis pahat, pahat jenis HSS atau pahat jenis karbida
Pembetukan/pengasahan geometri pahat
Menghitung RPM spindel/chuck (n)
Menentukan gerak makan (f)
Menentukan posisi pahat untuk melakukan pemotongan benda kerja apakah
dilakukan di dalam garis sumbu mesin bubut atau di luar garis sumbu mesin
bubut
Menentukan arah putara chuck, apakah diputar ke arah CW atau CCW
20
Proses Turning
Posisikan pahat, beri jarak terhadap benda kerja 1 mm
Putar handle start/on ke arah bawah maka chuck berputar CW
Atur kedalaman pemakanan (a) dengan mengatur dial pengatur cross slide
Masukkan handle feeding, maka proses turning berlangsung otomatis
Lakukan secara bertahap proses turning roughing otomatis, untuk 36 mm
panjang 52 mm, diakhiri dengan proses turning finishing, catat waktu yang
diperlukan
Lakukan secara bertahap proses turning roughing otomatis, untuk 30 mm
panjang 10 mm, diakhiri dengan proses turning finishing, catat waktu yang
diperlukan
Putar handle start/off, maka chuck berhenti berputar
Proses turning selesai
21
Proses chamfering 2 x 45
Compound rest diputar 45
Tool post diatur 110 terhadap garis sumbu mesin bubut
Lakukan setting 2x45
Putar handle start/on ke bawah maka chuck berputar CW
Lakukan proses pemotongan dengan memutar compound rest secara manual
drill chuck
Menghitung RPM spindel/chuck (n)
Putar handle start/on ke arah bawah, maka chuck berputar CW
Lakukan proses centering dengan memutar handwheel tailstock
Putar handle start/off, maka chuck berhenti berputar
Proses drilling 8 mm
Pasang/cekam drill 8 mm pada drill chuck dengan menggunakan kuncil drill
chuck
Menghitung RPM Spindel / Chuck (n), dimana d adalah diameter drill (8mm)
Putar handel start-on ke arah bawah, maka Chuck berputar CW
Lakukan proses drilling dengan memutar Handwheel tailstock
Putar handle start-off, maka chuck berhanti berputar
Proses boring 10 mm
Pasang / cekam drill 10mm pada drill chuck dengan menggunakan kunci drill
chuck
Menghitung RPM Spindel / chuck (n), dimana d adalah diameter drill (10mm)
Putar handel start-on ke arah bawah, maka Chuck berputar CW
Lakukan proses drilling dengan memutar Handwheel tailstock
Putar handle start-off, maka chuck berhanti berputar
Putar handel start-on ke arah bawah, maka Chuck berputar CW
Lakukan proses drilling dengan memutar Handwheel tailstock
Putar handle start-off, maka chuck berhanti berputar
22
proses poket
Handle pengaturan feeding diatur, untuk Kecepatan Makan (Vf) proses poket
Tombol start-on spindle diputar maka spindle berputar searah jarum jam (CW)
Pahat diposisikan pada titik yang dibuat poket
Titik nol benda kerja diatur terhadap pahat, selanjutnya dengan gerakan manual
ppahat dilakukan pemotongan kearah bawah dengan kedalaman 2mm
23
5mm
Tekan tombol start-off feeding agar meja freis berhenti bergerak
Tekan tombol start-off sspindle agar spindle berhenti berputar
Proses pembuatan poket selessai
Benda kerja dilakukan proses drilling pada mesin drill
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN ANALIS DATA
4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Proses bubut (turning)
Gambar
Hasil Pengamatan Waktu Aktual
24
=
2. Proses Turning I
Panjang pemotongan l = 52 mm
Kedalaman potong a = 1 mm
Waktu teoritis :
t = (l.i)/(n.f)
t = (52 mm . 6)/(250 rpm . 0,5 mm/put)= 2.496 menit
3. Proses Turning II
Panjang pemotongan l = 10 mm
Waktu teoritis :
t = (l.i)/(n.f)
t = (10 mm . 3)/(250 rpm . 0,5 mm/put)= 0.24 menit
Panjang pemotongan l = 7 mm
Waktu teoritis :
t=
t=
t = 0.23 menit
5. Proses Champering
Waktu teoritis :
t=
t=
t = 0.007 menit
27
Total waktu permesinan teoritis = (3.84 + 2.496 + 0.24 + 0.23 + 0,007) menit
= 6.813 menit
4.1.1.3 Perbandingan Waktu Teoritis dan Waktu Aktual
No
1.
2.
3.
4.
5.
Proses
Waktu Potong
Sebenarnya
Teoritis
Facing
2.50 menit
3.84 menit
Turning I
2.32 menit
2.496 menit
Turning II
2.38 menit
0.24 menit
Tapper Truning
6.35 menit
0.23 menit
Champering
0.14 menit
0,007 menit
Total
13.69 menit
6.813 menit
Tabel 4.1 Perbandingan Waktu Teoritis dan Aktual
Pembulatan putaran mesin hasil perhitungan dengan angka-angka yang terdapat pada
mesin bubut.
Proses pada perhitungan dan aktual tidak 100% sama.
Proses pengerjaan yang lebih perlahan-lahan daripada yang dihitung secara teoritis.
Ketidak telitian pengukuran dimensi awal dan akhir selama proses.
Ketidak telitian dalam pengukuran waktu
28
Panjang pemotongan L = 15 mm
Kedalaman milling a = 1 mm
Diameter (d) = 10 mm
MRR
Proses Tapping
Diameter 10 mm
Kedalaman tapping d = 3 mm
Waktu teoritis :
29
Proses Drilling
Diameter 8,5 mm
Waktu teoritis :
dengan
ltotal : panjang pemotongan
n : putaran mesin
f : gerak makan
MRR
cm3/menit
30
Waktu Potong
Sebenarnya
2.47 menit
0.48 menit
1.10 menit
4.05 menit
Teoritis
0.7 menit
0.25 menit
1 menit
2.35 menit
Pembulatan yang dilakukan hasil perhitungan dengan angka-angka yang terdapat pada
mesin bubut.
Proses pada drilling secara aktual dengan drill and dwell sehingga membutuhkan
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang kita dapat rumuskan setelah melakukan percobaan ini :
31
mesin digerakkan dengan cara manual, operatornya bergantian, dan keadaan mesin
yang sudah tua.
32