Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIK

PROSES PEMESINAN

JOB: MEMBUBUT RATA DAN FACING

Disusun Oleh
Nama Alvia Triana Nugraheni

NIM 22539141010

PROGRAM STUDI TEKNIK MANUFAKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

1
2022
DAFTAR ISI

A. KAJIAN PUSTAKA 3

A.1. Mesin Bubut dan Bagian-bagiannya 3

A.2. Parameter Perhitungan Pembubutan 6

A.3. Toleransi Ukuran Dan Kekasaran Permukaan 7

B. PENYAJIAN DATA 9

B.1. Gambar Kerja 9

B.2. Lembar Pengamatan atau Penyajian Data 10

B.3. Dokumentasi proses dan hasil 12

C. PEMBAHASAN 14

D. PENUTUP 16

D.1. Kesimpulan 16

D.2. Saran 16

E. DAFTAR PUSTAKA 18

F. LAMPIRAN 19

2
A. KAJIAN PUSTAKA

A.1. Mesin Bubut dan Bagian-bagiannya

Mesin bubut standar merupakan salah satu jenis mesin yang paling banyak
digunakan pada bengkel-bengkel pemesinan baik itu di industri manufaktur,
lembaga pendidikan kejuruan dan lembaga dikat atau pelatihan. Fungsi mesin
bubut standar pada prinsipnya sama dengan mesin bubut lainnya, yaitu untuk:
membubut muka/facing, rata lurus/bertingkat, tirus, alur, ulir, bentuk, mengebor,
memperbesar lubang, mengkartel, memotong dll.

Bagian – bagian mesin bubut dan fungsinya


 Head – stock, tempat pengaturan kecepatan pemotong (speed of cut).
 Spindel, bagian yang meneruskan putaran mesin ke benda kerja sehingga
benda kerja dapat berputar, serta tempat melekatnya pemegang kerja.
 Chuck, pemegang benda kerja.
 Dead center, untuk menunjang ujung benda kerja, center ini tidak
berputar Sendiri tetapi mengikuti putaran benda kerja.
 Tail stock spindle, tempat melekatnya dead center. Disamping itu dapat
juga melekatkan drill chuck untuk proses drilling.
 Trail stock, bagian belakang (ekor) mesin bubut, untuk menunjang
bagian benda kerja dengan perantaraan dead center yand dilekatkan pada
tail stock spindle.

3
 Tail stock hand wheel, untuk memajukan atau memundurkan posisi dead
center agar kedudukan benda kerja dapat diukur dengan baik. Disamping
itu apabila pada tail stock spindle dipasang mata bor, komponen dapat
dipergunakan untuk memberikan gerak makan.

 Bed, bagian yang menunjang head stock, tail stock. Sedangkan bagian
atas dari bed disebut ways.
 Carriage, bagian yang dapat bergeser dengan arah longitudinal sepanjang
bed. Carriage memikul bagian – bagian lain yang terletak diatasnya, yaitu
cross slide dan lain – lain.
 Cross slide, bagian yang melintang pada sumbu mesin bubut, terletak
diatas carriage. Untuk mengadakan gerakan pemakanan melintang.
 Compound rest, tempat melekatnya tool post.
 Tool post, tempat melekatnya pahat (cutting tool).
 Leg, kaki mesin bubut, hanya ada pada mesin bubut yang kecil.
 Gear box, terdapat susunan roda gigi yang memungkinkan adanya variasi
kecepatan makan (feed motion).

Macam – macam proses operasional mesin bubut adalah :

1. Turning

Proses pemotongan permukaan silindris dimana pemakanan tersebut rata


pada semua sisinya. Benda kerja biasanya dipasang diantara center atau
hanya dijepit pada chuck saja (untuk benda kerja yang pendek).

2. Facing

Pada proses ini, pahat bergerak memotong ujung dari benda kerja yang
berputar untuk menghasilkan permukaan yang rata.

3. Tapering

Prosesnya seperti turning, hanya saja benda kerja berbentuk tirus atau
taper. Hal ini dapat terjadi karena gerak makan bergerak serong atau
benda kerjanya dibuat pada benda serong (tidak sejajar dengan sumbu
mesin bubut).

4
4. Drilling

Proses drilling dapat dilakukan dengan cara memasang atau


memegangpahat drill yang diletakkan pada posisi dead center. Proses
drilling terjadi karena adanya gerak potong berupa gerak putar pada
benda kerja dan gerak makan dilakukan dengan memutar tail stock hand
wheel.

5. Reaming

Proses untuk menghaluskan lubang yang memerlukan ketelitian tinggi.


