Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR II

PRAKTIKUM LAS LISTRIK


DAN LAS OKSIASETILIN (LAS KARBIT)

DISUSUN OLEH :

PUTRI NABILA AULIYA (0211164000091)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses manufaktur adalah proses pengerjaan suatu material untuk
menghasilkan produk sesuai dengan yang diinginkan. Pada proses ini berbagai
macam perlakuan dilakukan untuk mencapai produk sesuai dengan bentuk dan sifat
yang dibutuhkan. Produk yang dihasilkan beragam, tergantung metode dan jenis
mesin apa yang digunakan pada proses pengrjaannyanya.
Salah satu metode pengerjaan yang digunakan dalam proses manufaktur
adalah las. Las adalah proses penyambungan logam menggunakan logam filler untuk
dijadikan barang produksi. Proses ini memanfaatkan titik lebur dari logam itu sendiri
maupun dari logam lainnya yang mengisi celah antar plat logam tersebut.
Dengan adanya pengetahuan mengenai aplikasi langsung dari proses las akan
membantu mahasiswa dalam dunia kerja. Sehingga diperlukan praktikum las untuk
mendukung keselarasan antara materi yang diberikan di kelas dengan aplikasi
langsung di lapangan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah dan praktikum ini antara lain:
1. Mengetahui mekanisme kerja dari LAS Listrik.
2. Mengetahui mekanisme kerja dari LAS Karbida
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan LAS Listrik
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan LAS Karbida

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah dan praktikum ini antara lain:
1. Memberikan informasi mengenai mekanisme LAS
2. Sebagai referensi tambahan untuk mempelajari LAS
3. Sebagai referensi tambahan untuk pemilihan proses LAS
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Proses Las


Pengelasan adalah proses penyambungan material sehingga menjadi satu
dengan menggunakan energi panas dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat
dilakukan dengan :
1. Pemanasan tanpa tekanan
2. Pemanasan dengan tekanan
3. Tekanan tanpa memberikan panas dari luar
Disamping itu pengelasan dapat dilakukan tanpa logam pengisi ataupun
dengan logam pengisi. Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam penyambungan
logam.
a. Berikut merupakan beberapa macam-macam pengelasan:
1. Las Listrik Dengan Elektroda Karbon (Arc Welding);
2. Las Listrik Dengan Ekktroda Berselaput (SMAW);
3. Las Listrik GMAW / MIG;
4. Las Listrik Submerged.
b. Posisi Pengelasan terdiri dari empat macam yaitu:
1. Posisi di Bawah Tangan
Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada
permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan.
2. Posisi Tegak (Vertikal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas
atau kebawah.
3. Posisi Datar (Horisontal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas
atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena
bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil
dengan kemiringan elektroda sekitar 10º – 15º terhada garis vertikal dan 70º –
85º terhadap benda kerja.
4. Posisi di Atas Kepala (Over Head)
Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair banyak
berjatuhan dapat mengenai juru.
c. Macam-macam cacat Las
 Porositas merupakan cacat yang dikarenakan adanya gas yang terperangkap di
daerah lasan dalam jumlah yang melebihi syarat batas.

Gambar 2.1 Porositas

 Slag Inclusion terjadi akibat pembersihan pada saat pengelasan yang berlapis
kurang bersih. Hal ini juga dapat diakibatkan penggunaan flux pada
pengelasan yang berlapis.

Gambar 2.2 Slag Inclusion

 Incomplete Fusion, cacat ini dapat diakibatkan oleh kesalahan penggunaan


besar arus, kecepatan pengelasan, incorrect electrode manipulation, maupun
kesalahan pengelas.

Gambar 2.3 Incomplete Fusion

 Undercut, merupakan cacat yang melemahkan sambungan, mengawali karat


permukaan, dan dapat menimbulkan tegangan geser (Displacement Stress)
yang berpotensi retak. Cacat ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, antara
lain:
1. Suhu metal terlalu tinggi;
2. Amper capping tinggi;
3. Speed capping terlalu rendah.

