Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES MANUFAKTUR I
PROSES BUBUT DAN MILLING

KELOMPOK 5
Disusun oleh :
Maulika Gustina Jaisyah 2114100079
Imelda Christi 2114100090
Wahyu Cahyo Utomo 2114100115
Rizal Hanafi 2114105063

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2015
LAPORAN PRAKTIKUM
PROSES MANUFAKTUR I
PROSES BUBUT DAN MILLING

KELOMPOK 4
Disusun oleh :
Maulika Gustina Jaisyah 2114100079
Imelda Christi 2114100090
Wahyu Cahyo Utomo 2114100115
Rizal Hanafi 2114105063

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dunia semakin berkembang terutama di era globalisasi saat ini. Semua lini
di kehidupan dunia ikut merasakan efek perkembangan zaman tersebut. Tak
ketinggalan dalam bidang industry. Industri terus mengalami perkembangan yang
signifikan. Seakan manusia tidak pernah puas dengan apa yang ada, dan selalu
mencari kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia industri sangat
diperlukan efisiensi dalam bekerja terutama untuk menghasilkan produk yang baik
sehingga diperlukan teknik-teknik tertentu dalam produksi serta diperlukan pekerja
yang profesional dan efisien dalam bekerja.
Dalam proses pembentukkan suatu produk jadi, tentunya selain ilmu bahan,
salah satu ilmu yang paling banyak digunakan dalam dunia industri dan proses
produksi adalah ilmu manufaktur yang mempelajari cara pemakaian dan pembuatan
suatu produk dari barang mentah, setengah jadi sampai barang jadi. Oleh karena
itu, perlu dipelajari suatu proses manufaktur dengan berbagai media permesinan
yang ada demi mencapai suatu tingkat efisiensi yang tinggi dalam pembuatan suatu
produk.
Proses yang sering digunakan dalam proses industri salah satunya adalah
proses bubut baik turning ataupun facing, serta proses milling maupun drilling.
Untuk itu sebelum melangkah lebih jauh dalam pembuatan produk industri yang
lebih kompleks, dipelajari ilmu-ilmu proses manufaktur dasar yang mengawali dari
proses pembuatan produk tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam praktikum proses manufaktur I adalah


sebagai berikut :
1. Bagaimana proses permesinan untuk membuat benda kerja seperti yang
diinginkan?
2. Bagaimana perbandingan waktu potong sebenarnya dibandingkan pada
perhitungan untuk masing-masing proses untuk menghasilkan produk yang
diinginkan?

1.3. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan benda kerja seperti pada gambar melalui
proses permesinan turning, facing, milling, dan drilling.
2. Menentukan kecepatan putaran, kecepatan makan, dan waktu pemotongan.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. MESIN BUBUT


Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk memotong
benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja
yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan
pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda
kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan
translasi dari pahat disebut gerak umpan.

Gambar 2.1 Mesin Bubut


Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan
translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang
berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi (change
gears) yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir (lead screw). Roda
gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan pembuatan ulir.
Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi besarnya mulai dari
jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127. roda gigi penukar dengan
jumlah 127 mempunyai ke khususan karena digunakan untuk mengkonversi dari
ulir matrik ke ulir inchi.
Gambar 2.2. Sketsa pengerjaan pada mesin bubut

Prinsip Kerja Mesin Bubut mulai dari poros spindel akan memutar benda
kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros spindel.
Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir.
Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada
eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang
berbentuk ulir. Adapun fungsi mesin bubut adalah sebagai berikut :
a. Untuk membuat benda kerja berbentuk silindris
b. Untuk membubut panjang
c. Untuk membubut melintang
d. Untuk membubut tirus
e. Untuk membuat alur
f. Untuk pembubutan bola
g. Untuk pembuatan lubang (pengedrillan)
h. Untuk menghaluskan permukaan benda kerja
i. Untuk menggurdi
j. Untuk membuat chamfer
k. Untuk membubut dalam
l. Untuk membuat gerigi
m. Untuk me-reamer
n. Untuk membubut bertingkat
o. Untuk knurling
Adapun bagian bagian mesin bubut adalah sebagai berikut:

