2.1 Tujuan
1. Mengetahui alat yang digunakan saat proses pengelasan.
2. Mengetahui dan menganalisacara pengoperasian mesin las SMAW.
3. Mengetahui dan memahami proses pengelasan SMAW.
4. Mengetahui posisi pengelasan yang benar.
5. Mengetahui dan menganalisa penyebab terjadinya cacat pada hasil lasan.
5
BAB II PENGELASAN LISTRIK (SMAW) Kelompok 5
Kesimpulan
2.4.2 Bahan
1. Plat Baja ST 37 : 2 Buah
2. Elektroda : 1 Buah
3. Masker Lab : 1 Buah
String
1. Spiral
Zig-zag
3. Posisi Las 1G
P = 110 mm
4. Dimensi Benda Kerja L = 100 mm
T = 5,00 mm
5. Jenis Material Baja ST-37
8. Polaritas DCEP
9. Arus 80-100 A
No
Data Keterangan
.
Bentuk Gerakan Elektroda
1. Butt Joint V-groove
3. Posisi Las 1G
P = 100 mm
4. Dimensi Benda Kerja L = 60 mm
T = 5,00 mm
5. Jenis Material Baja ST-37
8. Polaritas DCEP
9. Arus 80-100 A
pengelasan SMAW, ‘60’ menunjukan kekuatan tarik minimum dari deposit las
adalah 60.000 lb/in2 atau 42 kg/mm2, ‘1’ menunjukan posisi pengelasan yang
dapat dilakukan dalam berbagai posisi, dan ‘3’ menunjukan jenis selaput elektroda
rutil potasium dan pengelasan dengan arus AC atau DC.
Elektrode ini dibungkus oleh fluks yang berfungsi untuk membuat kerak
pelindung sehingga dapat mengurangi kecepatan pendinginan, hal ini bertujuan
agar hasil lasan tidak getas dan rapuh sehingga fluks pada proses ini membentuk
slag diatas hasil lasan yang berfungsi sebagai pelindung hasil lasan dari udara
(oksigen dan hidrogen) selama proses las berlangsung. Fluks juga berfungsi untuk
menstabilkan terjadinya busur api dan mengarahkan nyala busur api sehingga
mudah dikontrol. Jadi intinya pada proses pengelasan elektroda secara perlahan
berkurang karena terjadi perpindahan dari logam pada elektroda yang dipindahkan
ke logam induk selama proses pengelasan. Kawat elektroda (kawat las) menjadi
bahan pengisi dan lapisannya sebagian dikonversikan menjasi gas pelindung,
sebagian menjadi terak (slag) dan sebagian lagi diserap oleh logam las. Fluks
terdiri dari biji alam, serbuk dan oksida perekat, karbonat, silikat, zat organik dan
berbagai zat bubuk lainnya, lalu dicampurkan. Campuran ini ditempelkan ke
kawat inti dengan menggunakan air kaca sebagai perekat dan lalu dikeringkan.
Bahan yang digunakan adalah 1 buah pelat baja ST-37 tebal 5 mm dengan ukuran
100 mm x 60 mm untuk rencana kerja yang awal yaitu pengelasan jalur yang
bertujuan untuk praktikan dapat adaptasi dalam proses pengelasan. Prinsip
pengelasan ini adalah dengan mencairkan base metal dengan elektroda yang
terhubung arus listrik, selain itu elektroda yang digunakan juga bertindak sebagai
filler metal. Jika dilihat secara mikro pada hasil proses pengelasan akan terbagi
menjadi 3 zona yaitu base metal, HAZ, dan weld metal dimana ketiga daerah ini
memiliki fasa yang berbeda sehingga timbul perbedaan sifat mekanik diantara
ketiganya.
Pada pengelasan jalur ini dilakukan berbagai cara pengelasan atau jalur
pengelasan yang berbeda-beda, diantaranya pengelasan zigzag, sejajar atau lurus,
dan spiral. Polaritas yang digunakan adalah DCEP (Direct Current Electrode
Gambar diatas merupakan hasil Butt Joint V-groove yang praktikan coba dan
terdapat cacat lasan porosity berupa lubang-lubang yang biasanya terbentuk
didalam logam las akibat terperangkapnya gas yang terjadi ketika proses
pengelasan. Disamping itu, porositas dapat terbentuk akibat kekurangan logam
cair karena penyusutan ketika logam membeku. Porositas seperti ini biasa disebut
shrinkage porosity akibat adanya gas yang terperangkap didaerah lasan dalam
jumlah yang melebihi syarat batas. Adapun cara untuk menanggulanginya salah
satunya yaitu dapat memperpendek nyala busur. Penyebabnya yaitu nyala busur
terlalu panjang dan kecepatan las terlalu tinggi. Solusinya yaitu dengan
memendekan nyala busur dan menstabilkan/merendahkan kecepatan las.
2.7.2 Saran
1 Diperhatikan kembali untuk praktikan faktor faktor yang mempengaruhi hasil
lasan.