Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIK

PEMESINAN FRAIS/MILLING 1

DIBUAT UNTUK MEMENUHI


UJIAN TENGAH SEMESTER MATA PERKULIAHAN
PEMESINAN FRAIS 1

OLEH :
ALFAN MOHAMMAD SHIROTHU RIZQI
5201418010

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penguasaan skill dan terampil dalam praktik, menjadi bagian yang harus dikuasai sebagai
mahasiswa tekinik tak terkecuali jurusan teknik mesin. Kegiatan praktikum dalam teknik mesin,
harus dilakukan untuk mengasah skill dan mendapatkan penguasaan pengetahuan mengenai
proses pembuatan suatu produk. Praktik pemesinan cenderung pada proses bagaimana
mengerjakan suatu benda kerja menggunakan sebuah mesin. Mesin frais merupakan sebuah
mesin potong yang dapat digunakan untuk menghasilkan suatu produk dengan proses pengerjaan
menggunakan alat potong yang dinamakan End Mill. Seiring perkembangan teknologi,
penggunaan mesin frais sangat dibutuhkan baik dalam keperluan produksi maupun keperluan
pendidikan.

Pembuatan laporan praktik ini dilakukan sebagai pembukuan tertulis dari praktikum yang
telah dilakukan. Serta untuk mengetahui tingkat capaian mahasiswa dalam penguasaan materi
yang telah disampaikan.

1.2 TUJUAN
a. Mampu menghitung putaran mesin (Revolotion Permenit–Rpm) pada proses pengefraisan
b. Mampu menghitung kecepatan potong (Cutting speed–Cs) pada proses pengefraisan
c. Mampu menghitung kecepatan pemakanan (feed) pada proses pengefraisan
d. Mampu menjelaskan teknik pengefraisan dalam membuat V-Block.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEMBUATAN LAPORAN


• Hari/tanggal : Minggu, 10 Mei 2020

2.2 PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


• Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses praktik pemesinan frais ini adalah :
a. Mesin frais
b. Colet dan End Mill Cutter Ø 8 mm
c. Colet dan End Mill Cutter Ø16 mm
d. Kunci arbor
e. Kunci ragum
f. Ragum universal
g. Kunci kepala frais
h. Jangka sorong
i. High gauge
j. Penyiku
k. Palu lunak
l. Parallel (pengganjal pahat)
m. Coolend

• Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam proses praktik pemesinan bubut ini adalah :
a. Alumunium ukuran panjang x lebar = 38 mm x 55 mm.
2.3 GAMBAR KERJA

2.4 PROSEDUR PENGERJAAN

• Persiapan :

- Menyiapkan segala alat dan bahan yang akan digunakan


- Memakai APD sesuai yang diperlukan saat praktik frais
- Melakukan pengecekan pada ukuran benda kerja

• Menentukan parameter pemotongan pada mesin bubut :

a. Kecepatan Cutting speed (Cs)

Kemampuan mesin menghasilkan panjang sayatan tiap menit disebut kecepatan potong
(sayat), yang diberi simbol Cs (Cutting Speed). Pada prinsipnya kecepatan pemotongan suatu
material tidak dapat dihitung secara matematis. Karena setiap material memiliki kecepatan
potong sendiri-sendiri berdasarkan karakteristiknya dan harga kecepatan potong dari tiap
material ini dapat dilihat didalam table yang terdapat didalam buku atau referensi. Untuk lebih
jelasnya mengenai harga kecepatan potong dari tiap material dapat dilihat pada table dibawah
ini :
Gambar 1. Tabel kecepatan potong

Dalam praktik ini benda kerja yang akan difrais menggunakan bahan alumunium, sehingga
jika diterapkan dalam rumus kecepatan potongnya (Cs) adalah :

Jadi, Cutting Speed yang digunakan adalah 100 m/menit

b. Kecepatan putaran mesin (Spindle mesin) : membuat alur 10 mm.

Pada benda kerja yang akan digunakan berbahan alumunium dengan memiliki akan difrais
dengan kecepatan potong (Cs) = 100 m/menit menggunakan alat potong (End Mill) dengan
diametr Ø8 mm. Besar putaran mesin dapat dihitung sebagai berikut :

Hasil perhitungan di atas pada dasarnya sebagai acuan dalam menyetel putaran mesin
agar sesuai dengan putaran mesin yang tertulis pada tabel yang ditempel di mesin tersebut.
Artinya, putaran mesin aslinya dipilih dalam tabel pada mesin yang nilainya paling dekat dengan
hasil perhitungan di atas.
c. Kecepatan putaran mesin (Spindle mesin) : membuat alur 28 mm.

Pada benda kerja yang akan digunakan berbahan alumunium dengan memiliki akan difrais
dengan kecepatan potong (Cs) = 100 m/menit menggunakan alat potong (End Mill) dengan
diametr Ø16 mm. Besar putaran mesin dapat dihitung sebagai berikut :

d. Kecepatan pemakanan (Feeding) : membuat alur 10 mm.

Pada benda kerja akan difrais dengan putaran mesin sebesar 3980 putaran per-menit, dan
besar pemakanan (f) = 1 mm/putaran. Besar kecepatan pemakanannya adalah :

Jadi, pisau akaan bergeser 796 mm selama satu menit.

e. Kecepatan pemakanan (Feeding) : membuat alur 28 mm.

Pada benda kerja akan difrais dengan putaran mesin sebesar 1,990 putaran per-menit, dan
besar pemakanan (f) = 1 mm/putaran. Besar kecepatan pemakanannya adalah :

Jadi, pisau akaan bergeser 398 mm selama satu menit.


•Setting End Mill dan pemasangan benda kerja

- Pertama, yang dapat dilakukan adalah memajukan lengan dan melepaskan pendukung arbor.

Gambar 2. Pemasangan arbor.

- Kemudian bersihkan lubang dan arbor bagian tirusnya.

Gambar 3. Membersihkan bagian tirus.

- Pasanglah arbor pada spindle mesin, kemudian ikat arbor dengan memutar mur pengikat
yang ada dibelakang body mesin.

Gambar 4. Mengikat arbor.

- Jika sudah, pasanglah pisau (endmill cutter) dan ring arbor (kollar) pada arbor.
- Selanjutnya lakukan pengecekan pada kesejajaran ragum.
- Jika sudah dicek, dan ragum sudah sejajar, pasanglah benda kerja pada ragum. Untuk
mendapatkan pemasangan benda kerja yang baik, sebelum ragum dikencangkan dengan kuat
pukul benda kerja dengan hati-hati menggunakan palu lunak, untuk menyesuaikan atau
mensejajarkan.
Gambar 5. Pemasangan benda kerja pada ragum.

•Pengefraisan meratakan permukaan

- Setelah benda sudah terpasang, kemudian mencari titik nol dengan cara meletakkan sobekan
kertas diatas benda kerja lalu nyalakan mesin. ketika mata pisau telah menyentuh krtas
sobekan tadi maka titik nol nya sudah didapati.
- Gerakkan spindle sumbu Z sebesar 0,5 mm ke atas dan gerakkan sumbu x sehingga terjadi
pemakanan.
- Ratakan bidang atas, jika sudah lepas benda kerja dan lakukan frais rata ke sisi lain yang
belum rata sampai ukuran menjadi 35 mm x 50 mm.

•Pengefraisan V-Block

a. Mengefrais alur 10 mm dengan endmill cutter Ø8 mm :


- Langkah selanjutnya mulai melakukan pengefraisan alur. Yang perlu dilakukan sebelum
melakukan pemakanan pada benda yaitu mencari titik nol. Lakukan setting nol dengan cara
melakukan pemakanan dengan metode menggunakan kertas sebagai tanda kedalaman
pemakanan.
- Proses penentuan titik nol dilakukan di samping benda kerja. Naikkan benda kerja setinggi ¼
dari pisau frais, kemudian tentukan titik nol pada samping benda kerja. Jika sudah ketemu
titik nol nya maka turunkan benda kerja sampai mata pisau (endmill) bebas.
- Geserlah dengan eretan sumbu x (arah kanan kiri) sejauh 17,5 mm.
- Atur putaran dan feeding mesin sesuai dengan perhitungan yang ada diawal tadi Cutting
Speed yang digunakan adalah 100 m/menit dan kecepatan spindle mesin .
- Lakukan pemakanan dengan arah putaran searah jarum jam menggunakan endmill Ø8 mm.
Lakukan penyayatan pada benda kerja dengan kedalaman 1 mm, untuk pembuatan alur
sendiri, yang perlu digerakkan hanya pada eretan naik turun (sumbu y) untuk menambah
kedalaman pemakanan dan eretan maju mundur (sumbu z) digunakan untuk menggerakkan
pemakanan.
- Lakukanlah pemakanan pada benda kerja sampai mendapatkan ukuran kedalaman yang
sesuai dengan perintah gambar kerja yaitu 3,5 mm dan dengan lebar alur 10 mm. Ketika
melakukan pemakanan, jangan lupa semprotkan coollend pada mata pisau agar mata pisau
tidak cepat panas sehingga bisa mengakibatkan mata pisau cepat aus.
- Ulangi langkah yang sama untuk mengefrais alur kedalaman 3,5 mm dan lebar alur 10 mm
pada sisi lainya.

Gambr 6. Frais alur 10 mm.

b. Mengefrais alur 28 mm dengan end mill Ø16 mm :