Gambar 2.4 Undercut

 Overlap, Cacat ini dikarenakan :


1. Arus terlalu rendah;
2. Kecepatan pengelasan rendah;
3. Kesalahan teknik mengelas;
4. Kontaminasi sekitar.

Gambar 2.5 Overlap

5. Crack (retak), banyak hal yang dapat menyebabkan cacat ini. contoh bentuk
crack adaah seperti berikut:

Gambar 2.6 Crack


2.2. Pengertian Las Karbit
Las Gas / Karbit atau las asitelin adalah proses penyambungan logam
dengan logam menggunakan gas karbit (gas aseteline=C2H2) sebagai bahan
bakar. Prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar gas
dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat
mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat
digunakan gas-gas asetilen, propana atau hidrogen.

a. Bagian dan fungsi peralatan las karbit

Gambar 2.7 peralatan las karbit


Berikut ini adalah merupakan peralatan yang diperlukan untuk melakukan Las karbit:
 Gas oksigen berfungsi dalam proses pembakaran.
 Gas asetilen, berfungsi sebagai bahan bakar dalam proses pembakaran.
 Regulator, berfungsi untuk mengatur aliran dari masing-masing gas.
 Selang penyalur, berfungsi untuk menghubungkan atau mengalirkan gas dari
tabung gas oksigen dan asetilen menuju brander.

b. Jenis Nyala api


Proses pencampuran gas bisa dimanipulasi sesuai dengan tujuan pengelasan.
Berikut merupakan jenis nyala api yang di dapat dari pencamputan gas.

 Nyala Api Netral


Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar mengalami
surface hardening. Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api
kerucut antara tidak ada. Nyala api netral yang diakibatkan karena pembakaran
campuran gas oksigen dan acetylene dengan perbandingan relative sama (biasanya
sedikit lebih banyak oksigen). Nyala berbentuk busur dengan warna putih kekuningan
dan panjangnya melebihi nyala oksidasi tetapi lebih pendek dari nyala karburasi.
Temperatur yang dapat dicapai sekitar 3200 oC dan sangat cocok jika digunakan
untuk pengeLasan baja.

Gambar 2.8 Nyala api netral

 Nyala Api Oksigen Lebih


Sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan. Setelah
dicapai nyala api netral kemudian kita kurangi aliran gas asetilen maka kita akan
dapatkan nyala api oksigen lebih. Campuran gas yang terlalu banyak oksigen disebut
nyala oksidasi. Nyala intinya berbentuk kerucut dengan warna putih kebiruan,
panjangnya lebih pendek dari nyala Netral, dan bersuara mendesis. Temperature
nyala oksidasi sekitar 3500 oC. Walaupun temperatur tersebut sudah dapat
mencairkan baja namun jika diterapkan dalam pengeLasan baja akan terjadi oksidasi,
karena banyak sisa gas oksigen yang tidak terbakar mengikat elemen Fe dan
membentuk oksida besi (FeO, Fe2O3). Oksida besi ini dapat menyebabkan cacat Las
yang berupa slag inclution (kotoran yang ikut ke dalam deposit logam las).

Gambar 2.9 Nyala api oksidasi

 Nyala api Asitelin Lebih


Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas oksigen.
Campuran yang terlalu banyak acetylene menyebabkan banyak gas acytelene yang
tidak terbakar, bentuk nyala inti memanjang dengan warna kuning kemerahan.
Bentuk nyala seperti ini dinamakan nyala karburasi. Nyala Karburasi mempunyai
suhu sekitar 1000 oC sehingga cocok untuk proses Brazing, Soldering dan pengelasan
alumunium, namun tidak dapat digunakan untuk pengelasan baja.
Gambar 2.10 Nyala api karburasi

c. Prinsip Kerja
Proses pengelasan dilakukan dengan memanaskan material yang akan
disambung. Pemanasan dilakukan hingga material memerah. Namun pemanasan juga
tidak boleh terlalu lama, agar material tidak meleleh. Setelah itu ujung material
dikunci ujungnya dengan filler. Hal ini bertujuan agar material tidak tergeser selama
proses pengelasan. Lalu penelasan dilakukan di sepanjang smabungan.
Dalam proses pembakaran, tidak semua campuran gas oksigen dan acetylene
terbakar secara sempurna. Gas yang terbakar sempurna membentuk nyala inti yang
digunakan untuk mencairkan logam, sedangkan sisanya membentuk nyala luar yang
berfungsi sebagai gas pelindung deposit logam Las.

Gambar 11. Kerja Las Karbit

d. Keuntungan Proses Las dengan Oksi-Asetilin


1. Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.
2. Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik
pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.
3. Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di
bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana
4. Dengan teknik pengeLasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat diLas
dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.

2.3. Dasar Teori Las Busur Listrik (Shielded Metal Arc Welding/SMAW)
2.3.1. Pengertian
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya
dan merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian
membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin Las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi
dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan
menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan
logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan
dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada Las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi
dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi
sambungan Las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga
terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi
listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 C.

a. Menyalakan Dan Mematikan Elektroda


Untuk menyalakan atau membuat nyala busur listrik perlu diperhatikan mesin Las
yang digunakan. Jika mesin Las yang digunakan adalah mesin Las AC, maka
menyalakan dengan menggoreskan elektroda yang sudah terjepit pada penjepit
elektroda, pada benda kerja yang sudah terhubung dengan kabel massa. Arah
penggoresan elektroda membentuk busur atau seperti cara menggoreskan korek api,
seperti terlihat pada gambar .Setelah nyala busur listrik terjadi, maka posisi elektroda
harus tetap dijaga pada jarak tertentu dari benda kerja agar nyala busur listrik yang
terjadi dapat menyala secara kontinyu. Selama elektroda menyala, maka elektroda
akan berkurang sehingga jarak ujung elektroda (panjang busur nyala) dengan benda
kerja akan semakin renggang. Untuk menjaga agar panjang busur nyala tetap sama,
maka pemegang elektroda harus diturunkan secara perlahan-lahan
b. Mematikan Busur Listrik
Setelah satu bagian pengelasan selesai maka nyala busur listrik harus dimatikan.
Cara mematikan nyala busur harus hati-hati, karena mematikan busur nyala berarti
mengakhiri proses pengelasan yang berada pada ujung rigi Las. Agar ujung akhir
pengelasan tidak keropos dan terlalu tinggi atau rendah, maka cara mematikan nyala
busur harus benar. Untuk memutuskan dan mematikan lengkung listrik las dari benda
kerja dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. elektroda diangkat dan diturunkan sedikit kemudian di tarik keluar
2. elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas dengan cara
mengayunkan kekiri atas.

Gambar 2.14 Cara mematikan las

c. Menyambung Pada Alur Las


Bila elektroda harus diganti sebelum pengeLasan selesai, maka untuk
menyambung pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi, menyalakan busur kembali ini
dilakukan pada tempat kurang lebih 25 mm di muka Las berhenti. Elektroda
digerakkan kebawah Las dan diisi hingga sama besar dengan alur sebelumnya

Gambar 2.15. Menyambung pada alur Las

d. Pengaruh kecepatan elektroda pada hasil Las


Gambar 2.16. Pengaruh kecepatan arus pengelasan terhadap hasil Las Busur
Nyala Listrik

e. Keuntungan
Berikut ini merupakan keuntungan yang di dapat apabila menggunakan proses las
listrik :
1. Busur nyala listrik yang dihasilkan stabil
2. Dapat menggunakan semua jenis elektroda
3. Dapat digunakan untuk pengelasan pelat tipis
BAB III
METODOLOGI

3.1. Las Karbit


3.1.1. Alat dan Bahan
Berikut merupakan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam praktikum las
karbida :
1. Besi strip ukuran 120 mm x 22 mm x 2 mm (St 37)
2. Filler ϕ 3 mm x 100 mm
3. Safety gogles
4. Sarung tangan kulit
5. Apron pelindung badan
6. Masker hidung dan mulut
7. Palu las
8. Tang jepit
9. Sikat baja

Gambar 3.1 Benda kerja untuk las karbit

3.1.2. Langkah Praktikum


Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa kriteria pengerjaan, diantaranya
adalah :
 Posisi pengelasan : Dibawah tangan
 Jenis sambungan : Kampuh I (bult joint )
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum praktikum las. Berikut
ini merupakan langkah-langkah dalam praktikum las karbit :
1. Letakkan tas/buku pada lemari yang telah disediakan
2. Gunakan safety gogles , apron , masker dan sarung tangan kulit
3. Siapkan bahan : filler, benda kerja, sikat baja, tang jepit dan palu
4. Buka nozel asitelin lalu nyalakan api, atur tekannanya agar tidak terlalu
tinggi
5. Buka nozel oksigen dan atur tekanannya
6. Atur nyala api dengan nyala api yang netral.
7. Letakan benda kerja di meja kerja dan atur jarak diantara benda kerja
dengan pas, agar material filler bisa masud diantara celahnya.
8. Panaskan ujung material hingga memerah, lalu letakan filler diujung
material dan panaskan agar material terkunci. Lakukan hal yang sama di
ujung lainnya
9. Setelat material dikunci lakukan pengelasan sepanjang benda kerja. Filler
dimiringkan dengan sudut 600. Biarkan filler meleleh sehingga dapat
masuk ke celah antar benda. Selain itu filler harus diratakan sepanjang
celah yang di las.
10. Setelah celah benda tertutup filler dengan rata, tutup nozel asytelin
kemudian tutup nozel oksigen hingga rapat.
11. Jepit material dengan tang, lalu celupkan ke air agar segera dingin.
12. Bersihkan material dari kotoran sisa filler dengan sikat baja dan palu.

3.2. Las Listrik


3.2.1. Alat dan Bahan
Berikut merupakan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam praktikum las
listrik :
1. Besi strip ukuran 120 mm x 22 mm x 4 mm (St 37)
2. Elektroda ϕ 2,3 mm – 3,25 mm
3. Shield
4. Sarung tangan kulit
5. Masker hidung dan mulut
6. Apron pelindung badan
7. Palu las
8. Tang jepit
9. Sikat baja

Gambar 3.2 Benda kerja las listrik


3.2.2. Langkah Praktikum
Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa kriteria pengerjaan, diantaranya
adalah :
 Posisi pengelasan : Dibawah tangan
 Jenis sambungan : Kampuh I (bult joint )
 Jenis arus pengelasan : AC
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum praktikum las. Berikut
ini merupakan langkah-langkah dalam praktikum las listrik :
1. Letakkan peralatan yang tidak berhubungan dengan praktikum diloker
2. Gunakan apron, makser dan sarung tangan kulit
3. Siapkan bahan : shield, elektroda, benda kerja, sikat baja, tang jepit dan palu
4. Panel listrik di nyalakan dengan di switchkan ke on.
5. Trafo las di switch kan ke on dan atur tegangan.
6. Pasang elektrode ke alat las
7. Letakan benda kerja di meja kerja dan atur jarak diantara benda kerja dengan
pas, agar material elektrode bisa masuk diantara celahnya.
8. Nyalakan elektrode dengan menggoreskan di meja kerja
9. Las bagian ujung benda kerja sebagai kunci material agar tidak berpindah
posisi saat proses pengelasan
10. Setelah material dikunci lakukan pengelasan sepanjang benda kerja. Elektode
dimiringkan dengan sudut 450. Biarkan elektrode meleleh sehingga dapat
masuk ke celah antar benda. Selain itu elektrode harus diratakan sepanjang
celah yang di las.
11. Jepit material dengan tang, lalu celupkan ke air agar segera dingin.
12. Bersihkan material dari kotoran sisa elektrode dengan sikat baja dan palu.

Gambar 3.2. Sudut di las listrik


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
4.1.1. Las Karbit

Pada praktikum ini praktikan diberi 2 plat datar yang harus disambung
menggunakan las karbit atau OAW. Elektrode yang digunakan adalah kuningan. Pada
proses ini yang meleleh adalah elektrodenya tetapi pada saat mengelas benda kerja
juga harus dipanaskan agar elektrode dapat menempel pada benda kerja secara
sempurna. Hal pertama yang dilakukan pada saat melakukan proses pengelasan yaitu
kita harus mengunci kedua plat terlebih dahulu dengan cara mengelas kedua ujung
plat agar benda kerja tidak terpisah saat diakukan proses pengelasan. Setelah itu,
kedua plat baru dilas. Saat melakukan praktikum, ada praktikan yang mengelas
sampai menyebabkan benda kerja menempel pada meja, hal ini dikarenakan posisi
pengelasan yang kurang baik. Dan ada praktikan yang mengelas tetapi tidak merata,
hal ini dikarenakan proses pengelasan yang tidak kontinu, praktikan mengelas dengan
elektrode yang terputus-putus pada saat mengenai benda kerja.

4.1.2. Las Listrik


Pada praktikum ini praktikan diberi 2 buah plat datar. Kemudian mengatur
arus litrik menjadi 150 A dan voltasenya sebesar 220 V. Setiap praktikan diharuskan
mengelas masing - masing benda kerja yang disediakan. Pada praktikum ini elektrode
yang digunakan adalah elektrode tembaga RB-76. Proses pengelasan dengan cara ini
yang meleleh adalah elektrode dan benda kerjanya. Elektrode didekatkan dengan
benda kerja sejauh 2-3 mm dan elektrode harus cepat di angkat dari benda kerja.
Seperti las karbit, hal pertama yang dilakukan pada saat melakukan proses pengelasan
yaitu kita harus mengunci kedua plat terlebih dahulu dengan cara mengelas kedua
ujung plat agar benda kerja tidak terpisah saat diakukan proses pengelasan. Setelah
itu, kedua plat baru dilas. Untuk melakukan proses las menggunakan las listrik, kita
harus menyalakan elektroda terlebih dahulu, yaitu dengan cara menggesekkan
elektroda pada benda kerja. Gesekan ini akan memicu elektroda untuk menyala.
Diantara kami ada yang hasil las nya tidak merata. Hal ini dikarenakan pada saat
mengelas elektrode dijalankan terlalu cepat, sehingga elektrode tidak meleleh dan
melumuri benda kerja secara merata. Ada juga yang sulit untuk menempelkan ujung-
ujung dari benda kerja, dikarenakan jarak pengelasan antara elektrode dengan benda
kerja terlalu dekat atau sampai menempel sehingga electrode tidak bisa dijalankan
dan menempel terus pada benda kerja.
Kesulitan yang kami saat melakukan proses pengelasan menggunnakan las
listrik yaitu menjaga jarak elektroda dengan benda kerja. Seiring berjalannya waktu,
elektroda akan meleleh sehingga saat mengelas, selain kecepatan penggerakan
elektroda kearah horizontal harus konstan, kita juga harus menjaga kecepatan
penggerakan eektroda kearah vertikal secara konstan dengan memperhatikan jarak
antar elektroda dan benda kerja yang juga harus komstan. Jika jaraknya terlalu kecil,
maka eektroda akan menempel dengan benda kerja. Namun, bila jarak terlalu besar,
maka elektroda akan mati.

4.2 Pembahasan Pertanyaan


4.2.1 Las Karbit
1. Apa yang terjadi apa bila saat pengelasan filler lebur dahulu sebelum meleburnya
benda kerja ? Jelaskan !
Apabila benda kerja tidak dipanaskan terlebih dahulu, maka sebanyak apapun
filler yang kita leburkan tidak akan bisa membuat benda kerja menyatu antar satu
dengan yang lain sehingga logam filler hanya menempel pada benda kerja.
2. Apa yang terjadi apabila cara mematikan welding torch, terlebih dahulu yang
diamatikan kran pengetur oksigen ? Jelaskan !
Dalam mematikan welding torch sebenarnya asetilen yang harus di matikan
terlebih dahulu, namu apabila oksigen yang dimatikan terlebih dahulu maka api
tetap menyala pada welding torch.
3. Untuk tebal benda kerja ≤ 3 mm dilakukan arah pengelasan ke arah kiri, jelaskan
alasannya!
Agar dampak pembakaran tidak terlalu besar sehingga tidak merusak benda kerja.
4. Apa fungsi regulator ?
Kegunaan regulator adalah mengatur tekanan pada asetilen dan oksigen yang
keluar dari tabung penyimpanan sehingga dalam keadaan aman dan optimal.
5. Apa yang terjadi apabila pengelasan dilakukan pada kecepatan yang tidak
konstan ?
Setiap pengelasan diperlukan konsistensi kecepatan, apabila kecepatan pada
pengelasan karbit tidak konstan maka hasil las akan tidak rata dan menimbulkan
tumpukan filler yang berbeda di beberapa tempat.
6. Apa yang terjadi apabila pengelasan terlalu cepat ?
Jika terlalu cepat maka terjadi pola las yang seperti bola – bola yang menggumpal.
Tidak rata permukaannya dengan benda kerja dan ada kemungkinan terjadi
kegagalan penyambungan pada benda kerja.
7. Apa yang terjadi apabila pengelasan terlalu lambat ?
Jika terlalu lambat, maka benda kerja akan melebur total dan menghasilkan
kekuatan las yang kecil
8. Tunjukkan cacat-cacat hasil lasan dan analisa penyebabnya !
 Undercut : terjadi karena kelebihan panas, pengelasan terlalu cepat, sudut dan
bahan filler yang tidak benar
 Incomplete fusion: pengelasan terlalu cepat, tekanan api terlalu kecil
 Overlapping : pengelasan terlalu lambat, api terlalu kecil

4.2.2 Las Listrik


1. Dengan pertimbangan kwalitas pekerjaan pengelasan, langkah apa yang perlu
dilakukan ?
Dibersihkan terlebih dahulu, lalu kedua benda kerja di kunci terlebih dahulu,
untuk menghindari celah. Sehingga tidak menyebabkan hasil yang berlubang
ketika proses pengelasan.
2. Kenapa dalam pengelasan benda kerja anda, menggunakan kampuh I ?
Jelaskan !
Karena benda kerja yang di las tipis (4 mm). Sehingga dengan digunakan
kampuh I filler sudah bisa masuk antara celah
3. Dengan efesiensi pemakaian electrode 90 %, berapa jumlah electrode yang
digunakan untuk latihan pengelasan? Dan berapa buah electrode untuk
pengelasan benda kerja ?
Dalam pelatihan pengelasan, membutuhkan rata – rata tiga hingga empat
elektroda. Dan saat pengelasan pada benda kerja membutuhkan satu elektroda.
4. Jelaskan apa yang terjadi jika kecepatan pengelasan tidak konstan ?
Apabila kecepatan pengelasan tidak konstan, maka hasil yang ditunjukan akan
berbedar-beda, dapat tipis atau tebal sehingga kekuatan las juga tidak sama.
5. Bagaimana cara mengatasi agar busur listrik tidak mudah mati/padam ?
Agar busur listrik tidak padam, maka perlu menjaga ketinggian dari elektroda
terhadap benda kerja. Seiring proses pengelasan maka elektroda akan berkurang,
maka perlu mengatur jarak antara tangan kita dengan benda kerja saat terjadi
penurunan elektroda.
6. Jelaskan efeknya bila ada kotoran atau kerak terperangkap pada kampuh las?
Jelaskan !
Apabila terdapat kerak atau benda asing pada benda kerja, maka hasil pengelasan
menjadi tidak rata dan akan membuat percikan padam karena bisa jadi kotoran
bukan merupakan bahan konduktor. Jika perikan padam maka hasil mengelasan
menjadi kurang bagus.
7. Jelaskan apa yang terjadi pada hasil las jika kecepatan terlalu cepat atau terlalu
lambat?
Jika terlalu cepat maka bentuk dari sambungan lasnya menggumpal dan tidak rata
permukaan pengelasannya. Sedangkan jika terlalu lambat bentuk sambungan las
melebur total dengan benda kerja sehingga hasil kekuatan pengelasan kecil.
8. Jelaskan apa yang terjadi bila arus terlalu kecil atau besar!
Bila arus terlalu kecil maka terjadi penumpukkan elektroda pada sambungan
karena panas tidak mampu meleburkan elektroda dan benda kerja dengan baik.
Sedangkan bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan
menghasilkan permukaan las yang lebih lebar.
9. Tunjukkan cacat-cacat hasil lasan dan analisa penyebabnya!
LAMPIRAN PRAKTIKUM

Gambar 1 Benda Kerja Hasil Proses Las Karbit dan Las Listrik

Gambar 2 Proses Pengelasan


Tabel 1. Diameter electrode terhadap benda kerja dan arus terhadap diameter benda kerja

Tabel 2. Φ Filler, nosel torch, celah benda kerja, tipe sambungan dan arah pengelasan

Anda mungkin juga menyukai