Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES MANUFAKTUR I
PROSES FREIS (MILLING)

Disusun oleh :
1. Dhesa Hidayatulloh 2112100009
2. Joko Ade Nugroho 2113100073
3. Yunico Rixy Setyawan 2113100092
4. Rico Abel Andreanto 2113100123
5. Aditya Haq 2113100146

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2014
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam era pembangunan sekarang ini telah banyak ditemukan teknik
pembentukan dan pengerjaan logam dari yang konvensional sampai yang non
konvensional. Praktikum permesinan adalah salah satu praktikum yang di
dalamnya dilakukan proses permesinan konvensional. Proses pemesinan
konvensional adalah proses menggunkan mesin-mesin konvensional yang
masih banyak di pakai sampai saat ini, meskipun sedikit demi sedikit akan
berkurang sejalan dengan pengembangan teknologi proses pemesinan.
Namun sebagai gambaran awal aktifitas inti dari industri, pengenalan
maupun praktek langsung mengoperasikan mesin-mesin ini sangatlah penting
agar mudah memahami mesin-mesin baru hasil pengembangan yang lama.
Praktikum permesinan merupakan proses pembentukan benda kerja yang
lebih sederhana di bandingkan permesinan non konvensional. Sederhana
dalam artian pemakaian peralataan-peralatan yang digunakan dalam
permesinan dibandingkan peralatan yang digunakan dalam permesinan non-
konvensional. Peralatan-peralatan yang digunakan dalam praktikum
permesinan adalah Mesin Milling Horizontal. Walaupun saat ini sudah banyak
ditemukan teknik pembentukan logam yang modern dan canggih tetapi kita
tetap perlu untuk mempraktekan teknik permesinan konvensional agar kita
lebih mengetahui dan memahami permesinan konvensional.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana proses pemesinan dalam proses freis?
 Bagaimana cara menentukan RPM spindel dari proses freis?
 Bagaimana cara menentukan kecepatan makan pada proses freis?
 Bagaimana cara menghitung waktu pemotongan pada proses freis?
 Bagaimana cara menghitung kecepatan penghasil geram pada proses freis?

1.3 Tujuan
 Mempelajari proses pemesinan dalam proses freis
 Mempelajari cara meneentukan RPM spindel freis
 Mempelajari cara menentukan kecepatan makan
 Mempelajari perhitungan waktu pemotongan
 Mempelajari perhitungan kecepatan penghasil geram
Bab II
Dasar Teori

2.1. Mesin Frais


Mesin frais adalah jenis mesin perkakas untuk mengerjakan peralatan
mesin dari logam dengan gerakan utama alat potongnya berputar. Jenis pekerjaan
yang dapat dikerjakan dengan mesin frais adalah :
1. membentuk permukaan rata dan datar
2. membentuk permukaan siku dan sejaajr
3. membentuk permukaan bersudut
4. memebuat alur
5. membuat roda gigi
6. membentuk benda persegi
Jenis mesin frais dibedakan berdasarkan posisi poros putarnya ada
horizontal vertical dan universal.
a.Mesin frais horizontal , adalah mesin frais yang poros utamanya sebagai
pemutar dan pemegang alat potong pada posisi mendatar.
b. Mesin frais vertical, adalah mesin frais dengan poros utama sebagai
pemutar dan pemegang alat potong dengan posisi tegak. Poros utama mesin
frais tegak dipasang pada kepala tegak (vertical head spindle). Posisi kepala
ini dapat dimiringkan kearah kiri atau kanan maksimal 60o. Biasanya mesin
ini dapat mengerjakan permukaan bersudut, datar, beralur, melobang dan
dapat mengerjakan permukaan melingkar atau bulat.
c.Mesin frais universal, Adalah mesin yang pada dasarnya gabungan dari
mesin frais horizontal dan mesin frais vertical. Mesin ini dapat mengerjakan
pekerjaan pengefraisan muka, datar, spiral, roda gigi, pengeboran dan
reamer serta pembuatan alur luar dan alur dalam. Untuk melaksanakan
pekerjaannya mesin frais dilengkapi dengan peralatan yang mudah digeser,
diganti dan dipindahkan.Peralatan tambahan tersebut berupa meja siku
(fixed angular table), meja miring (inclinable universal table), meja putar
(rotary table) dan kepala spindle tegak (vertical head spindle).
Gambar 2.1 Mesin frais vertikal
2.2. Milling
Milling adalah proses penyayatan benda kerja menggunakan alat potong
dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong
yang banyak yang mengitari pisau ini bisa menghasilkan proses pemesinan lebih
cepat. Permukaan yang disayat bisa berbentuk datar, menyudut, atau melengkung.
Milling terdiri atas slab milling, face milling, dan end milling.

Gambar 2.1 Macam-macam milling

Kecepatan potong (V) ditentukan oleh persamaan berikut:


V =π D N
D: pahat [mm]
N: putaran pahat [rpm]
Perkiraan tebal geram sebelum terpotong (utk gigi lurus):

d
t c=2 f
√ D

f :gaya pemakanan / gigi [mm/gigi]  f =v /Nn


v : kec. makan [mm/min], n= jml. gigi
d : kedalaman potong (depth of cut) [mm]

Waktu potong ditentukan oleh persamaan:


t=(l+l c )/v
l: panjang benda kerja [mm]
lc: kelebihan panjang pahat [mm]

2.3. Drilling
Proses drilling adalah proses pembuatan lubang pada suatu benda kerja
dengan menggunakan mata pahat bor.

Gambar 2.3 Macam-macam drill


2.4. Elemen Dasar Proses Freis (Milling)

2.4.1 Kecepatan Potong


πdn
v= ; m/min
1000
Dimana: d = diameter luar pahat freis ; mm
n = putaran spindel mesin (rpm) ; (r)/min

2.4.2 Gerak Makan Pergigi


vf
fz= ; mm/gigi
zn
Dimana: z = jumlah gigi (mata potong)
vf = kecepatan makan ; mm/min

2.4.3 Waktu Pemotongan


t c= ¿ ; mm/ggi
vf
Dimana: lt = lv+lw+ln ; mm
lv = jarak pengawalan ; mm = ≥0 ; untuk mengefreis tegak
lw = panjang pemotongan ; mm
ln = jarak pengakhiran ; mm = d/2 ; untuk mengefreis tegak

2.4.4 Gerak Makan Pergigi


vf . a . w
z= ; cm3/min
1000
Dimana: a = kedalaman pemakanan ; mm
w = lebar pemotongan ; mm
Bab III
Metodologi Percobaan

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Holder Face Mill
 Pahat insert
 Pahat end mill  10 mm
 Kuncil drill chuck
 Jangka sorong
 Kaca mata pengaman
3.1.2 Bahan
 Besi St 42 (Dimensi: 50 mm x 50 mm x 10 mm)

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Sebelum Pengoperasian Mesin Freis
 Identifikasi jenis material benda kerja dan lakukan pengukuran dimensi
benda kerja
 Pemasangan holder pahat
 Pemasangan pahat karbida insert
 Pemasangan pahat endmill (HSS)
 Menghitung RPM spindel (n) untuk proses facing
 Menghitung RPM spindel (n) untuk proses pembuatan pocket
 Menghitung kecepatan makan (Vf) untuk proses facing
 Menghitung kecepatan makan (Vf) untuk proses pembuatan pocket

3.2.2 Pengoperasian Mesin Freis


 Pakailah pakaian kerja dan kacamat pengaman
 Pemasangan benda kerja pada ragum mesin

Proses Facing
 Atur handle pengaturan RPM, sesuai hasil perhitungan RPM spindel
untuk proses facing
 Tekan tombol start/on spindel maka spindel berputar CW
 Atur titik nol benda kerja terhadap pahat, selanjutnya bebaskan benda
kerja dari pahat
 Atur kedalaman pemakanan (misal 0,5 mm)
 Tekan tombol start/on feeding maka pahat melakukan proses
pemotongan (facing), catat waktu yang diperlukan
 Proses facing dilakukan beberapa kali sehingga permukaan benda kerja
menjadi rata
 Tekan tombol start/off feeding, maka gerak meja freis berhenti
 Tekan tombol start/off spindel, maka spindel berhentu berputar
 Proses facing selesai

Proses Pembuatan Pocket


 Atur handle pengaturan RPM, sesuai hasil perhitungan RPM spindel
untuk proses pembuatan pocket
 Atur handle pengaturan feeding, untuk kecepatan makan (Vf) proses
pembuatan pocket
 Tekan tombol start/on spindel, maka spindel berputar CW
 Posisikan pahat pada titik yang dibuat pocket
 Atur titik nol benda kerja terhadap pahat, selanjutnya dengan gerakan
manual pahat dilakukan pemotongan ke arah bawah dengan kedalaman 2
mm
 Tekan tombol start/om feeding, maka pahat melakukan proses
pemotongan, catat waktu yang diperlukan
 Proses pembuatan pocket dilakukan beberapa kali sampai kedalaman
pocket 5 mm
 Tekan tombol start/off feeding, maka meja freis berhentu bergerak
 Tekan tombol start/off spindel, maka spindel berhenti berputar
 Proses pembuatan pocket selesai
 Selanjutnya, benda kerja dilakukan proses drilling pada mesin drill

3.2.3 Sesudah Pengoperasian Mesin Freis


 Lepas benda kerja
 Bersihkan mesin freis dan lantai sekitar dari kotoran/geram
 Serahkan semua peralatan kepada petugas laboratorium
 Gambar dan ukur dimensi benda kerja yang telah dikerjakan

3.2.4 Pada benda kerja ketiga (pengerjaan ulir manual)


 Material yang akan di beri ulir di ukur panjang dan diameternya
 Pahat yang akan digunakan untuk membentuk ulir dipasang dan
disesuaikan dengan ulir yang di inginkan.
 Material diberi pelumas lalu di pasang ke alat manual pembuat ulir.
Pemasangan harus tegak dan tidak boleh ada kemiringan pada material.
Lalu putar material searah jarum jam. Agar ulirnya halus material perlu di
putar berlawanan arah setiap selesainya dibentuk 1 putaran ulir baru.
 Saat pengerjaan perlu adanya waktu untuk diam bagi material agar tidak
panas. Selain itu fluida perlu ditambahkan secara berkala pada material
agar tidak timbul panas berlebih.

Gambar 3.1 Skema Proses Permesinan

Gambar 3.2 Hasil Proses Permesinan


Gambar 3.3 . Material yang telah di beri ulir
Bab IV
Pembahasan

4.1 Waktu Pemotongan pada Proses Face Milling


 Face milling pertama
 Panjang pemotongan L = 15 mm
 Kedalaman milling a = 0,5 mm
 Diameter (d) = 10 mm
 Kecepatan makan (vf) = 55 mm/menit
 Putaran mesin n = 1751 rpm
 Jumlah pengerjaan (i) = 2
 Waktu potong yang diamati (sebenarnya) t = 1,76 menit
 Waktu potong teoritis
Lv = √0,5 ( 10−0,5 )=0,5 mm
d 10
Lv = = =5 mmLt =15+0,5+5=20,5 mm
2 2
Lt 20,5
T= = =0,37 min❑
vf 55

 Face milling kedua


 Panjang pemotongan L = 15 mm
 Kedalaman milling a = 1 mm
 Diameter (d) = 10 mm
 Kecepatan makan (vf) = 98 mm/menit
 Putaran mesin n = 3119 rpm
 Jumlah pengerjaan (i) = 2
 Waktu potong yang diamati (sebenarnya) t = 1,03 menit
 Waktu potong teoritis
Lv = √1 ( 10−1 ) =3 mm
d 10 L
Lv = = =5 mmLt =15+3+5=23 mmT = t = 23 =0,235 min ❑
2 2 vf 98
4.2 Perbandingan Waktu Potong Sebenarnya dengan Waktu Potong Teoritis

Waktu Potong
No Proses
Sebenarnya (menit) Teoritis (menit)
1. Face milling 1,76 0,37
pertama
2. Face milling 1,03 0,235
kedua
Total 2,79 0,605
Tabel 4.1 Tabel Perbandingan Waktu Potong Sebenarnya dengan Waktu Potong
Teoritis

4.2.1 Penyebab Perbedaan Waktu Permesinan Teoritis dan Aktual


Perbedaan waktu permesinan secara teoritis dan aktual dapat disebabkan karena :
 Pembulatan putaran mesin hasil perhitungan dengan angka-angka yang
terdapat pada mesin milling.
 Proses pengerjaan yang lebih perlahan-lahan daripada yang dihitung
secara teoritis.
 Ketidak telitian pengukuran dimensi awal dan akhir selama proses.
 Ketidak telitian dalam pengukuran waktu.
 Adanya tambahan waktu yang dibutuhkan untuk menentukan bidang
referensi.

Bab V
Kesimpulan
1. Proses permesinan yang dilakukan terhadap benda pada praktikum proses
milling antara lain :
 Face milling
 Pembuatan ulir luar dan ulir dalam
 Drilling
2. Terjadi perbedaan waktu pada proses permesinan secara teoritis dengan
aktual. Secara umum waktu secara teoritis lebih singkat daripada waktu secara
aktual untuk setiap proses permesinan.
3. Waktu total teoritis adalah 0,605 menit dan waktu total sebenarnya adalah
2,79 menit.
4. Perbedaan antara waktu total teoritis dengan waktu total sebenarnya dapat
disebabkan karena pembulatan angka perhitungan, pengukuran yang kurang
tepat, proses permesinan yangn tidak 100% sama dengan teori, ketidak telitian
dalam pengukuran waktu, pengerjaan yang lebih lambat dari yang seharusnya,
penentuan bidang referensi terlebih dahulu.

Daftar Pustaka

Kalpakjian, Serope. Manufacturing Enginering Teknologi 5th edition.


Taufiq Rochim. 1993. Proses Permesinan. Operation Manual Universal Milling
Machine.MILKO 35.

Anda mungkin juga menyukai