- Kembali pada step awal, yaitu menentukan titik nol. Lakukan setting nol dengan cara
melakukan pemakanan dengan metode menggunakan kertas sebagai tanda kedalaman
pemakanan.
- Naikkan benda kerja sebesar 1 mm atau ¼ dari pisau frais Setelah itu tentukan titik nol pada
samping benda kerja. Setelah ketemu titik nol maka turunkan benda kerja sampai pisau
bebas. Kemudian geser dengan eretan sumbu x (kanan kiri) sejauh 3,5 mm + Ø16 endmill =
19,5 mm.
- Kemudian atur putaran dan feeding mesin sesuai dengan perhitungan yang ada diawal tadi
Cutting Speed = 100 m/menit dan kecepatan spindle mesin .
- Lakukan pemakanan dengan arah putaran searah jarum jam menggunakan endmill Ø16 mm.
- Lakukan penyayatan pada benda kerja dengan kedalaman 1 mm, untuk pembuatan alur
sendiri, yang perlu digerakkan hanya pada eretan naik turun (sumbu y) untuk menambah
kedalaman pemakanan dan eretan maju mundur (sumbu z) digunakan untuk menggerakkan
pemakanan.
- Lakukanlah pemakanan pada benda kerja sampai mendapatkan ukuran kedalaman yang
sesuai dengan perintah gambar kerja yaitu 3,5mm. Ketika melakukan pemakanan, jangan
lupa semprotkan coollend pada mata pisau agar mata pisau tidak cepat panas sehingga bisa
mengakibatkan mata pisau cepat aus.
- Pembuatan alur yang diminta pada gambar kerja adalah 28 mm dan end mill yang digunakan
sebesar 16 mm maka end mill perlu di geser lagi sebesar 12 mm (28-16=12), lalu gunakan
eretan sumbu x untuk mengeser. Setelah menempati posisi yang tepat maka tentukan titik nol
pada permukaan, selanjutnya mulai lah dengan melakukan pemakanan secara perlahan dan
sedikit sedikit sampai terbuat menjadi alur 28 mm.
Gambar 7. Pengefraisan alur 28 mm.

c. Pengefraisan sudut/alur “v”


- Setelah selesai mengefrais alur, melanjutkan frais sudut (alur) dengan cara memiringkan
ragum universal sampai 45º.
- Kemudian pasang benda kerja dengan kencang, tidak oleng dan presisi.
- Jika sudah lanjutkan dengan penyettingan titik nol.
- Jika benda telah tersetting dengan baik dan telah menemukan titik nol, lakukan pengefraisan
alur “v” dengan melakukan penyayatan sedikit-sedikit, perlahan, dan berhati-hati sampai
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar kerja.
- Lanjutkan pengefraisan sudut (alur v) sampai selesai, jangan lupa setelah selesai proses cek
ukuran benda hasil frais.

Gambar 8. Pengefraisan alur v


d. Pengefraisan alur 10 mm, pada alur v.
- Setelah menyelesaikan pengefraisan alur v, kini ke tahap terakhir yaitu membuat alur 10
mm diantara (ditengah-tengah) alur v.
- Gantilah endmill, menggunakan endmill ukuran Ø8 mm. Lalu lanjutkan pada
penyettingan titik nol. Carilah titik nol dengan cara meletakkan sobekan kertas diatas
benda kerja lalu nyalakan mesin. ketika mata pisau telah menyentuh krtas sobekan tadi
maka titik nol nya sudah didapati.
- Ketika sudah ditemukan titik nolnya lalu mulai lah untuk lakukan pemakanan sebesar 1
mm.
- Lanjutkan penyayatan dalalm membuat alur sampai kedalaman 3,5 mm dan dengan lebar
alur 10 mm.
- Setelah selesai melakukan proses pengefraisan, lepas benda dari ragum dan mulailah
untuk melakukan pengecekan ukuran keseluruhan pada benda.

Gambar 8. Pengefraisan alur.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mesin frais adalah salahsatu jenis mesin perkakas yang dapat digunakan untuk mengerjakan
suatu bentuk benda kerja dengan mempergunakan pisau frais sebagai alat potongnya. Dilihat
dari cara kerjanya, mesin frais termasuk mesin perkakas yang mempunyai gerak utama berputar.
Pisau dipasang pada sumbu/arbor mesin yang didukung dengan alat pendukung arbor.Jika arbor
mesin diputar oleh motor, maka pisau frais ikut berputar.Arbor mesin dapat berputar ke kanan
atau ke kiri, sedangkan banyaknya putaran diatur sesuai dengan kebutuhan.

Dengan berbagai kemungkinan gerakan meja meja mesin frais, mesin ini dapat digunakan
untuk membentuk bidang-bidang diantaranya : Bidang-bidang rata datar, bidang-bidang rata
miring menyudut, bidang-bidang siku, bidang-bidang sejajar, alur lurus atau melingkar, dan lain-
lain.

Parameter pemotongan pada mesin frais merupakan sebuah informasi berupa dasar-dasar
perhitungan dan rumus yang mendasari dari proses pemotongan/penyayatan pada mesin frais
agar tercapai hasil yang presisi. Parameter pemotongan pada mesin frais meliputi kecepatan
potong (Cutting speed - Cs), kecepatan putaran mesin (Revolotion Permenit - Rpm), kecepatan
pemakanan (Feed – F).

3.2 Saran

Adapun saran/masukan mengenai hal yang dapat dilakukan saat melakukan proses
pengefraisan adalah :

- Sebelum melakukan proses pembubutan hendaknya untuk menggunakan APD untuk


terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.
- Setelah selesai melakukan proses pengefraisan, per step jangan lupa untuk melakukan
pengecekan ukuran pada benda kerja agar tidak terjadi kelebihan batas toleransi ukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Penulis. (2015). TEKNIK PEMESINAN FRAIS 1. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai