Anda di halaman 1dari 24

29

BAB IV
STANDAR OPERASIONAL PROCEDURE

4.1 Tujuan : ( Agar mahasiswa terampil dalam ) :
a) Membubut Rata dan Halus
b) Membubut Ulir
4.2 Alat dan Bahan
4.2.1 Alat-alat :
a) Mesin Bubut dan kelengkapannya
b) Pahat rata dan pahat ulir
c) Jangka sorong
d) Mal pahat ulir
e) Mal Ulir
f) Senter Bor
4.2.2 Bahan : Besi Silindris 25,4 X 90
4.3 Petunjuk Umum :
a) Periksa kopndisi mesin sebelum di operasikan.
b) Pada waktu menyetel akan memasang benda kerja, memasang pahat mesin
harus dengan keadaan mati.
c) Pemasangan benda kerja dan pahat harus kuat
d) Hati-hati dalam bekerja dan perhatikan K3 ( Kesehatan dan Keselamatan
Kerja ).



30

4.4 Langkah-langkah Pengerjaan
4.4.1 Proses Bubut Rata
Mesin bubut adalah termasuk mesin perkakas dengan gerak utamanya
berputar. Walaupun sebenarnya mesin bubut adalah untuk membuat bentuk
bentuk silindris, tetapi kenyataanya bisa juga dipergunakan untuk hal lain, bisa
dilengkapi dengan mekanisme lain yang bisa digunakan untuk mengerjakan
operasi mesin lain, sebagai tambahan fungsi fungsi dasarnya.
4.4.2 Bagian Bagian Mesin bubut
Bagian utama mesin bubut adalah:
1. Kepala Tetap
2. Kepala Lepas
3. Bed Mesin atau Meja
4. Support atau eretan
5. Kelengkapan alih gerak maju
Adapun fungsi dari masing masing adalah:
Kepala tetap
Adalah sebagai penyangga dan penampung spindle kerja dan unsure
penggeraknya. Spindle kerja adalah merupakan penyalur laju otomatis juga
sebagai penyalur daya gerak motor sebagai daya sayat pada benda kerja.
Kepala Lepas
Berguna sebagai tempat kedudukan pendukung benda kerja silindris
yang panjang sehingga memungkinkan terlaksananya pembubutan yang
baik. Dengan adanya pendukung pada kepala bebas ini putaran benda kerja
dapat terjamin tidak goyang karena terhindar dari defleksi. Selain itu kepala
bebas juga berfungsi untuk membubut tirus benda kerja dan memikul bor
penyenter.
Meja Mesin
Merupakan wadah untuk menampung bagian bagian yang penting
seperti: kepala tetap eretan dan kepala lepas.
31

Eretan
Gerakan laju tergantung pada gerakan utama benda kerja, karena laju
adalah jalannya pahat bubut dalam satu kali putaran benda kerja oleh karena
itu kelengkapan transmisi laju harus digerakan oleh spindle kerja.
Dalam membubut suatu bahan diperlukan beberapa macam gerakan yaitu:
Gerakan berputar
Kecepatan berputar benda kerja digerakan pada pahat dinamakan
kecepatan potong.
Gerakan memanjang
Jika pemotongan itu arahnya sejajar dengan sumbu benda kerja,
gerakan ini dinamakan gerakan memanjang atau gerakan pemakanan.
Gerakan melintang
Jika pemotongan itu arahnya tegak lurus terhadap sumbu benda kerja,
dinamakan gerak melintang atau pemotongan permukaan.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam pemsangan pahat adalah:
Letak ujung sisi pemotongan harus sesuai tepat pada gerakan sumbu
benda kerja.
Jika letak pahat diatas sumbu, maka garis sumbu dan sudut geram
akan membuat sudut bebasnya berkurang. Akibatnya ia akan
melentur dan sisi depan bagian bawah akan masuk lebih dalam pada
benda kerja.
Jika letak pahat dibawah sumbu, maka besarnya sudut antara garis
sumbu dan sudut geram akan berkurang dan sudut bebasnya menjadi
berkurang, akibatnya benda kerja akan terangkat. Untuk itu
pemasangan pahat harus setinggi ujung senter.



32

Beberapa cirri - ciri kerusakan pahat antara lain:
Air pendingin berasap.
Suara pemotongan berubah kadang kadang bergemuruh atau
seperti deru getaran.
Tatal atau geram mulai terasap.
Tatal atau hasil geram menjadi kasar dan berwarna biru.
Pemutar untuk gerakan eretan memanjang (carriage) bergetar.
4.4.3 Langkah pembubutan
Sebelum ke hal pemesinan, karena benda kerja masih berbentuk
silindris dan panjang masing belum sesuai dengan yang diinginkan, maka
benda kerja dipotong dahulu menggunakan gergaji. Mula-mula potong
benda kerja menggunakan mesin gergaji sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan, yaitu panjang 71 mm dengan waktu rata - rata pemotongan
sekitar 3,10 menit , dalam hal produksi seringkali ada yang namanya
toleransi untuk mencegah kekurangan ukuran, maka untuk ukuran
panjangnya ditambah 4 mm menjadi 75 mm.
Setelah dipotong, bentuk sesuai gambar yang telah ditentukan.
Pertama, bentuk seperti pada gambar, sebelum melakukan pekerjaan,
terlebih dahulu lakukan proses penyenteran.
Untuk setiap proses pembubutan dengan mesin bubut, posisi pahat
harus diatas titik center dari kepala lepas. hal ini dilakukan agar pada saat
benda kerja dibubut rata, benda kerja tidak terangkat. Dan pada pembubutan
muka center yang terbuat benar-benar center dan tidak ada penyimpangan.
Mulailah pembubutan dengan bentuk awal sesuai gambar. Nyalakan
mesin bubut atur kecepatan setelah setingan selesai, masukan benda kerja
dan jepit kuat setelah dipastikan benda kerja terpasang pada posisi normal.
Pertama kali, buat terlebih dahulu center pada benda kerja
menggunakan bor. Gerakan perlahan untuk menghindari keausan.
33

Setelah selesai, ganti bor dengan kepala lepas. cek putaran dan
pastikan tidak oleng dan kepala lepas berputar normal. Lalu mulailah
pembubutan,



Gambar skema pembubutan benda kerja

Gambar 4.1 Gambar awal benda kerja
1. Bentuk awal benda kerja (silindris) terbuat dari besi.

Gambar 4.2 Bubut Rata Muka
2. Benda kerja dibubut rata hinga ukuran panjangnya menjadi 84 mm.
34


Gambar 4.3 Bubut halus menjadi 25 mm
3. Membubut rata dan merata serta lurus sepanjang 57 mm, dengan
kedalaman seperti gambar yang diarsir diatas, dan dihasilkan
diameter sebesar 25 mm.

Gambar 4.4 Bubut muka rata menjadi 40 mm dan 15 mm
4. Membubut rata dan merata serta lurus sepanjang 40 mm, dengan
kedalaman 5 mm seperti gambar yang diarsir diatas, dan dihasilkan
diameter sebesar 15 mm.
35


Gambar 4.5 Bubut Halus menjadi 32 mm dan 13
5. Membubut rata dan merata serta lurus sepanjang 32 mm, dengan
kedalaman 1 mm seperti gambar yang diarsir diatas, dan dihasilkan
diameter sebesar 13 mm.

Gambar 4.6 Bubut halus menjadi 20 mm dan 12 mm
6. Membubut rata dan merata serta lurus sepanjang 20 mm, dengan
kedalaman 0,5 mm seperti gambar yang diarsir diatas, dan
dihasilkan diameter sebesar 12 mm.
36


Gambar 4.7 Bubut Alur 3 mm
7. Membubut mengunakan pahat alur ukuran 3 mm untuk membuat
lekukan seperti gambar yang diarsir diatas, dan dihasilkan diameter
sebesar 12 mm.

Gambar 4.8 Bubut Halus menjadi 22 mm
8. Kemudian benda kerja dibalik titik pencengkramanya dan
dilanjutkan membubut rata dan merata serta lurus sepanjang 12
mm, dengan kedalaman 1,5 mm seperti gambar yang diarsir diatas,
dan dihasilkan diameter sebesar 22 mm.


37

Contoh perhitungan pembubutan skema gambar :
Perhitungan mesin bubut dengan diameter 25,4 mm menjadi diameter 25
mm
Benda kerja : d
o
= diameter mula-mula ; mm = 25,4 mm
d
m
= diameter akhir ; mm = 25 mm
t = panjang pemesinan ; mm = 84 mm
i = jumlah banyak nya pemotongan
Pahat : kr = sudut potong utama ; 45
0

y
0
= sudut geram ; 10
0
Mesin bubut : a = kedalaman potong ; mm =
2
) ( dm do
; mm
f = gerak makan ; mm/ri = 2 mm
n = putaran poros utama (benda)/ yang digunakan ;
r/min = 1000 r/min

1. Kedalaman potong : a =

= 0,2 mm
2. Kecepatan makan : vf = f . n = 2 mm . 800 rpm = 1600 mm/min
3. Kecepatan potong : Cs =
1000
. . n d
=

mm/m
= 63,80 mm/min
4. Waktu pemotongan : T = i
s n
L
.
.

, i =
a
dm do
. 2


= 0,4 kali pemotongan
, n =
do
Cs
.
. 1000

=


= 800 rpm
maka,
T = i
s n
L
.
.
=


x 0,4 = 0,18 menit
38

5. Kecepatan penghasilan gram : Z = A .V
, A = f . a = 2 mm . 3,5 mm = 7 mm
2

maka,
Z = f . a . v
= 0,002 m . 0,0035 m . 63,80 m/min
= 0,00044 m
3
/min

Perhitungan mesin bubut dengan diameter 25 mm menjadi diameter 15 mm
Benda kerja : d
o
= diameter mula-mula ; mm = 25 mm
d
m
= diameter akhir ; mm = 15 mm
t = panjang pemesinan ; mm = 40 mm
i = jumlah banyak nya pemotongan
Pahat : kr = sudut potong utama ; 45
0

y
0
= sudut geram ; 10
0
Mesin bubut : a = kedalaman potong ; mm =
2
) ( dm do
; mm
f = gerak makan ; mm/ri = 2 mm
n = putaran poros utama (benda)/ yang digunakan ;
r/min = 1000 r/min

1. Kedalaman potong : a =

= 5 mm
2. Kecepatan makan : vf = f . n = 2 mm . 800 rpm = 1600 mm/min
3. Kecepatan potong : Cs =
1000
. . n d

=

mm/m
= 62,8 mm/min
39

4. Waktu pemotongan : T = i
s n
L
.
.

, i =
a
dm do
. 2


= 10 kali pemotongan
, n =
do
Cs
.
. 1000

=


= 800 rpm
maka, T = i
s n
L
.
.
=


x 10 = 4,68 menit
5. Kecepatan penghasilan gram : Z = A .V
, A = f . a = 2 mm . 5 mm = 10 mm
2

maka, Z = f . a . v
= 0,002 m . 0,005 m . 62,8 m/min
= 0,00062 m
3
/min
Perhitungan mesin bubut dengan diameter 15 mm menjadi diameter 13 mm
Benda kerja : d
o
= diameter mula-mula ; mm = 15 mm
d
m
= diameter akhir ; mm = 13 mm
t = panjang pemesinan ; mm = 32 mm
i = jumlah banyak nya pemotongan
Pahat : kr = sudut potong utama ; 45
0

y
0
= sudut geram ; 10
0
Mesin bubut : a = kedalaman potong ; mm =
2
) ( dm do
; mm
f = gerak makan ; mm/ri = 2 mm
n = putaran poros utama (benda)/ yang digunakan ;
r/min = 1000 r/min

1. Kedalaman potong : a =

= 1 mm
2. Kecepatan makan : vf = f . n = 2 mm . 800 rpm = 1600 mm/min
40

3. Kecepatan potong :Cs =
1000
. . n d

=

mm/min
= 37,68 mm/min
4. Waktu pemotongan : T = i
s n
L
.
.

Dicari Terlebih Dahulu , i =
a
dm do
. 2

=


= 2 kali pemotongan
, n =
do
Cs
.
. 1000

=


= 800 rpm
maka,
T = i
s n
L
.
.
=


x 2 = 0.93 menit
5. Kecepatan penghasilan gram : Z = A .V
A = f . a = 2 mm . 1 mm = 2 mm
2


maka, Z = f . a . v
= 0,002 m . 0,001 m . 37,68 m/min
= 0,00075 m
3
/min

Perhitungan mesin bubut dengan diameter 13 mm menjadi diameter 12 mm
Benda kerja : d
o
= diameter mula-mula ; mm = 13 mm
d
m
= diameter akhir ; mm = 12 mm
t = panjang pemesinan ; mm = 20 mm
i = jumlah banyak nya pemotongan
Pahat : kr = sudut potong utama ; 45
0

y
0
= sudut geram ; 10
0
41

Mesin bubut : a = kedalaman potong ; mm =
2
) ( dm do
; mm
f = gerak makan ; mm/ri = 1 mm
n = putaran poros utama (benda)/ yang digunakan ;
r/min = 1000 r/min

1. Kedalaman potong : a =

= 0,5 mm
2. Kecepatan makan : vf = f . n = 1 mm . 800 rpm = 800 mm/min
3. Kecepatan potong : Cs =
1000
. . n d

=

mm/min = 32,65 mm/min


4. Waktu pemotongan : T = i
s n
L
.
.

, i =
a
dm do
. 2

=


= 1 kali pemotongan
, n =
do
Cs
.
. 1000

=


= 800 rpm
maka,
T = i
s n
L
.
.
=


x 1 = 0,46 menit
5. Kecepatan penghasilan gram : Z = A .V
, A = f . a = 1 mm . 0,5 mm = 0,5 mm
2

maka,
Z = f . a . v
= 0,001 m . 0,0005 m . 32,65 m/min
= 0,000016 m
3
/min

42

Perhitungan mesin bubut dengan diameter 13 mm menjadi diameter 12 mm
Benda kerja : d
o
= diameter mula-mula ; mm = 13 mm
d
m
= diameter akhir ; mm = 12 mm
t = panjang pemesinan ; mm = 3 mm
i = jumlah banyak nya pemotongan
Pahat : kr = sudut potong utama ; 45
0

y
0
= sudut geram ; 10
0
Mesin bubut : a = kedalaman potong ; mm =
2
) ( dm do
; mm
f = gerak makan ; mm/ri = 1 mm
n = putaran poros utama (benda)/ yang digunakan ;
r/min = 1000 r/min

1. Kedalaman potong : a =

= 0,5 mm
2. Kecepatan makan : vf = f . n = 1 mm . 800 rpm = 800 mm/min
3. Kecepatan potong : Cs =
1000
. . n d

=

mm/min = 32,65 mm/min


4. Waktu pemotongan : T = i
s n
L
.
.

, i =
a
dm do
. 2

=


= 1 kali pemotongan
, n =
do
Cs
.
. 1000

=


= 800 rpm
maka,
T = i
s n
L
.
.
=


x 1 = 0,46 menit
5. Kecepatan penghasilan gram : Z = A .V
43

, A = f . a = 1 mm . 0,5 mm = 0,5 mm
2

maka,
Z = f . a . v
= 0,001 m . 0,0005 m . 32,65 m/min
= 0,000016 m
3
/min

4.4.4 Cara Membubut Ulir
Pembubutan ulir ialah dengan mengatur eretan atas yang telah
dipasang pahat. Pahat dimajukan tegak lurus pada poros ulir jadi
perubahannya hanya pada poros ulir. Jadi perubahannya hanya pada eretan
melintang dari eretan. Pembubutan ulir dilakukan secara otomatis. Langkah-
langkah yang diperhatikan sebelum proses pembubutan adalah :
Tentukan jenis ulir yang akan dibuat.
Periksa diameter luar dan diameter dalam benda kerja.
Cekam benda kerja dengan baik.
Tentukan kisar pada lemari roda gigi poros transporter atau dengan
mengganti atau mengatur kedudukan roda gigi pada poros
transporter.
Pastikan 43andle sesuai dengan ketentuan pembuatan ulir.
Pilih kecepatan potong yang sesuai.
Atur kedudukan pahat ulir yang telah digerinda tepat pada
pencekam pahat.
Hitung dalamnya pemakanan.
Atur skala eretan melintang pada kedudukan nol untuk
mempermudah hitungan dalam pemakanan yang dalam hal ini
harus secara bertahap juga pas.
Hidupkan mesin kembali, kembalikan pahat pada ujung benda
kerja dengan merubah kedudukan handle.
44

Setelah mendekati hasil akhir, ulangi beberapa kali tanpa
menambah kedalaman pemakanan, jangan lupa pemberian air
pendingin.

Gambar skema pembubutan ulir



Gambar 4.9 Skema Pembubutan Ulir

Perhitungan pembuatan ulir :
Gerak kerja :
a = kisar dalam mm = 1,5 mm
h = dalamnya ulir = 1,14 mm
d = dalamnya pahat setiap kali memotong
= 1,14 : 8 = 0,14 mm
1 = panjang ulir
i = jumlah kali pemotongan = 8 kali
TM = waktu pemotongan
TT = waktu total
TT = TK + TM
= 0,0027 + 0,0054
= 0,0081 detik

TK = x TM
= x 0,0054
45

= 0,0027 detik
TM =


=



= 0,0054 detik

4.4.5 Proses Pembuatan Kepala Baut
Pada pembuatan kepala baut, untuk mempermudah pekerjaraan kita
menggunakan mesin frais. Seperti sebelumnya pada bab II telah dijelaskan
bahwa mesin frais mempunyai prinsip kerja berputar.
Sebelum menggunakan mesin frais, tentukan terlebih dahulu alat potong
yang akan digunakan. Karena banyak sekali variasi bentuk dan kegunaan dari
alat potong mesin frais. Perlu diperhatikan juga bahan dari alat
potong/pisau/pahat yang digunakan.
Kemudian, lakukan penyetingan pada kepala pembagi. Terdapat
berbagai macam kepala pembagi, diantaranya :
Kepala pembagi dengan plat pembagi
Kepala pembagi dengan penggerak roda gigi cacing dan ulir cacing
kepala pembagi dengan roda gigi cacing dan poros cacing yang
dilengkapi dengan piring pembagi
kepala pembagi universal
kepala pembagi dengan kelengkapan optic
Pada mesin yang akan kita gunakan ini adalah bentuk kepala pembagi
dengan roda gigi cacing yang dilengkapi dengan piring pembagi. Kepala
pembagi ini mempunyai perbandingan putaran 40:1. artinya jika engkol
diputar 40 putaran maka roda gigi cacing baru berputar satu putaran sehinggga
untuk pembagian keliling z bagian diperlukan putaran engkol sebanyak n
putaran yang dapat dihitung dengan persamaan:
46

N =


keterangan :
N = putaran engkol
z = jumlah pembagian yang diperlukan
40 = angka perbandingan transmisi


Gambar 4.10 Roda Gigi Pembagi
Jumlah pembagian yang akan dibuat adalah 6, maka sesuai rumus :
N =
6
40
= 6
6
4
x
9
9
= 6
54
36

47


Gambar 4.11 piring pembagi
Maka engkol diputar 6 kali putaran dan

putaran pada setiap bagiannya.


Setelah diatur sesuai keperluan, kemudian pasang benda kerja pada
pencekam. Posisi benda kerja harus tepat jangan sampai ada kemiringan,
karena akibatnya pemakanan pada benda kerja tidak akan sempurna. Maka
disarankan pencekam jangan terlalu kencang sebelum posisi diatur. Setelah
posisi benda benar, maka kencangkan pencekam.
Kemudian tentukan pisau yang akan digunakan untuk pengefraisan, serta
jangan lupa untuk mengecek ketegak lurusan antara pisau dengan benda kerja
dengan menggunakan dial indikator.
Setting kecepatan potong (cutting speed) sesuai dengan diameter pisau
frais dan jenis benda kerja. Dengan rumus :
Cs =
1000
. . n d
m/min
tentukan juga pisau yang akan digunakan sesuai dengan material yang akan
difrais, bahan pisau yang digunakan dan diameter pisau.

48

Kemudian lakukan penyetingan kedalaman potongnya. Caranya sebagai
berikut :
gerakan meja hingga benda kerja yang telah dicekam pada tempat
yang akan disayat berada ditengah pada posisi di bawah pisau
tempelkan kertas tipis yang telah dibasahi pada benda kerja
hidupkan mesin hingga mesin frais berputardan siap menyayat
dekatkan benda kerja menuju pisau frais hingga menyentuh kertas
tipis
bila pisau telah menyentuh kertas tipis, hentikan mesin dan
settinglah ukuran pada angka nol
bebaskan benda dengan menggerakkan lurus dan naikan sesuai
kedalaman yang disyaratkan
lakukan pemakanan hingga mencapai kedalaman yang ditentukan
setelah semua dilakukan, maka proses selanjutnya adalah operasional
pemotongan :
sayatlah gigi pertama dengan pemakanan otomatis dan aturlah
langkah meja sehingga akan berhenti apabila pahat telah sampai di
ujung benda kerja
setelah 1 kali penyayatan telitilah ketepatan profil maupun
ketepatan ukuran agar dapat dilakukan perbaikan bila masih kurang
lakukan pemakanan pada gigi ke 2 dan selanjutnya hingga selesai
untuk perhitungan mesin frais :
Benda kerja : w = lebar pemotongan = 11 mm
Lw = panjang pemotongan = 27 mm
a = kedalaman potong = 1,5 mm
Pahat frais: d = diameter luar = 22 mm
z = jumlah gigi ( mata potong) = 4
Kr = sudut potong utama = 90
0
(untuk pahat frais selubung)
49

Mesin frais: n = putaran poros utama = 55
Vf = kecepatan makan

Gambar skema pembuatan kepala baut dengan mesin frais


Gambar 4.12 Proses Pembubutan Mesin Frais

Elemen dasar proses frais sebagai berikut :
vf =
12
. . Bp d
,Bp = n = 55
=
12
(55) ) 22 ( ) 14 , 3 (
,D = 22
=
12
799,4 3

= 316, 17 rpm


50

1. kecepatan potong
v =
1000
. . n d

=
1000
) 55 )( 22 )( 14 , 3 (

=
1000
) 4 , 3799 (

= 3,8 mm/min

2. gerak makan per gigi
Fz =
n z
vf
.

=



= 1,44 mm/gigi

3. waktu pemotongan
tc =
vf
lt

dimana :
lt = lv + lw + ln lv = a (d-a) ; untuk frais datar
lw 0 ; untuk frais tegak
ln
2
d
; untuk frais datar
lv = a (d-a)
= 1,5 (22-1,5)
= 2 (20,5) = 41
ln =
2
d

=
2
22
= 11
lt = 41 + 12 + 11
= 64 mm = 0,0064 m
Maka ;
51

tc =
vf
lt

=


= 0,21 min
4. kecepatan penghasil geram
Z = vf. a .
1000
w

= (316,17) ( 0,0015) (0,000011)
= 0,00000522 m
3
/min


52


Gambar 4.13 Hasil Akhir Permesinan

Anda mungkin juga menyukai