- Head stock
- Knob pengatur kecepatan putaran
- Handle pengatur putaran
- Chuck
- Benda kerja
- Pahat (tool)
- Tool post dan eretan atas
- Eretan lintang
- Bed Mesin
- Senter jalan
- Tail stock
- Pengunci barel
- Lead screw
- Feeding shaft
- Roda pemutar/penggerak eretan memanjang
- Rem mesin
- Main swich
- Coolant motor switch
- Tabel Mesin
- Pengatur arah feeding shaft
- Handle lead screw
2.1.1. Turning
Turning adalah proses permesinan dimana benda kerja berbentuk
silinderdiputar, kemudian pisau pemotong ditempelkan pada benda, pisau ini
akanmemotong benda secara melingkar.

Gambar 2.2 Proses Turning


Rumus rumus untuk menghitung elemen dasar dari proses bubut:
1) Kecepatan potong :
𝛱𝑑𝑛 𝑚
𝑉= ( )
1000 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Dimana
n = kecepatan putaran spindel
d = diameter rata rata
2) Kecepatan makan
𝑚𝑚
𝑉𝑓 = 𝑓. 𝑛 ( )
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
F = gerak makan
3) Waktu pemotongan
𝑙𝑡
𝑡𝑐 = (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
𝑉𝑓
lt= panjang permesinan

4) Kecepatan penghasil gerang


𝑍 = 𝐴. 𝑉 (𝑐𝑚3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
𝐴 = 𝑓. 𝑎 (𝑚𝑚2 )

2.1.2. Facing
Facing adalah proses meratakan bagian permukaan benda kerja. Pengerjaan
ini dilakukan dengan menggerakkan pahat tegak lurus sumbu putar atau sumbu
benda kerja. Pada pengerjaan ini pahat harus tepat melewati sumbu benda kerja.
Facing bisa dilakukan dari luar ke dalam (mendekati sumbu benda kerja) atau dari
dalam keluar (menjauhi sumbu benda kerja).

Gambar 2.3 Proses Facing

2.2. Milling
2.2.1. Proses Milling

Gambar 2.4 Proses Milling


Milling adalah proses penyayatan benda kerja menggunakan alat potong
dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong
yang banyak yang mengitari pisau ini bisa menghasilkan proses pemesinan lebih
cepat. Permukaan yang disayat bisa berbentuk datar, menyudut, atau melengkung.
Milling terdiri atas slab milling, face milling, dan end milling.
Rumus rumus untuk menghitung elemen dasar dari proses milling:
1) Kecepatan potong :
𝛱𝑑𝑛 𝑚
𝑉= ( )
1000 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

n = kecepatan putaran spindel (rpm)


d = diameter luar pahat freis (mm)
2) Gerak makan pergigi
𝑚𝑚
𝑓𝑧 = 𝑣𝑓 /𝑧𝑛 ( )
𝑔𝑖𝑔𝑖
z = jumlah gigi
vf= kecepatan makan (mm/menit)
3) Waktu pemotongan
𝑙𝑡
𝑡𝑐 = (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
𝑉𝑓
𝑙𝑡 = 𝑙𝑣 + 𝑙𝑤 + 𝑙𝑛 (𝑚𝑚)
lv= jarak pengawalan (mm), dimana lv >0 ; untuk Freis tegak
lw= jarak pemotongan (mm)
ln= jarak pengakhiran (mm), dimana d/2 ; untuk Freis tegak
4) Kecepatan penghasil gerang
𝑤
𝑍 = 𝑉𝑓 𝑎 (𝑐𝑚3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
1000
a= kedalaman pemakanan (mm)
w= lebar pemotongan (mm)

2.2.2. Mesin Freis


Mesin freis adalah mesin perkakas yang digunakan untuk mengerjakan atau
menyelesaikan suatu benda kerja dengan menggunakan pisau freis (cutter) sebagai
pahat penyayat yang berputar pada sumbu mesin. Mesin termasuk perkakas yang
mempunyai gerakan utama berputar, Pisau freis dipasang pada sumbu arbor, jika
arbor mesin berputar melalui suatu putaran motor listrik maka pisau freis
akan berputar, arbor mesin dapat berputar kekanan atau kekiri sedangkan
banyaknya putaran diatur sesuai dengan kebutuhan.
Pemotong freis memiliki satu deretan mata potong pada keliling yang
masing-masing berlaku sebagai pemotong tersendiri pada daur putaran. Benda kerja
dipegang pada meja yang mengendalikan hantarannya terhadap pemotong. Pada
mesin umumnya terapat tiga kemungkinan gerakan meja-logitudinal, menyilang,
dan vertikal-tetapi pada beberapa meja juga memiliki gerakan putar.
Mesin freis yang paling mampu melakukan banyak tugas dari segala mesin
perkakas. Permukaan yang datar mampu berlekuk dapat dimensi dengan
penyelesaian dan ketelitian istimewa. Pemotongan sudut, cela, roda gigi dan ceruk
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pemotong. Pahat gurdi, peluasan
lubang dan bor dapat di pegang dalam soket arbor dengan melepas pemotong dan
arbor. Karena semua gerakan meja mempunyai penyetelan micrometer, maka
lubang dan pemotongan yang lain dapat diberi jarak secara tetap. Mesin ini
mempunyai penyelesaian dan lubang baik sampai batas ketelitian dengan jauh lebih
mudah dari pada ketam. Pemotongan berat dapat diambil tanpa banyak merugikan
pada penyelesaian atau ketepatannya. Dalam kasus pada umumnya, benda kerja
diselesaikan dalam satu lantaran dari meja. Keuntungan ini ditambah dengan
ketersediaan dari pemotong yang sangat beraneka ragam membuat mesin freis
sangat penting dalam bengkel.
Gambar 2.5 mesin Freis

2.3.Drilling
Proses drilling adalah yang dilakukan oleh mesin perkakas berupa pemberian
tekanan kepada benda kerja sehingga terjadi lubang pada benda kerja yang biasanya
berupa putaran yang dilakukan pahat dan gerak makan berupa translasi oleh pahat.

Gambar 2.6 Mesin Drilling


Gambar 2.7 Pahat drilling

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan bahan


3.1.1. Spesiemen

Gambar 3.1. Spesimen pada percobaan mesin bubut (kiri), drilling


(tengah), dan milling (kanan)
3.1.2. Proses Bubut
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum membubut
ini adalah sebagai berikut :
 Besi As St-42
 Pahat bubut HSS
 Counter sink
 Drill chuck
 Kunci drill chuck
 Drill
 Stopwatch
 Jangka sorong

3.1.2. Proses Milling


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
 Besi As St-42
 Drill chuck
 Kunci drill chuck
 Drill
 Pahat insert
 Folder freis mill
 Pahat end mill
 Stopwatch
 Jangka sorong
 Kacamata pengaman

3.2. LangkahPercobaan
3.2.1. Proses Bubut

Gambar 3.2 Gambar Kerja Praktikum

Pada material dialikukan proses bubut dan drilling yang melalui


beberapa proses secara berurutan, antara lain:
1) Benda kerja diukur dimensinya dengan jangka sorong sebanyak tiga kali
kemudian dirata-rata.
2) Benda kerja dijepit bagi anujungnya dengan chuck (spindle) pada mesin
bubut.
3) Pahat facing dipasang pada tempat yang sudah ada, kemudian benda kerja
terlebih dahulu di facing bagian permukaan depan untuk membuat
permukaan tersebut menjadi rata. Dengan putaran dan kedalaman potong
yang diinginkan.
4) Setelah benda selesai di facing, proses selanjutnya adalah proses turning
yang bertujuan untuk mengurangi diameter benda kerja, dengan memasang
pahat untuk membubut terlebih dahulu, kemudian dengan mengatur putaran
dan kedalaman potong yang diinginkan benda kerja di bubut dari diameter
awal 38 mm menjadi 36 mm sejauh 27 mm.
5) Pada benda kerja dilakukan turning kembali, yakni dari diameter 36 mm
menjadi 30 mm sejauh 10 mm.
6) Pada benda kerja dilakukan proses tapper turning dengan sudut 23° mulai
diameter 30 mm hingga 36 mm atau sejauh 7 mm.
7) Untuk champering dengan 2x45° dapat dilakukan dengan cara mengatur
arah pahat sesuai dengan besar sudut yang diinginkan.
8) Setelah benda kerja selesai diturning, dilakukan proses counter sinking yang
bertujuan untuk menentukan titik tengah sehingga mempermudah untuk
memberi lubang sesuai dengan diameter yang diinginkan.
9) Benda kerja di lubangi bagian tengahdengan drill yang berdiameter 10 mm
sejauh 5 mm dengankecepatan putaran sesuai keinginan.

3.2.2. Proses Milling


Adapun langkah kerja pada praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1) Benda kerja diukur dimensinya dengan jangka sorong sebanyak
tiga kali kemudian dirata-rata.
2) Benda kerja diberitanda pada tempat yang akan di drill sesuai
dengan gambar yang diberikan.
3) Benda di drill pada tempat yang telah diberi tanda dengan diameter
lubang 8,5 mm.
4) Bagian atas lubang yang telah dibuat diberi champer dengan
diameter 10 mm.
5) Benda kerja yang akan di milling diletakkan pada tempat
kedudukan.
6) Benda kerja diberi referensi awal pada bagianmana benda kerja
akan di milling dengan mengatur sumbu-sumbu x,y,z pada mesin
milling.
7) Benda kerja di milling dengan kedalaman potong1 mm sejauh 15
mm sebanyak 3 kali dengan cara menggeser arah benda kerja. Pada
proses milling yang melakukan gerak makan adalah benda kerja,
bukan pahat milling.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PROSES BUBUT


4.1.1 Putaran Spindel
Pada saat akan melakukan turning, maka dilakukan perhitungan RPM
Spindel Chuck. Apa yang terjadi bilamana setting RPM Chuck terlalu tinggi dari
hasil perhitungan? Jelaskan!
Jika setting RPM Chuck terlalu tinggi akan menyebabkan pahat lebih cepat
panas dan lebih mudah terdeformasi bahkan hingga rusak. Untuk benda kerja
sendiri, akan mengalami ketidakhalusan pada permukaan yang mengakibatkan
permukaan benda kerja berwana gelap dan tidak presisi.
Jika setting RPM Chuck terlalu rendah akan menyebabkan pahat tidak
mampu melakukan pemakanan dengan sempurna dan lebih mudah patah karena
tidak kuat untuk melakukan pemakanan terhadap benda kerja. Lalu akibat yang
ditimbulkan pada benda kerja yaitu tidak terbentuk secara maksimal, bahkan tidak
mampu diproses.
Dalam proses centering, prose drilling, dan proses borring, Chuck
seharusnya diputar ke arah mana (CW atau CCW)? Bagaimana kalau arah putaran
chuck salah? Berikan penjelasan?
Dalam proses centering, prose drilling, dan proses borring, Chuck
seharusnya diputar ke arah CW, sebab jika diputar ke arah sebaliknya pahat bisa
saja pahat patah karena salah arah putaran chuck-nya.

4.1.2 Kecepatan Pemakanan


Diketahui : f = 0,1 mm/put
n = 270 rpm
Ditanya : Vf = ?
Jawab :
Vf = f.n
= 0,1 mm/put . 270 rpm
= 27 mm/min

4.1.3 Perhitungan Waktu Potong Teoritis


1. Proses Facing
 Proses facing 3 mm dengan i = 3 kali pengerjaan
Diketahui:
 Kecepatan potong (V) = 27 mm/min
 Gerak makan (f) = 0,1 mm/put
 Putaran mesin (n) = 270 rpm
Ditanya: waktu teoritis?
Jawab:
 Waktu teoritis :
t = (l.i)/(n.f)
t = (38 mm . 3 )/(270 rpm . 0,1 mm/put)= 4,22 menit
keterangan : l = panjang pemotongan (mm)
i = jumlah langkah pemotongan
n = putaran mesin (rpm)
f = gerak makan (mm/put)

2. Proses Turning I
 Proses turning mengurangi diameter benda dari 38 mm menjadi 36
mm sepanjang 52 mm
Diketahui:
 Panjang pemotongan (l) = 52 mm
 Gerak makan (f) = 0,1 mm/put
 Kedalaman potong (a) = 1 mm
 Jumlah langkah pemotongan (i) = 3
 Kecepatan potong (V) = 27 mm/min
 Putaran mesin (n) = 270 rpm
Ditanya: waktu teoritis?
Jawab:
 Waktu teoritis :
t = (l.i)/(n.f)
t = (52 mm . 3)/(270 rpm . 0,1 mm/put)= 5,78 menit

3. Proses Turning II
 Proses turning mengurangi diameter benda dari 36 mm menjadi 30
mm sepanjang 10 mm
Diketahui:
 Panjang pemotongan (l) = 10 mm
 Kedalaman potong (a) = 1,5 mm
 Jumlah langkah pemotongan (i) = 3
 Kecepatan potong (V) = 27 mm/min
 Gerak makan (f) = 0,1 mm/put
 Putaran mesin (n) = 270 rpm
Ditanya: waktu teoritis?
Jawab:
 Waktu teoritis :
t = (l.i)/(n.f)
t = (10 mm . 3)/(270 rpm . 0,1 mm/put)= 1,12 menit

4. Proses Tapper Turning


 Proses pemotongan tirus 23o
Diketahui:
 Panjang pemotongan (l) = 7 mm
 Kecepatan potong (V) = 27 mm/min
 Gerak makan (f) = 0,1 mm/put
 Putaran mesin (n) = 270 rpm
Ditanya: waktu teoritis?
Jawab:
 Waktu teoritis :
7,6 𝑙 .𝑖
t= ∫0 𝑑𝑙
𝑛 .𝑓
7,6 𝑙 .1
t=∫
0 0,1 . 270
𝑑𝑙
t = 1,40 menit

5. Proses Champering
 Proses champering membentuk sudut 45o
Diketahui:
 Kecepatan potong (V) = 27 mm/min
 Gerak makan (f) = 0,1 mm/put
 Putaran mesin (n) = 270 rpm
Ditanya: waktu teoritis?
Jawab:
 Waktu teoritis :
1,41 𝑙 .𝑖
t= ∫0 𝑑𝑙
𝑛 .𝑓
1,41 𝑙 .1
t=∫
0
𝑑𝑙
0.1 .270
t = 0,047 menit

Total waktu permesinan teoritis = (4,22 + 5,78+ 1,12 + 1,40 + 0,047) menit
= 12,567 menit

4.1.4 Hasil Pengamatan Waktu Aktual


1. Proses facing = 4,05 menit
2. Proses turning I = 3,67 menit
3. Proses turning II = 1,25 menit
4. Proses tapper turning tirus 23º = 2,38 menit
5. Proses chamfering = 0,7 menit

4.15 Perbandingan Waktu Teoritis dan Waktu Aktual


Tabel 4.1 Perbandingan Waktu Teoritis dan Aktual pada proses bubut
Waktu Potong
No Proses
Sebenarnya Teoritis
1. Facing 4,05 menit 4,22 menit
2. Turning I 3,67 menit 5,78 menit
3. Turning II 1,25 menit 1,12 menit
4. Tapper turning 2,38 menit 1,40 menit
5. Chamfering 0,7 menit 0,047 menit
Total 12,05 menit 12,567 menit

4.1.6 Penyebab Perbedaan Waktu Permesinan Teoritis dan Aktual


Perbedaan waktu permesinan secara teoritis dan aktual dapat disebabkan karena :
 Proses pada perhitungan dan aktual tidak 100% sama.
 Proses pengerjaan yang lebih lama daripada yang dihitung secara teoritis.
 Ketidak telitian pengukuran dimensi awal dan akhir selama proses.
 Ketidak telitian dalam pengukuran waktu.
 Diperlukannya waktu untuk menentukan bidang referensi terlebih dahulu.

Gambar 4.1 Skema Pengerjaan

4.2 MILLING
4.2.1 Waktu pemotongan pada proses facing
𝐿 (𝐿𝑤 +𝐿𝑛 ) (50+5) 𝑚𝑚
Machining Time : 2 𝑉𝑡 = 2 = 286 𝑚𝑚/𝑚𝑖𝑛 = 1,27 menit
𝑓 𝑉𝑓
4.2.2 Kecepatan penghasil geram pada proses facing
𝑚𝑚
𝑉𝑓 .𝑎.𝑤 (86 )( 0,5 𝑚𝑚)(50 𝑚𝑚)
Metal Removal Rate: 2 1000 = 2 𝑚𝑖𝑛
= 2,15 cm3/menit
1000

4.2.3 Waktu pemotongan pada proses pembuatan poket


𝐿 15 𝑚𝑚
Machining Time : 𝑉𝑡 . 𝑖 = 𝑚𝑚 . 3 = 0,523 menit
𝑓 86
𝑚𝑖𝑛

4.2.4 Kecepatan pemotongan pada proses pembuatan poket


𝑚𝑚
𝑉𝑓 .𝑎.𝑤 (86 )(1 𝑚𝑚)(10 𝑚𝑚)
Metal Removal Rate: .𝑖 = 𝑚𝑖𝑛
. 3 = 2,58 cm3/menit
1000 1000

4.2.5 Perbandingan waktu teoritos dan actual


Tabel 4.2 Perbandingan Waktu Teoritis dan Aktual pada proses milling
Waktu Potong
No Proses
Sebenarnya Teoritis
1. Facing 1,3 Menit 1,27 menit
Pembuatan
2. 3 Menit 0,523 menit
poket
Total 4,3 Menit 1,793 menit

4.2.6 Penyebab Perbedaan Waktu Permesinan Teoritis dan Aktual


Perbedaan waktu permesinan secara teoritis dan aktual dapat disebabkan karena :
 Proses pada perhitungan dan aktual tidak 100% sama.
 Proses pengerjaan yang lebih lama daripada yang dihitung secara teoritis.
 Ketidak telitian pengukuran dimensi awal dan akhir selama proses.
 Ketidak telitian dalam pengukuran waktu.
 Diperlukannya waktu untuk menentukan bidang referensi terlebih dahulu.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum proses manufaktur ini adalah :
1. Proses pembubutan yang dilakukan meliputi: Facing - straight turning 1-
straight turning 2 – tapper turning –champering-drilling.
2. Prose miling dilakukan dengan langkah:facing- drilling - boring – taping–
milling.
3. Perhitungan machining time secara teori menunjukkan waktu yang relatif
lebih cepat dari keadaan saat percobaan hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: mesin digerakkan dengan cara manual,
operatornya bergantian, dan keadaan mesin yang sudah tua.

V.2 SARAN
Adapun saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pengerjaan harusnya menggunakan proses otomatis agar lebih cocok untuk
dibandingkan dengan perhitungan secara teori.
2. Perawatan mesin-mesin manufaktur sebaiknya ditingkatkan lagi.
3. Mekanisme praktikum sebaiknya lebih diperhatikan.
4. Diadakan asistensi pruktikum,agar praktikan lebih memahami tentang
praktikum.

Anda mungkin juga menyukai