Anda di halaman 1dari 5

DASAR – DASAR PENGETAHUAN ILMIAH: PENDEKATAN

TRANSENDENTAL

UAS Paper Kelompok

Pengantar Filsafat Ilmu – TME 241 Seksi A

Kelompok 2:

Albert Prayitno (201904510042)

Derich (201904510063)

Juan Karell Fitzgerald Turnip (201904510074)

Peter Sahat Parsaoran Siregar (201904510083)

Alfi Nabil (201904510084)

Dosen: Augustinus Marsup

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN – FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

JAKARTA

2021
I. LATAR BELAKANG

Idealisme transendental, disebut idealisme formalistik, istilah yang diterapkan


pada epistemologi filsuf Jerman abad ke-18 Immanuel Kant, yang berpendapat diri
manusia, atau ego transendental, membangun pengetahuan dari kesan indra dan
dari konsep-konsep universal yang disebut kategori yang diterapkan pada mereka.
Transendentalisme Kant sangat kontras dengan dua pendahulunya idealisme
bermasalah dari Rene Descartes, yang mengklaim keberadaan materi dapat
diragukan, dan idealisme dogmatis George Berkeley yang dengan tegas
menyangkal keberadaan materi.

Kant percaya ide, bahan mentah pengetahuan, entah bagaimana harus


disebabkan oleh kenyataan yang ada secara independen dari pikiran manusia; tetapi
dia berpendapat hal-hal seperti itu dalam dirinya sendiri harus tetap selamanya
tidak diketahui. Pengetahuan manusia tidak dapat menjangkau mereka karena
pengetahuan hanya dapat muncul dalam proses mensintesis ide-ide indera.

Idealisme transendental adalah doktrin yang didirikan oleh filsuf Jerman


Immanuel Kant pada abad ke-18. Doktrin Kant ditemukan di sepanjang Critique of
Pure Reason (1781). Kant berpendapat subjek yang sadar tidak mengenali objek
sebagaimana adanya dalam diri mereka sendiri, tetapi hanya cara mereka
menampakkan diri kepada kita di bawah kondisi sensibilitas kita. Dengan demikian,
doktrin Kant membatasi ruang lingkup kognisi kita untuk penampilan yang diberikan
pada sensibilitas kita dan menyangkal kita dapat memiliki kognisi terhadap hal-hal
sebagaimana adanya dalam diri mereka sendiri, yaitu hal-hal sebagaimana mereka
terlepas dari bagaimana kita mengalaminya melalui kemampuan kognitif kita.

II. RUMUSAN MASALAH

1.) Apakah pengertian dari ilmu pengetahuan ?

2.) Bagaimana gagasan Kant tentang ilmu pengetahuan ?

3.) Apakah tujuan filsuf Kant menggunakan metode transdental?


III. TUJUAN

1.) Mendalami konsep pengetahuan ilmiah dari pandangan filsuf Kant.

2.) Mengetahui dasar dasar pengetahuan transudental untuk diterapkan dalam


kehidupan.

3.) Memahami arti dari Pengetahuan ilmiah universal.

4.) Mengetahui syarat-syarat apa saja yang menyebabkan suatu pernyataan dapat
dikatakan sebagai pernyataan ilmiah.

5.) Mengetahui arti dari ilmu pengetahuan.

IV. ANALISIS

Rene Descartes dan John Locke

Dua filsuf diatas, memiliki pandangan masing-masing terkait dengan


pertanyaan mengenai fundamen pengetahuan dan metode-metode yang dapat
diandalkan dalam ilmu pengetahuan. Rene Descartes memberikan perhatian pada
konsep-konsep universal. Dengan polarisasi ini kita boleh mengatakan bahwa Rene
Descartes adalah konseptualis sejati.

Berbeda dengan Rene Descartes, John Locke lebih empiris dengan


memberikan perhatian pada pembuktian berdasarkan pengamatan. John Locke
adalah seorang empiris yang melihat konsep atau gagasan sebagai konsekuensi dari
pengamatan dan pengalaman manusia.

Immanuel Kant

Berdasarkan dari temuan kopernikus hingga newton, Kant merumuskan


gagasannya tentang ilmu pengetahuan sebagai pengetahuan yang universal dan
yang seharusnya. Dengan kata lain, obyek ilmu pengetahuan bukanlah fakta singular
yang berubah-ubah, tetapi hukum yang berlaku umum seperti hukum gerak dan
gravitasi.Idealisme transendental adalah doktrin yang didirikan oleh filsuf Jerman
Immanuel Kant pada abad ke-18. Doktrin Kant ditemukan disepanjang Critique of
Pure Reason (1781).

Kant berpendapat subjek yang sadar tidak mengenali objek sebagaimana


adanya dalam diri mereka sendiri, tetapi hanya cara mereka menampakkan diri
kepada kita di bawah kondisi sensibilitas kita. Dengan demikian, doktrin Kant
membatasi ruang lingkup kognisi kita untuk penampilan yang diberikan pada
sensibilitas kita dan menyangkal kita dapat memiliki kognisi terhadap hal-hal
sebagaimana adanya dalam diri mereka sendiri, yaitu hal-hal sebagaimana mereka
terlepas dari bagaimana kita mengalaminya melalui kemampuan kognitif kita.

Idealisme Transendental

Idealisme transendental, disebut idealisme formalistik, istilah yang diterapkan


pada epistemologi filsuf Jerman abad ke-18 Immanuel Kant. Kant berpendapat diri
manusia, atau ego transendental, membangun pengetahuan dari kesan indra dan
dari konsep-konsep universal yang disebut kategori yang diterapkan pada mereka.

Transendentalisme Kant sangat kontras dengan dua pendahulunya idealisme


bermasalah dari Rene Descartes, yang mengklaim keberadaan materi dapat
diragukan, dan idealisme dogmatis George Berkeley yang dengan tegas menyangkal
keberadaan materi.

Syarat-syarat Pengetahuan dalam Transendental

Syarat-syarat pengetahuan yang dimaksud tidak berasal dari kenyataan


realitas obyektif (Sebagaimana dipikirkan oleh Locke), juga tidak berasal dari "Aku"
sebagai subyek kesadaran (Sebagaimana dipikirkan oleh Descartes), tetapi
kesadaran atau lebih tepat kenyataan sebagaimana menjadi obyek kesadaran.

Tujuan Metode Transendental

Dengan metode transendental ini, Kant ingin membuat sebuah revolusi


"Kopernikus" dalam pandangan kita tentang pengetahuan. Seperti Kopernikus
berhasil membalik kesadaran historis mengenai dunia astronomi: dari pengetahuan
matahari mengitari bumi kepada pengetahuan bumi mengitari matahari.

Kant mengadakan perubahan radikal dari kesadaran bahwa realitas obyektif


menentukan kesadaran subyektif kepada kesadaran bahwa subyek yang
menentukan realitas obyektif. Kant berargumen, subyek manusia adalah titik tolak
pengetahuan obyektif.

V. KESIMPULAN

Menurut kelompok kami, Kant merumuskan gagasannya tentang ilmu


pengetahuan sebagai pengetahuan yang universal dan yang seharusnya. Dengan
kata lain, objek ilmu pengetahuan bukanlah fakta yang berubah ubah, tetapi hukum
yang berlaku umum seperti hukum gerak dan gravitasi. Kant secara tidak langsung
mengangkat kembali gagasan Plato dan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuam tidak
berbicara tentang peristiwa individual, tapi mengenai hakekat benda yang tidak
berubah. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan tentang hukum hukum yang
berlaku universal dan seharusnya. Pengetahuan mengenai hukum hukum tersebut
menjadi titik tolak penjelasan atas gejala alam.

Kant menjelaskan apa yang dimaksud dengan syarat syarat pengetahuan


dalam metode transdental. Hal ini berdasarkan kesadaran atau lebih tepatnya
kenyataan sebagaimana menjadi objek kesadaran. Kant melihat kenyataan sebagai
sesuatu yang tampak bagi kesadaran dan sejauh menjadi isi objektif kesadaran
tersebut. Dengan metode transdental ini, Kant ingin membuat sebuah revolusi
“Kopernikus” sebagai pandangan terhadap pengetahuan. Kant mengadakan
perubahan radikal dari kesadaran bahwa realitas objektif menentukan kesadaran
bahwa subjek yang menentukan realitas objektif. Kant berpendapat bahwa subjek
manusia adalah titik tolak pengetahuan objektif. Objek tidak pernah berdiri sendiri
tetapi harus dapat dijelaskan dari sudut pandang subjek.

VI. DAFTAR PUSTAKA


[1]. Dua, Mikhael. (2020) ‘Metode dan Perubahan Pandangan’, Penerbit: Universitas
Katolik Indonesia Atmajaya.

Anda mungkin juga menyukai