Reaming dilakukan untuk proses drilling atau booring. Pada proses ini
digunakan pahat reamer yang dipasang pada drill held.

6. Knurling
Proses penekanan suatu pahat knurling sedalam permukaan benda kerja.
Dalam hal ini benda kerja tidak diraut, hanya dilakukan penekanan saja
sehingga menghasilkan perubahan bentuk plastis pada permukaan batang
silindris.

7. Threading

Proses pembubutan ulir, baik ulir luar maupun ulir dalam. Pada
pembuatan ulir, dapat dipakai pahat ulir ataupun tap membuat ulir luar
dan die untuk membuat ulir dalam.

Pahat bubut adalah alat pemotong yang digunakan pada proses pembubutan. Jenis
pahat bubut bermacam-macam, dan masing- masing jenis pahat tersebut memiliki
nama dan fungsi spesifik yang berbeda antara satu pahat dan lainnya. Setiap jenis
pahat bubut diberi nama mirip dengan fungsinya.

1. Rough turning tool (pahat untuk pembubutan kasar)


2. Finishing Turning Tool (Pahat untuk pembubutan akhir
3. Pahat Chamfer (Chamfering Tool)
4. Shoulder Turning Tool (pahat bubut rata tepi)
5. Pahat Ulir (Thread Cutting Tool)
6. Pahat Bubut Permukaan (Facing Tool)
7. Pahat Alur (groving tool)

5
8. Pahat Kanan(right hand tool) dan Pahat Kiri (left hand tool)

A. 2. Parameter Perhitungan Pembubutan

Cs = π.d.n Meter/menit dan N = 1000.Cs / π.d …………(rpm)


Keterangan :

d : diameter benda kerja (mm)

Cs : kecepatan potong (meter/menit)

Π : nilai konstanta = 3,14

Tabel 1. Kecepatan Potong Bahan

Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan


beberapa faktor, diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman

6
penyayatan,sudutsudut sayat alat potong, bahan alat potong, ketajaman alat
potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan. Kesiapan mesin ini dapat
diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam mendukung tercapainya
kecepatan pemakanan yang optimal. Disamping beberapa pertimbangan tersebut,
kecepatan pemakanan pada umumnya untuk proses pengasaran ditentukan pada
kecepatan pemakanan tinggi karena tidak memerlukan hasil pemukaan yang
halus (waktu pembubutan lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising
digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas
hasil penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pembubutan
lebih cepat).

Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh seberapa
besar bergesernya pahat bubut (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa
besar putaran mesinnya dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari
kecepatan pemakanan (F) adalah :

F = f.n

Keterangan: f : besar pemakanan atau bergesernya pahat


(mm/putaran) n : putaran mesin (putaran/menit)

A.3. Toleransi Ukuran Dan Kekasaran Permukaan

A. Toleransi ukuran (dimensional tolerance) adalah perbedaan ukuran antara


kedua harga batas (two permissible limits) dimana ukuran atau jarak
permukaan/batas geometri komponen harus terletak.

B. Standar Kekasaran Permukaan Pembubutan


Permukaan benda hasil bubututan mempunyai ukuran kekasaran yang bermacam-
macam mulai dari permukaan yang halus sampai permukaan yang kasar.
Kekasaran pembubutan tergantung pada hasil pengerjaannya misalnya produk

7
yang dipukul dengan kecepatan tinggi akan berbeda dengan perwujudan dengan
kecepatan yang terjadi kekasaran permukaan standar untuk pekerjaan kasar dan
halus pada pekerjaan bubut dan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Nilai Kekasaran Permukaan Pekerjaan Bubut


Hasil Pekerjaan
N Ra
Halus N5 - N6 0,4 – 0,8
Sedang N7 - N8 1,6 – 3,2
Kasar N9 - N11 6,3 – 25

Hasil proses pembubutan yang baik memiliki karakteristik bentuk yang baik
ukuran yang presisi serta kekasaran permukaan yang nilainya kecil (Gupta, Gupta
& Mittal, 2009: 91). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekasaran
permukaan benda kerja saat melakukan proses pembubutan. Selain dari faktor
skill operator yang berpengaruh, kedalaman pemotongan dan kecepatan
pemotongan juga sangat berpengaruh terhadap kekasaran permukaan benda kerja.
Sebagaimana yang diutarakan bahwa kualitas pembubutan ditentukan selain
kecepatan putar dan gerak makan juga kedalaman potong. Kedalaman
pemotongan sering diabaikan oleh operator karena ingin cepat selesai dalam
pengerjaan biasanya sering menggunakan kedalaman pemotongan yang
ukurannya tinggi. Sedangkan kecepatan potong juga sering diabaikan karena
faktor waktu agar pengerjaan cepat selesai. Padahal kedua faktor tersebut
sangatlah penting dalam proses pembubutan untuk memperoleh hasil permukaan
yang sesuai serta tingkat kekasaran yang kecil (Geirling, 1965: 25).

8
B. PENYAJIAN DATA
B. 1. Gambar Kerja

9
B.2. Lembar Pengamatan atau Penyajian Data
1. Jenis Tool : Pahat HSS
2. Dimensi atau Spesifikasi Tool : ½” x ½” x 4”

Kekasara
Waktu
Pengukur Pengukur n
Pengerjaa
Data an an Permuka
Percobaan**) n
/Perhitungan Awal*) Diameter Panjang an Benda
(menit)**
(mm) (mm) Kerja
*)
(N)
1. Bahan = Bagian A
Aluminium • Pengasahan
2. Cs/Vs pahat
roughing = • Sudut
61 m/menit. pahat sudut
Cs/Vs rake 14 Ø A1 =
finishing = 93 derajat. 26 mm A = 50
30 menit N = N7
m/menit. Sudut Ø A2 = mm
3. Ø awal bebas 26 mm
= 32 mm muka 13
4. N derajat.
roughing = Sudut
720 rpm. bebas sisi 8
N derajat.
finishing = Bagian B Ø B1 = B = 50 30 menit N = N8
1000 rpm • Pengasahan 26 mm mm
pahat Ø B2 =

10
5. Feeding • Sudut
roughing= pahat sudut
0,66 mm/put. bebas
26 mm
Feeding muka 13
finishing = derajat.
0,223 Sudut rake
mm/put. 14 derajat.
• Sudut
bebas
muka 8
derajat.
Ø C = 29 C = 5
Bagian C 15 menit N = N8
mm mm

Keterangan :

*) Data/perhitungan awal dapat ditambah atau dikurangi, menyesuaikan


ketentuan/kesepakatan dosen dengan mahasiswa.

**) Percobaan pada sisi A dan B bisa dibedakan berdasarkan :

1. Pengasahan pahat bubutnya (oblique/orthogonal)


2. Cara setting pahat saat pembubutan
3. Sudut-sudut pahat
4. Radius ujung pahat
5. Feeding
6. Putaran Spindle

***) A = waktu yang diperlukan untuk mengerjakan mulai dari ØC sampai ØA

B = waktu yang diperlukan untuk mengerjakan mulai dari ØC sampai ØB

C = waktu yang diperlukan untuk mengerjakan mulai dari Øawal sampai ØC

B.3. Dokumentasi proses dan hasil

a. Foto pahat bubut hasil pengasahan

11
b. Foto benda kerja hasil pembubutan

c. Foto tatal/chip (diberi ukuran tatal/chip)

d. Foto proses pembubutan

12
13
C. PEMBAHASAN

Pengerjaan dengan proses pembubutan pada benda kerja menghasilkan permukaan benda
kerja yang halus dan rata. Hal ini ini karena setting mesin meliputi kecepatan putaran
mesin yang sesuai dengan cutting speed aluminium. Hasil proses pembubutan yang baik
memiliki karakteristik bentuk yang baik ukuran yang presisi serta kekasaran permukaan
yang nilainya kecil. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan
benda kerja saat melakukan proses pembubutan. Selain dari faktor skill operator yang
berpengaruh, kedalaman pemotongan dan kecepatan pemotongan juga sangat
berpengaruh terhadap kekasaran permukaan benda kerja. Sebagaimana yang diutarakan
bahwa kualitas pembubutan ditentukan selain kecepatan putar dan gerak makan juga
kedalaman potong. Kedalaman pemotongan sering diabaikan oleh operator karena ingin
cepat selesai dalam pengerjaan biasanya sering menggunakan kedalaman pemotongan
yang ukurannya tinggi. Untuk mengimbangi dalam menentukan kedalaman
pemototangan atau depth cut perlu diperhatikan penggunaan coolant atau pendingin
terhadap benda kerja pada saat pembubutan agar tidak terjadi perubahan struktur bahan
kerja. Selain itu, kecepatan potong juga sering diabaikan karena faktor waktu agar
pengerjaan cepat selesai. Padahal kedua faktor tersebut sangatlah penting dalam proses
pembubutan untuk memperoleh hasil permukaan yang sesuai serta tingkat kehalusan yang
tinggi.

Tingkat ketajaman dan besar sudut bebas sisi, bebas muka, dan sudut rake pada pahat
bubut sangat berpengaruh terhadap hasil pembubutan. Maka, melakukan pengecekan
terhadap pahat sangat penting dilakukan sebelum memasang pahat tersebut pada toolpost.

Kendala pada saat praktikum:


 Chamfer tidak sempurna

14
Penyebab chamfer tidak sempurna karena posisi pahat yang salah dan pahat yang
sudah tumpul. Ini juga karena benda kerja yang berputar tidak simetris sehingga
pahat hanya menyayat pada sisi benda kerja yang bertemu dengan ujung pahat.
 Solusi dan pemecahan masalah
1) Menyeting benda kerja dengan posisi terbaik. Mencari posisi benda kerja
yang paling rata dan halus saat akan di cekam.
2) Selalu memastikan pahat dalam kondisi siap pakai. Jika tumpul lakukan
pengasahan sehingga pahat menjadi tajam kembali.
3) Memposisikan pahat sesuai derajat kemiringan yang diinginkan saat akan

D. PENUTUP

15
D. 1. KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum bubut ini saya dapat menyimpulkan beberapa hal
yaitu :
1) Ketajaman dan sudut mata pahat yang benar sangat berpengaruh pada
hasil permukaan benda kerja karena akan mengahasilkan permukaan
yang kasar.
2) Pada saat melakukan pengasahan mata pahat sebaiknya dilakukan secara
perlahan–lahan, agar sudut pahat yang dihasilkan sesuai dengan yang
telah ditentukan dan agar benda kerja yang dihasilkan permukaannya
rata.
3) Dalam melakukan proses di mesin bubut hendaklah dalam setiap
pembubutan collant diaktifkan agar permukaan benda kerja yang
dihasilkan licin dan mengkilap dan berpengaruh juga terhadap mata pahat
bubut.
4) Saat pembuatan benda kerja terlebih dahulu dijepit dengan kuat dan
sebelum proses dilakukan benda kerja disenter dahulu dengan senter yang
terletak di kepala lepas agar lubang yang dihasilkan lebih bagus dan
lubang yang dihasilkan pada permukaan benda kerja senter atau ditengah.

Jadi, setelah kita ketahui seputar proses pemesinan khususnya mesin bubut itu
tidak sembarangan melainkan harus dilakukan sesuai prosedur guna menghindari
hal hal yang tidak kita inginkan. Nah langkah kerjanya lah yang menentukan
hasilnya jadi terkhususnya bagi engineering. Pentingnya kita belajar dan mulai
memperhatikan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja guna keselamatan kita
sendiri agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan selama kegiatan proses
pemesinan.

D. 2. SARAN
Sebaiknya, pada proses pembubutan kita harus melakukan pengukuran yang
benar dan tepat supaya benda kerja yang di hasilkan sesuai ukuran dengan
gambar kerja. Serta perlunya memperhatikan tentang keselamatan kerja di
bengkel. Untuk hasil kerja bubut yang lebih baik dan memuaskan, diperlukan
latihan secara rutin agar terbiasa bekerja dengan mesin bubut. Selalu fokus saat
bekerja dann jangan sampai lalai dan mengakibatkan hal yang tidak diinginkan.

16
Adapun saran yang dapat saya berikan dalam praktikum pembubutan ini, yaitu :
1) Sebelum mahasiswa menggunakan mesin bubut diharapkan mahasiswa
memahami terlebih dahulu tentang teori dasar dan tata cara menggunakan
mesin bubut yang benar.
2) Setelah chuck dikunci, diharapkan hat-hati jangan pernah meninggalkan
kunci chuck pada pencekam.
3) Jangan mengukur benda kerja yang sedang berputar.
4) Pastikan benda dicekam dengan kuat agar tidak mengobeng dan membuat
hasil bubut menjadi jelek atau buruk.

E. DAFTAR PUSTAKA

17
▪ Harun, C.van Terheijden. 1981. Alat-Alat Perkakas jilid 2. Bandung: Angkasa
Offset
▪ Harun, C.van Terheijden. 1971. Alat-Alat Perkakas jilid 1. Bandung: Angkasa
Offset
▪ Widarto. 2008. Teknik Pemesinan Jilid 1 untuk SMK. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
▪ Irawan Sumbodo dkk. 2008. Teknik Produksi Mesin Industri jilid II. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktirat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
▪ Rizal Sani. 2006. Dasar Fabrikasi Logam. PPPG Teknologi Bandung
▪ Gerling, Heinrich. 1965. All about Machine Tools. Braunshweig: Georg
Westermann Verlag

18
G. LAMPIRAN

19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai